HUBU
PENYAKI
MELAKU
RUMAH SA
IZ
UNI
BUNGAN PENGETAHUAN TENTAN
KIT HEPATITIS B DENGAN TINDA
KUKAN IMUNISASI PADA PERAWA
SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM M
MEDAN TAHUN 2011
Oleh
IZZATUL SYAZWANI BINTI ISMAIL NIM: 080100308
FAKULTAS KEDOKTERAN
NIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
NG
DAKAN
HUBU
SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM M
MEDAN TAHUN 2011
KARYA TULIS ILMIAH
LEMBAR PENGESAHAN
Hubungan Pengetahuan tentang Penyakit Hepatitis B dengan
Tindakan Melakukan Imunisasi pada Perawat di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik.
Nama : Izzatul Syazwani Binti Ismail NIM : 080100308
Pembimbing Penguji I
(dr. Rina Amelia, MARS) (dr. Nurfida Khairani, M.Kes )
NIP: NIP:
Penguji II
(dr. Bugis Mardina, Sp. A) NIP:
Dekan
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Hepatitis B merupakan masalah kesehatan global yang mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Di seluruh dunia diperkirakan 2 miliar penduduk terinfeksi dengan virus hepatitis B (VHB) dan kira-kira 350 juta orang penduduk mengidap infeksi kronis. Infeksi VHB sangat berbahaya karena dapat menimbulkan beberapa komplikasi yaitu hepatitis B kronis, sirosis hati, dan kanker hati. Oleh itu, langkah pencegahan penyakit ini amat penting. Salah satu langkah pencegahan adalah dengan melakukan tindakan imunisasi hepatitis B terutama bagi mereka yang beresiko tinggi seperti perawat.
Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan tentang penyakit hepatitis B dengan tindakan melakukan imunisasi pada perawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM), Medan Tahun 2011. Desain penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analitik. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang berkerja di ruang rawat inap RSUPHAM dengan besar sampel sebanyak 80 orang yang diambil dengan tehnik random sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Jun sampai dengan Juli 2011. Teknik pengumpulan data yang telah digunakan adalah dengan cara penyebaran angket, yaitu pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner kepada perawat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan perawat tentang hepatitis B adalah cukup sebanyak 50 orang (62.5%). Tindakan perawat yang melakukan imunisasi adalah sebanyak 61 orang (76.3%). Dari hasil uji statistik diketahui ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan perawat dalam melakukan imunisasi hepatitis B (p=0.008).
Disarankan kepada pihak RSUPHAM untuk lebih meningkatkan pengetahuan para perawat dan juga seluruh pegawainya tentang masalah kesehatan yang lain, agar mereka mempunyai tindakan yang lebih baik terutama dalam pencegahan penyakit, karena orang-orang yang bekerja di rumah sakit mempunyai resiko untuk tertular infeksi nosokomial.
Abstract
Hepatitis B is a worldwide health problem that shows high level of morbidity and mortality. Throughout the world, it is approximately calculated that almost 2 billions people infected with hepatitis B Virus (HBV) and an estimated 350 millions people suffer from chronic infections. Hepatitis B is very dangerous because it is a silent infection that can infect people without them knowing it. HBV infection may lead to chronic Hepatitis B, Liver Cirrhosis and liver cancer. One of the preventive measure it to execute the Hepatitis B immunization, especially for those who were often exposed to infection such as nurses and doctors.
The goal of the experiment is to evaluate the interconnection between the knowledge about hepatitis B immunization and the action of those nurses at Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM), in Medan, year 2011. The form of debate conducted is descriptive analytic. 80 randomly chosen nurses who work there were asked to participate in this study. The experiment was held fron June to July 2011 and all those data were collected through questionnaire.
The obtained results showed that the level of knowledge among 50 (62.5%) of the 80 participated nurses on Hepatitis B were quite impressive. For as much as 61 (76.3%) nurses received their immunization. From the completion of the stastitical tests, it is know that the relationship between the level of knowledge with the number of nurses that took the Hepatitis B shot do exists. (p=0.008)
It is recommended to the RSUPHAM to further enhance the knowledge of nurses and also the entire staff of other healthproblems, so they have a better action, especially in disease prevention, because the people who work in hospitals are at riskfor contracting nosocomial infections.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini. Adapun judul penelitian ini adalah ‘Hubungan pengetahuan tentang penyakit hepatitis B dengan tindakan melakukan imunisasi pada perawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM), Medan Tahun 2011’.
Penulis menyadari bahwa isi maupun susunan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena keterbatasan yang ada pada penulis. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada dr Rina Amelia MARS, yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Keluarga penulis yang tercinta yang telah banyak memberikan dukungan dan doa selama menyiapkan penelitian ini.
2. Seluruh dosen, staf Program Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Teman-teman seperjuangan penulis yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan selama menyiapkan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Semua pihak yang terlibat secara langung atau tidak langsung dalam proses penyiapan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata, penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat dan makna tersendiri bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN... ii
ABSTRAK... iii
ABSTRACT... iv
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
1.1Latar Belakang... 1
1.2Rumusan Masalah... 2
1.3Tujuan Penelitian... 2
1.4Manfaat Penelitian... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4
2.1 Hepatitis B... 4
2.1.1 Definisi... 4
2.1.2 Etiologi... 4
2.1.3 Epidemiologi... 5
2.1.4 Patogenesis... 5
2.1.5 Transmisi... 7
2.1.6 Manifestasi klinis... 7
2.1.7 Penatalaksanaan... 8
2.1.8 Prognosis... 9
2.2 Imunisasi hepatitis B... 9
2.3 Pengetahuan... 11
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 14
3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 14
3.2 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran... 14
3.3 Hipotesis... 15
BAB 4 METODE PENELITIAN... 16
4.1Jenis Penelitian... 16
4.2Waktu dan Tempat Penelitian... 16
4.3Populasi dan Sampel... 16
4.4Teknik Pengumpulan Data... 17
4.5Pengolahan dan Analisis Data... 18
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 19
5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 19
5.2 Hasil Penelitian... 19
5.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden... 19
5.2.2. Pengetahuan Responden mengenai Hepatitis B... 20
5.2.3. Tindakan Melakukan Imunisasi (Booster)... 22
5.3 Hasil Analisis Statistik... 23
5.3.1. Hubungan Pengetahuan tentang Hepatitis B dengan Tindakan Melakukan Imunisasi (Booster)... 23
5.4 Pembahasan... 24
5.4.1. Tingkat Pengetahuan Responden tentang Penyakit Hepatitis B... 24
5.4.2. Tindakan Melakukan Imunisasi... 24
5.4.3. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Melakukan Imunisasi... 24
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 26
6.2. Saran... 26
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
5.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden... 20
5.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden... 21
5.3. Tingkat Pengetahuan Responden... 22
5.4 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Melakukan
Imunisasi... 22
5.5 Hubungan Pengetahuan tentang Penyakit hepatitis B
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran I Daftar Riwayat Hidup
Lampiran II Kuesioner
Lampiran III Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Lampiran IV Lembar Uji Validitas Isi
Lampiran V Lembar Persetujuan Komisi Etik (Ethical Clearance)
Lampiran VI Surat Izin Penelitian
Abstrak
Hepatitis B merupakan masalah kesehatan global yang mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Di seluruh dunia diperkirakan 2 miliar penduduk terinfeksi dengan virus hepatitis B (VHB) dan kira-kira 350 juta orang penduduk mengidap infeksi kronis. Infeksi VHB sangat berbahaya karena dapat menimbulkan beberapa komplikasi yaitu hepatitis B kronis, sirosis hati, dan kanker hati. Oleh itu, langkah pencegahan penyakit ini amat penting. Salah satu langkah pencegahan adalah dengan melakukan tindakan imunisasi hepatitis B terutama bagi mereka yang beresiko tinggi seperti perawat.
Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan tentang penyakit hepatitis B dengan tindakan melakukan imunisasi pada perawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM), Medan Tahun 2011. Desain penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analitik. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang berkerja di ruang rawat inap RSUPHAM dengan besar sampel sebanyak 80 orang yang diambil dengan tehnik random sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Jun sampai dengan Juli 2011. Teknik pengumpulan data yang telah digunakan adalah dengan cara penyebaran angket, yaitu pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner kepada perawat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan perawat tentang hepatitis B adalah cukup sebanyak 50 orang (62.5%). Tindakan perawat yang melakukan imunisasi adalah sebanyak 61 orang (76.3%). Dari hasil uji statistik diketahui ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan perawat dalam melakukan imunisasi hepatitis B (p=0.008).
Disarankan kepada pihak RSUPHAM untuk lebih meningkatkan pengetahuan para perawat dan juga seluruh pegawainya tentang masalah kesehatan yang lain, agar mereka mempunyai tindakan yang lebih baik terutama dalam pencegahan penyakit, karena orang-orang yang bekerja di rumah sakit mempunyai resiko untuk tertular infeksi nosokomial.
Abstract
Hepatitis B is a worldwide health problem that shows high level of morbidity and mortality. Throughout the world, it is approximately calculated that almost 2 billions people infected with hepatitis B Virus (HBV) and an estimated 350 millions people suffer from chronic infections. Hepatitis B is very dangerous because it is a silent infection that can infect people without them knowing it. HBV infection may lead to chronic Hepatitis B, Liver Cirrhosis and liver cancer. One of the preventive measure it to execute the Hepatitis B immunization, especially for those who were often exposed to infection such as nurses and doctors.
The goal of the experiment is to evaluate the interconnection between the knowledge about hepatitis B immunization and the action of those nurses at Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM), in Medan, year 2011. The form of debate conducted is descriptive analytic. 80 randomly chosen nurses who work there were asked to participate in this study. The experiment was held fron June to July 2011 and all those data were collected through questionnaire.
The obtained results showed that the level of knowledge among 50 (62.5%) of the 80 participated nurses on Hepatitis B were quite impressive. For as much as 61 (76.3%) nurses received their immunization. From the completion of the stastitical tests, it is know that the relationship between the level of knowledge with the number of nurses that took the Hepatitis B shot do exists. (p=0.008)
It is recommended to the RSUPHAM to further enhance the knowledge of nurses and also the entire staff of other healthproblems, so they have a better action, especially in disease prevention, because the people who work in hospitals are at riskfor contracting nosocomial infections.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Infeksi virus hepatitis B (VHB) merupakan masalah kesehatan mayor di seluruh dunia karena mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Hepatitis B merupakan penyakit endemik di banyak kawasan di seluruh dunia terutamanya di negara-negara berkembang. Di Asia, 8% - 15% penduduk dewasa mengidap infeksi hepatitis B kronis. Indonesia termasuk dalam kelompok negara dengan endemisitas sedang sampai tinggi, disebabkan status sosioekonomi masyarakat yang rendah, kurangnya fasilitas kesehatan dan kurangnya kesadaran masyarakat awam tentang penyakit hepatitis B (Sanityoso, 2006).
Hepatitis B adalah penyakit infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit hati yang akut maupun kronis. Di seluruh dunia diperkirakan 2 miliar penduduk terinfeksi dengan VHB dan kira-kira 350 juta orang penduduk mengidap infeksi kronis. Infeksi hepatitis B dapat menimbulkan beberapa komplikasi yaitu hepatitis B kronis, sirosis hati, dan kanker hati. Hampir 600 ribu orang meninggal dunia setiap tahun karena disebabkan oleh infeksi hepatitis B yang akut atau kronis dan 25% orang dewasa meninggal dunia akibat kanker hati, atau sirosis hati yang disebabkan oleh infeksi VHB yang kronis (WHO, 2008).
VHB sangat mudah dijangkiti dan dapat ditularkan melalui darah, sekret tubuh seperti cairan saliva, air mani dan sekret vagina. Biasanya cara penularan adalah daripada ibu ke bayi, suntikan, transfusi darah dan kontak seksual. Masa inkubasi bagi penyakit ini adalah kurang lebih 75 hari, tetapi boleh bervariasi antara 30 – 180 hari.
Pekerja kesehatan yang sering terdedah kepada darah dan cairan tubuh pasien seperti dokter, pekerja laboratorium dan perawat mempunyai resiko tinggi untuk terinfeksi dengan penyakit-penyakit menular seperti HIV, hepatitis B dan hepatitis C. Menurut satu penelitian yang dilakukan di Iran, penyakit yang sering terinfeksi kepada pekerja-pekerja kesehatan adalah hepatitis B (Hadadi dkk, 2008).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pengetahuan perawat tentang penyakit hepatitis B dan tindakan pencegahan penyakit ini amatlah penting. Perawat mempunyai resiko tinggi untuk terinfeksi dengan penyakit ini karena perawat sering terdedah kepada darah dan cairan tubuh pesakit-pesakit hepatitis B semasa di rumah sakit. Salah satu cara pencegahan penyakit hepatitis B adalah dengan mengambil imunisasi hepatitis B. Oleh itu, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat tentang penyakit hepatitis B dengan tindakan mereka melakukan imunisasi pada diri sendiri sebagai langkah pencegahan untuk penyakit ini.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang dapat dikembangkan adalah:
Bagaimanakah hubungan pengetahuan tentang penyakit hepatitis B dengan tindakan melakukan imunisasi pada perawat-perawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM), Medan Tahun 2011?
