• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Aktivitas Pasien Rheumatoid Arthritis di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pola Aktivitas Pasien Rheumatoid Arthritis di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

POLA AKTIVITAS PASIEN RHEUMATOID ARTHRITIS

DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM

RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

JANI NASUTION 091121046

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

Judul : Pola Aktivitas Pasien Rheumatoid Arthritis di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Peneliti : Jani Nasution

Nim : 091121046

Jurusan : S1 Keperawatan Program Ekstensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2011

Abstrak

Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Rheumatoid arthritis merupakan suatu penyakit yang menyebabkan terjadinya peradangan persendian. Pasien yang terkena penyakit rheumatoid arthritis dapat mengkibatkan aktivitas sehari-harinya terganggu. Faktor yang mempengaruhi rheumatoid arthritis sampai sekarang belum diketahui pasti. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis di Polikilinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rheumatoid arthritis yang berobat ke Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Cara pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah convinience sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 17 pasien yang ditentukan dengan menggunakan kriteria.

Instrumen yang digunakan berupa kuesioner data demografi dan kuesioner pola aktivitas pasien Rheumatoid arthritis. Pengumpulan data dilakukan mulai dari bulan Juni sampai dengan Juli 2010, melalui penyebaran kuesioner kepada responden di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa 17 responden yang diteliti, pasien yang mengalami pola aktivitasnya terganggu sebanyak 14 orang (82,3%) dan yang tidak terganggu aktivitasnya berjumlah 3 orang (17,7%).

Untuk itu diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien rheumatoid arthritis dan dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang terjadinya gangguan aktivitas sehari-hari.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang telah

dilimpahkan-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan

judul “Pola Aktivitas Pasien Rheumatoid Arthritis di Poliklinik Penyakit Dalam

RSUP. Haji Adam Malik Medan”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

memberikan bantuan, bimbingan dan dukunagan dalam proses penyelesaian

Skripsi ini, sebagai berikut :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.

2. Bapak Dudut Tanjung, S.Kp, M.Kep,Sp.KMB dan Bapak Achmad Fathi S.Kep

Ns, MNS selaku dosen pembimbing 1 proposal dan skripsi.

3. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS sebagai dosen pembimbing 2 proposal

dan skripsi.

4. Ibu Lufthiani S.Kep. Ns selaku dosen penguji.

5. Ucapan Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis persembahkan kepada

Ayahanda H. Japijor Nasution dan Ibunda Hj. Hotnida Hasibuan tercinta dan

tersayang yang selalu berdoa dalam sholat lima waktunya, menyayangiku,

memberikan motivasi dan dukungan moril maupun material. Semangat mereka

membuat penulis tidak putus asa dalam menghadapi rintangan yang ada. Hanya

Allah SWT sajalah yang mampu membalas besarnya kebaikan dan

(5)

6. Terima kasih juga kepada adik-adik saya (Muhajir Lelo Nasution, Abdul Gani

Jamora Nasution, Septi Novita Nasution dan April Sabri Nasution) yang selalu

memberi motivasi atas segala limpahan dukungan, pengertian, cinta, kasih

sayang dan doanya.

7. Bapak Iwan Rusdi, S. Kp, MNS selaku dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan nasehat dan bimbingan selama masa perkuliahan di Fakultas

Keperawatan USU serta seluruh Dosen dan Staf Pengajar serta pegawai

Fakultas Keperawatan USU

8. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua sahabat F.Kep ‘09 Jalur

B semoga kita tetap menjadi sahabat selamanya dan terima kasih atas

kebersamaannya, support serta semangat yang selalu kalian berikan.

Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan

kepada penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis

menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik serta masukan yang membangun dari semua pihak

sehingga skripsi ini menjadi lebih baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan

pelayanan serta untuk penelitian selanjutnya.

Medan, Januari 2011

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... . 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Rheumatoid Arthritis ... 6

2.1.1 Pengertian Rheumatoid Arthritis ... 6

2.1.2 Klasifikasi Rheumatoid Arthritis ... 6

2.1.3 Etiologi ... 7

2.1.4 Patofisiologi ... . 7

2.1.5 Manifestasi Klinis ... ..8

2.1.6 Evaluasi Diagnostik ... 10

2.1.7 Penatalaksanaan ... 11

2.2 Aktivitas ... 12

2.2.1 Pengertian Aktivitas ... 12

2.2.2 Mekanika Tubuh ... 13

(7)

2.2.4 Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Masalah Aktivitas..19

2.3 Pola Aktivitas Pasien Rheumatoid Arthritis ... 22

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 24

3.1 Kerangka Konsep ... 24

3.2 Defenisi Operasional ... 26

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 27

4.1 Desain Penelitian ... 27

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.4 Pertimbangan Etik ... 28

4.5 Instrumen Penelitian ... 29

4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 30

4.7 Pengumpulan Data ... 31

4.8 Analisa Data ... 32

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

5.1 Hasil Penelitian ... 33

5.2 Pembahasan ... 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent

Lampiran 2 Instrumen Penelitian

Lampiran 3 Surat Izin Survey Awal dari Fakultas Keperawatan USU

Lampiran 4 Surat Keterangan Izin Penelitian dari RSUP. Haji Adam Malik Medan

Lampiran 5 Tabel Uji Reliability

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Format Defenisi Operasional...26

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik data

demografi pasien rheumatoid...34

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi persentase pola aktivitas pasien rheumatoid 35

Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan pola aktivitas pasien

(10)

Judul : Pola Aktivitas Pasien Rheumatoid Arthritis di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Peneliti : Jani Nasution

Nim : 091121046

Jurusan : S1 Keperawatan Program Ekstensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2011

Abstrak

Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Rheumatoid arthritis merupakan suatu penyakit yang menyebabkan terjadinya peradangan persendian. Pasien yang terkena penyakit rheumatoid arthritis dapat mengkibatkan aktivitas sehari-harinya terganggu. Faktor yang mempengaruhi rheumatoid arthritis sampai sekarang belum diketahui pasti. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis di Polikilinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rheumatoid arthritis yang berobat ke Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Cara pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah convinience sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 17 pasien yang ditentukan dengan menggunakan kriteria.

Instrumen yang digunakan berupa kuesioner data demografi dan kuesioner pola aktivitas pasien Rheumatoid arthritis. Pengumpulan data dilakukan mulai dari bulan Juni sampai dengan Juli 2010, melalui penyebaran kuesioner kepada responden di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa 17 responden yang diteliti, pasien yang mengalami pola aktivitasnya terganggu sebanyak 14 orang (82,3%) dan yang tidak terganggu aktivitasnya berjumlah 3 orang (17,7%).

Untuk itu diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien rheumatoid arthritis dan dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang terjadinya gangguan aktivitas sehari-hari.

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat

berlangsung selama bertahun-tahun, pasien mungkin mengalami waktu yang lama

tanpa gejala. Rheumatoid arthritis merupakan penyakit progresif biasanya yang

memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan sendi dan kecacatan fungsional.

Penyakit ini telah lama dikenal dan tersebar luas di seluruh dunia serta melibatkan

ras dan kelompok etnik. Rheumatoid artritis lebih sering dijumpai pada wanita,

dengan perbandingan wanita dan pria sebesar 3:1 (Reeves, Roux & Lockhart,

2001).

Timbulnya kejadian rheumatoid arthritis sampai sekarang belum

sepenuhya diketahui. Meskipun agen infeksi seperti virus, bakteri, dan jamur telah

lama dicurigai, tak satu pun telah terbukti sebagai penyebabnya. Penyebab

rheumatoid arthritis merupakan masalah yang sangat aktif diteliti diseluruh dunia.

