• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Pasien Yang Menderita Penyakit Jantung Koroner Di Poliklinik Jantung RSUP H. Adam Malik Medan Mengenai Penyakit Jantung Koroner

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Pasien Yang Menderita Penyakit Jantung Koroner Di Poliklinik Jantung RSUP H. Adam Malik Medan Mengenai Penyakit Jantung Koroner"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Jantung Koroner

2.1.1 Definisi Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang timbul akibat penyempitan pada arteri koronaria. Penyempitan tersebut dapat disebabkan oleh aterosklerosis, sifilis,dan penyebab lain. Aterosklerosis pada dasarnya adalah suatu kelainan yang terdiri atas pembentukan firolipid local di dalam bentuk plak-plak yang menonjol atau penebalan yang disebut atheroma yang terdapat di dalam tunika intima dan pada bagian dalam tunika media. Atheroma kemudian berkembang dan ia dapat mengalami berbagai komplikasi termasuk klasifikasi, pendarahan, ulserasi, dan thrombosis. (WHO, 2013)

2.1.2 Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner merupakan masalah kesehatan utama di Negara maju. Di Indonesia telah terjadi pergeseran kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah dari urutan ke-10 tahun 1980 menjadi urutan ke-8 tahun 1986. Sedangkan, penyabab kematian tetap menduduki peringkat ke-3. Banyak faktor

yang mempengaruhi terjadinya penyakit jantung koroner sehingga usaha pencegahan harus bentuk multifaktorial. (WHO,2013)

Menurut estimasi WHO, sekitar 50% dari 12 juta penduduk dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. (Sastroasmoro S & Madiyono B,2007)

Penyakit kardiovaskular yang di dalamnya termasuk PJK menempati urutan pertama penyebab seluruh kematian yaitu 16% pada survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1992. Pada SKRT 1995 meningkat menjadi 18,9%. Hasil Suskernas 2001 malahan memperlihatkan angka 26,4%. (Yahya A.F,2005)

(2)

bahwa pada tahun 1992, penderita PJK di Indonesia adalah 16,5% , dan pada tahun 2000 melonjak menjadi 26,4%. Meski menjadi pembunuh utama, tetapi masih sedikit sekali orang yang tahu tentang penyakit jantung koroner ini. Terutama tentang faktor resiko yang menyebabkan terjadinya penyakit tersebut.

Dalam ilmu epidemiologi, jika faktor resiko suatu penyakit telah diketahui maka akan lebih mudah untuk melakukan tindakan pencegahan karena mencegah adalah

lebih baik dari mengobatinya. (Djohan T.B.A,2010)

2.1.3 Faktor Resiko Jantung Koroner a. Usia

Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya umur. Ada juga hubungan antara kadar kolesterol dan umur yaitu kadar kolesterol total akan meningkat dengan bertambahnya umur.

Di Amerika Serikat, kadar kolesterol pada laki-laki maupun perempuan mulai meningkat pada umur 20 tahun. Pada laki-laki kadar kolesterol akan meningkat sampai umur 50 tahun dan ahkirnya akan turun sedikit setelah umur 50 tahun. Kadar kolesterol perempuan sebelum menopause (45-60 tahun) lebih rendah daripada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar kolesterol perempuan biasanya akan meningkat menjadi lebih tinggi daripada

laki- laki. Sebab resiko PJK meninggi pada akhir dekade kehidupan, maka menurunkan kadar kolesterol pada usia tua sangat bermanfaat.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa penderita dengan kadar kolesterol yang tinggi bila dapat menurunkan kadar kolesterol total 1%, maka terjadi penurunan 2% serangan jantung. Jadi bila kadar kolesterol dapat diturunkan 15% maka resiko PJK akan berkurang 30%. (Yuniadi Y,2007)

b. Faktor Genetik

(3)

orang yang tidak dapat menurunkan kadar kolesterol darahnya dengan diet rendah lemah jenuh dan kolesterol tetapi kelompok ini hanya sebagian kecil saja. Sebagian besar manusia dapat mengatur kadar kolesterol darahnya dengan diet rendah lemah jenuh dan kolesterol. (Yuniadi Y, 2007)