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang penyakit hepatitis B. 2. Untuk mengetahui tindakan perawat yang melaksanakan imunisasi hepatitis B pada diri di usia dewasa.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberi pengetahuan dan manfaat pada perawat tentang penyakit hepatitis B. 2. Memberi pengetahuan dan manfaat pada perawat tentang imunisasi hepatitis B. 3. Memberi pengetahuan dan manfaat pada perawat untuk melakukan tindakan imunisasi hepatitis B pada diri.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hepatitis B
2.1.1. Definisi
Hepatitis B merupakan penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh VHB. Hepatitis B yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis B akut manakala hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut sebagai hepatitis B kronis (Sanityoso, 2006).
2.1.2. Etiologi
Menurut Sanityoso (2006), sifat-sifat agen penyebab bagi penyakit ini adalah seperti berikut:
1. Virus hepatitis B (VHB)
a) Virus DNA hepatotropik, Hepadnaviridae
b) Terdiri atas 6 genotipe (A sampai H), terkait dengan derajat beratnya dan respon terhadap terapi
c) 42nm partikel sferis dengan:
i. Inti nukleokapsid, densitas elektron, diameter 27 nm. ii. Selubung luar lipoprotein dengan ketebalan 7 nm. d) Inti VHB mengandung, ds DNA partial (3,2kb) dan:
i. Protein polimerase DNA dengan aktivitas reverse trancriptase. ii. Antigen hepatitis B core (HbcAg), merupakan protein struktural. iii. Antigen hepatitis B e (HbeAg), protein non structural yang
bekolerasi secara tidak sempurna dengan replikasi aktif HBV. e) Selubung lipoprotein VHB mengandung:
i. Antigen permukaan hepatitis B (HbsAg), dan tiga selubung protein: utama, besar dan menengah.
iii. HbsAg dalam bentuk partikel non infeksius dengan bentuk sferis 22nm atau tubular.
f) Satu serotipe utama dengan banyak subtipe berdasarkan keanekaragaman protein HbsAg.
g) VHB mutan merupakan konsekuensi kemampuan proof reading yang terbatas dari reverse transcriptase atau munculnya resistensi. Hal tersebut meliputi:
i. HbeAg negatif mutasi precore/core. ii. Mutasi yang diinduksi oleh vaksin VHB. iii. Mutasi oleh karena lamivudin.
h) Hati merupakan tempat utama replikasi di samping tempat lainnya.
2.1.3. Epidemiologi
Menurut Dienstag (2008), masa inkubasi bagi virus hepatitis B adalah 30-180 hari dan rata-rata sekitar 60-90 hari. VHB biasanya menyerang dewasa muda (kebanyakkannya disebabkan oleh penyakit menular seksual dan secara prekutan), bayi dan juga anak-anak. Viremia berlangsung selama beberapa minggu sampai bulan setelah infeksi akut. Sebanyak 1-5% dewasa, 90% neonates dan 50% persen bayi akan berkembang menjadi hepatitis kronik dan viremia yang persisten.
Virus hepatitis B ditemukan dalam darah dan berbagai sekret tubuh sepeerti saliva, keringat, urin, sekret nasofaring, sperma, air susu ibu dan feses; dengan demikian penularan dapat berlangsung secara parenteral dan non parenteral. Penularan VHB melalui tinja jarang ditemukan, berbeda dengan virus hepatitis A. Hepatitis B penularannya cenderung secara parenteral, melalui darah karena luka, suntikan, gigitan, infus, transfusi dan lain-lain (Atmosukarto, 1991)
2.1.4. Patogenesis
daripada individu yang terinfeksi dengan VHB tidak mampu mengeradikasi virus tersebut dan akhirnya menjadi karier VHB yang kronis (Morgan K.,2006).
Apabila seseorang terinfeksi virus hepatitis B akut maka tubuh akan memberikan tanggapan kekebalan (immune response). Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh. Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif. Ke tiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di atas) maka penyakit terus berkembang menjadi hepatitis B kronis.
Pada kemungkinan pertama, tubuh mampu memberikan tanggapan adekuat terhadap virus hepatitis B (VHB), akan terjadi 4 stadium siklus HBV, yaitu fase replikasi (stadium 1 dan 2) dan fase integratif (stadium 3 dan 4). Pada fase replikasi, kadar HBsAg (hepatitis B surface antigen), VHB DNA, HBeAg (hepatitis B antigen), AST (aspartate aminotransferase) dan ALT (alanine aminotransferase) serum akan meningkat, sedangkan kadar anti-HBs dan anti HBe masih negatif. Pada fase integratif (khususnya stadium 4) keadaan sebaliknya terjadi, HBsAg, VHB DNA, HBeAg dan ALT/AST menjadi negatif/normal, sedangkan antibodi terhadap antigen yaitu : anti HBs dan anti HBe menjadi positif (serokonversi). Keadaan demikian banyak ditemukan pada penderita hepatitis B yang terinfeksi pada usia dewasa di mana sekitar 95-97% infeksi hepatitis B akut akan sembuh karena imunitas tubuh dapat memberikan tanggapan adekuat.
Sebaliknya 3-5% penderita dewasa dan 95% neonatus dengan sistem imunitas imatur serta 30% anak usia kurang dari 6 tahun masuk ke kemungkinan ke dua dan ke tiga; akan gagal memberikan tanggapan imun yang adekuat sehingga terjadi infeksi hepatitis B persisten, dapat bersifat carrier inaktif atau menjadi hepatitis B kronis.
suatu protein x dari virus hepatitis B menyebabkan hilangnya kendali pertumbuhan sel hati dan memicu transformasi malignitas, sehingga berakhir sebagai karsinoma hepa-toseluler (Suharjo, 2006).
