• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Pasien Penyakit Jantung Koroner di Poli Jantung Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Profil Pasien Penyakit Jantung Koroner di Poli Jantung Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2013"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLI

JANTUNG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM

MALIK MEDAN PADA TAHUN 2013

Oleh :

IRWANTO

110100294

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PROFIL PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLI

JANTUNG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM

MALIK MEDAN PADA TAHUN 2013

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

IRWANTO

NIM : 110100294

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Profil Pasien Penyakit Jantung Koroner di Poli Jantung Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2013

Nama : Irwanto

NIM : 110100294

Pembimbing Penguji I

Prof. dr. Harris Hasan, Sp.PD, Sp.JP(K)

NIP. 19560405 198303 1 004 NIP. 19710622 199703 2 001 dr. Andrina Y. M. Rambe, Sp.THT.

Penguji II

NIP. 19700208 200112 2 001 dr. Lita Feriyawati, M.Kes, Sp.PA

Medan, 12 Januari 2015 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

NIP. 19540220 198011 1 001

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang

senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Profil Pasien Penyakit Jantung

Koroner di Poli Jantung Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada

Tahun 2013”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan

sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan karya tulis ilmiah ini, banyak pihak yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, dan bantuan. Oleh karena itu, penulis

dengan segala rasa hormat ingin menyampaikan terima kasih sebesar – besarnya

kepada:

1. Dosen Pembimbing, Prof. dr. Harris Hasan, Sp.PD, Sp.JP(K) yang telah

bersedia meluangkan waktu di tengah kesibukan beliau untuk memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

2. dr. Andrina Y. M. Rambe, Sp. THT., selaku Dosen Penguji Proposal dan

Hasil Penelitian, dr. Putri C. Eyanoer, MS.Epi., PhD, selaku Dosen Penguji

Proposal Penelitian, dan dr. Lita Feriyawati, M.Kes, Sp.PA, selaku Dosen

Penguji Hasil Penelitian, yang telah memberikan banyak masukan dan

bimbingan dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini.

3. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar

Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH.

4. Semua staf pengajar Ilmu Kesehatan Kedokteran (IKK) Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberi petunjuk dan

bimbingan dalam mengerjakan karya tulis ilmiah ini.

5. Semua pihak RSUP H. Adam Malik Medan yang telah membantu kelancaran

dan terlaksananya penelitian ini.

6. Keluarga penulis yang telah banyak memberikan dukungan sehingga karya

(5)

7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu

baik secara moril maupun materil dalam proses penulisan karya tulis ilmiah

ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pembaca agar penulis dapat menyempurnakan karya tulis ilmiah

ini. Demikianlah kata pengantar ini penulis sampaikan. Semoga karya tulis ilmiah

ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, 10 Januari 2015

Irwanto

(6)

ABSTRAK

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyakit degeneratif yang terus meningkat angka kejadian dan kematiannya setiap tahun di dunia. Sampai sekarang, belum ada data profil pasien penyakit jantung koroner di Sumatera Utara. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi dan profil pasien penyakit jantung koroner.

Penelitian ini merupaka penelitian case series. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien penyakit jantung koroner di unit rawat jalan poli jantung RSUP H. Adam Malik Medan selama Januari sampai Desember 2013. Sampel penelitian dipilih dengan teknik sampel acak dengan jenis acak sederhana menggunakan tabel angka random, yaitu sebanyak 200 orang dari 943 orang. Pengambilan data melalui observasi rekam medis. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan program SPSS.

Proporsi pasien penyakit jantung koroner di unit rawat jalan poli kardiologi RSUP H. Adam Malik pada tahun 2013 adalah sebesar 16,54%. Pasien penyakit jantung koroner paling banyak berjenis kelamin laki-laki (74,5%), pada kelompok umur ≥60 tahun (51%), pada kategori IMT overweight (37,2%), pada kadar HDL rendah (46,7%), pada kadar lemak trigliserida, LDL, dan total kolesterol normal (63,5%; 25,7%; 53,8%), pada jenis tekanan darah sistol prehipertensi dan tekanan darah diastol normal (41,5%; 36,5%), memiliki riwayat merokok (63,8%), dan tidak memiliki riwayat DM (64,5%).

Faktor resiko yang sesuai dengan teori, yaitu jenis kelamin, umur, kadar HDL, tekanan darah diastol, dan merokok

Perlu adanya pengontrolan faktor resiko penyakit jantung koroner dan peningkatan kualitas hidup dengan tindakan promotif dan preventif untuk menurunkan angka kejadian dan kematian akibat penyakit jantung koroner.

(7)

ABSTRACT

Coronary heart disease (CHD) is a degenerative disease with increasing incidence and mortality rate every years in the world. Recently, there are insufficient data about coronary heart disease profile in North Sumatera. Addressing to this problem, this research purpose to know the proportion and profile of coronary heart disease.

This research is based on case series research. Populations in this research are all of the coronary heart disease patients in outpatient unit of cardiology polyclinic of H. Adam Malik General Hospital Medan during the period of January-December 2013. Samples of this research are included by probability sampling technique with simple random sampling using random numeral table that use 200 people from 943 people. Data are taken by medical records observation, then analyzed by using SPSS program.

Proportion of coronary heart disease patient in outpatient unit of cardiology polyclinic of H. Adam Malik Central Hospital Medan during 2013 is 16,54%. Most of patients with coronary heart disease were male (74,5%), in ≥ 60 years age groups (51%), overweight (37,2%), had low HDL level (46,7%), had normal triglyceride, LDL, and total cholesterol level (63,5%; 40%; 50,5%; 53,8%), had prehypertension systole and normal diastole (41,5%; 36,5%), had smoking history (63,8%), and had no DM history (64,5%).

The risk factors that appropriate with theory are gender, age, HDL level diastolic blood pressure, and smoking.

We need to control the risk factor of coronary heart disease and improve the quality of life by promotive and preventive action to reduce incidence and mortality rate of coronary heart disease.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN... i

KATA PENGANTAR... ii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR SINGKATAN... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 2

1.4. Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. Jantung dan Pembuluh Darah Jantung... 4

2.1.1. Anatomi Jantung dan Pembuluh Darah Jantung... 4

2.1.2. Fisiologi Jantung dan Pembuluh Darah Jantung... 10

2.2. Penyakit Jantung Koroner... 15

2.2.1. Definisi... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 33

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 33

3.2. Definisi Operasional... 33

BAB 4 METODE PENELITIAN... 37

4.1. Jenis Penelitian... 37

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 37

4.2.1. Lokasi Penelitian... 37

4.2.2. Waktu Penelitian... 37

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 37

(9)

4.3.2. Besar Sampel... 37

4.3.3. Teknik Pengambilan Sampel... 38

4.3.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi... 39

4.4. Teknik Pengumpulan Data... 39

4.5. Pengolahan dan Analisa Data... 39

4.5.1. Pengolahan Data... 39

4.5.2. Analisa Data... 40

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 41

5.1. Hasil Penelitian... 41

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 41

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel... 41

5.1.3. Proporsi Penyakit Jantung Koroner... 42

5.1.4. Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Jenis Kelamin... 42

5.1.5. Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Umur... 42

5.1.6. Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)... 43

5.1.7. Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Kadar Lemak... 44

5.1.8. Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Tekanan Darah... 46

5.1.9. Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Riwayat Merokok... 48

5.1.10. Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Riwayat DM... 48

5.2. Pembahasan... 49

5.2.1. Proporsi Penyakit Jantung Koroner... 49

5.2.2. Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Jenis Kelamin... 49

5.2.3. Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Umur... 50

5.2.4. Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)... 51

5.2.5 Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Kadar Lemak... 52

5.2.6. Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Tekanan Darah... 54

5.2.7. Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Riwayat Merokok... 55

5.2.8. Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Riwayat DM... 56

5.3. Keterbatasan Penelitian... 57

(10)

6.1. Simpulan... 58 6.2. Saran... 59

DAFTAR PUSTAKA... 60

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Daftar Arteri yang Menyuplai Jantung 9

3.1. Daftar Definisi Operasional beserta Cara Ukur, Alat Ukur, 34

Hasil Ukur, dan Skala Ukur

5.1. Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan 42

Jenis Kelamin

5.2. Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan 43

Umur

5.3. Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan 43

IMT

5.4. Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan 45

Kadar Lemak

5.5. Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan 47

Tekanan Darah

5.6. Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan 48

Riwayat Merokok

5.7. Distribusi Pasien Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan 49

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Letak Jantung dalam Rongga Toraks dan Tempat 5

Mendengarkan Suara Katup Jantung

2.2. Struktur Anatomi Jantung Bagian Dalam 6

2.3. Letak Arteri Koroner 8

2.4. Vena Kardial 10

2.5. Siklus Jantung 11

2.6. Diagram Vaskularisasi Jantung pada Lapisan Epikardial, 12

Intramuskular, dan Subendokardial

2.7. Aliran Darah Koroner Kiri dan Kanan selama Siklus 14

Jantung

2.8. Skema Perkembangan Plak Aterosklerotik 31

(13)

DAFTAR SINGKATAN

ACS Acute Coronary Syndrome

AHA American Heart Association

ATP Adenosin Tri Posphat

AV Atrioventrikuler

DM Diabetes Melitus

EDV End Diastolic Volume

EKG Elektrokardiografi

HDL High Density Lipoprotein

ICD-10CM International Classification of Diseases 10th Revision Clinical

Modification

IL InterLeukin

IMT Indeks Massa Tubuh

IV Interventrikuler

LCA Left Coronary Artery

LDL Low Density Lipoprotein

MCP-1 Monocyte Chemmoattractant Protein 1

NHANES National Health and Nutrition Examination Survey

NHLBI National Heart, Lung, and Blood Institute

RCA Right Coronary Artery

Riskesdas Riset Kesehatan Dasar

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

SA Sinoatrial

SLE Systemic Lupus Erythematous

SPSS Statistical Product and Service Solution

TNF Tumor Necrosis Factor

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan

Penelitian Bidang Kesehatan

Lampiran 3 Surat Izin Studi Awal Penelitian dari Rumah Sakit Umum

Pusat H. Adam Malik Medan

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Rumah Sakit Umum Pusat H.