Hal ini diyakini bahwa kecenderungan untuk terkena penyakit rheumatoid arthritis

dapat diwariskan secara genetik. Hal ini juga diduga infeksi tertentu atau

lingkungan yang mungkin memicu pengaktifan sistem kekebalan tubuh pada

individu yang rentan (Shiel, 2010). Serangan rheumatoid arthritis sering terjadi

(12)

membuat kelemahan dan sangat menyakitkan diantara penyakit arthritis yang lain

(Reeves, Roux & Lockhart, 2001).

Walaupun arthritis bukan merupakan penyakit yang mendapat sorotan

seperti penyakit jantung, kanker, atau AIDS, namun arthritis adalah masalah

kesehatan yang terjadi di mana-mana. Fakta statistik mengenai arthritis sangat

mengejutkan yaitu 14,3 % dari populasi Amerika Serikat (Gordon, 2002). Data di

Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa prevalensi tertinggi dari rheumatoid

arthritis adalah pada suku Amerika Indian dibanding dengan yang Non Indian.

Lebih dari 36 juta penduduk Amerika menderita 1 dari 100 jenis artritis (Reeves,

Roux & Lockhart, 2001). Di Indonesia sendiri diperkirakan kasus rheumatoid

arthritis berkisar 0,1 % sampai dengan 0,3 % dari jumlah penduduk Indonesia.

Gangguan yang terjadi pada pasien rheumatoid arthritis lebih besar

kemungkinannya untuk terjadi pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien.

Rheumatoid arthritis dapat mengancam jiwa pasien atau hanya menimbulkan

gangguan kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit rheumatoid

arthritis tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan

aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas yang dapat

menimbulkan kegagalan organ atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri,

keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur. Lebih lanjut

awitan keadaan ini bersifat akut dan perjalanan penyakitnya dapat ditandai oleh

periode remisi (suatu periode ketika gejala penyakit berkurang atau tidak terdapat)

(13)

berat). Bertambah beratnya gejala penyakit rheumatoid arthritis sehingga

mengakibatkan terjadi perubahan aktivitas pada pasien (Smeltzer & Bare, 2002).

Aktivitas merupakan suatu aksi energetik atau keadaan bergerak. Semua

manusia yamg normal memerlukan kemampuan untuk dapat bergerak.

Kehilangan kemampuan dalam bergerak walaupun dalam waktu yang singkat

memerlukan tindakan-tindakan tertentu yang tepat oleh pasien atau perawat.

Orang yang menderita penyakit seperti rheumatoid arthritis mempunyai masalah

dalam menjaga aktivitasnya (Priharjo Robert, 1993). Kebanyakan orang menilai

tingkat kesehatan berdasarkan kemampuannya untuk melakukan aktivitas

sehari-hari. Kemampuan beraktivitas merupakan kebutuhan dasar yang mutlak

diharapkan oleh setiap manusia. Kemampuan tersebut meliputi berdiri, berjalan,

bekerja, makan, minum dan lain sebagainya. Disamping itu, kemampuan bergerak

akan mempengaruhi harga diri seseorang. Kemampuan aktivitas seseorang tidak

terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskletal (Mubarok, Nurul

& Chayatin, 2007).

Hal yang terburuk pada penderita rheumatoid arthritis adalah pengaruh

negatifnya terhadap kualitas kehidupan. Bahkan kasus rheumatoid arthritis yang

tidak begitu parah pun dapat menghilangkan kemampuan seseorang untuk

produktif dan fungsional seutuhnya. Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan

tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seutuhnya (Gordon, 2002).

Dari hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti dari data rekam medik,

(14)

ke Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

adalah 24 orang. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dari 3 orang pasien

mengatakan bahwa mereka merasa terganggu aktivitasnya apabila nyeri

rheumatoid arthritis kambuh.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik melakukan penelitian

untuk mengetahui pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis di Poliklinik Penyakit

Dalam RSUP. Haji Adam Malik Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pola

aktivitas sehari-hari pasien rheumatoid arthritis di Poliklinik Penyakit Dalam

RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran pola aktivitas

pasien rheumatoid arthritis dan sebagai sumber informasi yang dapat membantu

perawat dalam meningkatkan pelayanan keperawatan yang berhubungan dengan

(15)

1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perawat pendidik

untuk mengembangkan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan

kemampuan mahasiswa dalam memahami pola aktivitas pasien rheumatoid

arthritis dan mempersiapkan mahasiswa untuk menerapkannya dalam pemberian

asuhan keperawatan.

1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai penambah bahan informasi dan wacana untuk pengembangan

penelitian lebih lanjut, khususnya bagi peneliti keperawatan yang ingin

melakukan pengembangan penelitian tentang pola aktifitas pasien rheumatoid

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rheumatoid Arthritis

2.1.1 Pegertian Rheumatoid Arthritis

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti

sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang

sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana

persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga

terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan

bagian dalam sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa,

rheumatoid arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis

dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi diartroidial.

2.1.2 Klasifikasi Rheumatoid Arthritis

Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe,

yaitu:

1) Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan

gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam

(17)

2) Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda

dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit

dalam waktu 6 minggu.

3) Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda

dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit

dalam waktu 6 minggu.

4) Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda

dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit

dalam waktu 3 bulan.

2.1.3 Etiologi

Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti,

namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi),

faktor metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

2.1.4 Patofisiologi

Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)

terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan

enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi

edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus

akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya

adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot

(18)

dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer &

Bare, 2002).

Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan

adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang

sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada

sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan

sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).

2.1.5 Manifestasi Klinis

Gejala umum rheumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada

tingkat peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif.

Ketika jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi

secara spontan atau dengan pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa

bulan atau tahun. Selama remisi, gejala penyakit hilang dan orang-orang pada

umumnya merasa sehat ketika penyakit ini aktif lagi (kambuh) ataupun gejala

kembali (Reeves, Roux & Lockhart, 2001).

Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan

energi, kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan

kekakuan. Otot dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping

itu juga manifestasi klinis rheumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya

mencerminkan stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan,

panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik

(19)

rheumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan

menurun, anemia (Long, 1996).

Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada

persendian kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai

persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks,

dan temporomandibular. Awitan biasanya akut, bilateral dan simetris. Persendian

dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari

30 menit. Deformitas tangan dan kaki adalah hal yang umum.

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :

1. Stadium sinovitis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang

ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun

istirahat, bengkak dan kekakuan.

2. Stadium destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi

juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

3. Stadium deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,

(20)

Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada penyakit

yang dini sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi

yang akut pada sendi-sendi tersebut. Persendian yang teraba panas, membengkak,

tidak mudah digerakkan dan pasien cendrung menjaga atau melinddungi sendi

tersebut dengan imobilisasi. Imobilisasi dalam waktu yang lama dapat

menimbulkan kontraktur sehingga terjadi deformitas jaringan lunak. Deformitas

dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran sendi yang terjadi ketika sebuah tulang

tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan rongga sendi (Smeltzer & Bare,

2002).

Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi

pada lanjut usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari,

bermula sakit dan kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan

kaki, juga pada jari-jari, mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba

akan terasa hangat, terjadi kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak

tertahan dapat menyebabkan demam, dapat terjadi berulang.

2.1.6 Evaluasi Diagnostik

Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada

penegakan diagnosis rheumatoid arthritis, yaitu nodul rheumatoid, inflamasi sendi

yang ditemukan pada saat palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaaan laboratorium menunjukkan peninggian laju endap darah dan factor

rheumatoid yang positif sekitar 70%; pada awal penyakit faktor ini negatif.