2.1.5. Transmisi
VHB dapat ditularkan melalui cairan tubuh, penetrasi jaringan (perkutan) dan permukosa. Transmisi VHB yang sering terjadi adalah melalui perinatal misalnya dari ibu ke bayi (biasanya terjadi semasa proses kelahiran), hubungan seksual, penggunaan jarum suntik bersama, pekerja kesehatan atau pekerja yang terpapar dengan darah (Shepard, Simard, Finelli, Fiore, dan Bell, 2006)
2.1.6. Manifestasi Klinis
Pada infeksi yang sembuh spontan :
1. Spektrum penyakit mulai dari asimtomatik, infeksi yang tidak nyata sampai kondisi yang fatal sehingga terjadi gagal hati akut.
2. Sindrom klinis yang mirip pada semua virus penyebab mulai dari gejala prodromal dan gejala gastrointestinal, seperti:
a) Malaise, anoreksia, mual dan muntah.
b) Gejala flu, faringitis, batuk, fotofobia, sakit kepala, dan mialgia.
3. Awitan gejala cenderung muncul mendadak pada virus hepatitis A (VHA) dan virus hepatitis E (VHE), pada virus yang lain secara insidious.
4. Demam jarang ditemukan kecuali pada infeksi virus hepatitis A.
5. Immune complex mediated, serum sickness like syndrome dapat ditemukan pada kurang dari 10% pasien dengan infeksi VHB, jarang pada infeksi virus lain.
6. Gejala prodromal menghilang pada saat timbul kuning, tetapi gejala anoreksia, malaise, dan kelemahan dapat menetap.
7. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap, pruritus (biasanya ringan dan sementara) dapat timbul ketika ikterus meningkat. 8. Pemeriksaan fisik menunjukkan pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada
9. Splenomegali ringan dan limfadenopati pada 15-20% pasien (Sanityoso, 2006)
2.1.7. Penatalaksanaan
Jika pasien terinfeksi dengan virus hepatitis B dan sembuh spontan, pasien tersebut hanya perlu dirawat jalan, kacuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan menyebabkan diare. Aktivitas fisis yang berlebihan dan berkepanjangan juga perlu dihindari (Sanityoso, 2006).
Menurut Kumar dan Clark’s (2009), untuk hepatitis B yang akut dan pasien mempunyai gejala klinis, dapat diberikan antiviral seperti lamivudine. Namun, tidak ada data yang terkontrol tentang efikasi obat ini.
Menurut Soemohardjo dan Gunawan (2006), pada saat ini dikenal 2 kelompok terapi untuk poenderita yang sudah didiagnosa menderita hepatitis B kronik yaitu;
Tujuan pengobatan hepatitis B adalah mencegah atau menghentikan progresi jejas hati (liver injury) dengan cara melakukan replikasi virus atau menghilangkan injeksi.
dapat dipakai sebagai titik akhir terapi dan respons tetapi hanya dapat dinilai dengan pemeriksaan DNA VHB.
2.1.8. Prognosis
Menurut Dienstag J. L. (2008), 95-99% dari pasien hepatitis B yang akut, sembuh secara total. Namun, prognosis penyakit hepatitis B memburuk pada pasien yang lanjut usia dan pasien yang mempunyai penyakit lain.
Bagi penderita yang telah didiagnosa menderita penyakit hepatitis B yang kronis, prognosisnya baik jika pasien mendapat terapi yang baik sehingga dapat memperbaiki kondisi pasien. Perubahan dari fase akut ke fase kronik sangat bergantung pada umur pasien dan cara terinfeksi. Prognosis memburuk pada pasien-pasien yang menderita sirosis hati. Karsinoma hepar merupakan komplikasi tersering bagi infeksi VHB yang kronik.
2.2. Imunisasi hepatitis B
Pelaksanaan vaksinasi terhadap virus hepatitis B pada manusia, pertama kali dilakukan oleh Krugman dan koleganya pada tahun 1971 yaitu dengan menggunakan sediaan serum yang diperoleh dari karier virus hepatitis B dan diinaktifasi menggunakan pabas. Hasilnya 20 dari 29 anak terlindung dari infeksi virus hepatitis B. Imunitas dijumpai pada anak-anak yang mempunyai antibodi terhadap Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg). Hasil ini memacu perkembangan pembuatan vaksin hepatitis B lebih maju, terutama untuk produksi skala besar dari plasma karier (Suwandi, 1991).
Menurut Lubis (2004), saat ini setidaknya ada 3 tipe vaksin yaitu: i. Derivat dari plasma karier
ii. Rekombinan
DNA recombinant vaccine, adalah HBsAg yang telah dimurnikan yang mana komposisinya identik dengan generasi pertama yaitu vaksin yang berasal dari plasma.
iii. Polipeptida
Vaksin ini sampai sekarang hanya eksperimental dan penggunaannya belum lagi ditetapkan.
Menurut Depkes (2005), Markum (1997), Ranuh (2001) dalam Harahap (2008), imunisasi hepatitis B adalah salah satu dari lima jenis imunisasi dasar yang telah diwajibkan oleh Pemerintah bagi seluruh bayi atau anak Indonesia. Sesuai dengan jadwal pemberiannya, maka imunisasi dasar ini seharusnya sudah lengkap diberikan pada bayi sebelum usia satu tahun. Imunisasi hepatitis B posyandu umumnya diberikan sebanyak 3 kali (HB 1, HB 2 dan HB 3) dengan interval waktu pemberian satu bulan yaitu 0 bulan, 2 bulan dan 3 bulan.
Pemberian vaksinasi hepatitis B biasanya diberikan secara suntikan. Apabila vaksin disuntikkan, tubuh akan membentuk anti-HBs. Satu seri vaksinasi yang tepat dapat membentuk antibodi yang cukup pada 95% orang sehat. Respons pembentukan antibodi berkurang pada usia lebih tua dan adanya gangguan daya tahan tubuh. Pada bayi dan anak respons umumnya sangat baik dan menghasilkan kadar antibodi yang tinggi walaupun dengan dosis yang lebih rendah dari orang dewasa. Berapa lama antibodi dapat bertahan dalam tubuh belum diketahui dengan pasti, tapi diperkirakan lebih dari 5 tahun. Perlindungan dalam 5 tahun pertama kehidupan sudah cukup baik untuk mengurangi jumlah pengidap kronik, sekalipun booster tidak diberikan.
Menurut World Health Organization (WHO), vaksin hepatitis B merupakan vaksin yang selamat dan terbukti keberkesanannya.