Adam Malik Medan

Lampiran 5 Data Induk Penelitian

(15)

ABSTRAK

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyakit degeneratif yang terus meningkat angka kejadian dan kematiannya setiap tahun di dunia. Sampai sekarang, belum ada data profil pasien penyakit jantung koroner di Sumatera Utara. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi dan profil pasien penyakit jantung koroner.

Penelitian ini merupaka penelitian case series. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien penyakit jantung koroner di unit rawat jalan poli jantung RSUP H. Adam Malik Medan selama Januari sampai Desember 2013. Sampel penelitian dipilih dengan teknik sampel acak dengan jenis acak sederhana menggunakan tabel angka random, yaitu sebanyak 200 orang dari 943 orang. Pengambilan data melalui observasi rekam medis. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan program SPSS.

Proporsi pasien penyakit jantung koroner di unit rawat jalan poli kardiologi RSUP H. Adam Malik pada tahun 2013 adalah sebesar 16,54%. Pasien penyakit jantung koroner paling banyak berjenis kelamin laki-laki (74,5%), pada kelompok umur ≥60 tahun (51%), pada kategori IMT overweight (37,2%), pada kadar HDL rendah (46,7%), pada kadar lemak trigliserida, LDL, dan total kolesterol normal (63,5%; 25,7%; 53,8%), pada jenis tekanan darah sistol prehipertensi dan tekanan darah diastol normal (41,5%; 36,5%), memiliki riwayat merokok (63,8%), dan tidak memiliki riwayat DM (64,5%).

Faktor resiko yang sesuai dengan teori, yaitu jenis kelamin, umur, kadar HDL, tekanan darah diastol, dan merokok

Perlu adanya pengontrolan faktor resiko penyakit jantung koroner dan peningkatan kualitas hidup dengan tindakan promotif dan preventif untuk menurunkan angka kejadian dan kematian akibat penyakit jantung koroner.

(16)

ABSTRACT

Coronary heart disease (CHD) is a degenerative disease with increasing incidence and mortality rate every years in the world. Recently, there are insufficient data about coronary heart disease profile in North Sumatera. Addressing to this problem, this research purpose to know the proportion and profile of coronary heart disease.

This research is based on case series research. Populations in this research are all of the coronary heart disease patients in outpatient unit of cardiology polyclinic of H. Adam Malik General Hospital Medan during the period of January-December 2013. Samples of this research are included by probability sampling technique with simple random sampling using random numeral table that use 200 people from 943 people. Data are taken by medical records observation, then analyzed by using SPSS program.

Proportion of coronary heart disease patient in outpatient unit of cardiology polyclinic of H. Adam Malik Central Hospital Medan during 2013 is 16,54%. Most of patients with coronary heart disease were male (74,5%), in ≥ 60 years age groups (51%), overweight (37,2%), had low HDL level (46,7%), had normal triglyceride, LDL, and total cholesterol level (63,5%; 40%; 50,5%; 53,8%), had prehypertension systole and normal diastole (41,5%; 36,5%), had smoking history (63,8%), and had no DM history (64,5%).

The risk factors that appropriate with theory are gender, age, HDL level diastolic blood pressure, and smoking.

We need to control the risk factor of coronary heart disease and improve the quality of life by promotive and preventive action to reduce incidence and mortality rate of coronary heart disease.

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, gaya hidup

manusia telah berubah sehingga manusia menjadi malas beraktivitas fisik dan

tidak memperhatikan pola hidupnya lagi, seperti tidak memperhatikan pola

makannya. Itu menyebabkan kejadian penyakit-penyakit degeneratif meningkat

terutama penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler. Salah satunya adalah

penyakit jantung koroner, yaitu gangguan pada arteri koroner di jantung (Bauman,

et al.,2005 dalam WHO,2008)

Laporan Asosiasi Jantung Amerika (Go, et al.,2014) memperkirakan 83,6

juta populasi dewasa di Amerika memunyai lebih dari satu penyakit

kardiovaskuler. Dari jumlah ini, lebih dari 25% populasi masyarakat di Amerika

menderita penyakit kardiovaskuler dan sekitar 18,5% dari populasi tersebut

menderita penyakit jantung koroner. Dari data National Health and Nutrition

Examination Survey (NHANES) tahun 2007-2008 dalam AHA (Go, et al.,2014),

didapati prevalensi penyakit jantung koroner di Amerika sekitar 6,4% pada

populasi dewasa di atas 20 tahun dengan prevalensi pada laki-laki sekitar 7,9 %

dan pada wanita sekitar 5,1%.

Sedangkan dalam hal penyebab kematian, penyakit kardiovaskuler

menempati posisi pertama penyebab kematian tersering, yaitu 17,3 juta penduduk

(30,5%) dari total penyebab kematian di dunia serta akan terus meningkat hingga

mencapai 23,3 juta pada tahun 2030. Dari jumlah ini, diperkirakan 7,3 juta

kematian diakibatkan oleh penyakit jantung koroner (WHO,2013) yang sering

terjadi pada usia 70-79 tahun (Mackay & Mensah,2004).

Menurut Riskesdas (2013), penyakit jantung koroner di Indonesia yang

terdiagnosis oleh dokter memiliki prevalensi sekitar 0,5% dan sekitar 1,5% bila

jumlah yang terdiagnosis ditambah dengan pasien yang memiliki gejala yang

(18)

memiliki prevalensi tertinggi adalah Sulawesi Tengah (0,8%) bila berdasarkan

yang terdiagnosis dokter dan Nusa Tenggara Timur (4,4%) bila berdasarkan yang

terdiagnosis ditambah pasien dengan gejala mirip penyakit jantung koroner.

Berdasarkan laporan WHO (2002), penyakit kardiovaskuler menempati peringkat

pertama, yaitu sekitar 28% dalam hal penyebab kematian akibat penyakit kronis.

Di Sumatera Utara, prevalensi penyakit jantung koroner yang terdiagnosis

dokter adalah 0,5%, sedangkan yang terdiagnosis dokter pasien dengan gejala

mirip penyakit jantung koroner adalah 1,1% (Riskesdas,2013).

Beberapa faktor resiko penyakit kardiovaskuler terutama penyakit jantung

koroner yang telah diketahui adalah merokok, peminum alkohol, tekanan darah

tinggi, kadar kolesterol yang tinggi, dan obesitas (Mackay & Mensah,2004)

sehingga sebenarnya penyakit jantung koroner bisa dicegah dan jumlah kematian

akibat penyakit kardiovaskuler dapat ditekan dengan mengendalikan faktor

resikonya (WHO,2013). Namun, banyak faktor resiko tersebut telah menjadi

kebiasaan masyarakat yang sulit diubah dan seiring dengan perkembangan

teknologi yang semakin mempermudah pekerjaan manusia, serta aktivitas fisik

semakin jarang dilakukan.

Dari masalah di atas, karena sepengetahuan penulis belum ada data profil

pasien penyakit jantung koroner di Sumatera Utara maka penulis tertarik

melakukan penelitian tentang proporsi dan profil pasien penyakit jantung koroner

di poli jantung RSUP Haji Adam Malik Medan yang merupakan rumah sakit

rujukan untuk wilayah Sumatera bagian utara dan sekitarnya yang dapat mewakili

dan menggambarkan profil pasien di Sumatera khususnya Sumatera Utara.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah,

yaitu: “Bagaimanakah profil pasien penyakit jantung koroner di poli jantung

RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013?”

(19)

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil pasien

penyakit jantung koroner di poli jantung RSUP Haji Adam Malik Medan pada

tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah.

1. Mengetahui proporsi penyakit jantung koroner di poli jantung RSUP

Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.

2. Mengetahui distribusi jenis kelamin pasien penyakit jantung koroner di

poli jantung RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.

