• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Data Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus putih (Rattus novergicus), jenis kelamin jantan, galur Wistar, berusia 2-3 bulan, dan berat badan 200-250 gram. Subjek penelitian didapat dari Laboratorium Gizi Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Subjek tersebut dibagi menjadi 4 kelompok secara acak dan diadaptasikan selama 1 minggu. Pengukuran kadar glukosa darah puasa tikus putih dilakukan sebanyak 3 kali. Pengukuran pertama dilakukan pada hari ke-8 tepat sebelum induksi

streptozotocin dan nicotinamide dengan tujuan untuk memastikan bahwa tikus yang akan diinduksi mempunyai kadar glukosa darah puasa yang normal. Induksi streptozotocin-nicotinamide dilakukan pada kelompok kontrol negatif (KK(-)), kelompok perlakuan 1 (KP1), dan kelompok perlakuan 2 (KP2) untuk membuat tikus model diabetes melitus (DM). Pada hari ke-11 dilakukan pengukuran kembali kadar glukosa darah puasa tikus putih untuk mengonfirmasi tikus putih model diabetes melitus. Pemberian ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) dilakukan pada hari ke-12 sampai hari ke-39 dengan dosis sebesar 200 mg/kg BB pada KP1 dan 400 mg/kg BB pada KP2. Kelompok kontrol normal (KKn) tidak diberi ekstrak daun kenikir maupun induksi streptozotocin-nicotinamide. Kadar glukosa

51

darah puasa diukur kembali setelah perlakuan yaitu pada hari ke-40 dengan tujuan untuk memastikan bahwa sampai akhir penelitian, model DM pada tikus putih masih tetap dipertahankan. Rerata kadar glukosa darah puasa setiap kelompok ditampilkan pada tabel 4.1. dan gambar 4.1.

Tabel 4.1 Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa Tikus Putih (Rattus novergicus) pada Masing-Masing Kelompok

Kelompok Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa ± Standar Deviasi (mg/dL)

Hari ke-8 Hari Ke-11 Hari Ke-40

KKn 71,45 ± 5,26 72,83 ± 5,11 73,76 ± 5,09

KK(-) 69,68 ± 4,73 257,36 ± 4,37 259,21 ± 4,57

KP1 69,34 ± 3,47 258,29 ± 2,83 125,27 ± 3,97

KP2 70,42 ± 4,06 256,92 ± 2,35 101,76 ± 4,21

Sumber : Data Primer, 2018 Keterangan

KKn : Kelompok Kontrol Normal KK(-) : Kelompok Kontrol Negatif KP1 : Kelompok Perlakuan 1 KP2 : Kelompok Perlakuan 2

Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel 4.1., kemudian dibuat grafik yang menggambarkan kadar glukosa darah puasa pada masing-masing waktu pengukurannya. Grafik ditampilkan pada gambar 4.1.

52

Gambar 4.1 Grafik Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa Tikus Putih (Rattus novergicus) pada Tiap Kelompok (dalam mg/dL). KKn : Kelompok Kontrol Normal, KK(-) : Kelompok Kontrol Negatif, KP1 : Kelompok Perlakuan 1, KP2 : Kelompok Perlakuan 2 Pada penelitian ini dilakukan tiga kali pengukuran kadar glukosa darah puasa tikus, dimana hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 4.1 dan gambar 4.1, menunjukkan bahwa rerata kadar glukosa darah puasa sebelum induksi

streptozotocin-nicotinamide pada hari ke-8 pada tiap kelompok tidak jauh berbeda dan dalam batas normal (menurut Wang et al (2010) rentang kadar glukosa darah puasa normal pada tikus adalah 48-112 mg/dL). Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa berikutnya dilakukan pada hari ke-11 setelah diinduksi dengan streptozotocin-nicotinamide. Hasil tersebut menunjukkan kenaikan kadar glukosa darah (>126 mg/dL) pada kelompok yang diinduksi

streptozotocin-nicotinamide yaitu KK(-), KP1, dan KP2 sehingga dapat disimpulkan semua tikus dapat menjadi model diabetes melitus. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa yang ketiga dilakukan pada hari ke-40. Hasil pengukuran glukosa darah puasa pada hari ke-40 menunjukkan rerata kadar

0 50 100 150 200 250 300

Hari Ke-8 Hari Ke-11 Hari Ke-40

K adar G lu kosa Da rah P uasa (m g/ d L ) Waktu Pengukuran KKn KK(-) KP1 KP2

53

glukosa darah puasa pada KKn tetap dalam batas normal. Pada KK(-) yang tidak diberikan ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.), rerata kadar glukosa darah puasa tetap >126 mg/dL. Adapun kelompok yang diberikan ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.), yaitu KP1 dan KP2 menunjukkan penurunan rerata kadar glukosa darah puasa menjadi normal.