c. Jenis kelamin

Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan laki-laki mempunyai PJK dua hingga tiga kali lebih besar daripada perempuan. Pada beberapa perempuan pemakaian kontrasepsi dan selama kehamilan akan meningkatkan kadar kolesterol. Pada wanita hamil kadar kolesterolnya akan kembali normal 20 minggu setelah melahirkan. Angka kematian pada laki-laki didapatkan lebih tinggi daripada perempuan tetapi setelah menopause, hampir tidak didapatkan perbedaan antara risiko pada perempuan dengan laki-laki. (Yuniadi Y,2007)

d. Merokok

Dari 11 juta kematian per tahun di Negara industri maju, lebih dari setengah (6 juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke.

Risiko terjadinya PJK meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingan

dengan bukan merokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko merokok

(4)

menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga menganggu kerja saraf, otak dan banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin, CO, dan bahan-bahan

lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya penggumpulan darah. Nikotin mengaktifkan

trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah.

Karbon monoksida menimbulkan desaturasi haemoglobin, menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO mengantikan tempat oksigen di haemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah penggumpulan darah.

Di samping itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak. Dibandingan dengan bukan perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah perokok lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah. Akibat penggumpulan (thrombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok akan merusak pembuluh darah perifer. (World Health Organized,WHO,2014)

e. Kurang berolahraga

(5)

f. Obesitas

Obesitas menyebabkan terjadinya gangguan toleransi glukosa ataupun kencing manis. Jika berat badan naik 20% maka angka kematian meningkat 20% pada pria dan 10% pada wanita. Menurut studi Framingham, penurunan berat

badan akan memperpanjang usia dengan penurunan berat badan sampai 10% akan menurunkan insiden penyakit jantung koroner 20%.

Makanan atau minuman siap saji yang didapat melalui restoran fast food dapat mengakibatkan obesitas atau kelebihan lemah tubuh. Hal ini diperparah lagi dengan kurangnya gerak tubuh yang dilakukan, baik melalui gerakan fisik saat kerja maupun olahraga. Obesitas akan mengakibatkan terjadinya peningkatan volume darah sekitar 10-20%, bahkan sebagian ahli menyatakan dapat mencapai 30%. Hal ini merupakan beban tambahan bagi jantung. Otot jantung akan mengalami perubahan struktur berupa hipertropi atau hiperplasia yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pompa jantung atau lazim yang disebut sebagai gagal jantung atau lemah jantung, dimana penderita akan merasakan lekas capai, sesak napas bila malakukan aktifitas ringan, sedang ataupun berat (tergantung dari derajat lemah jantung). Obesitas dapat mempercepatkan terjadinya penyakit jantung koroner melalui berbagai cara, yaitu:

1. Obesitas mengakibatkan terjadinya perubahan lipid darah, yaitu peninggian kadar kolesterol darah, kadar LDL-kolesterol meningkat

(kolesterol jahat, yaitu zat yang mempercepat penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah), penurunan HDL-kolesterol (kolesterol baik,

yaitu zat yang mencegah terjadinya penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah).

2. Obesitas mengakibatkan terjadinya hipertensi (akibat penambahan volume darah, peningkatan kadar renin, peningkatan kadar aldosterone dan insulin, meningkatnya tahanan pembuluh darah sistemik, serta penekanan mekanis oleh lemak pada dinding pembuluh darah tepi).

(6)

setelah usia dewasa. Hal ini disebabkan oleh efek samping obesitas yang ditentukan oleh berat dan lamanya obesitas. (Djohan T.B.A,2004)

g. Diabetes Mellitus

Kencing manis atau gangguan toleransi gula dapat disebabkan oleh obesitas. Menurut Nicholay Sen and Westlund, obesitas sedang akan

meningkatkan resiko penyakit jantung koroner 10 kali lipat, jika berat badan lebih besar 45% dari berat badan standar, maka resiko terjadinya penyakit kencing manis akan meningkat menjadi 30 kali lipat. Mekanismenya belum jelas tetapi terjadinya peningkatan tipe IV hiperlipidemia dan hipertrigliserid, pembentukan platelet yang abnormal dan DM yang disertai obesitas dan hipertensi. (Djohan T.B.A,2004)

h. Hipertensi

Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko major untuk penyakit jantung koroner. Tekanan darah tinggi (hipertensi) mengakibatkan jantung bekerja keras hingga pada suatu saat akan terjadi kerusakan yang serius. Pada jantung, otot jantung akan menebal (hipertrofi) dan mengakibatkan fungsi sebagai pompa menjadi terganggu, selanjutnya jantung akan dilatasi dan kemampuan kontraksinya berkurang. Tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan

pembuluh darah pada otak, mata (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal). 74% dari penderita penyakit jantung koroner menderita hipertensi. (American Heart