3. Mengetahui distribusi umur pasien penyakit jantung koroner di poli

jantung RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.

4. Mengetahui distribusi IMT pasien penyakit jantung koroner di poli

jantung RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.

5. Mengetahui distribusi kadar lemak pasien penyakit jantung koroner di

poli jantung RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.

6. Mengetahui distribusi tekanan darah pasien penyakit jantung koroner

di poli jantung RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.

7. Mengetahui distribusi merokok pasien penyakit jantung koroner di poli

jantung RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.

8. Mengetahui distribusi riwayat diabetes melitus pasien penyakit jantung

koroner di poli jantung RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun

2013.

1.4. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah.

1. Meningkatkan pemahaman peneliti tentang penyakit jantung koroner.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jantung dan Pembuluh Darah Jantung

2.1.1. Anatomi Jantung dan Pembuluh Darah Jantung

Sistem kardiovaskuler merupakan sistem sirkulasi untuk pertukaran zat

dalam tubuh manusia yang terdiri dari jantung sebagai pompa dan pembuluh

darah sebagai pipa yang mengedarkan darah ke dan dari seluruh tubuh

(Saladin,2007). Organ jantung terletak dalam ruang toraks, dengan arah oblik (45o

dari garis sagital) tepat di tengah daerah mediastinum, dan di atas diafragma.

Mediastinum adalah daerah di antara kedua paru-paru (Ellis,2006). Batas atas

jantung setinggi tulang rawan kosta ketiga di sebelah kanan dan ruang interkosta

kedua di sebelah kiri dari sternum. Batas kanan jantung melebar dari tulang rawan

kosta ketiga sampai mendekati tulang rawan kosta keenam. Batas kiri jantung

berjalan turun dari ruang interkosta kedua sampai ke apeks yang terletak dekat

garis midklavikula di ruang interkosta kelima. Sedangkan batas bawah jantung

dari sternum di sebelah kanan tulang rawan kosta keenam sampai apeks di ruang

interkosta kelima dekat garis midklavikula (Drake, et al.,2007).

Jantung orang dewasa memiliki panjang 12 cm dari basis ke apeks.

Diameter transversal jantung yang paling luas adalah 8-9 cm dan diameter anterior

ke posteriornya adalah 6 cm. Jantung memiliki berat yang bervariasi rata-rata 300

gram untuk pria dan rata-rata 250 gram untuk wanita. Berat dewasa tersebut

dicapai ketika berumur 17 sampai 20 tahun.

Jantung dan pembuluh darah besar dari atau ke jantung dilapisi oleh suatu

jaringan yang dikenal dengan nama perikardium. Perikardium terdiri dari 2

komponen penting, yaitu perikardium fibrosa yang kuat serta padat dan

perikardium serosa yang tipis dan lembut. Perikardium serosa terdiri dari 2 lapis

membran, yaitu bagian dalam (viseral) yang melekat ke jantung yang disebut

epikardium dan bagian luar yang melekat pada perikardium fibrosa (parietal). Di

(21)

jantung tanpa gesekan antara kedua lapisan viseral dan parietal ketika jantung

berdenyut (Standring,2008). Ruang ini disebut kavitas perikardial.

Dinding tiap ruang jantung terdiri dari 3 lapisan utama, yaitu lapisan yang

paling luar adalah epikardium yang merupakan perikardium serosa bagian viseral

yang berdinding tipis, lapisan di tengahnya adalah miokardium yang berdinding

tebal yang berisi otot-otot jantung yang berguna untuk memompa jantung, dan

lapisan paling dalam adalah endokardium yang merupakan lapisan yang tipis

mirip jaringan ikat endotel dan subendotel (Moore, et al.,2010). Kebanyakan

lapisan dinding jantung terdiri oleh miokardium, khususnya di ventrikel. Ketika

jantung berkontraksi, khususnya ventrikel, miokardium akan memproduksi

gerakan seperti memeras karena serat otot jantungnya yang berbentuk double

helix (Torrent-Guasp, et al.,2001 dalam Moore, et al.,2010). Gerakan ini

menyebabkan volume ruang ventrikel mengecil sehingga darah terpompa masuk

ke aorta atau arteri pulmonaris (Moore, et al.,2010).

Gambar 2.1. Letak Jantung dalam Rongga Toraks dan Tempat Mendengarkan Suara Katup Jantung, A = Aorta, P = Pulmonal, M = Mitral, T = Triskupid

Sumber: Standring, S. 2008. Gray’s Anatomy: The Anatomical Basic of Clinical Practice. 14th ed. Amsterdam: Churchill Livingstone Elsevier.

Jantung memiliki empat buah ruang, yaitu 2 buah atrium dan 2 buah

(22)

ventrikel dipisahkan oleh septum interventrikuler. Atrium dan ventrikel sebelah

kanan dipisahkan oleh katup trikuspid dan yang sebelah kiri dipisahkan oleh katup

biskupid atau yang lebih dikenal dengan katup mitral. Katup trikuspid dan katup

mitral berfungsi mencegah darah yang telah dipompakan atrium ke ventrikel

kembali lagi ke atrium ketika ventrikel berkontraksi. Ujung-ujung katup ini diikat

oleh korda tendinea ke muskulus papillaris. Darah dari ventrikel kanan akan

dipompa ke paru melalui arteri pulmonaris. Sedangkan darah dari ventrikel kiri

akan dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta dan sebagian kecil akan

dipompakan ke jantung untuk menyuplai oksigen dan nutrisi untuk otot jantung

melalui arteri koroner.

Gambar 2.2. Struktur Anatomi Jantung Bagian Dalam

Sumber: Tortora, G. J., Derrickson, B., 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed. Hoboken: John Wiley & Sons.

Pembuluh darah jantung terdiri dari arteri koroner dan vena kardial,

dimana menyuplai sebagian besar darah ke dan dari miokardium. Endokardium

dan jaringan subendokardial mendapat oksigen dan nutrisi dengan cara difusi atau

mikrovaskuler dari ruang di jantung. Pembuluh darah jantung normalnya tertanam

(23)

Adakalanya, bagian dari pembuluh darah ini menjadi tertanam dalam miokardium.

Pembuluh darah di jantung mendapat pengaruh inervasi dari sistem saraf simpatis

dan parasimpatis (Moore, et al.,2010).

Suplai darah jantung berasal dari arteri koroner yang merupakan cabang

pertama aorta yang menyuplai darah ke miokardium dan epikardium baik atrium

maupun ventrikel, yang memiliki 2 cabang, yaitu arteri koroner kanan dan kiri

yang cabang utamanya terletak di sulkus interventrikuler dan atrioventrikuler.

Arteri koroner kanan muncul dari sinus aorta anterior dan berjalan ke depan

melalui trunkus pulmonaris dan atrium kanan, serta menyelusuri sulkus

atrioventrikuler bagian kanan (Ellis,2006). Dekat dengan asalnya, arteri koroner

kanan selalu memberikan percabangan ke nodus sinoatrial (SA node) yang

memberikan percabangan ke nodus tersebut. Arteri koroner kanan kemudian

berjalan turun melalui sulkus koroner dan bercabang menjadi arteri marginalis

kanan, yang menyuplai darah ke bagian pinggir kanan jantung, dan berjalan ke

apeks jantung, tetapi tidak mencapainya. Setelah memberikan percabangan ini,

arteri koroner kanan berbelok ke kiri dan terus menyelusuri sulkus koroner ke

arah posterior jantung. Pada bagian posterior, dimana pertemuan antara septum

interatrial dan septum interventrikuler di antara 4 ruang jantung, arteri koroner

kanan memberikan percabangan ke nodus atrioventrikuler (AV node) untuk

menyuplai darah ke sana. Nodus sinoatrial dan atrioventrikuler merupakan bagian

dari sistem konduksi listrik di jantung.

Dominasi dari sistem arteri koroner berasal dari arteri koroner mana yang

memberikan cabang ke arteri posterior yang berjalan menurun (posterior

decending artery). Biasanya sistem arteri koroner ini didominasi arteri koroner

kanan sekitar 67%, arteri koroner kiri sekitar 15%, dan kombinasinya sekitar 18%.