(21)

C-reaktifprotein (CRP) dan antibody antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil

yang positif. Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang keruh,

berwarna mirip susu atau kuning gelap dan mengandung banyak sel inflamasi,

seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer & Bare, 2002).

Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis dan

memantau perjalanan penyakitnya. Foto rongen akan memperlihatkan erosi tulang

yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi dalam perjalanan penyakit

tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

2.1.7 Penatalaksanaan

Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan

penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara

pasien dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya.

Tanpa hubungan yang baik akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien

untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang lama (Mansjoer, dkk. 2001).

Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID (Non Steriodal

Anti-Inflammatory Drug) dalam dosis terapeutik. Kalau diberikan dalam dosis

terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan efek anti inflamasi maupun

analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk menggunakan obat menurut

resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan

sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang

(22)

Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan rheumatoid arthritis

menuju pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang

lebih dini. Kesempatan bagi pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan

penyakit terdapat dalam dua tahun pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer &

Bare, 2002).

Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari,

sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat

pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa

mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara

berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu

seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut.

Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung

Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara

persendian agar tetap lentur.

2.2 Aktivitas

2.2.1 Pengertian Aktivitas

Menurut Sriyono 2001, aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan

baik secara jasmani atau rohani. Sangat beruntung bila kita dapat melakukan

aktivitas-aktivitas yang positif. Kita sering tertarik dengan macam-macam

aktivitas itu dan kadang-kadang ingin mengikuti semuanya. Tetapi tentu saja kita

(23)

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaaan bergerak di mana manusia

memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidup (Tarwoto,&

Wartonah, 2004).

2.2.2 Mekanika Tubuh

Mekanika tubuh adalah penggunaan organ secara efisien dan efektif sesuai

dengan fungsinya. Melakukan aktivitas dan istirahat pada posisi yang benar akan

meningkatkan kesehatan (Tarwoto & Wartonah, 2004).

Melakukan aktivitas secara benar dan beristirahat dalam proses yang benar

dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan mencegah timbulnya penyakit.

Gangguan mekanika tubuh dapat terjadi pada individu yang menjalani tirah baring

lama karena dapat menjadi penurunan kemampuan tonus otot. Tonus otot sendiri

adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan kontraksi otot

rangka (Mubarok, Nurul & Chayatin, 2007).

Lebih lanjut, penjelasan mengenai mekanika tubuh akan berfokus pada :

1. Kesejajaran tubuh dan postur

Kesejajaran tubuh (body alignment) adalah susunan geometrik

bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian-bagian-bagian-bagian tubuh lainnya.

Kesejajaran tubuh dan postur tubuh yang baik akan menempatkan tubuh pada

posisi tubuh yang meningkatkan keseimbangan yang optimal dan fungsi tubuh

yang maksimal, baik dalam posisi berdiri, duduk maupun tidur. Kesejajaran tubuh

(24)

Kesejajaran tubuh penting untuk meningkatkan fungsi tangan yang baik,

mengurangi jumlah energi yang digunakan dalam mempertahankan

keseimbangan, mengurangi kelelahan, memperluas ekspansi paru, meningkatkan

sirkulasi ginjal dan fungsi pencernaan. Sedangkan kesejajaran tubuh yang buruk

dapat mengganggu penampilan dan mempengaruhi kesehatan karena ada beberapa

bagian tubuh yang terbatas kemampuannya (Mubarok, Nurul & Chayatin, 2007).

Tugas perawat terkait dengan kesejajaran tubuh adalah memberikan

contoh bagaimana melakukan kebiasaan yang baik pada postur tubuh sehingga

tubuh menjadi sehat. Selain itu, perawat juga bertugas memberikan kenyamanan

pada klien yang menderita lumpuh atau cacat serta klien yang mengalami

komplikasi akibat kesejajaran tubuh yang kurang baik (Mubarok, Nurul &

Chayatin, 2007).

Berikut adalah prinsip-prinsip pada kesejajaran tubuh (Mubarok, Nurul &

Chayatin, 2007):

1. Keseimbangan tubuh dapat dipertahankan apabila garis gravitasi (garis

imajinasi vertikal yang melalui pusat gravitasi atau suatu objek) melewati

pusat gravitasi (titik tempat semua masa tubuh terpusat) dan pondasi

penyokong (pondasi tubuh pada posisi istirahat).

2. Jika pondsai penyokong lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah,

kestabilan dan keseimbangan akan lebih besar.

3. Jika garis gravitasi berada diluar pusat fondasi penyokong energi akan

(25)

4. Pondasi penyokong yang luas dan kesejajaran tubuh yang baik akan

menghemat penggunaan energi dan mencegah kelelahan otot.

5. Perubahan posisi tubuh akan membantu mencegah ketidaknyamanan otot.

6. Kesejajaran tubuh yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan

nyeri, kelelahan otot, dan kontraktur.

7. Karena struktur anatomi yang berbeda, maka intervensi keperawatan yang

diberikan harus bersifat individual dan sesuai dengan kebutuhan

masing-masing.

8. Dapat memperkuat otot-otot yang lemah dan membantu mencegah

kekakuan otot serta ligamen.

2. Keseimbangan

Mekanisme yang berperan dalam mempertahankan keseimbangan dan

postur tubuh cukup rumit untuk dipahami. Secara umum perasaan seimbang

bergantung pada input informasi yang diterima dari labirin (telinga bagian dalam),

penglihatan (input vestibulo-okular), dan dari reseptor otot dan tendon (input

verstibulospinalis). Pada keadaan normal, reseptor keseimbangan di aparatus

vestibular mengirimkan sinyal menuju otak yang akan mengawali refleks yang

dibutuhkan untuk mengubah posisi. Sedangkan pada keadaan lain, misalnya pada

perubahn posisi kepala informasi yang diterima langsung dikirim ke pusat refleks

di batang otak sehingga memungkinkan respon refleks yang lebih cepat guna

mempertahankan keseimbangan tubuh. Selain mekanisme di atas, keseimbangan

tubuh juga dipengaruhi oleh pusat gravitasi, dan fondasi penyokong seperti yang

(26)

3. Gerakan tubuh yang terkoordinasi

Gerakan yang halus dan seimbang merupakan hasil dari kerjasama yang

baik antara korteks serebri, serebrum, dan ganglia basalis. Dalam mekanisme ini

korteks serebri bertugas melakukan aktivitas motorik volunter, sedangkan

serebrum bertugas mengatur aktivitas gerakan motorik, dan ganglia basalis

bertugas mempertahankan postur tubuh. Misalnya serebrum, gerakan menjadi

kaku, tidak terarah, dan tidak terkoordinasi (Mubarok, Nurul & Chayatin, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejajaran tubuh (Mubarok, Nurul &

Chayatin, 2007) :

1. Pertumbuhan dan perkembangan

Usia serta perkembangan sistem muskuloskletal dan persarafan akan

mempengaruhi terhadap postur, proporsi tubuh, masa tubuh, pergerakan, serta

refleks tubuh seseorang. Untuk itu, dalam melakukan pengkajian dan intervensi

keperawatan, perawat harus memerhatikan aspek tumbuh kembang individu dan

membuat penyesuaian yang di butuhkan.