Pemeberian vaksin hepatitis B sangat dianjurkan kepada semua bayi baru lahir dan kepada semua anak sehingga berusia 18 tahun. Vaksinasi Hepatitis B juga sangat direkomendasikan kepada kelompok populasi yang mempunyai resiko tinggi untuk terinfeksi dengan virus hepatitis B yaitu :
b) Pekerja kesehatan seperti dokter dan perawat
c) Pasangan dan anggota keluarga yang kontak dengan karier hepatitis B d) Pengguna jarum suntik
e) Penerima tranfusi darah
f) Penerima transplantasi organ (WHO, 2008)
Menurut Canadian Immunization Guide Seventh Edition (2006), indikasi titer anti-HBs yang protektif adalah sebanyak 10mIU/ml atau lebih. Kebanyakkan golongan dewasa mempunyai anti-HBs yang rendah. Oleh sebab itu, imunisai hepatitis B tambahan (booster) direkomendasikan kepada mereka yang beresiko tinggi seperti pekerja kesehatan.
2.3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca ndra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), kedalaman pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap suatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yakni :
a. Tahu (know)
Merupakan mengingati suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingati kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengalaman yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut.
e. Sintesis (synthesis)
Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2.4. Tindakan
Tindakan merupakan suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan.
Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan, yaitu: a. Persepsi (perception)
Merupakan suatu proses mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan pratek tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guide response)
Merupakan suatu kebolehan dalam melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indikator praktek tingkat dua. c. Mekanisme (mechanism)
d. Adopsi (adoption)
BAB 3
KERANGKA KONEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel tergantung
3.2 Definisi Operasional
No .
Variabel Definisi Operasional Cara ukur B yang dilakukan pada usia dewasa, yaitu imunisasi
a. Pengetahuan tentang hepatitis B
Pengetahuan tentang hepatitis B diukur melalui 15 pertanyaan, responden yang menjawab benar akan diberi skor 1 sedangkan responden yang menjawab salah diberi skor 0, sehingga total skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 15.
Selanjutnya dikategorikan atas baik, cukup dan kurang dengan definisi sebagai berikut:
i. Baik, apabila skor yang dicapai responden >75% dari nilai tertinggi. ii. Cukup, apabila skor yang dicapai responden 40-75% dari nilai
tertinggi.
iii. Kurang, apabila skor yang dicapai responden <40% dari nilai tertinggi.
b. Tindakan melakukan imunisasi pada usia dewasa.
Tindakan melakukan imunisasi pada usia dewasa diukur dengan 1 pertanyaan. Responden yang menjawab ya dikategorikan sebagai baik sedangkan responden yang menjawab tidak dikategorikan sebagai tidak baik.
3.3. Hipotesis
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1. Jenis penelitian
Penelitian ini bersifat analitik deskriptif yang akan menilai pengaruh pengetahuan tentang hepatitis B dengan tindakan melakukan imunisasi pada diri di kalangan perawat-perawat, di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan. Desain penelitian ini adalah studi cross sectional, dimana pengamatan dilakukan sesaat dalam satu waktu. Maka, variabel bebas dan variable terikat pada objek penelitian diobservasi dan diukur dalam waktu yang bersamaan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara keduanya.
4.2. Waktu dan tempat penelitian 4.2.1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Jun-Juli 2011. Pengambilan data telah dilakukan selama dua bulan ini.
4.2.2. Tempat penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM), Medan.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Dalam penelitian populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu.(Wahyuni). Populasi penelitian adalah perawat-perawat yang bertugas di ruang rawat inap, RSUPHAM, medan.
4.3.2. Sampel
= N. Z P(1 − P) (N − 1)d + Z
P(1 − P) Keterangan:
n = besar sampel minimum
= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu
P = harga proporsi di populasi
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir N = jumlah di populasi
Diketahui bahawa jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 300. Oleh itu:
n = N x Z x P x(1 − P)
(N − 1) x d + Z
x P x(1 − P)
n = 300 x (1.96) x 0,5 x (1 − 0,5)
(300 − 1)x (0,1) + (1,96) x 0,5 x0,5
n = 73
Sampel yang telah diambil untuk penelitian ini adalah sebanyak 80 orang.
4.4. Metode Pengumpulan data 4.4.1. Data primer
Formulir A :
Formulir ini berisi tentang penjelasan kepada responden tentang penelitian yang akan dijalankan yang memuatkan tandatangan peneliti.
Formulir B :
Adalah inform consent yaitu surat persetujuan dari responden yang memuat tanda tangan responden dan persetujuan responden.
Formulir C :
Kuesioner yang akan diisi oleh responden
4.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari bagian administrasi RSUPHAM, Medan, yakni berupa informasi tentang jumlah perawat yang bekerja di ruang rawat inap
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang terkumpul dari penilaian jawaban kuesioner responden kemudian diolah dengan bantuan sistem perangkat lunak program SPSS 17.0. Setelah itu, dilakukan analisis dengan cara analitik dengan melihat presentase data yang terkumpul dan dilakukan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17 Medan Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan. RSUP H. Adam Malik merupakan Rumah Sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VIII/1990. RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. RSUP H. Adam Malik juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991 dan secara resmi pusat pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik pada tanggal 11 Januari 1993.
5.2. Hasil Penelitian
Pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 6 sampai dengan 22 Juni 2011 pada perawat yang bertugas di ruang rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM), Medan. Kuesioner yang telah lengkap diisi dikumpulkan dan analisis data dilakukan untuk menilai hubungan antara pengetahuan tentang penyakit Hepatitis B dan tindakan melakukan imunisasi Hepatitis B (booster) pada perawat. Hasil yang didapatkan dapat disimpulkan dalam paparan di bawah.
5.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden
Umur N %
20-29 21 26.3
30-39 34 42.5
40-49 20 25.0
50-59 5 6.3
Total 80 100
Dari Tabel 5.1. dapat diketahui responden terbanyak adalah yang berumur antara 30-39 tahun yaitu 34 orang (42.5%), diikuti oleh kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 21 orang (26.3%) dan kelompok umur 40-49 orang (20%). Hanya lima orang responden (6.3%) berumur 50-59 tahun.