Association,AHA,2013)

Perubahan hipertensi khususnya pada jantung disebabkan karena:

1.Meningkatnya tekanan darah. Peningkatan tekanan darah merupakan baban yang berat untuk jantung, sehingga menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri (faktor miokard).

(7)

i.Dislipidemia

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,

kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL. Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai peran yang penting dan sangat kaitannya

satu dengan lain. Ketiga-tiganya sekaligus dikenal sebagai Triadlipid.

Tahap awal yang penting pada aterogenesis adalah adanya partikel LDL yang ada dalam sirkulasi terjebak di dalam intima. LDL ini mengalami oksidasi atau perubahan lain dan kemudian dipindahkan oleh reseptor “Scavenger” khusus pada makrofag dan gel-gel mural yang lain. Tidak ada pengendalian umpan balik atas pembentukan reseptor-reseptor ini, dan ester-ester kolesterol kemudian berakumulasi didalam gel sehingga membentuk gel busa. Sel gel busa membentuk bercak perlemakan yang bisa menyebabkan distrubsi pada endothelium. Akhirnya faktor pertumbuhan mengakibatkan proliferasi gel dan akhirnya lesi aterosklerosis yang lanjut. (Anwar T.B,2004)

Aterosklerosis adalah suatu bentuk ateriosklerosis yang terutama mengenai lapisan intima dan umumnya terjadi di arteri muskuler ukuran besar dan sedang serta merupakan kelainan yang mendasari penyakit jantung iskemik. Athesklosklerosis terjadi akibat penimbunan kolesterol, lemak, kalsium, sel-sel

radang, dan material pembekuan darah (fibrin). Timbunan ini disebut plak. Terdapat dua macam plak yaitu plak stabil dan plak tidak stabil (vulnerable,

rapuh).

(8)

terkomplikasi dapat mengakibatkan gangguan aliran di lumen pembuluh darah. (Anwar T.B,2004)

2.1.4 Patofisiologi penyakit jantung koroner

Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (plak) yang

mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium

pada intima, atau permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat

intima menjadi kasar, jaringan akan berkurang oksigen dan zat gizi sehingga

menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukkan gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti angina pektoris. (Moore,1997).

1. Angina pektoris

Jika beban kerja suatu jaringan menigkat maka kebutuhan oksigen juga meningkat pada jantung yang sehat, arteria koroner berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung namun jika arteria koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat arterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemi miokardium, sel- sel miokardium mulai menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Cara ini tidak efesien dan menyebabkan terbentuknya asam laktat. Asam laktat menurunkan pH miokardium

dan menimbulkan nyeri yang berkaitan dengan angina pektoris. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat

dan sel-sel otot kembali ke proses fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya penimbunan asam laktat, maka nyeri angina pektoris mereda. Dengan demikian angina pektoris merupakan suatu keadaan yang berlangsung singkat.(Elizabeth J. Corwin, 2009, 492)

2. Infark miokardium

(9)

sekitarnya. Protein intra sel mulai mendapat akses ke sirkulasi sistemik dan ruang intertisial dan ikut menyebabkan edema dan pembengkakan intertisial di sekitar miokardium, akibat kematian sel, tercetus reaksi inflamsi. Di tempat inflamsi, terjadi penimbunan trombosit dan pelepasan faktor pembekuan.Terjadi

degranulasi sel mast yang menyebabkan pelepasan histamine dan berbagai prostaglandin. Sebagian bersifat vasokontriktif dan sebagian merangsang

pembekuan (tromboksan). (Elizabeth J. Corwin, 2009, 495)