2. Kesehatan fisik

Gangguan pada sistem muskuloskletal atau persarafan dapat menimbulkan

dampak yang negatif pada pergerakan dan mekanika tubuh seseorang. Adanya

penyakit, trauma, atau kecacatan dapat mengganggu pergerakan dan struktur

tubuh. Oleh karena itu untuk memberikan intevensi yang tepat kepada klien,

(27)

alaminya. Selain itu penguatan prilaku juga perlu diberikan kepada klien guna

meningkatkan fungsi kesehatanya.

Masalah pada sistem muskuloskletal, seperti penyakit kongenital atau

postur tubuh yang abnormal dapat menghambat pergerakan seseorang. Untuk itu,

perawat perlu melakukan upaya deteksi dini guna mengetahui adanya masalah

pada sistem muskuloskletal. Disamping itu, perawat juga perlu memberikan

penyuluhan kesehatan, konseling, dan dukungan terkait dengan program

perawatan yang sesuai untuk klian, misalnya cara melakukan aktivitas dan

pengaturan posisi yang tepat untuk klien.

Berbagai pengaturan atau penyakit pada sistem saraf, seperti Parkinson,

sclerosis multiple, cedera serebrovaskular, stroke, atau tumor pada sistem saraf

dapat menyebabkan kelemahan, paralysis spastik dan flasid pada otot dapat

menghambat pergerakan dan mobilisasi otot.

3. Status mental

Gangguan mental atau afektif seperti atau stres kronis dapat

mempengaruhi keinginan seseorang untuk bergerak. Individu yang mengalami

cenderung tidak antusias dalam mengikuti kegiatan tertentu, bahkan kehilangan

energi untuk melakukan perawatan hygiene. Demikian pula halnya dengan stres

yang berkepanjangan, kondisi ini bisa menguras energi individu kehilangan

(28)

4. Gaya hidup

Gaya hidup yang terkait dengan kebiasaan yang dilakukan individu

sehari-hari. Individu dengan pola hidup yang sehat atau kebiasaan makan yang baik

kemungkinan tidak mengalami hambatan dalam pergerakan. Sebaliknya, individu

dengan gaya hidup yang tidak sehat dapat mengalami gangauan kesehatan yang

pada akhirnya akan menghambat pergerakannya.

5. Sikap dan nilai personal

Nilai-nilai yang tertanam dalam keluarga dapat mempengaruhi aktivitas

yang dijalani oleh individu. Sebagai contoh, anak-anak yang tinggal dalam

lingkungan keluarga yang senang melakukan kegiatan olahraga sebagai sebuah

rutinitas akan belajar menghargai aktivitas fisik.

6. Nutrisi

Nutrisi berguna bagi organ tubuh untuk mempertahankan status kesehatan.

Apabila pemenuhan nutrisi tidak adekuat, hal ini bisa menyebabkan kelelahan dan

kelemahan otot yang akan mengakibatkan penurunan aktivitas atau pergerakan.

Sebaliknya, kondisi nutrisi berlebih (misalnya, obesitas) dapat menyebabkan

terbatasnya pergerakan tubuh sehingga individu menjadi mudah lelah.

7. Stres

Status emosi seseorang akan berpengaruh terhadap aktivitas tubuhnya.

(29)

untuk beraktivitas. Kondisi ini ditandai dengan penurunan nafsu makan, perasaan

tidak berdaya, dan pada akhirnya menyendiri.

8. Faktor sosial

Individu dengan tingkat kesibukan yang tinggi secara tidak langsung akan

sering menggerakkan tubuhnya. Sebaliknya, individu yang jarang berinteraksi

dengan lingkungan sekitar tentu akan lebih sedikit beraktivitas/menggerakkan

tubuhnya.

2.2.3 Ambulasi

Ambulasi adalah kegiatan bejalan. Persiapan latihan fisik yang diperlukan

klien hingga memiliki kemampuan ambulasi, antara lain :

1. Latihan untuk menguatkan otot ekstremitas atas dan lingkar bahu yaitu :

bengkokkan dan luruskan lengan pelan-pelan sambil memegang berat traksi atau

benda yang beratnya berangsur-angsur di tambah dan jumlah pengulangannya. Ini

berguna untuk menambah kekuatan otot ekstremitas atas, latihan push-up dengan

posisi tiarap, menekan balon karet. Ini berguna untuk meningkatkan kekuatan

genggaman, angkat kepala bahu dari tempat tidur kemudian rentangkan tangan

sejauh mungkin.

2. Latihan berjalan yaitu: dilatih untuk duduk terlebih dahulu baru dilatih untuk

turun dari tempat tidur, kemudian bergeser ketepi tempat tidur dan di bantu untuk

duduk bila merasa enak, maka dibantu dengan menyanggahnya di bawah bahu.

(30)

depannya. Kemudian biarkan berdiri sebentar untuk memastikan bahwa ia tidak

merasa pusing. Apabila memerlukan bantuan sebaiknya yang membantunya

berada disampingnya (Asmadi, 2008).

2.2.4.Asuhan keperawatan klien dengan masalah aktivitas

2.2.4.1 Pengkajian

Pengkajian terkait aktivitas klien meliputi riwayat keperawatan dan

pemeriksaan fisik tentang kesejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan, dan

pergerakan sendi, kemampuan dan keterbatasan gerak, kekuatan dan massa otot,

toleransi aktivitas, masalah terkait mobilitas dan kebugaran fisik.

2.2.4.2 Riwayat keperawatan

Pengkajian riwayat keperawatan meliputi riwayat aktivitas dan olahraga

yang mencakup tingkat aktivitas, toleransi aktivitas, jenis dan frekuensi olahraga,

faktor yang mempengarui mobilitas, serta pengaruh imobilitas (Mubarok, Nurul

& Chayatin, 2007).

2.2.4.3 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik berfokus pada aktivitas dan olahraga yang menonjolkan

kesejajaran tubuh, cara berjalan, penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan

dan keterbatasan gerak, kekuatan dan massa otot, serta toleransi aktivitas.

(31)

Tujuan pemeriksaan kesejajaran tubuh adalah untuk mengidentifikasi

perubahan postur akibat pertumbuhan dan perkembangan normal, hal-hal yang

perlu dipelajari untuk mempertahankan postur tubuh yang baik, faktor yang

menyebabkan postur tubuh yang buruk (misalnya kelelahan dan harga diri rendah)

, serta kelemahan otot dan kerusakan motorik lainnya. Pemeriksaan ini dilakukan

dengan menginspeksi pasien dari sisi lateral, dan posterior guna mengamati

apakah bahu dan pinggul sejajar, jari-jari kaki mengarah kedepan dan tulang

belakang lurus, tidak melengkung kesisi lain (Mubarok, Nurul & Chayatin, 2007).

2.Cara berjalan

Pengkajian berjalan dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan

resiko cedera akibat jatuh. Hal ini dilakukan dengan meminta klien berjalan

sejauh kurang lebih 10 kaki didalam ruangan, kemudian amati hal-hal berikut:

kepala tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus. Tumit menyentuh tanah

lebih dulu dari pada jari kaki, kaki dorsofleksi pada fase ayunan. Lengan

mengayun kedepan bersamaan dengan ayunan kaki disisi yang berlawanan.

Gaya berjalan halus, terkoordinasi, dan berirama, ayunan tubuh dari sisi ke

sisi minimal dan tubuh bergerak lurus kedepan, dan gerakan dimulai dan di akhiri

dengan santai. Selain itu perawat juga perlu mengkaji kecepatan berjalan

(normalnya 70-100 langkah permenit) (Mubarok, Nurul & Chayatin, 2007).