Arteri koroner kanan memberikan cabang interventrikuler posterior yang besar,

yang berjalan turun di sulkus interventrikuler posterior. Cabang ini memberi

suplai darah ke kedua ventrikel dan mengirim percabangan utuk menyuplai darah

ke septum interventrikuler. Kadang-kadang cabang ini juga menyuplai darah ke

(24)

Gambar 2.3. Letak Arteri Koroner (A) Anterior (B) Posterior

Sumber: Moore, K. L., Dalley, A. F, and Agur, A. M. R.. 2010. Clinically Oriented Anatomy. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Diameter arteri koroner kiri lebih besar dari diameter arteri koroner yang

kanan dan menyuplai darah lebih banyak ke miokardium termasuk seluruh ruang

jantung dan septum interventrikuler, kecuali yang right dominance (dominan

kanan) dimana arteri koroner kanan yang menyuplai bagian posterior jantung

memiliki 2 percabangan utama, yaitu arteri sirkumfleksi dan arteri interventrikuler

anterior. Arteri koroner kiri yang keluar dar aorta jarang memberikan percabangan

ke SA node dan ketika mencapai sulkus atrioventrikuler, bercabang menjadi 2 atau

3 cabang utama. Arteri interventrikuler anterior merupakan cabang pertamanya

yang sering digambarkan sebagai kelanjutan dari arteri koroner kiri. Arteri ini

berjalan ke bawah, oblik, depan, dan ke kiri di sulkus interventrikuler dan

mencapai apeks jantung. Adakalanya, terdapat variasi dari pembuluh darah ini,

yaitu arteri ini berjalan terus ke apeks dan bertemu dengan cabang arteri

interventrikuler posterior. Arteri ini juga bercabang menjadi cabang ventrikuler

anterior kanan-kiri dan cabang septum anterior. Sedangkan arteri sirkumfleksi

berjalan melalui sulkus atrioventrikuler, terus berjalan mengitari sampai ke bagian

posterior jantung, dan berakhir di sebelah kiri dari pertemuan 4 ruang jantung.

Arteri sirkumfleksi juga memiliki cabang, yaitu arteri marginalis kiri yang

menyuplai darah ke batas kiri ventrikel kiri sampai ke apeks (Standring,2008).

(25)

Tabel 2.1. Daftar Arteri yang Menyuplai Jantung Arteri

/cabang Asal Perjalanan Distribusi Anastomosis

Koroner

Berjalan naik ke SA Trunkus pulmoner dan nodus SA

Marginal

kanan RCA

Berjalan ke batas inferior dari jantung dan apeks

Ventrikel kanan dan

apeks jantung Cabang IV

IV posterior RCA (67%)

Berjalan di sulkus IV posterior dari apeks

jantung

Ventrikel kanan dan kiri, serta sepertiga bagian

Melewati nodus AV Nodus AV

Koroner kiri

Berjalan pada sulkus AV dan bercabang menjadi

arteri IV kiri dan sirkumfleksi

Sebagian besar atrium dan ventrikel kiri, septum IV, dan buntelan

AV, bisa juga

atrium kiri ke nodus SA

Atrium kiri dan nodus SA

IV anterior LCA

Melewati sepanjang sulkus IV anterior ke

apeks jantung

Ventrikel kanan dan kiri, serta dua per tiga bagian

septum IV anterior

Berjalan ke kiri melalui sulkus AV dan berjalan ke permukaan jantung

posterior

Atrium dan ventrikel kiri RCA

Marginal kiri

Cabang arteri sirkumfleksi

dari LCA

Mengikuti batas kiri

jantung Atrium kiri Cabang IV

IV posterior LCA (33%)

Berjalan di sulkus IV posterior ke apeks

jantung

Ventrikel kanan dan kiri, serta sepertiga bagian IV

posterior Oriented Anatomy. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Kebanyakan vena kardial kembali ke atrium kanan melalui sinus koroner,

kecuali vena kardial anterior dan vena kordis minima yang langsung ke atrium

(26)

Gambar 2.4. Vena Kardial

Sumber: Moore, K. L., Dalley, A. F., and Agur, A. M. R.. 2010. Clinically Oriented Anatomy. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

2.1.2. Fisiologi Jantung dan Pembuluh Darah Jantung a. Siklus Jantung

Siklus jantung adalah siklus yang dimulai dari satu detakan jantung ke

awal dari detakan selanjutnya. Setiap siklus dimulai dari aksi potensial yang

terbentuk spontan dari SA node, yang terletak di dinding lateral superior dari

atrium kanan dekat dengan pintu masuk vena cava superior. Aksi potensial

berjalan dari SA node melalui kedua atrium dan kemudian melalui A-V bundle ke

ventrikel. Karena suatu sistem rancangan dalam sistem konduksi dari atrium ke

ventrikel, ada perlambatan lebih dari 0,1 detik dari hantaran listrik dari atrium ke

ventrikel. Ini memungkinkan atrium untuk berkontraksi duluan untuk mengisi

darah ke ventrikel sebelum kontraksi ventrikel yang kuat dimulai.

Diastol merupakan suatu keadaan dimana jantung, terutama ventrikel terisi

darah diikuti periode kontraksi yang dikenal sistol (Guyton & Hall,2006). Selama

sistol atrium yang terjadi 0,1 detik, atrium mengalami kontraksi. Pada waktu yang

sama, ventrikel mengalami relaksasi. Depolarisasi SA node menyebabkan

depolarisasi atrium, yang ditandai gelombang P di elektrokardiografi (EKG),

kemudian menyebabkan sistol dari atrium. Ketika atrium berkontraksi, atrium

mendesak tekanan dari darah, yaitu melawan tekanan dari darah yang melalui

katup atrioventrikuler ke dalam ventrikel. Sistol dari atrium menyumbang darah

sebanyak 25 ml darah ke dalam tiap ventrikel (kira-kira 105 ml). Pada akhir sistol

(27)

130 ml pada akhir periode relaksasi dan volume darah tersebut disebut volume

akhir diastolik atau end-diastolic volume (EDV). Kompleks QRS pada EKG

menandakan awal dari depolarisasi ventrikel.

Gambar 2.5. Siklus Jantung

Sumber: Guyton, A. C., Hall, J. E.. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders.

Setelah itu, dilanjutkan sistol dari ventrikel yang disebabkan depolarisasi

ventrikel. Selama sistol ventrikel, yang berlangsung 0,3 detik, ventrikel

berkontraksi dan pada waktu yang bersamaan, atrium mengalami relaksasi pada

diastol atrium. Ketika sistol ventrikel dimulai, tekanan meningkat di dalam

ventrikel dan mendorong darah melalui katup atrioventrikuler sehingga katupnya

tertutup. Untuk sekitar 0,05 detik, baik katup semilunar dan atrioventrikuler

tertutup. Periode ini disebut kontraksi isovolumetrik.

Kontraksi terus menerus membuat tekanan dalam ventrikel terus

meningkat dengan tajam sampai melewati 80 mmHg pada ventrikel kiri dan 20

mmHg pada ventrikel kanan. Pada saat itu, darah dari jantung mulai dipompakan.

(28)

pada ventrikel kanan. Periode ketika katup semilunar terbuka disebut ejeksi

ventrikuler dan berlangsung selama 0,25 detik. Darah yang dipompakan baik ke

aorta maupun ke arteri pulmonaris sebanyak 70 ml. Volume ini disebut volume

sekuncup (stroke volume) dan sisanya sebanyak 60 ml disebut volume akhir sistol

(end-systolic volume). Gelombang T dalam EKG menandakan awal dari

repolarisasi ventrikel (Tortora,2009).

b. Aliran Darah Koroner (Coronary Blood Flow)

Aliran darah koroner yang normal pada manumur rata-rata sekitar 225

mililiter/menit, dimana jumlah ini sekitar 4-5% dari jumlah curah jantung total.

Selama aktivitas berat, jantung orang dewasa muda meningkat curah jantungnya

menjadi 4-7 kali lipat dan memompa darah melawan tekanan arteri yang lebih

tinggi dari normalnya. Akibatnya, kerja jantung dalam kondisi yang berat

meningkat 6-9 kali lipat. Pada waktu yang sama, aliran darah koroner meningkat

3-4 kali lipat untuk menyuplai nutrisi lebih banyak yang dibutuhkan jantung,

tetapi ini tidak sebanding dengan kerja jantung yang meningkat dimana berarti

rasio energi yang dikeluarkan jantung dengan aliran darah koroner meningkat.

Jadi, efisiensi energi oleh digunakan jantung meningkat dan tidak sebanding

dengan suplai darah yang relatif kurang (Guyton & Hall,2006)

Gambar 2.6. Diagram Vaskularisasi Jantung pada Lapisan Epikardial, Intramuskular, dan Subendokardial

Sumber: Guyton, A. C., Hall, J. E.. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders.

Nutrisi tidak dapat berdifusi cukup cepat dari darah di ruang jantung untuk

menyuplai seluruh lapisan sel yang menyusun dinding jantung. Alasan inilah yang

membuat miokardium memunyai jaringan pembuluh darah sendiri, yaitu sirkulasi

(29)

kiri menurun sampai jumlah yang minimal ketika otot jantung berkontraksi karena

pembuluh darah kecil, terutama di daerah miokardium terkompresi oleh kontraksi

otot jantung. Aliran darah pada arteri koroner kiri selama fase sistol hanya 10-30

% dari jumlah darah ketika fase diastol dimana otot jantung mengalami relaksasi

dan banyak aliran darah terjadi. Efek kompresi dari sistol pada aliran darah

koroner sangat kecil pada atrium kanan sebagai akibat dari tekanan ventrikel yang

lebih rendah sehingga kompresi pada arteri koronernya sangat sedikit.