Secara singkat semakin banyak arah (peningkatan preload) di salurkan ke jantung, jantung akan memompa lebih cepat untuk melawan arteri yang menyempit (peningkatan afterload). Hasil netto dari pengaktifan semua refleks tersebut, terjadi akibat penurunan kontaktilitas jantung dan tekanan darah, adalah meningkatnya beban kerja jantung yang telah rusak. Kebutuhan oksigen jantung meningkat. Apabila kebutuhan oksigen dari lebih banyak sel tidak dapat di penuhi, maka terjadi peluasan daerah sel yang cedera dan iskemia di sekitar zona nekrotik (mati). Sel- sel yang mengalami cedera dan iskemia ini beresiko ikut mati. Kemampuan memompa jantung semakin berkurang dan terjadi hipoksia semua jaringan dan organ, termasuk bagian jantung yang masih sehat. Akhirya, karena darah di pompa secara tidak efektif, dan kacau maka darah mulai mengalir secara lambat dalam pembuluh jantung. Hal ini, disertai akumulasi trombosit dan faktor pembekuan lainnya yang meningkatkan resiko pembentukan bekuan darah.

(Elizabeth J. Corwin, 2009, 496)

2.1.5 Manifestasi Klinis Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang berbeda-beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan pemeriksaan yang seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita, riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto dada, pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset klinis penyakit jantung koroner. Manifestasi klinis PJK meliputi:

(10)

a. Angina Pektoris Stabil b. Angina Pektoris Tidak Stabil

c. Variant Angina (Prinzmetal Angina) 3. Infart Miokard Akut

4. Dekompensasi Kordis 5. Aritmia Jantung

6. Mati Mendadak 7. Syncope

Pada penderita asimptomatik, penyakit jantung koroner diketahui secara kebetulan misalnya saat dilakukan check up kesehatan. Kelompok penderita ini tidak pernah mengeluh adanya nyeri dada (angina) baik pada saat istirahat maupun saat aktivitas. Secara kebetulan penderita menunjukkan iskemia saat dilakukan uji beban latihan. Ketika EKG menunjukkan depresi segmen ST, penderita tidak mengeluh adanya nyeri dada. Pemeriksaan fisik, foto dada dan lain-lain dalam batas-batas normal.

Angina ini timbul karena ketidakseimbangan antara kebutuhan otot jantung dengan oksigen dan suplai darah oleh pembuluh darah oleh pembuluh koroner. Kebutuhan lebih besar dari suplai.

Pada penderita angina pektoris stabil, nyeri dada timbul pada saat melakukan aktifitas, bersifat kronis (> 2 bulan). Nyeri precordial terutama di

daerah restrosternal, terasa seperti tertekan benda berat atau terasa panas, seperti di remas atau tercekik. Rasa nyeri sering menjalar ke lengan kiri atas / bawah

bagian medial, ke leher, daerah maksila hingga ke dagu atau ke punggung, tetapi jarang menjalar ke lengan kanan. Nyeri biasanya berlangsung seingkat (1-5) menit dan rasa nyeri hilang bila penderita istirahat. Selain aktifitas fisik, nyeri dada dapat diprovokasi oleh stress / emosi, anemia, udara dingin dan tirotoksikosis. Pada saat nyeri, sering disertai dengan keringat dingin. Rasa nyeri juga cepat hilang dengan pemberian obat golongan nitrat.

(11)

serta pencetus timbulnya keluhan juga berubah. Angina pektoris tidak stabil sering timbul pada saat istirahat. Pemberian nitrat tidak menghilangkan keluhan dengan segera. Keadaan ini didasari oleh patogenesis yang berbeda dengan angina stabil. Angina tidak stabil sering disebut sebagai Preinfartion. Pada Angina tidak

stabil, plaque aterosklerosis mengalami trombosis sebagai akibat plaque rupture (fissuring). Di samping itu diduga juga terjadi spasme namun belum terjadi oklusi total atau oklusi bersifat intermitten. Pada pemeriksaan elektrokardiografi didapatkan adanya depresi segmen ST, kadar enzim jantung tidak mengalami peningkatan.