(32)

Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak

aktif atau rentang gerak pasif. Hal-hal yang dikaji antara lain: adanya kemerahan

atau pembengkakan sendi, adanya deformitas, perkembangan otot yang terkait

dengan masing-masing sendi, adanya nyeri tekan, krepitasi, peningkatan

temperatur di sekitar sendi dan derajat gerak sendi.

4.Kemampuan dan keterbatasan gerak.

Pengkajian ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang adanya indikasi

rintangan dan keterbatasan pada pergerakan klien dan kebutuhan untuk

memperoleh bantuan. Hal-hal yang perlu di kaji antara lain :

a. Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien untuk

bergerak.

b. Adanya hambatan dalam bergerak

c. Kewaspadaan mental dan kemampuan klien untuk mengikuti petunjuk.

d. Keseimbangan dan koordinasi klien

e. Adanya hipotensi ortostatik sebelum berpindah tempat.

f. Derajat kenyamanan klien

g. Penglihatan

5.Kekuatan dan masa otot.

6.Toleransi aktivitas

(33)

Pemeriksaan ini dilakukan segera setelah klien mengalami imobilisasi.

Data yang diperoleh tersebut kemudian menjadi standar (data dasar) yang akan di

bandingkan dengan data selama periode imobilisasi(Mubarok, Nurul & Chayatin,

2007).

2.3 Pola Aktivitas Pasien Rheumatoid Arthritis

Berdasarkan dari pengalaman para pasien rheumatoid arthritis aktivitas

yang dilakukan sehari-hari dapat terganggu. Hal ini disebabkan adanya gerakan

sendi yang terbatas. Rheumatoid arthritis mengurangi kemampuan seseorang

untuk menggerakkan sendi mereka dalam jangkauan gerakan yang penuh. Sumber

utama dari perubahan aktivitas ini adalah rasa tidak nyaman pada fisik penderita

rheumatoid arthritis karena sendi yang kaku dan sakit. Saat pasien mengeluh rasa

lemah dan lelah pada dokter mereka, mereka disarankan untuk mengurangi

jumlah kegiatan mereka, dan bukannya mendorong untuk menambahnya tetapi

untuk istirahat yang banyak. Fakta lain menunjukkan bahwa istirahat yang

berlebihan dapat merusak kesehatan (Gordon, 2002). Pengaruh negatif dari sistem

otot dan tulang yang tidak bergerak, mencakup: terhentinya pertumbuhan otot,

tendon, ligament dan tulang. Melemahnya otot otot, tendon, ligament dan tulang.

Merosotnya kondisi tulang rawan sendi, bertambahnya risiko tulang yang patah

karena hilangnya massa tulang, suatu kondisi yang disebut dengan osteoporosis.

Pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis yang tergaggu diterjemahkan

dalam kapasitas fungsional yang semakin rendah atau kemampuan melakukan

(34)

untuk memungut sesuatu, membersihkan kebun, menyisir rambut, bangun dari

tempat tidur pada pagi hari, berjalan, dan berdiri (Gordon, 2002). Selain itu juga

pasien dengan rheumatoid arthritis mengalami kesulitan melakukan kegiatan

normal sehari-hari dalam hal berpakaian, berdandan, mencuci, menggunakan

toilet, menyiapkan makanan, dan melakukan pekerjaan rumah. Gejala-gejala

rheumatoid arthritis dapat juga menganggu kerja bagi orang banyak. Setengah

dari pasien-pasien rheumatoid tidak lagi mampu bekerja 10-20 tahun setelah

(35)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan adanya pola aktivitas

sehari-hari pada pasien rheumatoid arthritis di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Pada pasien stadium lanjut aktivitas

dan kualitas hidupnya menurun. Rheumatoid arthritis biasanya mengakibatkan

ketidakmampuan yang bisa berlangsumg lama. Peradangan pada sendi

menyebabkan nyeri, kekakuan dan bengkak. Rheumatoid arthritis paling sering

menyerang sendi kecil seperti tangan, kaki, pergelangan tangan, siku, lutut, dan

pergelangan kaki. Gejala ini mengakibatkan ketidaknyamanan.

Gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas

hidup sehari-hari terjadi pada pasien rheumatoid arthritis sehingga pasien tersebut

mengalami kesulitan. Pasien mungkin mengalami kesulitan untuk melakukan

perawatan diri dan pekerjaan rumah. Adanya keterbatasan gerak maka pasien

tersebut tidak mampu melakukan aktivitas yang sewajarnya dilakukan. Sehingga

mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari pada pasien. Pasien yang

biasanya mampu melakukan kegiatan sehari-hari menjadi tidak mampu untuk

(36)

rheumatoid arthritis tidak mampu untuk melakukan aktivitas yang biasanya

dilakukan karena ada rasa nyeri dan melemahnya otot sendi.

3.1.1 Skema krangka konseptual Pola Aktivitas

-kemampuan berdiri

-kemampuan duduk

-kemampuan perawatan diri

-kemampuan melakukan

pekerjaan rumah

-Terganggu

(37)

3.2 Defenisi Operasional

Untuk menghilangkan kesalahpahaman tentang istilah yang dipergunakan

dalam penelitian ini, maka di bawah ini dijelaskan secara operasional beberapa

istilah berikut :

Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

Pola aktivitas

menggunakan toilet,

menyiapkan

makanan, dan

melakukan

pekerjaan rumah.

Kuisioner a. terganggu

(55-108)

b. tidak

terganggu

(27-54)

(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

yang bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana pola aktivitas pasien

rheumatoid arthritis di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rheumatoid arthritis yang

datang berobat ke Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti,

terdapat 24 pasien rheumatoid arthritis pada tahun 2009.

4.2.2. Sampel

Menurut Arikunto (2006), jika jumlah populasi kurang dari 100, maka

lebih baik diambil semua untuk dijadikan sampel penelitian (total sampling),

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Untuk itu yang menjadi

sample dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita rheumatoid arthritis di

(39)

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 17 orang. Ini karena saat peneliti

melakukan penelitian hanya terdapat 17 orang yang berkunjung untuk berobat ke

Poliklinik Penyakit Dalam RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cara convinience

sampling yang dilakukan dengan mengambil responden yang tersedia pada saat

itu dan telah memenuhi kriteria sample yang telah ditentukan terlebih dahulu

(Natoatmodjo, 2002). Adapun sampel yang ditentukan untuk subjek penelitian

adalah pasien rheumatoid arthritis dengan kriteria berikut:

1. Penderita rheumatoid arthritis yang datang ke Poliklinik Penyakit Dalam

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

2. Bersedia menjadi responden.

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum

Pusat Haji Adam Malik Medan. Rumah sakit ini dipilih sebagai lokasi penelitian

karena rumah sakit tersebut mempunyai letak yang strategis dan merupakan

rumah sakit pendidikan dan juga salah satu rumah sakit rujukan sehingga

memungkinkan untuk mendapatkan jumlah responden yang sesuai dengan kriteria

penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni–Juli 2010.

4.4Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari institusi Pendidikan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan permohonan

(40)

Medan. Setelah mendapat persetujuan peneliti melakukan pengumpulan data

dimana peneliti mengukur langsung kepada pasien rheumatoid arthritis. Sebelum

melakukan penelitian, responden diberi penjelasan terlebih dahulu tentang tujuan,

manfaat dari penelitian, dan kegiatan dalam penelitian, hak-hak responden dalam

penelitian dan kerahasiaan terjaga.

Jika responden bersedia untuk diteliti, maka responden terlebih dahulu

menandatangani lembar persetujuan yang telah dibuat peneliti. Responden berhak

untuk menentukan sendiri kesediaan berpartisifasi sampai akhir penelitian

walaupun penelitian masih berlangsung dan belum selesai. Hal tersebut tercantum

dengan jelas dalam informed consent yang berupa persetujuan partisipasi secara

lisan atau yang ditandatangani oleh responden sebelum penelitian di laksanakan.

