• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Kediri adalah UPT yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. Sesuai dengan kebijakan yang ada, yaitu Pergub Jawa Timur Nomor 119 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, UPT melaksanakan tugas Rehabilitasi Sosial kepada Tuna Susila termasuk wanita tuna susila atau wts.

Dalam rehabilitasi Sosial Tuna Susila ini UPT juga melakukan Rehabilitasi wts. Dimana Pelaksanaan Rehabilitasi tersebut berupa:

1. Bimbingan Mental 2. Bimbingan Sosial 3. Bimbingan Fisik

4. Bimbingan Keterampilan

Dalam setiap kegiatan bimbingan tersebut, UPT juga mempunyai tahapan-tahapan, seperti persiapan kegiatan bimbingan, pelaksanaan kegiatan bimbingan dan pasca/ setelah bimbingan selesai.

Rehabilitasi yang berupa bimbingan-bimbingan tersebut tidak semua Tuna Susila dalm hal ini wts dapat diikutkan dalam rehabilitasi. Dari hasil kiriman Dinas Sosial Kota/Kabupaten Jawa Timur, para wanita tuna susila yang akan direhabilitasi harus sesuai dengan persyaratan yang ada, persyaratan tersebut yaitu:

1. Usia 18 sampai 45 Tahun 2. Sehat jasmani dan rohani

3. Tidak sedang berurusan dengan kepolisian

4. Wajib tinggal di asrama/ UPT dan mematuhi peraturan yang ada 5. Wajib mengikuti kegiatan Bimbingan dan Keterampilan

Kegiatan rehabilitasi tersebut wajib diikuti wts selama empat (4) Bulan. Semua pelaksanaan kegiatan bimbingan Rehabilitasi bertujuan untuk membuat dan membentuk diri klien/wts secara mental, fisik, sosial dan vokasiaonal/keterampilan agar menjadi masyarakat pada umumnya, yaitu mandiri dan berdaya dalam arti yang positif sehingga mereka tidak lagi menjadi wts. Waktu pelaksanaan rehabilitasi dilakukan berdasarkan jadwal kegiatan yang dibuat oleh UPT. Berikut dapat dilihat jadwal kegiatan rehabilitasi selama bulan Januari-April 2013.

Tabel 4.4

Tabel jadwal kegiatan Rehabilitasi di UPT Resos Tuna Susila Kediri

Sumber: UPT Resos Tuna Susila Kediri, 28 Maret 2013

J am Senin Selasa Rabu Ka mis J uma t Sabtu

08.00-09.30 Bimbingan HIV Kedisiplin an Dinamika Kelompok Pendidikan Aagama Olah raga/ Senam Kerajinan Tangan 09.30-0945 Istir aha t 09.45-12.00 Kegiatan Keterampilan Kegiatan Keterampi lan Kegiatan Keterampilan Kegiatan Keterampilan Kerajinan Tangan Kerja Bakti 12.00-15.30 Istir aha t 15.30-17.00 Bordir Pemeriksan Kesehatan

Olah raga Bimbingan HIV Kesenian Kegiatan Individu 17.00-18.45 Istir aha t 19.00-20.30

Kesenian Kerohanian Budi Pekerti

Yasinan/Tahlil Kerohanian Kegiatan Individu

Dari tabel diatas mengenai jadwal kegiatan rehabilitasi tuna susila termasuk wts, bahwa kegiatan bimbingan dan keterampilan dilakukan hari Senin sampai Sabtu dan untuk setiap masing-masing kegiatan dilakukan kurang lebih dua (2) jam, maka hal tersebut dapat membuktikan bahwa UPT telah melakukan perannya dengan baik yaitu dalam penyusunan program atau mempersiapkan kegiatan. Dengan adanya kegiatan rehabilitasi yang dilakukan hampir setiap hari tersebut dan berdasarkan jadwal yang ada akan membuat pelaksanaan rehabilitasi berjalan optimal dan sesuai tujuan yang diinginkan. Untuk lebih jelas lagi mengenai peran UPT dalam pelaksanaan Rehabilitasi dapat dilihat pada masing-masing fokus penelitian dibawah:

4.2.1 Per an UPT da la m Pelaksanaan Bimbingan Mental

Bimbingan mental, bimbingan mental adalah suatu kegiatan yang bertujuan membentuk kemandirian secara mental / spiritual seseorang sehingga membuka lebaran baru atau hati/ pikiran yang baru. Peran UPT dalam bimbingan mental ini terlihat pada bagaimana UPT melakukan periapan dalam setiap bimbingan dan sebagai aktor pelaksana kegiatan bimbingan lainnya di UPT.

4.2.1.1Per siapa n Bimbingan Mental

Dalam kegiatan ini UPT melakukan suatu persiapan mengenai apa saja yang berkaitan dengan bimbingan mental dan kegiatan ini dilakukan sebelum semua bimbingan dilakukan. Dalam hal ini UPT mempersiapkan tempat pelaksanaan bimbingan mental, yaitu yang berada di Mushola milik UPT. UPT melakukan kerja sama dengan Kementrian agama dan seorang guru

spiritual/guru keagamaan untuk menjadi pembimbingan dalam masalah keagamaan pada wts. Dalam pembinaan mental ini UPT juga melakukan pendataan untuk mengetahui siapa yang ikut dan tidak dalam pembinaan tersebut, karena pembinaan ini wajib diikuti oleh semua wts yang ada di UPT. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh Dra. Retno Murti A, selaku Kasi Rehabilitasi Sosial dan Bimbingan lanjut, yang mengatakan:

“Dalam persiapan ini kami “UPT” awalnya menyiapkan tempat untuk kegiatan itu terus kita juga melakukan kerja sama dengan Kementrian Agama serta kami juga mendatangkan guru mengaji untuk mbak-mbaknya. Setelah itu kita mendata atau memberi absensi biar kita tahu kalau mereka semua mengikuti kegiatan ini” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Pernyataan kedua dari Dra. Tia R. selaku staf Rehabilitasi dan Bimbingan Lanjut, yang mengatakan:

“Kalau disini kita menyediakan tempat, yaa dibersihkan.. pokoknya tempatnya kita siapkan terus biasanya kita mendatangkan guru spiritual bagi wts disini” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Pernyataan ketiga dari Bpk. Mudjairi selaku Staf Pelayanan, yang mengatakan:

“Tempatnya dulu kita siapkan, terus baru mengundang guru mengaji untuk ts disini. setelah itu kita juga mengabsen atau mendata mereka sesuai dengan daftar wts yang ada atau tidak.. karena ini kan sifatnya wajib” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Dari ketiga pernyataan diatas diketahui bahwa UPT dalam tahap persiapan mereka menyiapkan tempat untuk bimbingan mental yaitu mushola. UPT bekerja sama dengan Kementrian Agama serta seorang guru mengaji bagi para wts dan melakukan pendataan pada wts agar mereka semua mengikuti

pembinaan agama tersebut. Persiapan tersebut tentunya tidak langsung dilakukan, artinya perispan tersebut dilakukan sebelum bimbingan mental itu dilakukan. Sesuai pernyataan dari Dra. Retno Murti A, selaku Kasi Rehabilitasi Sosial dan Bimbingan lanjut, yang mengatakan:

“Persiapannya biasanya jauh-jauh hari sebelum pelaksanaannya mas., soalnya guru mengajinya itu juga mengajar ngaji di tempat lain jadi harus dijadwal dulu” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Pernyataan kedua dari Bpk M Mudjairi selaku Staf Pelayanan, yang mengatakan:

“Biasanya kalau bimbingan-bimbingan akan dilakukan.. paling tidak satu (1) minggu sebelum kegiatan rehabilitasi tapi kalau persiapan biasa seperti pembersihan tempat terus absen tadi yaa setiap akan diadakan bimbingan mental ini. Jadi juga hampir setiap hari sih” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Pernyataan ketiga dari Dra. Tia R. selaku staf Rehabilitasi, yang mengatakan:

“Yaa setelah semua bimbingan sebelumnya selesai mas.. yaa kurang lebih satu atau dua Minggu” (Wawancara Tangga 28 Maret 2013)

Jadi kegiatan persiapan bimbingan mental tersebut dilakukan satu Bulan sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan. Setelah melihat semua pernyataan diatas bahwa pesiapan bimbingan mental tersebut seperti penyiapan tempat dan melakukan kerja sama dengan seorang guru spiritual/mengaji untuk wts dan melakukan pendataan agar semua wts mengikuti bimbingan tersebut. Persiapan tersebut dilakukan kurang lebih satu

minggu sebelum kegiatan bimbingan dilakukan tetapi persiapan seperti membersihkan, menyiapkan tempat tersebut hampir dilakukan setiap hari. 4.2.1.2 Pela ksanaan Bimbingan Mental

a) Bentuk Pelaksanaan Bimbingan Mental

Bimbingan mental yang dilakukan di UPT yaitu berupa kegiatan keagamaan seperti, belajar mengaji, belajar sholat, belajar wudhlu, dan tahilan/ yasinan serta ceramah-ceramah agama yang dilanjutkan dengan kegiatan tanya jawab mengenai permasalahan keagamaan dengan guru/instruktur bimbingan mental. Bentuk-bentuk tersebut dilakukan berdasarkan recana program atau persiapan rehabilitasi wts di UPT. Sesuai wawancara dengan Ibu Dra. Retno Murti A, selaku Kasi Rehabilitasi Sosial dan Bimbingan lanjut, yang mengatakan:

“kegiatan semacam yasinan seperti itu, terus sholat.. bagaimana sholat yang baik, bagaimana caranya wudlu yang baik, jadi menuntun mereka gini lo sholat yang bener, gini lo wudlu yang bener dan ada sedikit kosultasi mengenai maslah apa disampaikan nanti penyeselesaiannya seperti apa itu..” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Pernyataan kedua dari Bpk M Mudjairi selaku Staf Pelayanan, yang mengatakan:

“yaa..ada sholat, pengajian, yasinan, tahlilan, pokoknya yang berkaitan dengan keagamaan” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Peryataan diatas didukung oleh mbak Fitri selaku klien/wts, yang mengatakan:

“iya sholat, ngaji terus ceramah-ceramah, yoo kayak yasinan itu jugak mas” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Jadi bentuk dari bimbingan mental adalah kegiatan pembelajaran keagamaan seperti belajar sholat, wudlu, yasinan, ceramah-ceramah agama dan diskusi permasalahan agaman. Dari pernyataan diatas dapat dilihat bahwa kegiatan tersebut dilakukan sesuai program yang ada.

b) Waktu Pelaksanaan Bimbingan Mental

Dalam waktu pelaksanaan bimbingan mental ini, UPT telah membuat jadwal yang dugunakan sebagai petunjukan kapan kegiatan tersebut dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan tugas dari UPT yaitu pada bagian rehabilitasi, salah satunya adalah menyusun rencana kegiatan rehabilitasi sosial. Wawancara dengan Dra. Retno Murti A, selaku Kasi Rehabilitasi Sosial dan Bimbingan lanjut, yang mengatakan:

“Hari Kamis pagi itu jam 13.00-15.00 pokonya setelah sholat duhur. untuk sore hari itu seminggu dua kali yaitu Selasa sore sama Jumat sore jam 19.00 sampai sekitar jam 20.30 untuk tempat di UPT ini saja yaitu dimushola” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013”

Pernyataan kedua dari Bpk Agus, selaku guru/instruk bimbingan mental, yang mengatakan:

“kalau Senin dan Kamis pagi sekitar jam 12.30 sampai 15.00. Selasa dan Jumat sore itu jam 07.00 sampai 20.30 itu biasannya, dilakukan di mushola sini saja mas” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Pernyataan ketiga dari mbak Fitri selaku klien/wts, yang mengatakan:

“lek Kamis itu pagi jam 01.00-02.30 terus malem juga ada jam tujuan sampek jam sembilan.., gak mesti mas-mas (Gak pasti mas-mas) yaa

tergantung gurunya datang jam berapa. Kalau tempatnya di Mushola itu mas” Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Wawancara dengan Bpk M Mudjairi selaku Staf Pelayanan, yang mengatakan:

“Senin dan Kamis itu untuk yang siang habis sholat duhur sekitar jam 13.00 sampai jam 14.30. Terus Selasa dan Jumat malem juga ada, jam tuju sampai jam setengan sembilan, yaa tempatnya di dalam mushola” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Dari pernyataan-pernyataan diatas, kegiatan bimbingan mental dilakukan berdasarkan jadwal yang ada dan dilakukan di dalam UPT dan dilakukan di Mushola. Kegiatan tersebut dilakukan selama empat bulan, untuk tahun ini mulai Januari sampai April. Tetapi pelaksanaan tersebut juga masih belum sesuai dengan jadwal yang ada, pada pernyataan diatas terdapat hal yang tidak sesuai dengan jadwal yang ada. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 halaman 70 mengenai jadwal kegiatan Rehabilitasi di UPT untuk bulan Januari-April tahun 2013.

c) Peserta dalam Pelaksanaan Bimbingan Mental

Dalam kegiatan bimbingan mental ini, klien atau wts yang islam (muslim) wajib untuk mengikuti bimbingan mental tersebut, hal tersebut sesuai dengan ketentuan atau peraturan dari UPT bahwa klien wajib mengkuti kegiatan bibingan dan keterampilan selama di panti. Wawancara dengan Dra. Retno Murti A, selaku Kasi Rehabilitasi Sosial dan Bimbingan lanjut, yang mengatakan:

“Kegiatan mental ini wajib diikuti oleh semua klien/wts, tetapi yang muslim tentunya dan alhamndulilah semuanya disini muslim.” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Pernyataan kedua dari Bpk M Mudjairi selaku Staf Pelayanan, yang mengatakan:

“Yaa semua, klien disini” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Pernyataan ketiga dari mbak Mariatun selaku klien/wts yang mengatakan:

“Keagamaan yaa semua ikut.. soalnya wajib buat semuannya mas, tapi kusus yang muslim” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Dari semua pernyataan diatas dapat dilihat bahwa peserta dalam kegiatan ini semua klien wajib mengikutinya. Dan wts yang ada di UPT wajib mengikuti bimbingan mental tersebut.

d) Aktor dalam Pelaksanaan Bimbingan Mental

Dalam pelaksanaan bimbingan mental ini UPT adalah sebagai aktor utama yang memberi rehabilitasi pada wts. UPT berperan dalam melakukan bekerja sama dengan Kementrian Agama dan untuk hal ini UPT juga mendatangkan guru keagamaan guru spiritual keagamaan untuk klien/wts. UPT dalam hal ini juga beperan mengawasai dari pelaksanaan bimbingan yang dilakuka oleh aktor kedua dalam hal ini adalah guru keagamaan yang memberikan bimbingan secara langsung pada wts tersebut.

Wawancara dengan Dra. Retno Murti A, selaku Kasi Rehabilitasi Sosial dan Bimbingan lanjut, yang mengatakan:

“Untuk pelaksanaan bimbingan keagamaan ini kami berperan seperti yang ada diawal kegiatan juga ya mas.., yaitu melakukan kerja sama dengan Kementrian Agama dan juga menggundang guru megaji untuk klien, seperti saya bilang tadi kan mas..UPT ini juga mengawasi setiap jalannya bimbingan mental dan semua bimbingan yang ada” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Pernyataan kedua dari Bpk M Mudjairi selaku Staf Pelayanan, yang mengatakan:

“UPT melakukan kerja sama dengan Kementrian Agama dan guru keagamaan, namanya pak Agus.. terus kita juga sebagai pengawas dalam pelaksanaan pemberian bimbingan-bimbingan termasuk mental ini” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Pernyataan ketiga dari Bpk Agus selaku guru spiritual/ bimbingan mental di UPT, yang mengatakan:

“Saya dari luar panti mas jadi bukan pegawai disini, saya kan juga ngajar mengaji di salah satu yayasan di Kediri terus saya didatangi oleh UPT terus diajak kerja sama dalam memberikan pembekalan agama untuk mbak-mbaknya disini dan kalau UPT selama ini biasanya cuma mengawasi kegiatan-kegiatan disini” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Dalam hal ini yang memberi bimbingan pada wts adalah guru spiritual atau guru keagamaan dari luar UPT. Mesikup yang memberi bimbingan adalah pihak kedua tetapi UPT dalam hal ini telah menjalankan perannya yaitu melakuka persiapan kegiatan bimbingan tersebut dan salah satunya terdapat pada bagaimana UPT bekerja sama dengan Kementrian Agama serta guru Keagamaan yang ada.

Jadi peran UPT dapat dilihat dengan adanya bentuk-bentuk dari keiatan keagamaan yang dilakukan dan diberikan pada wts sesuai dengan yang direncanakan oleh UPT. Peran UPT disini juga melakukan kerja sama dengan instansi seperti Kementrian Agama dan mendatangkan guru keagamaan bagi klien/wts. Adanya pelaksanaan bimbingan mental yang kurang sesuai jadwal yang telah dibuat oleh UPT, seperti pada tabel 4.4 halaman 70 yaitu jadwal kegiatan rehabilitasi di UPT tahun 2013 hal itu tidak membuat hilangnya penglihatan akan peran UPT dalam bimbingan sosial ini karena dalam pelaksanaa ini sudah dilaksanakan seperti adanya pihak lain yang sebagai guru keagamaan yang didatangkan oleh UPT dan adanya peserta dalam hal ini adalah wts yang semuanya tekah mengikuti bimbingan. Jadi UPT disini sangaat berperan dalam pelaksanaan bimbingan mental tersebut.

4.2.2 Per an UPT da la m Pelaksanaan Bimbingan Sosial

Bimbingan sosial adalah suatu pembinaan yang ditujukan pada seseorang agar dapat mempunyai kemampuan atau fungsi sosial yang baik, kemampuan berosialisasi dalam masyarakat. Dalam bimbingan sosial ini dilakukan dengan kegiatan sosialissi-sosialisasi mengenai kehidupan atau permasalahan sosial masyarakat. Bimbingan ini tidak dilakukan sendiri oleh pihak UPT, tetapi UPT bekerja sama dengan LSM/ Instansi lain sebagai aktor secara langsung dalam pemberian sosialisasi kepada klien/wts.

4.2.2.1 Per sia pan Bimbingan Sosia l

Dalam kegiatan bimbingan sosial ini UPT memulai dengan melakukan suatu persiapan mengenai hal yang berkaitan dengan bimbingan sosial tersebut. Persiapan tersebut diatarannya adalah UPT menyiapkan fasilitas berupa tempat yang akan digunakan dalam bimbingan sosial, menyiapkan kerja sama dengan lembaga-lembaga yang berkaitan. Dalam hal ini adalah Badan Narkotika Nasional (BNN) kota Kediri, Dinas Kesehatan Kota Kediri serta lembaga/instasi lainnya. Kegiatan terahir dari persiapan ini adalah pendataan kepada wts yang ada untuk mengetahui jumlah wts yang akan mengikuti bimbingan sosial tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Dra. Retno Murti A, selaku Kasi Rehabilitasi dan Binjut, yang mengatakan:

“Yaa yang dipersiapakan disini tempatnya dulu, seperti bimbingan lainnya.. setelah tempatnya selesai baru kita mengundang BNN,Dinkes dan lainnya untuk kami ajak bekerja sama dalam memberikan bimbingan sosial tersebut dan terahir mendata para wts agar mereka semua mengikuti bimbingan ini mas” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Pernyataan kedua dari Bpk. Mudjairi selaku staf Pelayanan, yang mengatakan:

“Awalnya tempatnya kita siapkan dulu, dibersihkan dan lain sebagainya, terus mendatangkan Instansi yang telah kami ajak kerja sama dalam hal ini” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Pernyataan ketiga dari Dra. Tia R. selaku staf Rehabilitasi, yang mengatakan:

“Tempatnya kita bersihkan, siapkan peralatan seperti kursi dan sebagainya. Mengadakan kerja sama dengan instansi/lembaga yang berkaitan dalam bimbingan sosial.. yaa seperti BNN,Dinkes dan lembaga-lembaga lain” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Jadi kegiatan yang dilakukan UPT pada tahap persiapan ini adalah menyiapkan tempat bimbingan sosial sepeti menyiapkan kursi, membersihkan tempat tersebut dan melakukan kerja sama dengan instansi/lembaga yang berkaitan seperti BNN, Dinkes dan lembaga linnya serta mendata para wts agar mereka semua mengikuti kegiatan bimbingan tersebut.

Kegiatan persiapan bimbingan sosial tersebut dilakukan agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan maksimal dan sesuai dengan tujuan bersama. Persiapan tersebut dilakukan kurang lebih satu minggu sebelim bimbingan sosial dilakukan. Sesuai dengan pernyataan dari Bpk. Mudjairi selaku staf Pelayanan, yang mengatakan:

“Seminggu sebelum kegiatan itu dan semua bimbingan diperispakan segala macamnya paling tidak ya satu minggu sebelum kegiatan dilakukan” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Pernyataan kedua dari Dra. Tia R. selaku staf Rehabilitasi, yang mengatakan:

“Biasanya seminggu sebelum pelaksanaan itu mas, tapi walaupun kegiatan sudah selesai kita tetap membersihkan dan menyiapkan tempatnya untuk keperluan selanjutnya” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Pernyataan diatas didukung oleh Dra. Retno Murti A, selaku Kasi Rehabilitasi dan Binjut, yang mengatakan:

“Yaa kurang lebih semingguan mas, tetapi sebetulnya untuk kesehariannya kita jua menyiapkan untuk waktu pelaksanaan berikutnya” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Jadi kegiatan persiapan tersebut dilakukan kurang lebih seminggu sebelum pelaksanaan bimbingan sosial dilakukan tetapi biaanya persiapan tersebut juga dilakukan hampir setiap hari karena untuk mempersiapkan pelaksanaan bimbingan waktu berikutnya.

4.2.2.2 Pela ksanaan Bimbingan Sosial a) Bentuk Bimbingan Sosial

Bimbingan sosial adalah bimbingan yang dilakukan dengan cara diadakan sosialisasi-sosialisasi tentang permasalahan sosial masyarakat. sesuai dengan wawancara dengan Dra. Retno Murti A, selaku Kasi Rehabilitasi dan Binjut, yang mengatakan:

“Bimbingan sosial ini berupa kegiatan sosialisasi-sosialisasi untuk memberi rangsangan sosial mengenai permasalahan masyarakat yang ada dan bagaimana cara mengatasinya.. yaa untuk tahun angkatan ini seperti tentang penyakit HIV AIDS dilakukan oleh Dinas Kesehatan, Narkoba dari BNN dan LSM/ Lembaga lainnya” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Pernyataan kedua dari Bpk M Mudjairi selaku Staf Pelayanan, yang mengatakan:

“ya seperti kemarin ada sosialisasi dari BNN yang menjelaskan apa itu Narkoba, bahayannya.. terus juga dari Dinas Kesehatan yang memeberikan penjelasan apa itu penyakit HIV.. yaa pokoknya seperti itu..” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Pernyataan ketiga dari mbak Murtini selaku klien/wts yang mengatakan:

“Ceramah-ceramah gitu lah mas.., diberi tau soal bahayanya HIV, Narkoba yang sering kayak gitu itu mas” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Jadi dalam kegiatan bimbingan sosial ini dilakukan degan cara diadakan sosialisasi-sosialisasi mengenai permasalahan-permasalahan sosial yang ada di masyarakat.

b) Waktu Pelaksanaan Bimbingan Sosial

Kegiatan sosialisasi terebut dilakukan berdasarkan waktu/jadwal yang ditentukan oleh UPT. Wawancara dengan Dra. Retno Murti A, selaku Kasi Rehabilitasi dan Bimbingan Lanjut, yang mengatakan:

“Sosial ini pada hari Senin dan Kamis, sesuai jadwal yang ada.. kalau Senin jam 08.00-09.30, Kamisnya sekitar 08.00 sampai jam 10.00. Untuk tempatnya.., ada kelasnya atau kami sediakan ruangan yang juga digunakan untuk kegiatan lainnya” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Pernyataan kedua dari mbak Fitri selaku klien/wts, yang mengatakan:

“Senin itu agak pagi jam 08.00-09.30. yaa kadang juga gak mesti, jam 09.30 kadang yaa jam 10.00.., terus kamisnya sorean mas, jam 08.00-09.00 biasanya juga jam 09.30.” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Pernyataan ketiga dari Bpk M Mudjairi selaku Staf Pelayanan, yang mengatakan:

“Sosialisasi-sosialisasi itu hari Senin biasanya mulai jam 08.00-09.30.. Kamis itu sore jam 15.30 sampek jam 17.00. kalau tempatnya di ruangan yang biasanya juga dipakai untuk keterampilan” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Jadi kegiatan tersebut dilakukan pada pagi hari jam 08.00 sampai sekitar jam 09.30. sore sjitar jam 15.00-17.00 dan dilakukan di dalam UPT atau kelas yang sudah disediakan. Tetapi waktu pelaksanaan tersebut masih belum sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat oleh UPT, untuk mengetahui hal ini dapat dilihat pada tabel 4.4 hal 71 yaitu tabel jadwal kegiatan di UPT tahun 2013 bulan Januri-April.

c) Peserta Pelaksanaan Bimbingan Sosial

Peserta dalam bimbingan sosial ini adalah semua klien yang ada di UPT, sesusi wawancara dengan Dra. Retno Murti A, selaku Kasi Rehabilitasi dan Bimbingan Lanjut, yang mengatakan:

“Yang mengikuti.. yaa semua klien/ts yang ada disini, karena semua kegiatan disini diwajibkan untuk semua klien” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Pernyataan kedua dari bpk M Mudjairi selaku Staf Pelayanan, yang mengatakan:

“Pesertanya yaa.. semua klien disini, jadi semua kegiatan keagamaan, sosial terus yang lainnya..ya pokoknya itu wajib diikuti klien selama empat bulan” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013) Pernyataan diata didukung oleh mbak Fitri selaku klien/wts, yang mengatakan:

“Semua mas.. semua harus ikut. Kalau gak ikut yaa disuruh harus iku gitu mas-mas” (Wawancara Tanggal 28 Maret 2013)

Jadi kegiatan bimbingan sosial wajib diikuti oleh semua klien/wts selama di UPT. Dalam hal ini terlihat peran UPT yaitu sebagai pembuat

program rehabilitasi yang salah satunya bimbimngan sosial yang wajib diikuti oleh semua klien.

d) Aktor Pelaksanaan Bimbingan Sosial

Dalam kegiatan-kegiatan rehabilitasi ini yang dilakukan UPT adalah melakukan kerja sama dengan beberapa Instasi/LSM/perorangan sebagai aktor dalam kegiatan rehabilitasi dan melakukan pengawsan setiap pelaksanaan bimbingan yang ada. Sesuai wawancara dengan Dra. Retno Murti A, selaku Kasi Rehabilitasi dan Bimbingan Lanjut, yang

Dokumen terkait