Penyakit jantung koroner dapat juga bermanifestasi sebagai infark miokard akut yang sering didahului oleh keluhan dada terasa yang tidak enak (chest discomfort). Keluhan ini menyerupai dengan gambaran angina yang klasik pada saat istirahat sehingga dianggap terjadi angina tidak stabil. Selain itu penderita sering mengeluh rasa lemah dan kelelahan. Nyeri dada berlangsung > 30 menit bahkan sampai berjam-jam. Kualitas nyerinya sering dirasakan seperti menekan, (compressing), constricting, crushing atau diremas (squeezing), tercekik

(chocking), berat (heavy pain). Kadang–kadang bisa juga tajam (knife like), ataupun seperti terbakar (burning). Lokasi nyeri biasanya retrosternal, menjalar ke dua dinding dada terutama dada kiri, ke bawah di bagian medial lengan menimbulkan rasa pegal pada pergelangan, tangan dan jari. Kadang-kadang nyeri

dapat dirasakan pada daerah epigastrium sehingga perut merasa tidak enak (abdominal discomfort). Gejala lain yang sering menyertai adalah mual, muntah, badan lemah, pusing, berdebar dan keringat dingin. (Siahaan,2013)

2.1.6 Diagnosa Penyakit Jantung Koroner

Seorang dokter harus mengetahui dulu penyakit/diagnosis pasiennya sebelum memberi pengobatan. Dokter harus mengumpulkan sebanyak mungkin keterangan baik subjektif maupun objektif untuk kemudian mengambil kesimpulan. Pilihan pengobatan ditentu berdasarkan jenis penyakit dan derajatnya. (Idham I, 2007)

(12)

2. Pemeriksaan fisik 3. Laboratorium

Dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol darah dan trigliserida sebagai faktor risiko. Dari pemeriksaan darah juga dapat diketahui ada

tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung. 4. Pemeriksaan invasif menentukan anatomi koroner

 Arteriografi koroner

 Ultrasound intra vaskuler (IVUS) 5. Pemeriksaan jantung non- invasif

 EKG istirahat

Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi, dan masing- masing memberikan gambaran yang berbeda.

 Monitoring EKG ambulator  Uji latihan jasmani (treadmill)

Treadmill merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi perubahan gambaran EKG saat aktifitas, yang memberikan petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG tampak normal.

 Magnetic resonance arteriography

Digunakan untuk memeriksa area penyempitan atau penyumbatan meskipun rincian mungkin tidak sejelas yang disediakan oleh

kateterisasi koroner.  Computed tomografi

Alat ini dapat mendeteksi kalsium dalam lemak yang sempit arteri koroner. Penyakit arteri koroner mungkin terjadi jika sejumlah besar kalsium ditemukan.

(13)

Dari foto rontgen dada dokter dapat melihat ukuran jantung, apakah ada pembesaran atau tidak. Di samping itu, foto rontgen juga dapat melihat gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak bisa dilihat dari foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah

berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah jantung. Gambarannya, biasanya jantung terlihat membesar. (Peter

L,2008)

2.1.7 Tatalaksana penyakit jantung koroner A. Modifikasi gaya hidup

1. Diet tinggi serat, rendah kolesterol / lemak, rendah garam 2. Turunkan berat badan menjadi normal

3. Berhenti rokok / alkohol 4. Olahraga teratur

B. Berbagai obat dapat digunakan untuk mengobati penyakit arteri koroner, termasuk:

1. Aspirin. Hal ini dapat mengurangi kecenderungan darah untuk membeku, yang dapat membantu mencegah penyumbatan arteri koroner penderita. Jika penderita pernah mengalami serangan jantung,

aspirin dapat membantu mencegah serangan di masa depan. Ada beberapa kasus di mana aspirin tidak sesuai, seperti jika penderita

memiliki kelainan pendarahan dimana penderita sudah menggunakan pengencer darah lain.

2. Calcium channel blocker. Obat-obat ini melemaskan otot-otot yang mengelilingi arteri koroner penderita dan menyebabkan pembuluh terbuka, meningkatkan aliran darah ke jantung penderita. Mereka juga mengendalikan tekanan darah tinggi.

(14)

pada arteri koroner. Meningkatkan high-density lipoprotein (HDL), atau “kolesterol baik” yang mungkin juga membantu. Dokter dapat memilih dari berbagai obat,termasuk statin, niasin, asam empedu fibrates dan sequestrants.

4. Penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE). Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan dapat membantu mencegah

perkembangan penyakit arteri koroner. Jika penderita yang pernah mengalami serangan jantung, ACE inhibitor mengurangi risiko serangan di masa depan.

5. Beta blocker. Obat-obatan ini memperlambat denyut jantung dan menurunkan tekanan darah, yang menurunkan permintaan oksigen jantung penderita. Jika penderita pernah mengalami serangan jantung, beta blocker mengurangi risiko serangan di masa depan.

6. Nitrogliserin. Nitrogliserin tablet, semprotan dan koyo dapat mengontrol nyeri dada dengan membuka arteri koroner penderita dan mengurangi permintaan jantung penderita untuk darah.

C. Kadang-kadang pengobatan yang lebih agresif diperlukan untuk memperbaiki aliran darah. Berikut adalah beberapa pilihan:

1. Operasi bypass arteri koroner

2. Angioplasty dan penempatan stent (revaskularisasi koroner perkutan). (Yayasan Jantung Indonesia, 2007)

2.1.8 Pencegahan penyakit jantung koroner

Resiko terjadinya penyakit arteri koroner bisa dikurangi dengan melakukan beberapa tindakan berikut:

1. Jangan merokok/ menggunakan produk tembakau

(15)

disebabkan oleh penggunaan tembakau dapat dicegah daripada penyakit yang disebabkan oleh sebab lain.

2. Batasi jumlah konsumsi alkohol yang anda minum

Batasi minuman alkohol anda, untuk laki-laki jangan minum alkohol lebih

dari 2 minuman perhari, dan untuk wanita dibatasi hanya satu minuman dalam satu hari. Satu minuman adalah satu kaleng bir (12 ons), 4-ons

gelas anggur/ wine atau jigger (1 ons). Terlalu banyak alkohol dapat merusak hati, mendorong timbulnya beberapa kanker, seperti kanker kerangkangan dan kanker hati. Banyak kasus-kasus kematian disebabkan karena alkohol.

3. Pola makan yang benar

Beberapa penyakit yang berkaitan dengan pola makan diantaranya penyakit jantung, penyakit kanker, stroke, diabetes dan rusaknya arteri-arteri yang mensuplai darah ke seluruh tubuh. Pola makan berserat, buah-buahan dan sayur dapat membantu anda mengurangi resiko terkena beberapa tipekanker tertentu. Makanan dengan kandungan kalsium data membantu memperkuat tukang.

4. Kurangi berat badan anda jika berlebihan

Banyak penduduk Negara besar di Amerika serikat mengalami masalah kesehatan overweight atau kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan

dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya tekanan darah tinggi atau hipertensi, kadar kolesterol darah tinggi, penyakit kandung empedu,

beberapa jenis kanker, arthiritis pada sendi-sendi yang memikul beban yag terlalu berat karena overweight (arthiritis pada tulang belakang, sendi lutut, atau pada pinggul). Anda dapat mengurangi kelebihan berat badan secara bertahap dan membantu anda menjaganya tetap dalam batas normal dengan diet tinggi serat, latihan olahraga teratur.

5. Olahraga teratur

(16)

Dengan latihan olahraga teratur anda akan merasa lebih segar, lebih baik dan menjaga berat badan anda tetap dalam kontrol. Sebaiknya lakukanlah latihan olahraga secara teratur selama 4-6 kali dalam seminggu dengan durasi tiap latihannya selama 30-60 menit. Dalam jumlah berapapun

olahraga yang anda lakukan sudah lebih baik daripada tidak sama sekali. 6. Jangan berjemur

Paparan sinar matahari berkaitan dengan kejadian kanker pada kulit, yang merupakan kanker kulit sering terjadi di masyarakat. Jadi yang paling baik adalah menghindari paparan sinar matahari atau gunakan pakaian pelindung dan topi.