Sebelum menandatangani informed consent tersebut, responden diberi

waktu hingga benar paham sepenuhnya atas apa yang akan dijalaninya dalam

penelitian. Jika responden tidak bersedia atau menolak untuk berpartisifasi, maka

peneliti tidak boleh memaksa dan harus tetap menghormati hak-hak responden.

Dalam menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan

namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memakai inisial atau

kode yang hanya diketahui oleh peneliti dan responden. Kerahasiaan informasi

responden dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2003).

(41)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner

yang disusun oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep.

Kuisioner penelitian ini terdiri dari dua bagian :

4.5.1 Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi yang meliputi inisial, umur, jenis kelamin,

agama, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan.

4.5.2 Kuesioner pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis

Kuesioner ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola aktivitas pasien

rheumatoid arthritis yang berisi bentuk pernyataan. Bagian ini terdiri dari 27

pernyataan dengan pilihan jawaban selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang

(KD), dan tidak pernah (TP). Pegisian jawaban berupa tanda checklist (√).

Jawaban untuk selalu (SL) diberi skor 4, sering (SR) diberi skor 3, kadang-kadang

(KD) diberi skor 2 dan tidak pernah (TD) diberi skor 1. Ini terdiri dari 2 kelas

interval nilai minimum adalah 27 dan nilai maksimum adalah 108.

Berdasarkan rumus statistik P = rentang dibagi banyak kelas (menurut

Sudjana, 1992). Maka untuk kriteria pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis

dengan rentang 108 dan banyak kelas 2 yang dikategorikan berubah dan tidak

berubah maka di dapatkan P = 54. Maka pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis

dikategorikan dalam kelas interval sebagai berikut:

27-54 = tidak terganggu

(42)

4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

4.6.1 Validitas

Validitas dapat di uraikan sebagai ukuran penelitian yang sebenarnya,

yang memang didesain untuk mengukur. Validitas berkaitan dengan nilai

sesungguhnya dari hasil dan merupakan karakteristik yang penting dari penelitian

yang baik (Slevin dkk, 2005). Uji validitas penelitian ini akan dilakukan oleh

dosen keperawatan medikal bedah.

4.6.2 Reliabilitas

Kuesioner pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis disusun sendiri oleh

peneliti sehingga perlu dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas ini bertujuan

untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk

mengukur secara konsisten sasaran yang di ukur.

Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data dilakukan. Uji

reliabilitas ini dilakukan pada 10 orang di luar sampel yang menderita rheumatoid

arthritis juga. Uji kuisioner pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis

menggunakan rumus Alpha Cronbach (Arikunto, 2006). Uji reliabilitas yang

dilakukan dengan menggunakan Alpha Cronbach maka diperoleh hasil 0,704.

4.7 Pengumpulan Data

(43)

a. Mengajukan permohonan izin pelaksaaan penelitian ke bagian pendidikan

Fakultas Keperawatan USU.

b. Setelah mendapatkan izin dari Fakultas Keperawatan USU, peneliti

mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Direktur Rumah

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

c. Setelah mendapatkan izin Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik Medan. Selanjutnya dilakukan pengumpulan data penelitian.

d. Menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian kepada responden.

e. Setelah responden setuju untuk dijadikan sampel dari penelitian, maka

peneliti memberikan surat persetujuan untuk menjadi responden agar

ditandatangani oleh responden. Apabila responden tidak bersedia maka

peneliti tidak boleh memaksanya.

f. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan responden

diminta untuk menjawab pertanyaan peneliti dengan mengisi kuisioner

yang telah diberikan oleh peneliti.

g. Setelah diisi, data kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan

diperiksa kelengkapannya. Apabila ada kuesioner yang tidak lengkap,

maka responden diminta untuk melengkapi disaat itu juga.

4.8Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka dianalisa melalui beberapa tahap.

Pertama, memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan

bahwa semua jawaban telah diisi. Selanjutnya data diklarifikasi dengan

(44)

Data yang telah terkumpul, diolah dan ditabulasi dengan menggunakan

sistem komputerisasi yaitu dengan data dianalisa menurut jawaban responden.

Data yang telah terkumpul, diolah dan ditabulasi melalui proses sebagai berikut

editing, koding dan analisa. Editing yaitu memeriksa kembali semua kuisioner

yang telah diisi oleh responden dengan maksud untuk memeriksa apakah setiap

kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk. Koding yaitu memberi kode tertentu

pada pernyataan/kuisioner. Analisa yaitu menganalisa data yang telah terkumpul

(45)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta pembahasan

mengenai pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis di Poliklinik Penyakit Dalam

RSUP. Haji Adam Malik Medan dilakukan pengumpulan data mulai dari Juni

sampai dengan Juli 2010.

5.1.Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini akan menjabarkan tentang deskripsi karakteristik

responden dan pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis di Poliklinik Penyakit

Dalam RSUP. Haji Adam Malik Medan.

5.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden mencakup umur, jenis kelamin, agama,

suku, pendidikan terahir, pekerjaan dan penghasilan perbulan. Dari 17 orang

responden yang berobat ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUP. Haji Adam Malik

Medan yang menjadi responden pada penelitian ini didapat karakteristik

responden yaitu rata-rata responden berusia 54 tahun (SD=8,7), mayoritas

berjenis kelamin perempuan (70,6%), lebih dari setengah responden beragama

Islam (58,8%) dan suku Batak (58,8%). Responden yang memiliki tingkat

pendidikan SMA sebanyak 6 responden (35,3%) dan yang memiliki pekerjaan

(46)

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik data

demografi pasien rheumatoid arthritis di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP. Haji Adam Malik Medan (N=17).

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

(47)

Pendidkan Terahir

5.1.2 Pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis

Untuk mengetahui pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis di lakukan

dengan cara membagi 2 kelas interval yaitu, terganggu dan tidak terganggu. Dari

hasil yang dilakukan oleh peneliti selama melakukan penelitian mulai dari bulan

Juni sampai dengan Juli 2010 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP. Haji Adam

Malik Medan diperoleh bahwa mayoritas pola aktivitas pasien rheumatoid

(48)

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi persentase pola aktivitas pasien rheumatoid

arthritis (N=17)

Pola aktivitas

pasien

rheumatoid

arthritis

Terganggu Tidak terganggu

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

(49)

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan pola

aktivitas pasien rheumatoid arthritis di Poliklinik Penyakit Dalam

RSUP. Haji Adam Malik Medan (N=17).

No Pertanyaan Frekuensi (persentase)

Selalu

1. Dengan adanya rematik saya

kehilangan semangat untuk

malakukan aktivitas.

11(64,8) 3(17,6) 3(17,6) 0(0,0)

2. Rematik dapat menimbulkan rasa

nyeri ketika saya melakukan

aktivitas.

9(52,9) 8(47,1) 0(0,0) 0(0,0)

3. Aktivitas saya terganggu semenjak

menderita rematik

1(5,9) 6(35,3) 10(58,8) 0(0,0)

4. Saya tidak mampu berjalan seperti

biasa sejauh 50 meter walaupun

mengalami sedikit rasa nyeri.

6(35,3) 7(41,2) 4(23,5) 0(0,0)

(50)

dengan cara seimbang.

6. Rematik membuat kemampuan

beraktivitas saya terbatas.