Langkah selanjutnya adalah dilakukan terminasi pada tikus. Tidak ada tikus yang mati atau drop-out selama masa penelitian. Organ pankreas diambil dan selanjutnya dibuat preparat histologi dengan metode Blok Parafin dan pengecatan Hematoksilin Eosin (HE). Pengecatan preparat dengan pengecatan HE dilakukan untuk mengamati luas pulau Langerhans pankreas. Dari tiap tikus diambil 2 irisan. Masing-masing irisan diamati 5 pulau Langerhans secara acak yang diamati di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x. Total pulau Langerhans yang diamati untuk tiap kelompok adalah 60 buah. Pulau Langerhans pankreas ditandai dan diukur luasnya menggunakan aplikasi Image Raster. Hasil dari pengukuran luas pulau Langerhans pankreas dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya. Rerata luas pulau Langerhans setiap kelompok kemudian dibandingkan dengan uji statistik. Rerata luas pulau Langerhans pankreas pada setiap kelompok ditampilkan pada tabel 4.2. dan gambar 4.2., sedangkan gambaran mikroskopis pulau Langerhans pankreas pada empat kelompok ditampilkan pada gambar 4.3.

54

Tabel 4.2 Rerata Luas Pulau Langerhans Pankreas Tikus Putih (Rattus novergicus) pada Masing-Masing Kelompok

Kelompok Rerata Luas Pulau

Langerhans (µm2) Standar Deviasi KKn 14666,98 5810,74 KK(-) 4330,71 2213,59 KP1 10016,82 5347,07 KP2 11487,91 6922,40

Sumber : Data Primer, 2018 Keterangan

KKn : Kelompok Kontrol Normal KK(-) : Kelompok Kontrol Negatif KP1 : Kelompok Perlakuan 1 KP2 : Kelompok Perlakuan 2

Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel 4.2., kemudian dibuat grafik yang menggambarkan rerata luas pulau Langerhans pankreas pada masing-masing kelompok. Grafik ditampilkan pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Grafik Rerata Luas Pulau Langerhans Pankreas Tikus Putih (Rattus novergicus) pada Tiap Kelompok. KKn : Kelompok Kontrol Normal, KK(-) : Kelompok Kontrol Negatif, KP1 : Kelompok Perlakuan 1, KP2 : Kelompok Perlakuan 2

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000 KKn KK(-) KP1 KP2 Re rata L u as P u lau L an ge rh an s m 2 ) Nama Kelompok

55

Pada kelompok kontrol normal (KKn) didapatkan rerata luas pulau Langerhans terbesar dibanding kelompok lain. Kelompok kontrol normal hanya diberi diet standar. Rerata luas pulau Langerhans pada kelompok kontrol negatif (KK(-)) menunjukkan rerata luas pulau Langerhans paling kecil. Kelompok kontrol negatif diberi induksi streptozotocin-nicotinamide, tanpa diberi ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.). Rerata luas pulau Langerhans terlihat semakin meningkat dari kelompok perlakuan 1 (KP1) dan kelompok perlakuan 2 (KP2) dibandingkan KK(-). Kelompok perlakuan 1 diberi induksi streptozotocin-nicotinamide serta ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) sebesar 200 mg/kgBB. Kelompok perlakuan 2 diberi induksi streptozotocin-nicotinamide serta ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) sebesar 400 mg/kgBB.

Gambar 4.3 Gambaran Luas Pulau Langerhans Masing-Masing Kelompok, perbesaran 400 kali, pengecatan HE. Kelompok Kontrol Normal/ KKn (A), Kelompok Kontrol Negatif/ KK(-) (B), Kelompok Perlakuan 1/ KP1 (C), dan Kelompok Perlakuan 2/ KP2 (D).

56

Dokumen terkait