• Tidak ada hasil yang ditemukan

Obat kumur Ekstrak kulit buah kakao terhadap akumulasi plak diujikan kepada 40 orang mahasiswa FKG USU angkatan 2011 pada populasi 205 orang yang telah dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan sebanyak 20 orang dan kelompok kontrol sebanyak 20 orang. Penelitian ini selama satu minggu dan dilakukan pemeriksaan pada saat sebelum perlakuan (hari ke-0) dan pada saat sesudah perlakuan (pada hari ke-1 dan ke-7) pada subjek penelitian. Selama penelitian berlangsung, tidak ada subjek penelitian yang melaporkan terjadinya komplikasi dari pemakaian obat kumur ekstrak kulit buah kakao. Data-data hasil penelitian yang diperoleh diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel 2. Data demografi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Variabel Kelompok

Pengamatan Jumlah Persentase Umur a. 20 tahun b. 21 tahun c. 22 tahun 10 orang 16 orang 14 orang 25% 40% 35% Total 40 orang 100% Jenis Kelamin a. Laki-laki

b. Perempuan 2 orang 38 orang 5% 95% Total 40 orang 100% Frekuensi menyikat giigi a. Tidak teratur b. 1 kali sehari c. 2 kali sehari d. >2 kali sehari - - 36 orang 4 orang 90 % 10 % Total 40 orang 100%

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan data demografi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Subjek penelitian yang berusia 20 tahun sebanyak 10 orang (25%), 21 tahun sebanyak 16 orang (40%) dan berusia 22 tahun sebanyak 14 orang (35%). Berdasarkan jenis kelamin, subjek penelitian yang paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 38 orang (95%), sedangkan laki-laki sebanyak 2 orang (5%). Berdasarkan frekuensi menyikat gigi dalam satu hari, sebanyak 36 orang (90%) menyikat gigi 2 kali sehari dan 4 orang (10%) menyikat gigi lebih dari 2 kali sehari.

Tabel 3. Data distribusi rerata indeks plak Mahasiswa FKG USU angkatan 2011 pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada hari ke-0, hari ke-1 dan hari ke-7.

Hari

Kelompok perlakuan Kelompok kontrol N Rerata indeks plak ± SD N Rerata indeks plak ± SD 0 20 0.741 ± 0.186 20 0.718 ± 0.107 1 20 0.474 ± 0.119 20 0.603 ± 0.108 7 20 0.218 ± 0.076 20 0.768 ± 0.102 Keterangan : Uji anova ; p< 0.05

Tabel 3 menunjukkan penurunan skor indeks plak pada kelompok perlakuan mulai dari hari ke-1 sampai hari ke-7. Berdasarkan rerata dan standar deviasi skor indeks plak pada kelompok perlakuan pada hari ke-0 dan ke-1, rerata skor indeks plak 0.741 ± 0.186 menjadi 0.474 ± 0.119 dengan penurunan sebesar 0.267. Kemudian pada hari ke-7 perlakuan, rerata skor indeks plak menjadi 0.218 ± 0.076 dengan penurunan sebesar 0.256.

Pada kelompok kontrol terjadi penurunan skor indeks plak pada hari ke-1, namun terjadi peningkatan skor indeks plak pada hari ke-7. Berdasarkan rerata skor indeks plak dan standar deviasi sebelum perlakuan sebesar 0.718 ± 0.107. Hari pertama, rerata skor indeks plak dan standar deviasi menjadi 0.603 ± 0.108 dengan penurunan sebesar 0.115. Hari ke-7 rerata skor indeks plak dan standar deviasi menjadi 0.768 ± 0.102 dengan kenaikan sebesar 0.165.

Gambar 16. Grafik rerata indeks plak pada kelompok perlakuan (obat kumur ekstrak kulit buah kakao) dan kelompok kontrol (plasebo) pada hari ke-0, ke-1 dan ke-7

Gambar 16 menunjukkan perbandingan rerata skor indeks plak pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Grafik tersebut terlihat penurunan rerata skor indeks plak pada kelompok perlakuan dari hari ke-1 hingga ke-7 pada pemakaian obat kumur ekstrak kulit buah kakao. Kelompok kontrol terlihat penurunan rerata indeks plak pada hari ke-1 namun terjadi kenaikan skor indeks plak pada hari ke-7.

Tabel 4. Data perbandingan rerata indeks plak kelompok perlakuan hari ke-0, ke-1 dan ke-7.

Perbandingan P (Sig.) Hari ke-0 dan hari ke-1 0.000* Hari ke-0 dan hari ke-7 0.000* Hari ke-1 dan hari ke-7 0.000* Keterangan: Uji LSD ; p<0,05

(*) terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok (p<0,05) 0,741 0,474 0,218 0,718 0,603 0,768 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 H0 H1 H7 S k or in d ek s p lak Hari ke- kelompok perlakuan kelompok kontrol

Tabel 4 menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik (p<0,05) terjadi antara hari ke-0 dan hari ke-1, hari ke-0 dan hari ke-7, dan hari ke-1 dan hari ke-7.

Tabel 5. Data perbandingan rerata indeks plak kelompok kontrol hari ke-0, ke-1 dan ke-7.