3(17,6) 8(47,1) 6(35,3) 0(0,0)

7. Saat tidur, saya bisa untuk

meluruskan tubuh saya.

0(0,0) 0(0,0) 5(29,4) 12(70,6)

8. Rematik mengurangi kemampuan

saya untuk menggerakkan sendi

saya.

9(52,9) 2(11,8) 5(29,4) 1(5,9)

9. Gejala-gejala yang terjadi, seperti

kaku pada pagi hari dapat

mengganggu kerja saya.

6(35,3) 8(47,1) 2(11,9) 1(5,9)

10. Sejak menderita rematik saya

cenderung tidak bersemangat dalam

mengikuti kegiatan tertentu.

8(47,1) 5(29,4) 4(23,5) 0(0,0)

11. Saya tidak mampu untuk memakai

pakaian saya sendiri dan harus di

Bantu oleh orang lain.

0(0,0) 0(0,0) 3(17,6) 14(82,4)

12. Saya cendrung tidak mampu untuk

melakukan perawatan hygiene

(kebersihan diri).

(51)

13. Saya tetap dapat berdiri dengan

seimbang.

1(5,9) 1(5,9) 12(70,6) 3(17,6)

14. Saya tidak dapat membungkuk

untuk memungut sesuatu yang ada

di lantai.

15(88,2) 0(0,0) 1(5,9) 1(5,9)

15. Saya tidak mampu untuk

membersihkan pekarangan rumah

saya.

3(17,7) 5(29,4) 4(23,5) 5(29,4)

16. Saya tidak mampu langsung duduk

di atas tempat tidur saat bangun

tidur pada pagi hari.

0(0,0) 0(0,0) 6(35,3) 11(64,7)

17. Saya tidak mampu untuk mandi

sendiri ketika saya mengalami

sedikit nyeri.

0(0,0) 0(0,0) 2(11,8) 15(88,2)

18. Dalam hal mangangkat beban yang

berat saya tidak mampu untuk

melakukannya.

17(100) 0(0,0) 0(0,0) 0(0,0)

19. Saya mampu makan sendiri tanpa

bantuan orang lain.

0(0,0) 0(0,0) 0(0,0) 17(100)

(52)

sewaktu saya melakukan pekerjaan

rumah saya.

21. Saya tidak mampu untuk minum

sendiri.

0(0,0) 0(0,0) 1(5,9) 16(94,1)

22. Saya tidak mampu menyiapkan

makanan saya tanpa bantuan dari

keluarga.

3(17,6) 2(11,8) 8(47,1) 4(23,5)

23. Saya mampu menyapu rumah saat

mengalami sedikit nyeri.

1(5,9) 2(11,8) 6(35,3) 8(47)

24. Untuk BAB (buang air besar) dan

BAK (buang air kecil) saya perlu

ditemani.

0(0,0) 0(0,0) 5(29,4) 12(70,6)

25. Saya tidak mampu untuk berpindah

dari satu tempat ketempat lain.

3(17,6) 2(11,8) 6(35,3) 6(35,3)

26. Saya tidak mampu untuk menyuci

pakaian.

10(58,8) 7(41,2) 0(0,0) 0(0,0)

27. Saya tidak mampu untuk merapikan

tempat tidur saya pada pagi hari.

(53)

5.2 Pembahasan

Hasil penelitian berdasarkan karakteristik data demografi rata-rata

responden berusia 54 tahun (SD=8,7). Ini sesuai dengan penjelasan Reeves, Roux

& Lockhart (2001) bahwa serangan rheumatoid arthritis sering terjadi pada umur

25-55 tahun. Sedangkan berdasarkan karakteristik jenis kelamin mayoritas

responden adalah wanita 12 orang (70,6%) dan hasil penelitian ini sesuai dengan

penjelasan Reeves, Roux & Lockhart (2001) dan Long (1996) bahwa

perbandingan kasus wanita dan pria 3:1. Disini dapat terlihat yang menderita

rheumatoid arthritis lebih banyak wanita daripada pria.

Tabel 5.2 menunjukkan pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis di

Poliklinik Penyakit Dalam RSUP. Haji Adam Malik Medan mayoritas

mengatakan merasa terganggu aktivitasnya dengan jumlah responden 14 orang

(82,3%). Hal ini seiring dengan penjelasan Gordon (2002) bahwa rheumatoid

arthritis sering mengganggu aktivitas dan dapat mengakibatkan tidak mampunya

melakukan aktivitas sehari-hari dengan seutuhnya. Pada rheumatoid arthritis

terjadi pembentukan tulang yang berubah atau berkurangnya lingkup

gerak/keterbatasan gerak, sehingga anggota tubuh tertentu tidak dapat berfungsi

lagi sebagaimana mestinya.

Tabel 5.3 menunjukkan pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis dengan

adanya rematik mereka kehilangan semangat untuk malakukan aktivitas sebanyak

11 orang (64,7%) dan rematik dapat menimbulkan rasa nyeri ketika mereka

(54)

bahwa rasa nyeri merupakan gejala penyakit reumatik yang paling sering

menyebabkan seseorang mencari pertolongan. Responden mengatakan bahwa

mereka merasa selalu terganggu dan merasa adanya nyeri terutama pada pagi hari.

Responden yang tidak mampu berjalan seperti biasa sejauh 50 meter

walaupun mengalami sedikit rasa nyeri sering merasa terganggu 7 orang (41,2 %).

Responden mengatakan tidak mampu berjalan karena rasa nyeri yang diakibatkan

oleh rheumatoid arthritis mengganggu pergerakannya. Responden yang tidak

mampu untuk duduk dengan cara seimbang 10 orang (58,8%). Keseimbangan

adalah kemampuan untuk mencapai dan mempertahankan postur tubuh tetap

tegak melawan gravitasi (duduk atau berdiri) untuk mengatur seluruh

keterampilan aktivitas motorik (Perry & Potter, 2006). Responden mengatakan

tidak mampu untuk duduk dengan seimbang.

Sedangkan responden yang menjawab selalu merasa terganggu dengan

rematik karena mengurangi kemampuan mereka untuk menggerakkan sendi 9

orang (52,9%). Sendi-sendi yang terserang dengan adanya rheumathoid arthritis

mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan

gerakan ekstensi. Gejala lain mencakup pembengkakan sendi, gerakan yang

terbatas, kekakuan, dan perasaan mudah lelah Smeltzer & Bare (2001).

Responden mayoritas tidak dapat membungkuk untuk memungut sesuatu yang

ada di lantai 15 orang (88,2%). Responden merasa mampu langsung duduk di

atas tempat tidur saat bangun tidur pada pagi hari dan mampu untuk mandi sendiri

ketika mengalami sedikit nyeri. Sedangkan responden slalu merasa terganggu

(55)

untuk melakukannya sebanyak 17 orang (100%). Perubahan pada sisitem

muskuloskletal diantaranya mencakup perubahan jaringan penghubung

diantaranya kolagen dan elastin, tulang, otot, sendi yang menyebabkan turunnya

fleksibilitas sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan

untuk meningkatkan kekuatan otot, kesulitan bergerak dan hambatan dalam

melakukan aktivitas sehari-hari. Dalam hal ini responden mengatakan tidak

mampu mengangkat beban yang berat.

Responden tidak pernah merasa tergaggu dalam hal menyapu rumah saat

mengalami sedikit nyeri sebanyak 8 orang (47,1%). Menyapu rumah merupakan

aktivitas yang dilakukan dengan posisi pada saat berdiri jadi responden

mengatakan tidak ada masalah dan mampu untuk menyapu rumah. Untuk BAB

dan (buabg air besar) dan BAK (buang air kecil) tidak pernah ditemani sebanyak

12 orang (70,6%). Responden mampu ke toilet sendiri, beranjak dari kloset,

merapikan pakaian sendiri, membersihkan sendiri organ ekskresi.