Perubahan aliran darah koroner selama siklus jantung pada orang yang

sehat tidak terlalu berdampak walaupun sewaktu aktivitas berat. Berbeda dengan

orang yang memiliki gangguan pada arteri koroner, sedikit peningkatan denyut

jantung yang mengurangi waktu diastol, akan mengganggu aliran darah koroner.

Otot jantung mendapat perfusi nutrisi dari permukaan epikardial (luar) ke

permukaan endokardial (dalam). Selama sistol, gaya kompresi lebih berefek pada

aliran darah koroner pada lapisan miokardium dimana gaya kompresi lebih tinggi

dan tekanan pembuluh darah jantung lebih rendah sehingga aliran darah koroner

bagian miokardium menurun (Williams & Wilkins,2013). Tetapi pembuluh darah

besar pada pleksus subendokardial yang normal dapat mengompensasi hal

tersebut (Guyton & Hall,2006).

Menurut Guyton & Hall (2006), ada beberapa hal yang mempengaruhi

aliran darah koroner, yaitu:

1. Hasil metabolisme dari otot lokal

Aliran darah yang melalui sistem koroner diregulasi oleh vasodilatasi

arteriol lokal sebagai respon dari kebutuhan otot jantung akan nutrisi.

Ketika kebutuhan akan nutrisi meningkat, maka akan terjadi

(30)

Gambar 2.7. Aliran Darah Koroner Kiri dan Kanan selama Siklus Jantung Sumber: Guyton, A. C., Hall, J. E.. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders.

2. Kebutuhan akan oksigen

Aliran darah koroner diregulasi juga oleh proporsi kebutuhan oksigen.

Normalnya, sekitar 70% oksigen pada darah arteri koroner dipakai

oleh otot jantung ketika istirahat dan meningkat atau menurun seiring

dengan aktivitas yang dilakukan. Dengan meningkatnya aktivitas yang

tidak diimbangi oleh suplai oksigen, berbagai substansi, seperti

adenosin, ATP, ion kalium, ion hidrogen, karbon dioksida, bradikinin,

prostaglandin, dan nitrit oksida, terlepas dan menyebabkan vasodilatasi

arteri koroner.

3. Kontrol sistem saraf otonom

(31)

kontraksi dan denyut jantung. Itu menyebabkan peningkatan hasil

metabolisme otot jantung dan mengaktifkan mekanisme regulasi oleh

hasil metabolisme dan menyebabkan vasodilatasi. Sebaliknya,

pengaktifan sistem parasimpatis menyebabkan pengeluarkan asetilkolin dan merangsang reseptor β sehingga menurunkan kontraksi dan denyut jantung. Itu menyebabkan penurunan hasil metabolisme

otot jantung dan menyebabkan vasokonstriksi arteri koroner.

2.2. Penyakit Jantung Koroner 2.2.1. Definisi

Menurut Garko (2012), penyakit jantung koroner atau penyakit arteri

koroner adalah sebuah penyakit jantung di mana dinding endotel bagian dalam

pada satu atau lebih arteri koroner menjadi sempit baik sebagian ataupun total

akibat akumulasi kronis dari plak ateromatous yang mengurangi aliran darah yang

kaya nutrisi dan oksigen dari paru-paru ke otot jantung sehingga merusak struktur

dan fungsi dari jantung dan meningkatkan resiko dari berbagai kejadian pada

jantung seperti nyeri dada (contohnya angina pektoris) dan serangan jantung

(infark miokard).

2.2.2. Etiologi

Penyebab tersering dari penyakit jantung koroner adalah deposit ateroma

di jaringan subintima pada arteri koroner besar dan sedang (aterosklerosis).

Penyakit jantung koroner juga dapat disebabkan spasme dari arteri koroner,

vaskulitis (bisa karena systemic lupus erythematosus (SLE) atau sifilis), dan

penyakit-penyakit yang mengenai arteri koroner, seperti emboli, diseksi, dan

aneurisma, tetapi jarang menyebabkan penyakit jantung koroner (Porter &

Kaplan,2011).

Aterosklerosis adalah suatu proses kronis yang progresif dan tiba-tiba

muncul dengan karakteristik berupa penumpukan lemak, elemen fibrosa, dan

molekul inflamasi pada dinding arteri koroner. Aterosklerosis merupakan proses

(32)

berhubungan dengan faktor lingkungan dan genetik dimana faktor tersebut

akhirnya akan berubah menjadi faktor resiko dari penyakit jantung koroner

(Sayols-Baixeras, et al.,2014). Walaupun kejadian penyakit jantung koroner

muncul di dekade ke-5 pada laki-laki dan dekade ke-6 pada perempuan,

sesungguhnya proses aterosklerosis telah dimulai dari awal kehidupan, bahkan

dari masa perkembangan janin (Lavezzi,2009 dalam Sayols-Baixeras, et al.,2014).

2.2.3. Epidemiologi a. Prevalensi

Menurut Roger, et al. (2012) dalam Garko (2012), diperkirakan sekitar

16,3 juta orang (7% populasi orang Amerika dewasa di atas 20 tahun) menderita

penyakit jantung koroner. Dari total populasi yang terdiagnosis penyakit jantung

koroner, sekitar 8,3% adalah laki-laki dan 6,1% adalah perempuan. Diprediksi

pada tahun 2030, sekitar 8 juta populasi Amerika dewasa yang lain akan

terdiagnosis penyakit jantung koroner. Jumlah ini mencerminkan peningkatan

prevalensi sebesar 16,6% dari prevalensi pada tahun 2010.

Prevalensi penyakit jantung di Indonesia adalah 0,5% yang terdiagnosis

oleh dokter dan sekitar 1,5% bila jumlah yang terdiagnosis ditambah dengan

pasien yang memiliki gejala yang mirip dengan penyakit jantung koroner. Di

Sumatera Utara, prevalensi penyakit jantung koroner yang terdiagnosis dokter

adalah 0,5%, sedangkan yang terdiagnosis dokter pasien dengan gejala mirip

penyakit jantung koroner adalah 1,1% (Riskesdas,2013).

b. Insidensi

Pada tahun 2011, 785.000 populasi Amerika dewasa akan mendapat

serangan penyakit jantung koroner yang baru, dimana 470.000 populasi Amerika

dewasa akan mendapat pengalaman sebuah serangan jantung berulang.

Diperkirakan insidensi tiap tahun dari kasus baru serangan jantung adalah 610.000

dengan 325.000 serangan berulang. Rata-rata umur pertama kali mengalami

serangan jantung adalah sekitar umur 64,5 tahun untuk laki-laki dan 70,3 tahun

(33)

(2004), perkiraan insidensi penyakit jantung koroner di Indonesia adalah 1,05 juta

kasus baru pada tahun 2004.

c. Mortalitas

Setiap 25 detik, seorang di Amerika akan mengalami pengalaman kejadian

yang berhubungan dengan koroner dan setiap menitnya, ada satu orang yang akan

mendapat pengalaman ke,jadian jantung yang fatal, biasanya serangan jantung

(Roger, et al.,2012).

Berdasarkan data WHO (2011), kematian akibat penyakit jantung koroner

di Indonesia mencapai 234 ribu atau 17,05% total kematian di Indonesia. Angka

kematian yang sesuai umur (age adjusted death rate) adalah 150,77 per 100.000

populasi yang menempatkan Indonesia sebagai peringkat 51 di dunia.

2.2.4. Klasifikasi

Penyakit jantung koroner termasuk dalam penyakit jantung iskemik kronis

(ICD-10CM I25) memiliki kode I25.1 dengan nama atherosclerotic heart disease

of native coronary artery (penyakit jantung aterosklerosis dari arteri koroner itu

sendiri), memiliki klasifikasi, yaitu:

1. Atherosclerotic heart disease of native coronary artery without angina

pectoris (ICD-10CM I25.10)

2. Atherosclerotic heart disease of native coronary artery with angina pectoris

(ICD-10CM I25.11) dibagi 4, terdiri dari :

a) Atherosclerotic heart disease of native coronary artery with unstable

angina pectoris (ICD-10CM I25.110)

b)Atherosclerotic heart disease of native coronary artery with angina

pectoris with documented spasm (ICD-10CM I25.111)

c) Atherosclerotic heart disease of native coronary artery with other forms of

angina pectoris (ICD-10CM I25.118)

d)Atherosclerotic heart disease of native coronary artery with unspecified

(34)

2.2.5. Faktor resiko

Faktor resiko dari penyakit jantung koroner dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Faktor resiko utama

Faktor resiko utama adalah faktor resiko yang menurut banyak penelitian

memberikan hasil yang bermakna dalam meningkatkan resiko dari

penyakit jantung koroner, yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:

b) Faktor resiko utama yang tidak dapat dimodifikasi, terdiri dari :

1) Penambahan umur

Perubahan pada arteri koroner berkaitan erat dengan pertambahan

umur (Deopujari & Dixit,2010). Hubungan umur dengan mortalitas

dari penyakit jantung koroner membentuk grafik log linear sebagai

akibat efek akumulasi dari kerusakan pembuluh darah yang lama

dan kegagalan dalam mekanisme perbaikan (Vaidya, et al.,2011).