5.2.2. Pengetahuan Responden mengenai Hepatitis B
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden
No Pertanyaan Jawaban
Benar Salah
(n) (%) (n) (%)
1 Definisi hepatitis B 75 93.8 5 6.3
2 Etiologi hepatitis B 75 93.8 5 6.3
3 Cara transmisi penyakit 61 76.3 19 23.8
4 Cara transmisi penyakit 37 46.3 43 53.8
5 Cara transmisi penyakit 29 36.3 51 63.8
6 Faktor resiko hepatitis B 80 100.0 0 0.0
7 Faktor resiko hepatitis B 65 81.3 15 18.8
8 Transmisi dari pasien ke perawat 43 53.8 37 46.3
9 Pengobatan hepatitis B 65 81.3 15 18.8
10 Pencegahan hepatitis B 66 82.5 14 17.5
11 Pencegahan hepatitis B 77 96.3 3 3.8
12 Dosis pertama imunisasi hepatitis B 36 45.0 44 55.0 13 Bilangan imunisasi yang dianjurkan 67 83.8 13 16.3 14 Nilai anti-HBs yang protektif 23 28.8 57 71.3
15 Komplikasi hepatitis B 77 96.3 3 3.8
Dari hasil jawaban pertanyaan tersebut, dapat kita kategorikan tingkat pengetahuan responden menjadi baik, cukup dan kurang. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.3. Tingkat Pengetahuan Responden
Pengetahuan (n) (%)
Baik 30 37.5
Cukup 50 62.5
Kurang 0 0.0
Total 80 100.0
Dari Tabel 5.3. dapat diketahui bahwa responden terbanyak mempunyai tingkat pengetahuan cukup sebanyak 50 orang (62.5%). Tidak ada responden yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang.
5.2.3. Tindakan Melakukan Imunisasi (Booster)
Untuk menilai tindakan dari responden adalah dengan menanyakan tentang keikutsertaanya dalam imunisasi hepatitis B (booster). Dari 80 orang responden dapat diketahui tindakannya pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Melakukan Imunisasi
Tindakan melakukan imunisasi (n) (%)
Ya 61 76.3
Tidak 19 23.8
Total 80 100.0
5.3. Hasil Analisis Statistik
5.3.1. Hubungan Pengetahuan Tentang Hepatitis B dengan Tindakan Melakukan Imunisasi (Booster)
Untuk mengetahui apakah terdapatnya hubungan antara pengetahuan dengan tindakan melakukan imunisasi (booster), telah dilakukan analisa statistik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.5. Hubungan Pengetahuan tentang Penyakit hepatitis B dengan Tindakan Melakukan Imunisasi
Pengetahuan Tindakan melakukan imunisasi Total
Ya Tidak
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Baik 18 60 12 40 30 100.0
Cukup 43 86 7 14 50 100.0
Total 61 76.3 19 23.8 80 100.0
X2=6.999 df = 1 p = 0.008
Pada Tabel 5.6. dapat dilihat pola sebaran data menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan tentang penyakit hepatitis B dengan tindakan melakukan imunisasi pada diri, dimana pada responden dengan pengetahuan cukup, sebanyak 43 orang (86%) telah melakukan tindakan imunisasi berbanding tujuh orang (14%) tidak melakukan tindakan imunisasi. Pada responden dengan pengetahuan baik sebanyak 18 orang (60%) telah melakukan tindakan imunisasi dan 12 orang (40%) tidak melakukan tindakan imunisasi.
5.4. Pembahasan
5.4.1. Tingkat Pengetahuan Responden tentang Penyakit Hepatitis B
` Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pengetahuan responden tentang penyakit hepatitis B adalah cukup. Tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Hal ini karena, responden merupakan perawat yang sudah mempunyai pengetahuan dasar tentang penyakit hepatitis B semasa mengikuti pendidikan.
Selain itu, dari hasil pengamatan dan wawancara penulis mengetahui bahwa RSUPHAM telah melakukan sosialisasi manfaat imunisasi hepatitis B dan program imunisasi hepatitis B secara gratis dan berkala kepada stafnya. Hal ini dapat meningkatkan pengetahuan perawat tentang hepatitis B dan kemudahan untuk melaksanakan imunisasi ini.
5.4.2. Tindakan Melakukan Imunisasi
Hasil menunjukkan tindakan melakukan imunisasi (booster) hepatitis B adalah baik yaitu sebanyak 61 orang (76.3%). Hal ini karena pengetahuan mereka tentang pentingnya imunisasi hepatitis B sebagai proteksi diri terhadap penyakit ini adalah cukup. Selain itu, mereka juga tidak mempunyai kendala biaya dan tempat karena imunisasi ini diberi secara gratis oleh rumah sakit kepada perawat-perawat tersebut dan mereka bekerja di rumah sakit tersebut.
Walaubagaimanapun, masih terdapat responden yang tidak melakukan imunisasi (booster) hepatitis B. Dari hasil wawancara beberapa perawat yang tidak melakukan tindakan imunisasi hepatitis B karena alasan-alasan teknis seperti tidak mempunyai waktu dan takut disuntik.
5.4.3. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Melakukan Imunisasi
hubungan yang signifikan antara pegetahuan tentang penyakit hepatitis B dengan tindakan melakukan imunisasi hepatitis B pada diri perawat.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan perawat tentang hepatitis B adalah cukup yaitu sebanyak 50 orang (62.5%).
2. Tindakan perawat dalam melakukan imunisasi (booster) hepatitis B adalah baik yaitu sebanyak 61 orang (76.3%).
3. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat tentang penyakit hepatitis B dengan tindakan melakukan imunisasi pada diri (p=0.008).
6.2. Saran
a) Bagi Responden
Perawat-perawat seharusnya mempunyai pengetahuan yang baik dan kesadaran tentang penyakit hepatitis B karena penyakit ini adalah penyakit infeksi. Perawat merupakan pertugas kesehatan yang mempunyai resiko tinggi untuk terinfeksi dengan penyakit hepatitis B karena mereka sering berinteraksi dengan pasien-pasien. Perawat-perawat disarankan untuk melakukan tindakan imunisasi pada diri pada usia dewasa (booster) sebagai salah satu langkah pencegahan dari terinfeksi dengan penyakit ini. Perawat juga diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dalam mengikuti program-program yang dianjurkan oleh rumah sakit.
b) Bagi Peneliti
tingkat pendidikan perawat juga diambil kira supaya dapat dikaitkan dengan tingkat pengetahuan perawat.
c) Bagi pihak rumah sakit
Pihak rumah sakit diharapkan dapat memperluas sosialisasi mengenai penyakit hepatitis B terutamanya tentang nilai anti-HBs yang cukup sebagai proktektif pada diri dan pentingnya imunisasi hepatitis B untuk para perawat. Selain itu, diaharapkan pihak Rumah Sakit Umum Pemerintah Haji Adam Malik (RSUPHAM), dapat memantau program imunisasi hepatitis B secara gratis kepada staf-stafnya supaya lebih ramai staf-staf di RSUPHAM yang melakukan tindakan imunisasi (booster) pada diri. Misalnya setiap staf diberi kartu imunisasi supaya lebih mudah untuk dilakukan pemantauan.