Responden tidak pernah merasa tergaggu untuk merapikan tempat tidur

mereka pada pagi hari sebanyak 14 orang (82,4%). Responden mengatakan

(56)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan yang dilakukan oleh

peneliti terhadap 17 responden dapat ditarik kesimpulan mayoritas berjenis

kelamin perempuan (70,6%), lebih dari setengah responden beragama Islam

(58,8%) dan suku Batak (58,8%). Responden yang memiliki tingkat pendidikan

SMA sebanyak 6 responden (35,3%) dan yang memiliki pekerjaan wiraswasta

sebanyak 6 responden (35,3%).

Pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis di poliklinik RSUP. Haji Adam

Malik Medan mayoritas mengatakan kalau aktivitasnya terganggu dengan jumlah

responden 14 orang (82,3%). Hasil penelitian ini sebagai informasi bagi perawat

dan rumah sakit dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien khususnya

pasien rheumatoid arthritis.

6.2 SARAN

1. Bagi praktek keperawatan

Hasil penelitian ini digunakan sebagai gambaran acuan bagi perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien rheumatoid arthritis dan

dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang terjadinya gangguan aktivitas

sehari-hari pada pasien rheumatoid arthritis. Serta memberikan motivasi bagi pasien agar

(57)

2. Bagi pendidikan keperawatan

Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa pola aktivitas pasien rheumatoid

arthritis mengatakan aktivitasnya terganggu. Oleh karena itu perlu ditingkatkan

pengetahuan mahasiswa tentang rheumatoid arthritis serta dapat dibahas lebih

lanjut dalam proses pembelajaran oleh dosen yang berasangkutan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Pada penelitian ini selanjutnya perlu dipertimbangkan jumlah sampel yang

lebih banyak agar hasilnya lebih representatif. Selain itu juga penelitian

selanjutnya sebaiknya tidak hanya dilakukan dengan cara pembagian kuesioner

dan wawancara saja tetapi dilakukan observasi untuk melihat bagaimana aktivitas

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Asmadi, (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi

Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Bingham, (2010). Rheumatoid Arthritis. Di ambil pada tanggal 15 April 2010 dari

Long, Barbara C(1996). Perawatan Medikal Bedah. Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran

Buffer (2010). Rheumatoid Arthritis. Di ambil pada tanggal 17 April 2010 dari http//www.rheumatoid_arthritis .net/duwload.doc.

Engram,B. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2. Jakarta: EGC.

Gordon, N.F. (2002). The Cooper Clinik and Research Institute Fitness Series. Fajar Interpratama Offset.

Jong, W. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC

Mansjoer, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius. Mubarak, I.W, & Cahayatin,S. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar

Manusia:Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.

Natoadmojo. (2002). Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta: Rineka Cipta Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Priharjo, R.(1993). Perawatan nyeri:Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien. Jakarta: EGC.

Reeves, J. R., Roux,G.,Lockhart,R. (2001). Medikal-Surgical Nursing. Jakarta: Salemba Medika.

Shiel, (2010). Aktivitas Pada Pasien Rheumatoid Arthritis. Di ambil 15 April 2010 dari http://rheumatoid arthritis.com

Sudjana, (1992). Metode Statistik. Ed.3, Bandung: Tarsito.

(59)

Smeltzer, S. C, Bare, B. G. (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta: EGC

Tarwoto & Wartonah, (2004). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

(60)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul Penelitian : Pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis di Poliklinik RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Penelitian : Jani Nasution

Saya adalah mahasiswa S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengidentifikasi Pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis di Poliklinik RSUP. Haji Adam Malik Medan. Penelitian merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatrra Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan anda untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Jika bersedia silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan.

Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga anda bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi anda dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya dipergunakan untuk penelitian ini. Dan saya ucapkan terima kasih atas partisipasi yang telah diberikan dalam penelitian ini.

Tanda Tangan :

Tanggal :

(61)

Lampiran 2

INSTRUMEN PENELITIAN

Petunjuk Pengisian :

1. Isilah titik dibawah ini dan beri tanda checklist (√ ) pada salah satu kolom kurung () sesuaai dengan jawaban menurut anda benar.

2. Bila ada yang kurang mengerti dapat ditanyakan kepada peneliti

A. Data Demografi

1. Kode (diisi peneliti) :………….

2. Umur :………….tahun

3. Jenis kelamin

() Laki-laki

() Perempuan

4. Agama

() Islam

() Protestan

() Khatolik

5. Suku / bangsa

() 1. Batak

() 2. Jawa

() 3. Melayu

(62)

6. Pendidikan Terahir

() 1. SD

() 2. SMP

() 3. SMA

() 4. Perguruan tinggi

7. Pekerjaan

() 1. Pegawai negeri

() 2. Pegawai swasta

() 3. Wiraswasta

() 4. Ibu rumah tangga

() 5. Dan lain-lain

8. Penghasilan perbulan

() Rp < 600.000

() Rp 600.000-Rp 1.000.000

(63)

B. Kuisioner pola aktivitas pasien rheumathoid arthritis

Isilah titik dibawah ini dan beri tanda checklist (√ ) pada salah satu kolom

kurung () sesuaai dengan jawaban menurut anda benar.

Petunjuk pengisian

SL: Selalu

SR: Sering

KD: Kadang-kadang

TP: Tidak Pernah

No Pengkajian Selalu Sering

Kadang-kadang

Tidak

pernah

1. Dengan adanya rematik saya

kehilangan semangat untuk

malakukan aktivitas.

2. Rematik dapat menimbulkan rasa

nyeri ketika saya melakukan

aktivitas.

(64)

menderita rematik

4. Saya mampu berjalan seperti biasa

sejauh 50 meter walaupun

mengalami sedikit rasa nyeri.

5. Saya tidak mampu untuk duduk

dengan cara seimbang.

6. Rematik membuat kemampuan

beraktivitas saya terbatas.

7. Saat tidur, saya bisa untuk

meluruskan tubuh saya.

8. Rematik mengurangi kemampuan

saya untuk menggerakkan sendi

saya.

9. Gejala-gejala yang terjadi, seperti

kaku pada pagi hari dapat

mengganggu kerja saya.

10. Sejak menderita rematik saya

cenderung tidak bersemangat dalam

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik  data demografi pasien rheumatoid arthritis di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi persentase pola aktivitas pasien rheumatoid
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan pola

Referensi

Dokumen terkait

UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN POKJA PENGADAAN JASA KONSULTANSI DAN JASA LAINNYA.. Klaten, 18

Berdasarkan tahapan dan jadwal lelang yang telah ditetapkan serta memperhatikan hasil evaluasi kualifikasi terhadap peserta yang lulus evaluasi dokumen penawaran,

Bentuk sosialisasi primer oleh keluarga inti prosesi tradisi Naik Ayun Keluarga besar menginformasikan kepada keluarga inti untuk mempersiapkan untuk peralatan naik

Sebelumnya ustadz/ustadzah menjelaskan tujuan mempelajari ilmu tajwid beserta hukumnya kepada santri agar santri senantiasa membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata

[r]

Merely the application of the M4P market system framework (Figure 1) to a typical RAS system, illustrates the usefulness of this framework – but also the importance

BKSP sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 adalah organisasi non struktural yang bersifat independen yang bertanggungjawab atas koordinasi manajemen dan pelatihan