Perubahan utama yang terjadi oleh penuaan adalah penebalan

tunika intima disertai tunika media yang mengalami fibrosis.

Ketebalan dari tunika intima yang diamati secara bertahap

meningkat ketika dekade keempat dan kemudian menipis secara

bertahap (Deopujari & Dixit,2010). Umur berperan penting dalam

terjadinya penyakit jantung koroner karena dapat mempengaruhi

faktor resiko lain, seperti tekanan darah tinggi, obesitas, dan kadar

lemak. Berat badan yang merupakan faktor resiko yang dapat

dimodifikasi meningkat pada umur dewasa tua. Gangguan dalam

profil lemak, seperti nilai total kolesterol dan LDL meningkat

disertai nilai HDL yang rendah, juga berhubungan dengan

pertambahan umur (Ghosh,2010). Sekitar 82% orang meninggal

akibat penyakit jantung koroner berumur di atas 65 tahun dan

jumlah kasus pada umur antara 75 sampai 84 tahun akan menjadi 2

kali lipat pada 30 tahun kemudian (Odden, et al.,2011). Pada umur

yang lebih tua, wanita yang mengalami serangan jantung menjadi

lebih sering dari pria, kebanyakan dari wanita tersebut akan

(35)

minggu (AHA,2013). Pada setiap umur, ditemukan juga perbedaan

pada faktor resiko yang meningkatkan resiko penyakit jantung.

Pada dewasa muda, faktor resiko yang berperan, yaitu stress dan

serba kecukupan, sedangkan pada dewasa pertengahan, faktor

resiko yang berperan bertambah lebih banyak, yaitu stress,

merokok, aktivitas fisik yang kurang, obesitas, pria, dan

pengangguran. Dan pada umur tua, faktor yang berperan dalam

menyebabkan penyakit jantung bertambah lebih banyak lagi, yaitu

stress, riwayat merokok, aktivitas fisik yang kurang, obesitas,

laki-laki, pengangguran, kulit putih, dan kemiskinan (Wang &

Wang,2013).

2) Jenis kelamin

Pria memunyai resiko lebih besar dari perempuan dan mendapat

serangan lebih awal dalam kehidupannya dibandingkan wanita

(NHBLI,2011). Itu dikarenakan kebanyakan faktor resikonya tidak

mau diubah oleh pria, seperti merokok, alkohol, dan kadar HDL

yang lebih rendah dari wanita (Krämer, et al,2012) dan sebelum

menopause, estrogen memberikan perlindungan kepada wanita dari

penyakit jantung koroner (NHBLI,2011). Setelah masa menopause,

ketika angka kematian pada wanita akibat penyakit jantung koroner

meningkat, itu tidak melebih angka kematian pada pria

(AHA,2013). Berbeda dengan pria, wanita memunyai faktor resiko

tambahan yang meningkatkan kejadian terjadinya penyakit jantung

koroner, seperti sindrom ovarium polikistik, preeklampsia,

menopause, penggunaan obat kontrasepsi oral, dan terapi hormonal

(Tan, et al.,2009). Wanita dengan sindrom ovarium polikistik

meningkatkan resiko terjadinya sindrom metabolik dan faktor

resiko penyakit jantung koroner yang lain, seperti diabetes melitus

tipe 2 (Shaw, et al.,2008 dalam Maas & Appleman,2010).

Preeklampsia pada wanita yang ditandai dengan hipertensi

(36)

kehamilan 20 minggu juga beresiko 2 kali terkena penyakit jantung

koroner dibandingkan wanita dengan normotensi selama masa

kehamilan (Bellamy, et al.,2007 dalam Maas & Appleman,2010).

Menopause yang awal pada seorang wanita akan meningkatkan

resiko terkena penyakit jantung koroner atau stroke sebesar 2 kali

lipat dan meningkatkan resiko mortalitas akibat penyakit jantung

koroner sebesar 1,5 sampai 2 kali lipat dibandingkan dengan

wanita dengan waktu menopause yang normal (Wellons, et

al.,2012). Wanita juga dapat hidup lebih lama dari pria dan

memunyai kecenderungan ke salah faktor resiko utama dari

penyakit jantung koroner, yaitu diabetes melitus dibandingkan pria

(Lee, et al.,2013) dan hipertensi (Jamee,2013).

3) Genetik (termasuk ras)

Riwayat penyakit jantung koroner dini pada keluarga merupakan

faktor resiko yang bebas, dan diduga ada variasi urutan DNA yang

diturunkan yang berperan dalam resiko penyakit jantung. Studi

asosiasi mengenai genom berhasil mengidentifikasi SNPs (single

nucleotide polymorphism) pada 13 daerah genom yang berkaitan

dengan penyakit jantung koroner, infark miokard, atau keduanya

(Musunuru & Kathiresan,2010). Diperkirakan salah satu gen yang

berperan dalam kejadian penyakit jantung koroner adalah gen

Ch9p21 SNPs dan gen tersebut juga berperan dalam kejadian

infark miokard (Angelakopoulou,2012). Anak dari orang tua

dengan penyakit jantung akan lebih berpotensi terkena penyakit

jantung (AHA,2013). Baik pria maupun perempuan yang memiliki

paling sedikit satu orang tua yang memiliki penyakit jantung

koroner beresiko 1,4 sampai 1,6 kali terkena penyakit jantung

koroner dibandingkan dengan orang tanpa orang tua yang

menderita penyakit jantung koroner (Sundquist,et al.,2011). Orang

Amerika Afrika memunyai tekanan darah yang sangat tinggi dan

(37)

menderita pernyakit jantung. Itu dikarenakan mereka memiliki

angka obesitas dan diabetes yang tinggi (AHA,2013).

c) Faktor resiko utama yang dapat dimodifikasi, terdiri darah :

1) Merokok

Rokok mengandung zat kimia, seperti nikotin, karbon monoksida,

ammonia, formaldehida, tar, dan lain-lain. Bahan aktif utamanya

adalah nikotin (efek akut) dan tars (efek kronis). Efek nikotin pada

sistem kardiovaskuler adalah efek simpatomimetik, seperti

menyebabkan takikardi, kontraksi ventrikuler di luar sistol,

meningkatkan noradrenalin dalam plasma, tekanan darah, cardiac

output, dan konsumsi oksigen sehingga menyebabkan penyempitan

aterosklerotik, penempelan platelet, dan menurunkan HDL. LDL

menjadi lebih mudah memasuki dinding arteri yang berperan

dalam patogenesis penyakit jantung koroner (Yathish, et al.,2011).

Merokok juga meningkatkan oksidasi dari LDL dan meningkatkan

berbagai faktor resko lain, yaitu hiperlipidemia, hipertensi, dan

diabetes melitus (Kelley,2009). Banyak efek merokok yang

sinergis sehingga meningkatkan faktor resiko penyakit jantung,

seperti trombosis, disfungsi endotel, aterosklerosis, gangguan

hemodinamik, dan menyebabkan resistensi insulin (Prasad, et

al.,2009). Merokok, bahkan beberapa batang per hari, akan

meningkatkan resiko menderita penyakit jantung (HeartUK,2012).

Merokok meningkatkan resiko penyakit jantung koroner sebanyak

2-4 kali dari yang tidak merokok. Orang yang merokok satu

bungkus rokok tiap hari meningkatkan resiko serangan jantung

sebesar 2 kali lipat dari yang belum pernah merokok (AHA,2013).

Mereka yang merokok terus menerus memiliki resiko terkena

penyakit jantung koroner 2,01 kali lipat bila kurang dari 10 tahun

dan 5,12 kali lipat bila lebih dari 10 tahun (Ram &

Trivedi,2012(a)). Mengisap rokok meningkatkan resiko penyakit

(38)

cerutu (Yathish, et al.,2011). Wanita yang merokok memunyai

resiko 25% lebih besar terkena penyakit jantung koroner

dibandingkan dengan pria yang merokok bila bebas dari faktor

resiko yang lain (Huxley & Woodward,2011).

2) Kadar lemak yang abnormal (kolesterol dan trigliserida)

Salah satu komponen lemak tubuh adalah kolesterol. Kolesterol

sangat penting bagi sel yang sehat, tetapi bila tubuh

mengakumulasikannya dalam jumlah banyak, kolesterol akan

berdeposit ke dinding pembuluh darah yang akan menyebabkan

kerusakan dan bisa menghambat aliran darah. Jika ini terjadi,

resiko serangan jantung akan meningkat (HeartUK,2012).