7. Kontrol/ kendalikan tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi meningkatkan resiko kejadian penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal. Untuk mengkontrol tekanan darah tinggi anda yang dapat anda lakukan adalah mengurangi berat badan anda, latihan olahraga teratur, kurangi konsumsi sodium dalam makanan anda, angan merokok, hentikan merokok, konsumsi obat penurunan darah tinggi jika memang dokter menganjurkan. (Yayasan Jantung Indonesia, 2007)

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian atau definisi

Menurut Notoatmodjo, pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekadar menjawab pertanyaan “what” (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2010)

(17)

2.2.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan :

a) Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai memanggil (recall) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. (Notoatmodjo, 2010. Halaman 27)

Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2010. Halaman 140-141) b) Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. (Notoatmodjo, 2010. Halaman 27-28)

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

telah diketahui tersebut pada situasi yang lain. (Notoatmodjo, 2010. Halaman 28)

d) Analisis (analysis)

(18)

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. (Notoatmodjo,2010. Halaman 28)

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri. (Notoatmodjo, 2010. Halaman 29)

2.2.3 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan teknik wawancara ataupun dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian ataupun responden. (Notoatmodjo, 2010)

Menurut Pratamo (1990) dan akhbar (2011), pengetahuan responden dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu : baik, sedang, dan kurang dengan perincian nilai sebagai berikut :

1. Kategori baik apabila responden mempunyai skor > 75%

2. Kategori sedang apabila responden mempunyai skor 40-75% 3. Kategori kurang apabila responden mempunyai skor < 40%

2.3. Sikap

2.3.1. Pengertian sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2010). Sikap juga memiliki beberapa tingkatan yaitu:

(19)

4. Bertanggungjawab (responsible)

2.4. Perilaku

2.4.1. Pengertian Perilaku

Menurut Kurt Lewin dalam Notoatmodjo, 2010, perilaku manusia bukan sekadar respondan stimulus, namun juga merupakan hasil interval antara “persons”(diri orang) dengan “environment” (lingkungan) stimulus atau rangsangan dari luar tidak akan lansung menimbulkan respon dari orang yang bersangkutan. Stimulus tersebut memerlukan proses pengolahan terlebih dahulu dari orang yang menerima stimulus. Dalam rangka menciptakan perilaku yang sehat, masyarakat perlu diberikan pengetahuan atau informasi-informasi yang benar dan lengkap tentang penyakit dan pelayanan-pelayanan kesehatan. Kepercayaan yang tidak didasarkan pada pengetahuan yang benar dan lengkap akan menyebabkan kesalahan bertindak.

2.4.2. Tipe Respon Perilaku

Menurut Skinner dalam Notoatmodjo, 2010 menyatakan bahwa perilaku merupakan respon seseorang terhadap adanya rangsang eksternal. Respon yang timbul ada dua jenis yaitu:

1. Respondent respons yaitu respon yang ditimbulkan dari reaksi tertentu.

Contoh: saat mendengar berita dari dokter, bahwa ia harus segera menjalani kateterisasi jantung, maka akan timbul perasaan cemas.

(20)

2.4.3. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Menurut Becker (1979) dalam Notoatmodjo, 2010, perilaku kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Perilaku sehat

2. Perilaku sakit

3. Perilaku peran orang yang sakit

Referensi

Dokumen terkait

mampu untuk memberikan kemudahan pengguna melakukan proses sewa3. DVD dengan mudah dan admin dapat memantau order

Berkas Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang telah diterbitkan SKPPKP sebelum SMT, harus dikirim ke KPP Baru paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sebelum

For this study, we are using images acquired by the Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) to update the Clementine UVVIS internal and external orientation parameters

9 Mahasiswa memahami tentang Peta karnaugh 2 variabel, peta Ceramah, Tanya jawab dan Jawaban tugas harian 5%.. penyederhanaan

Dengan demikian jelaslah mengapa konvensi Vienna 1980 diperlukan dan dibutuhkan. Sifat dan karakteristik yang berbeda antara international trade dan domestic trade telah

Capaian Pembelajaran : Mahasiswa memahami tentang himpunan, matriks, relasi dan fungsi, induksi matematika, algoritma dan bilangan bulat, kombinatorial dan peluang diskrit, graf

Mahasiswa diharapkan memahami dan menguasai feature dan operasi EIGRP, mengidentifikasi tujuan serta konfigurasi dasar EIGRP. EIGRP

Akses terhadap penyelesaian permasalahan atas kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan telah menjadi perhatian penting dari Kementerian Perdagangan