DAFTAR PUSTAKA
Atmosukarto, K., 1991. Masalah Hepatitis B di Indonesia menurut Berbagai Penelitian. Cermin Dunia kedokteran, 68: 33-36.
Canadian Immunization Guide Seventh Edition, 2006. Hepatitis B Vaccine. Available from: http://www.phac-aspc.gc.ca/publicat/cig-gci/p04-hepb-eng.php. [Accesed 7th May 2011]
Dienstag, J. L., 2008. Acute Viral Hepatitis. Dalam: Harrison’s Principles of Internal Medicine Volume II 17th Edition. The Mc Graw Hill Company,
1932-1948.
Dienstag, J. L., 2008. Hepatitis B Virus Infection. New England Journal of Medicine, 359 (26): 2743-2745.
Hadadi, A., Afhami, S., Karbakhsh, M., Esmailpour, N., 2008. Occupational exposure to body fluids among healthcare workers: a report from Iran. Singapore Medical Journal, 49 (6): 492.
Harahap, J., 2008. Evaluasi Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Usia 12-24 Bulan di Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/18358. [Accesed 5th May 2011]
Hepatitis B Annual Kalinga Gastroenterology Foundation, 2005. Hepatitis B Immunization: Is a Booster Necessary? Available from: http://www.hepatitisbannual.org/article.asp?issn=09729747;year=2005;vo
Huether, S. E., 2006. Structure and Function of The Digestive System. Dalam: Pathophysiology The Biologic Basis for Disease in Adults and Children 5th Edition. Elsevier Mosby Company, 1419.
Kumar, P. dan Clark M., 2009. Liver, Biliary Tract and Pancreatic Disease. Dalam: Clinical Medicine 7th Edition. Saunders Elsevier Company, 337-338.
Lubis, C. P., 2004. Imunisasi Hepatitis B Manfaat dan Kegunaannya dalam
Keluarga. Available from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/2018. [Accesed 5th May 2011]
Morgan, K., 2006. Sexually Transmitted Infections. Dalam: Pathophysiology The Biologic Basis for Disease in Adults and Children 5th Edition. Elsevier Mosby Company, 886.
Notoadmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Sanityoso, A., 2006. Hepatitis Virus Akut. Dalam: Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: IPD FKUI, 427-432.
Soemoharjo, S. dan Gunawan, S., 2006. Hepatitis B Kronik. Dalam: Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: IPD FKUI, 433-442.
Suharjo, J.B., 2006. Diagnosis dan Manajemen Hepatitis B Kronis. Available from:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05_150_Diagnosismenajemenhe patiskronis.pdf/05_150_Diagnosismenajemenhepatiskronis.html. [Accesed 5th March 2011]
Suwandi, U., 1991. Perkembangan Vaksin Hepatitis B. Cermin Dunia kedokteran, 68: 22-25.
Wahyuni, A. S., 2007. Statistika kedokteran. Jakarta Timur: Bamboedoea Communication.
World Health Organization, 2008. Hepatitis B. Available from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs204/en/ [Accesed 3rd
March 2011]
World Health Organization, 2011. Immunization, Vaccines and Biologicals. Available from: http://www.who.int/immunization/topics/hepatitis_b/en/ [Accesed 3rd March 2011]
Lampiran I
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Izzatul Syazwani Binti Ismail Tempat/Tanggal Lahir : Malaysia/1 September 1989
Agama : Islam
Alamat : Kg. Kuala Sg. Limau Dalam, 06910 Yan, Kedah Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Dulang
2. Sek. Men. Sains Sultan Mohamad Jiwa 3. Alliance University College of Medical Sciences (AUCMS)
Lampiran II
Kuesioner
Kuisoner hubungan pengetahuan tentang penyakit Hepatitis B dengan tindakan melakukan imunisasi hepatitis B pada perawat
Nama perawat : Umur : Jenis kelamin :
Bulatkan jawaban yang benar.
1. Pengetahuan umum Hepatitis B
1.1. Menurut anda, apakah definisi penyakit hepatitis B?
a. Hepatitis B adalah penyakit inflamasi hati yang disebabkan oleh bakteri hepatitis B
b. Hepatitis B adalah penyakit infeksi menular yang menyebabkan terjadinya ikterus
c. Hepatitis B adalah penyakit inflamasi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B
1.2. Menurut anda, apakah agen penyebab penyakit hepatitis B? a. Bakteri hepatitis B
b. Virus hepatitis B c. Bakteri hepatitis hepar
1.3. Menurut anda, bagaimanakah cara penularan penyakit hepatitis B? a. Hepatitis B dapat ditularkan melalui makanan dan minuman
1.4. Menurut anda, kondisi yang manakah antara berikut yang dapat menyebabkan tertularnya penyakit hepatitis B?
a. Seorang perawat yang mempunyai luka di tangan dapat terinfeksi penyakit hepatitis B apabila bersentuhan dengan ingus pasien hepatitis B
b. Seorang perawat yang mempunyai luka di tangan dapat terinfeksi penyakit hepatitis B apabila bersentuhan dengan darah pasien hepatitis B
c. Kedua-duanya benar
1.5. Menurut anda, yang manakah antara berikut merupakan cara penularan hepatitis B?
a. Melalui hubungan seksual b. Sentuhan
c. Kedua-duanya salah
1.6.Menurut anda, siapakah yang beresikotinggi untuk tertular dengan penyakit hepatitis B?