Kolesterol terdiri dari 2 bentuk utama, yaitu HDL (high density

lipoprotein) yang berperan dalam membawa kadar lemak yang

tinggi dalam jaringan ke hati untuk dimetabolisme dan dikeluarkan

dari tubuh dan LDL yang berperan membawa kolesterol ke

jaringan, termasuk arteri koroner. Nilai LDL yang tinggi dan HDL

yang rendah berperan dalam peningkatan resiko penyakit jantung,

terutama penyakit jantung koroner (NHLBI,2011). HDL memiliki

fungsi yang sangat menarik termasuk aktivitas antiinflamasi,

antioksidan (McGrowder, et al.,2011), antiapoptotik, dan

antitrombotik (Ali, et al.,2012). Aktivitas dari antioksidan dan

antiinflamasi yang tinggi dari HDL berhubungan dengan

perlindungan tubuh terhadap penyakit kardiovaskuler

(McGrowder, et al.,2011). Komponen LDL yang berperan sebagai

faktor resiko yang penting adalah lipoprotein a (lp(a)). Mekanisme

patogenesis lp(a) yang berlebihan meliputi peningkatan

trombogenesis dan gangguan fibrolisis akibat berkompetisi dengan

plasminogen, penghambatan transforming growth factor β,

ketidakstabilan plak, peningkatan proliferasi dan migrasi otot

polos, pembentukan trombus penyumbat, gangguan pembentukan

(39)

retensi LDL, dan upregulation dari pengekspresian plasminogen

activator inhibitor (PAI-I). Serum lp(a) didapati lebih rendah pada

umur 20-30 tahun dan lebih tinggi pada umur 50-60 tahun

(Sharma, et al.,2012). Hal lain yang berperan penting dari

komponen LDL adalah lipoprotein-associated phospholipase A2

(Lp-PLA2), yaitu sebuah enzim yang diekspresikan oleh sel

inflamasi pada plak aterosklerotik dan dibawa oleh sirkulasi

dengan berikatan utamanya dengan LDL. Lp-PLA2 menghidrolisis

fosfolipid yang teroksidasi menjadi produk proinflamasi yang

berperan dalam disfungsi endotel, proses inflamasi pada plak, dan

pembentukan inti nekrotik pada plak (Thompson, et al.,2010).

Komponen yang lain adalah trigliserida. Bila dalam darah terdapat

jumlah lemak yang berlebih, terutama trigliserida, biasanya akan

berpasangan dengan kadar HDL yang rendah (HeartUK,2012).

Rasio non-HDL kolesterol, trigliserida, dan total kolesterol dengan

HDL kolesterol lebih berhubungan erat dengan resiko penyakit

jantung koroner pada masa depan dibandingkan hanya LDL

kolesterol. Di sini juga ditemukan pada kadar LDL dalam berbagai

level, individu dengan salah satu rasio peningkatan level non-HDL

kolesterol, atau peningkatan level trigliserida, atau dengan

peningkatan total kolesterol dibandingkan dengan level HDL

kolesterol juga berpeluang berkembang menjadi penyakit jantung

koroner (Arsenault, et al.,2010).

3) Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi meningkatkan kerja jantung dan

menyebabkan dinding jantung menjadi tebal dan kaku yang

menyebabkan jantung tidak berkerja dengan baik. Ini

meningkatkan resiko kejadian stroke, serangan jantung, gagal

ginjal, dan penyakit jantung kongestif. Ketika tekanan darah tinggi

ini bergabung dengan faktor resiko yang lain, akan meningkatkan

(40)

jantung koroner melalui 2 cara. Pertama, hipertensi menyebabkan

kerusakan pada endotel yang akan menyebabkan senyawa

vasodilator tidak dapat keluar dan membuat penumpukan okigen

reaktif serta penumpukan faktor-faktor inflamasi yang mendukung

perkembangan dari aterosklerosis, trombosis, dan penyumbatan

pembuluh darah. Kedua, hipertensi menyebabkan peningkatan

afterload yang menyebabkan hipertropi dari ventrikel kiri. Itu

menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen miokardium dan

menurunnya aliran darah koroner. Semua hal di atas mendukung

terjadinya penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, dan

kematian jantung tiba-tiba (Olafiranye, et al.,2011). Orang dengan

hipertensi memiliki resiko lebih besar terkena penyakit jantung

koroner sebesar 3 kali lipat dibandingkan yang normotensi.

Hipertensi juga secara signifikant berkaitan dengan perkembangan

penyakit jantung koroner (Ram & Trivedi,2012(b)). Pulse pressure

(PP), tekanan sistol, tekanan diastol, dan mean arterial pressure

(MAP) merupakan prediktor kuat dari gejala penyakit jantung pada

seseorang dengan hipertensi dan penyakit jantung koroner

(Bangalore, et al.,2009). Pada seseorang dengan hipertensi, terjadi

penurunan tekanan diastol padahal suplai nutrisi dan oksigen

terjadi fase diastol, sehingga terjadi penurunan perfusi dan

membuat otot jantung rentang terkena iskemik. Penurunan diastol

meningkatkan besar rentang pulse pressure (Nogueira,2013).

Seseorang dengan tekanan darah diastol <70 mmHg dengan

tekanan darah sistol ≥ 120 mmHg berkaitan dengan resiko penyakit

jantung dimana rata-rata peningkatan sistolnya adalah 20 mmHg

(Franklin & Wong,2013). Tekanan sistol sekarang lebih berperan

sebagai parameter yang sangat penting dibandingkan dengan

tekanan diastol. Penurunan tekanan sistol sebesar 5-6 mmHg

menurunkan resiko penyakit jantung koroner sebesar 16% dan

(41)

4) Aktivitas fisik yang kurang

Aktvitas fisik dibagi 2 jenis, yaitu aktivitas fisik pekerjaan yang

kadang-kadang dapat merusak kesehatan dan aktivitas fisik pada

waktu santai (misalnya olahraga) yang bermanfaat bagi kesehatan.

Aktivitas fisik pekerjaan sedang dapat menurunkan resiko penyakit

jantung, berbeda halnya dengan aktivitas fisik yang berat yang

tidak memberikan efek protektif terhadap penyakit jantung (Lie &

Siegrist,2012). Ada peran olahraga terhadap sistem hemodinamik

yang mempengaruhi interaksi endotel pembuluh darah dan otot

polos (Newcomer, et al.,2011) dimana meningkatkan fungsi dan

perbaikan dari pembuluh darah dengan cara meningkatkan

endothelial progenitor cell (EPC) (Lenk, et al.,2010). Aktivitas

fisik yang kurang meningkatkan resiko penyakit jantung koroner

sebesar 2 kali lipat dan dapat memperburuk faktor-faktor resiko

yang lain, seperti tekanan darah tinggi, kadar kolesterol dan

trigliserida yang tinggi, diabetes, dan berat badan yang berlebih

(NHLBI,2011). Seseorang dengan aktivitas fisik sedang yang

intensif selama 150 menit/minggu dan tambahan 300

menit/minggu akan menurunkan resiko penyakit jantung koroner

sebesar 14% dibandigkan dengan orang yang tidak melakukan

aktivitas fisik (Sattelmair, et al.,2011).

5) Berat badan berlebih (obesitas dan overweight)

Obesitas abdominal atau sentral, dapat diukur melalui lingkar

pinggang, dipertimbangkan sebagai sebuah faktor resiko yang kuat,

terlepas dari berat badan (Canoy, et al.,2007 dalam Rana, et

al.,2011). Obesitas, khususnya obesitas sentral, menyebabkan

berbagai hal. Salah satunya adalah menyebabkan peningkatan

kadar insulin dan resistensi insulin (diabetes melitus) dimana

insulin menyebabkan peningkatan sistem saraf simpatis dan

mempengaruhi ginjal untuk meretensi garam sehingga terjadi

(42)

leptin dimana leptin berperan dalam mengatur rasa kenyang dan

juga mengaktifkan sistem renin angiotensin aldosteron yang akan

meningkatkan tekanan darah (Landsberg, et al.,2013). Obesitas

berhubungan dengan inflamasi derajat rendah yang kronis itu

dikarenakan berbagai substansi yang disekresikan oleh sel adiposa

(sel lemak), seperti IL-1, IL-6, TNF-α, resistin, prostaglandin,

angiotensinogen, endotelin, PAI-I, dan c-reactive protein (CRP)

(Wang & Nakayama,2010). Pada orang obesitas, didapati kadar

sirkulasi berbagai tanda-tanda inflamasi, seperti CRP, secretory

phospholipase A2 (sPLA2), fibrinogen, dan adiponektin,

berhubungan linear dengan aktivitas fisik yang kurang dan

pertambahan lingkar pinggang (Rana, et al.,2011). Orang dengan

kelebihan lemak tubuh, terutama di daerah pinggang, beresiko

berkembang menjadi penyakit jantung dan stroke jika tidak

memunyai faktor resiko yang lain bahkan memperparah faktor

resiko yang sudah ada. Berat badan berlebih akan meningkatkan

kerja jantung karena meningkatkan jumlah tahanan perifer total

sehingga tekanan darah menjadi tinggi (NHLBI,2011) dan

menyebabkan penebalan dinding ventrikel tanpa pelebaran ruangan

ventrikel sehingga terjadi peningkatan massa pada ventrikel

terutama ventrikel kiri (Artham, et al.,2009). Selain meningkatkan

tekanan darah, obesitas dapat meningkatkan level kolesterol dan

trigliserida, serta menurunkan HDL (NHLBI,2011). Peningkatan

10 kg berat badan akan meningkatkan tekanan sistol sebesar 3

mmHg dan tekanan diastol sebesar 2,5 mmHg (Artham, et

al.,2009) dan setiap peningkatan IMT sebesar 4 kg/m2

meningkatkan resiko terkena penyakit jantung iskemik sebesar

26% (Nordestgaard, et al.,2012). Dengan menurunkan berat badan

sebesar 10%, akan menurunkan resiko penyakit jantung

(43)

6) Diabetes melitus

Kadar gula darah yang tinggi akan menyebabkan peningkatan

pembentukan plak ateromatous pada arteri (NHLBI,2011).