Perbandingan P (Sig.) Hari ke-0 dan hari ke-1 0.000*

Hari ke-0 dan hari ke-7 0.005* Hari ke-1 dan hari ke-7 0.000* Keterangan : Uji LSD ; p<0,05

(*) terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok (p<0,05)

Tabel 5 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p<0.05) antara skor indeks plak pada hari ke-0 dan hari ke-1, hari ke-0 dan ke-7 dan hari ke-1 dan ke-7.

Tabel 6. Perbedaan rerata indeks plak kelompok perlakuan dan kontrol Selisih Kelompok N Rerata Indeks plak setelah perlakuan ±

SD P (sig) H0-H1 Perlakuan 20 -0.266 ± 0.120 0.000* Kontrol -0.114 ± 0.053 H0-H7 Perlakuan 20 -0.256 ± 0.094 0.000* Kontrol 0.164 ± 0.083 H1-H7 Perlakuan 20 -0.522 ± 0.152 0.000* Kontrol 0.049 ± 0.707

Keterangan: Uji t-tidak berpasangan ; p<0.05

(*) terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok (p<0.05)

Tabel 6 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p<0.05) terhadap rerata skor indeks plak antara hari 0 dan hari 1, hari 0 dan hari ke-7, serta hari ke-1 dan hari ke-7 pada kelompok kontrol dan perlakuan.

BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa obat kumur ekstrak kulit buah kakao (Theobroma cacao L) 3% berpengaruh dalam menurunkan akumulasi plak pada hari ke-1 dan ke-7 pemakaian obat kumur. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara kelompok perlakuan (obat kumur ekstrak kulit buah kakao) dengan kelompok kontrol (plasebo). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pada hari ke-1 dan ke-7 terjadi perbedaan rerata skor indeks plak yang bermakna p<0,05 antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sartini yang menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah kakao dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans karena kulit buah kakao mengandung campuran flavonoid atau tanin yang memiliki sifat antibakteri.9 Matsumoto juga melakukan penelitian terhadap ekstrak kulit buah kakao pada tikus yang terinfeksi Streptococcus mutans yang mengalami penurunan karies dan terjadi pengurangan akumulasi plak dengan konsentrasi hambat minimum 1,0 mg/ml.12

Penelitian ini menunjukkan bahwa rerata skor indeks plak pada kelompok perlakuan obat kumur ekstrak kulit buah kakao lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol dilihat mulai dari hari ke-1 hingga ke-7 pemakaian obat kumur. Hal ini disebabkan kandungan senyawa aktif yang terdapat pada kulit buah kakao yaitu senyawa alkaloid dan senyawa polifenol bersifat antibakteri.25 Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah kakao dalam bentuk obat kumur berpengaruh terhadap penurunan akumulasi plak. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Srikanth tentang efektifitas obat kumur ekstrak kulit kakao pada anak-anak. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa obat kumur ekstrak kulit buah

kakao efektif menurunkan jumlah bakteri Streptococcus mutans dan menurunkan deposisi plak.14

Penelitian ini, pada kedua kelompok yang diberikan obat kumur ekstrak kulit buah kakao dan obat kumur plasebo, diinstruksikan berkumur sebanyak dua kali sehari yaitu setelah menyikat gigi pagi hari dan pada malam hari sebelum tidur. Obat kumur berfungsi sebagai antibakteri, penggunaan obat kumur dua kali sehari dikarenakan banyak efek samping dalam rongga mulut akibat penggunaan obat kumur yang berlebihan. Mikroorganisme yang berperan di rongga mulut memiliki jumlah yang seimbang antara mikroorganisme patogen dan non-patogen. Penggunaan obat kumur yang berlebihan dapat mempengaruhi komposisi flora normal rongga mulut sehingga lebih banyak mikroorganisme non patogen yang terbunuh oleh obat kumur dibandingkan dengan mikroorganisme patogen, akibatnya organisme yang dulunya tidak menyebabkan kelainan di dalam rongga mulut akan berkembang biak sehingga menyebabkan kelainan di dalam rongga mulut.19

Konsentrasi ekstrak kulit buah kakao yang terkandung dalam obat kumur pada penelitian ini adalah sebanyak 3% atau 30 mg/ml. Ekstrak kulit buah kakao diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 70% di Laboratorium Obat Tradisional, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara. Pada peracikan obat kumur, peneliti menambahkan bahan-bahan lain seperti CMC (carbocymetyl cellulose), sorbitol, dan peppermint. Carbocymetyl cellulose digunakan sebagai suspensi untuk mencegah ekstrak mengendap atau tidak homogen pada larutan obat kumur. Sorbitol dan peppermint untuk menambahkan rasa pada obat kumur ekstrak kulit buah kakao. Sorbitol digunakan sebagai pemanis untuk menghilangkan rasa kurang enak dari ekstrak kulit buah kakao. Peppermint digunakan untuk menambahkan rasa segar berupa mint dalam obat kumur. Kelompok kontrol yang menggunakan obat kumur plasebo memiliki komposisi bahan yang sama dengan kelompok perlakuan, namun tanpa penambahan ekstrak. Warna pada obat kumur plasebo disamakan dengan kelompok perlakuan menggunakan pewarna makanan.

Selama penelitian berlangsung tidak ada efek samping yang terjadi pada subjek penelitian. Namun, beberapa subjek penelitian mengeluhkan masih adanya rasa pahit yang timbul ketika penggunaan obat kumur ekstrak kulit buah kakao.

BAB 6

Dokumen terkait