a. Anak-anak yang sering berkongsi makanan
b. Dokter dan perawat yang mempunyai kontak dengan pasien c. Supir angkut
1.7. Menurut anda, pada usia berapakah yang mempunyai resiko tinggi untuk tertular dengan penyakit hepatitis B?
a. 20-40 tahun b. 40-60 tahun
c. Pada semua peringkat umur
1.8. Menurut anda, bagaimanakah penularan penyakit hepatitis B dapat terjadi daripada pasien ke perawat?
a. Perawat yang bersentuhan dengan pasien hepatitis B tanpa memakai sarung tangan
c. Perawat yang bercakap dengan pasien hepatitis B
1.9. Menurut anda, bagaimanakah cara pengobatan penyakit hepatitis B? a. Antibiotik
b. Antiviral
c. Tidak bisa diobati
1.10. Menurut anda, bagaimanakah cara pencegahan penyakit hepatitis B pada seorang perawat?
a. Menggunakan alat-alat yang steril b. Memakai masker dan sarung tangan c. Kedua-duanya benar
1.11. Menurut anda, adakah penyakit hepatitis B dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi hepatitis B?
a. Ya b. Tidak
1.12. Di Indonesia, pada usia berapakah dosis pertama imunisasi hepatitis B diberikan?
a. Selepas bayi lahir b. 1 bulan
c. 4 bulan
1.13. Menurut anda, berapa kali imunisasi hepatitis B yang dianjurkan pada anak? a. 3 kali
1.14. Menurut anda, berapakh nilai anti-HBs yang cukup sebagai protektif pada diri?
a. 5 IU/L b. 7 IU/L c. 10 IU/L
1.15. Menurut anda, apakah komplikasi tersering dari penyakit hepatitis B yang kronik?
a. Sirosis hati b. Ikterus (kuning) c. Kanker paru
2. Imunisasi hepatitis B
2.1. Sebagai seorang perawat, apakah anda telah melakukan tindakan imunisasi hepatitis B pada diri pada usia dewasa sebagai salah satu langkah pengcegahan?
Lampiran III
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT HEPATITIS B DENGAN TINDAKAN MELAKUKAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA
PERAWAT
Saya yang bernama di bawah ini:
Nama : Izzatul Syazwani Binti Ismail Nim : 080100308
Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dari stambuk 2008 yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat tentang penyakit hepatitis B dengan tindakan melakukan imunisasi hepatitis B pada diri.
Sebelumnya, penyakit hepatitis B ini merupakan penyakit yang mudah ditularkan. Saya mengharapkan kesediaan saudara/saudari untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, yaitu dengan menjawab pertanyaan yang diajukan dengan apa adanya (jujur) dimana tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Partisipasi saudara/saudari dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara/saudari bebas untuk mengundurkan diri jika tidak berkenan menjadi responden tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang terkait dengan identitas yang saudara/saudari berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.
Jika saudara/saudari bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan menandatangani formulir ini.
Tanggal :
Lampiran IV
Hasil uji validitas isi
Telah dilakukan Uji Validitas Isi (Content Validity) terhadap kuesioner untuk penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan tentang Penyakit Hepatitis B dengan Tindakan Melakukan Imunisasi pada Perawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM), Medan Tahun 2011” dan dinyatakan butir-butir pertanyaan sebanyak 15 buah pertanyaan adalah valid dan dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.
Uji validitas dilakukan oleh: dr Rina Amelia, MARS selaku dosen pembimbing.
Peneliti Yang melakukan Uji Validitas
HASIL OUTPUT
Frekuensi umur responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
48 1 1.3 1.3 93.8
50 3 3.8 3.8 97.5
51 1 1.3 1.3 98.8
56 1 1.3 1.3 100.0
Total 80 100.0 100.0
umur kategori
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1.00 21 26.3 26.3 26.3
2.00 34 42.5 42.5 68.8
3.00 20 25.0 25.0 93.8
4.00 5 6.3 6.3 100.0
Total 80 100.0 100.0
JAWABAN KEPADA PERTANYAAN
definisi hepatitis B
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 5 6.3 6.3 6.3
benar 75 93.8 93.8 100.0
Total 80 100.0 100.0
etiologi hepatitis B
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 5 6.3 6.3 6.3
benar 75 93.8 93.8 100.0
cara transmisi penyakit
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 19 23.8 23.8 23.8
benar 61 76.3 76.3 100.0
Total 80 100.0 100.0
cara transmisi penyakit
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 43 53.8 53.8 53.8
benar 37 46.3 46.3 100.0
Total 80 100.0 100.0
cara transmisi penyakit
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 51 63.8 63.8 63.8
benar 29 36.3 36.3 100.0
Total 80 100.0 100.0
faktor resiko hepatitis B
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid benar 80 100.0 100.0 100.0
faktor resiko hepatitis B
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 15 18.8 18.8 18.8
benar 65 81.3 81.3 100.0
cara transmisi daripada pasien ke perawat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 37 46.3 46.3 46.3
benar 43 53.8 53.8 100.0
Total 80 100.0 100.0
pengobatan hepatitis B
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 15 18.8 18.8 18.8
benar 65 81.3 81.3 100.0
Total 80 100.0 100.0
pencegahan hepatitis B
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 14 17.5 17.5 17.5
benar 66 82.5 82.5 100.0
Total 80 100.0 100.0
pencegahan hepatitis B
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 3 3.8 3.8 3.8
benar 77 96.3 96.3 100.0
Total 80 100.0 100.0
dosis pertama imunisasi hepatitis B
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 44 55.0 55.0 55.0
benar 36 45.0 45.0 100.0
bilangan imunisasi hepatitis B yg dianjurkan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 13 16.3 16.3 16.3
benar 67 83.8 83.8 100.0
Total 80 100.0 100.0
nilai anti-HBs yang protektif
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 57 71.3 71.3 71.3
benar 23 28.8 28.8 100.0
Total 80 100.0 100.0
komplikasi hepatitis B
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 3 3.8 3.8 3.8
benar 77 96.3 96.3 100.0
Total 80 100.0 100.0
tindakan melakukan imunisasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak melakukan tindakan
imunisasi
19 23.8 23.8 23.8
melakukan tindakan
imunisasi
61 76.3 76.3 100.0
pengetahuan yg dikelompokkan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid cukup 50 62.5 62.5 62.5
baik 30 37.5 37.5 100.0
Total 80 100.0 100.0
tindakan melakukan imunisasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak melakukan tindakan
imunisasi
pengetahuan yg dikelompokkan * tindakan melakukan imunisasi Crosstabulation
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 6.999a 1 .008
Continuity Correctionb 5.637 1 .018
Likelihood Ratio 6.832 1 .009
Fisher's Exact Test .014 .009
Linear-by-Linear
Association
6.912 1 .009
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.13.