Hiperglikemi pada orang diabetes menyebabkan banyak perubahan

pada biomolekuler tubuh, yaitu peningkatan reduksi nicotinamide

adenine dinucleotide (NAD+) menjadi NADH yang belum terbukti

sebagai stressor oksidatif seluler, peningkatan produksi uridine

diphosphate (UDP) N-acetyl glucosamine yang diperkirakan

mengubah fungsi enzimatik seluler, dan pembentukan advanced

glycation end product (AGE) yang secara langsung menganggu

fungsi sel endotel dan mempercepat aterosklerosis, serta

peningkatan reactive oxygen species (ROS) yang menganggu

produksi nitrit oksida endotel dan menipiskan plak aterosklerosis

sehingga mudah ruptur (Chiha, et al.,2012). Itu menyebabkan

kematian pasien dengan diabetes melitus sering disebabkan

serangan sindrom koroner akut dibandingkan yang tidak memiliki

diabetes melitus (Unachukwu & Ofori,2012). Yang lebih penting

lagi, glikolisasi dari protein pada dinding arteri yang diperkirakan

berkonstribusi dalam pembentukan aterosklerosis diabetik (Chiha,

et al.,2012). Pada tikus pada uji eksperimental memperlihatkan

hiperinsulinemia menstimulasi sintesis asam lemak dengan

meningkatkan transkripsi gen enzim lipogenik di hati. Asam lemak

tersebut memacu produksi dari very low density lipoprotein

(VLDL) sehingga dikenal resistensi insulin (diabetes melitus tipe

2) menginduksi dislipidemia (Steinberger, et al., 2009). Diabetes

melitus meningkatkan resiko morbilitas dan mortalitas berbagai

penyakit kardiovaskuler. Diabetes dengan sindrom metabolik

secara signifikan meningkatkan level trigliserida, rasio level

trigliserida dibandingkan HDL, atherogenic index of plasma (AIP),

tekanan darah, dan IMT (Kalidhas, et al.,2011). Diabetes secara

(44)

lipat, terlepas dari faktor resiko lainnya (Sarwar, et al.,2010).

Bahkan ketika kadar glukosa dalam darah dapat dikontrol, diabetes

tetap akan meningkatkan resiko penyakit jantung dan stroke

walaupun tidak separah yang tidak terkontrol kadar gula darahnya.

Sekitar 65% orang yang terkena diabetes meninggal karena

berbagai penyakit pada jantung dan pembuluh darah (AHA,2013).

2. Faktor resiko pendukung

Faktor resiko pendukung adalah faktor yang berhubungan dengan

peningkatan resiko penyakit jantung koroner, tetapi hasilnya tidak terlalu

bermakna, terdiri dari:

1) Stres

Menurut Yayasan Jantung Inggris dalam Parswani, et al. (2013),

peneliti mengindikasikan bahwa faktor psikologi, seperti stres,

depresi, dan anxiety secara signifikan berkonstribusi dalam onset,

gejala klinis, dan prognosis dari penyakit jantung koroner. Stres

merupakan efek fisik dan emosi yang tidak diinginkan dimana

dapat berefek pada jantung akibat perlepasan hormon-hormon

tertentu yang meningkatkan tekanan darah dan dapat mendorong

pembentukan clotting pada arteri. Yang termasuk pemicu stres

termasuk isolasi sosial, stres pekerjaan, dan peristiwa akut atau

kronik yang terjadi dalam kehidupan. Stres dan kecemasan bisa

berperan dalam penyebab penyakit jantung koroner karena akan

menyebabkan pembuluh darah arteri mengalami vasokonstriksi

sehingga akan meningkatkan tekanan darah. Ini bisa menyebabkan

peningkatan serangan jantung. Stres juga dapat menyebabkan

seseorang makan makanan yang tinggi lemak dan gula berlebihan

(NHLBI,2011). Beberapa peneliti menemukan hubungan antara

resiko penyakit jantung koroner dan stres pada kehidupan

seseorang, kebiasaan hidup sehat mereka, dan status sosioekonomi.

Misalnya, ketika berada dalam keadaan stres, seseorang akan mulai

(45)

mengalami stres berat beresiko terkena penyakit jantung koroner

sebesar 1,27 kali dibanding yang mengalami stres ringan

(Richardson, et al.,2012). Menurut penelitian Orth-Gomér, et al.

(2009), wanita dengan penyakit jantung koroner yang menerima

program berbasis grup untuk menurunkan stres didapati angka

harapan hidupnya 3 kali lebih besar 3 kali lipat dibandingkan yang

mendapat perawatan yang biasa.

2) Alkohol

Minum alkohol dalam jumlah sedang dapat menyebabkan

penurunan resiko penyakit jantung (HeartUK,2012). Alkohol

dengan dosis 15 g/hari untuk wanita dan dosis 30 g/hari secara

signifikan bermanfaat meningkatkan meningkatkan level HDL,

apolipoprotein A1, adiponektin, dan menurunkan level fibrinogen,

tetapi tidak berefek pada level trigliserida (Brien,et al.,2010).

Tetapi bila berlebihan, alkohol dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah sehingga menyebabkan gagal jantung dan memicu

stroke (AHA,2013). Manfaat alkohol dalam menurunkan resiko

penyakit jantung koroner hanya berlaku pada dewasa muda dan

tidak bermanfaat bahkan merugikan pada dewasa pertengahan dan

umur lebih tua (Hvidtfeldt, et al.,2010).

3) Diet dan Nutrisi yang tidak sehat

Diet yang sehat dapat menjadi senjata yang baik dalam melawan

penyakit jantung (AHA,2013). Mengonsumsi daging yang telah

diproses, bukan daging merah, berkaitan dengan insidensi yang

lebih tinggi dari penyakit jantung koroner (Micha, et al.,2010).

Untuk mencegah penyakit jantung koroner, asam lemak jenuh yang

dikonsumsi sebaiknya diganti dengan asam lemak tidak jenuh

rantai jamak daripada mengonsumsi asam lemak tidak jenuh rantai

tunggal atau konsumsi karbohidrat (Jakobsen, et al.,2009) dan

menghindari konsumsi makanan trans-fatty acid dan makanan

Gambar

Gambar 2.1. Letak Jantung dalam Rongga Toraks dan Tempat Mendengarkan Suara Katup Jantung, A = Aorta, P = Pulmonal, M = Mitral, T = Triskupid
Gambar 2.2. Struktur Anatomi Jantung Bagian Dalam Sumber: Tortora, G. J., Derrickson, B., 2009
Gambar 2.3. Letak Arteri Koroner (A) Anterior (B) Posterior Sumber: Moore, K. L., Dalley, A
Tabel 2.1. Daftar Arteri yang Menyuplai Jantung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang bahwa dengan adanya fakta-fakta tersebut dengan diajukannya gugatan tersebut oleh Penggugat telah merupakan bukti bahwa rumah tangga Penggugat danTergugat

Berdasarkan tabel 3.1 di bawah, terlihat bahwa nilai- p adalah 0.043 (lebih kecil dari 0.05) maka hasil penelitian ini menolak H0 dan menerima H1 yang berarti bahwa

Mereka telah mengkulturkan daging ikan emas (carassius auratus) dengan mencincangnya dan meletakkan daging tersebut di dalam bekas (petri dish) yang mengandungi

Sari (Dimsum Putri Resto Banjarmasin) belum cukup baik dikarenakan fasilitas ruang kerja dan peralatan penunjang yang belum memadai, hubungan dengan pimpinan dan

REKAFITULASI RATA-RATA PEREFiCANAAN PROG?AM PELAKSANAAN GENGAN PENCAPAIAN KEGIATAN DAN RATA-RAT4 HASIL BEL6JA2. -

PELATIHAN KARAWITAN BAGI MAHASISWA PGSD FKIP UNS UNTUK MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER1. Danis Sugiyanto,

hubungan body image dengan self- acceptance (penerimaan diri) pada pasien ulkus diabetikum di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan Tahun 2016 dengan responden 16

Yang dimaksudkan dengan khusus adalah orang yang disewa untuk jangka waktu tertentu untuk bekerja. Jika waktunya tidak tertentu, sewa- menyewa menjadi tidak