• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan coba yaitu kelompok I (sediaan jus noni), kelompok II (sediaan sari noni), dan kelompok III (sediaan pace tea), kelompok IV (sediaan pacekap) sebagai kontrol, diletakkan pada media MHA kemudian dilakukan pengamatan selaman 24 jam untuk melihat zona bening di sekitar cakram. Zona bening merupakan zona di mana koloni Staphylococcus aureus dihambat pertumbuhannya oleh bahan coba. Luas daerah zona hambat diketahui dengan cara menghitung rata-rata zona hambat tiap perlakuan lalu dibandingkan dengan melihat besarnya angka rata-rata.

Gambar 1. Hasil percobaan ekstrak buah mengkudu dan kontrol.

Pada gambar di atas terlihat bahwa zona hambat ditemukan pada bahan coba sediaan ekstrak mengkudu yang beredar dipasaran dan kontrol.

Tabel 1. rata-rata diameter zona hambat berbagai sediaan ekstrak mengkudu terhadap

Staphylococcus aureus setelah 24 jam (dalam mm).

No Mengkudu Mean (X)

1. Jus noni 4,481

2. Sari noni 8,55

3. Pace tea 16,49

4. Pacekap 3,29

Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa rata-rata zona hambat pada kelompok sediaan ekstrak mengkudu yaitu pace tea dengan lebih besar daya hambatnya dari pada sediaan jus noni, sediaan sari noni, dan sediaan pacekap (kontrol).

Tabel 2. Perbedaan rata-rata diameter zona hambat Jus noni, sari noni, pace tea, pacekap terhadap Staphylococcus aureus (dalam mm).

Kelompok Perlakuan N X ( mm) X (mm) ± SD P I Jus noni 3 10.4567 10.4567 ± 2.58127 II Sari noni 5 11.9860 11.9860 ±1.68286 III Pace tea 7 16.4929 16.4929 ± 2.96782 0.0001* IV Pacekap 3 7.6740 7.6740 ±0.88610 *

Terdapat perbedaan yang bermakna pada p<0,05

Dari tabel diatas dapat dibaca hasil penelitian bahwa dari tujuh kali pengulangan bahan coba jus noni diameter 10.4567 mm, sari noni diameter 11.9860mm, pace tea diameter 16.4929mm, pacekap 7.6740mm. ternyata yang paling tinggi zona hambatnya adalah pace tea terhadap Staphylococcus aureus.

Uji ANNOVA one way (tabel 2) dapat dilihat bahwa p adalah 0,0001. Hal ini berarti, terdapat perbedaan yang bermakna ( p<0,05) diantara jus noni, sari noni, pace tea, pacekap. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata zona hambat diantara masing- masing bahan coba dapat dilihat dari uji komparasi ganda (LSD).

Tabel 3. Hasil analisa uji komperasi ganda antara Pace tea, Jus noni, Pacekap dan Sari noni (I) Kelompok pengaman (J) Kelompok pengamatan Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Jus Noni Pacekap 2.78267 1.94045 .174 Sarinoni -1.52933 1.73559 .393 Pace Tea -6.03619* 1.63998 .002 Pacekap Jus Noni -2.78267 1.94045 .174 Sarinoni -4.31200* 1.73559 .026 Pace Tea -8.81886* 1.63998 .000 Sarinoni Jus Noni 1.52933 1.73559 .393 Pacekap 4.31200* 1.73559 .026 Pace Tea -4.50686* 1.39157 .006 Pace Tea Jus Noni 6.03619* 1.63998 .002 Pacekap 8.81886* 1.63998 .000 Sarinoni 4.50686* 1.39157 .006

Pada tabel 3 ( hasil uji komparasi ganda) diatas pada jus noni dengan pace tea, dan pacekap

dengan pace tea di peroleh bahwa terdapat perbedaan yang bermakna ( p < 0,05 ) , sedangkan pada pace tea dengan sari noni, pacekap dengan jus noni, sari noni dan

jus noni tidak diperoleh adanya perbedaan yang bermakna antara sediaan masing-masing bahan coba ( p > 0,05 ) .

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian tentang sediaan ekstrak buah mengkudu ini bertujuan untuk mengetahui sediaan ekstrak buah mengkudu manakah yang memiliki daya hambat paling besar terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan mengetahui perbedaan daya hambat antara berbagai sediaan ekstrak buah mengkudu (Morinda Citrifolia Liin) sebagai efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata zona hambat pada jus noni, sari noni, pace tea dan pacekap secara berturut turut adalah 4,81 mm, 8,55 mm,16,49 dan 3,29 mm (Tabel 1) hal ini menunjukkan hasil rata rata zona hambat yang terbesar adalah dari kelompok pace tea yaitu 16,49 mm karena mengandung campuran dari bahan herbal lainnya yaitu teh hijau, daun stevia memiliki kandungan steviosida dan rebaudiosida, glikosida, juga mengandung protein, serat, karbohidrat, mineral dan kaya akan vitamin A dan vitamin C sehingga efektif dalam membunuh bakteri dan lemon yang mengandung asam sitrat dan vitamin C yang bersifat astringen sehingga pace tea lebih efektif di bandingkan dengan sediaan yang lain. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa sediaan ekstrak mengkudu dengan campuran teh hijau, daun stevia dan lemon/ pace tea mempunyai daya hambat paling besar terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

Dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan menemukan semua jenis ekstrak buah mengkudu dari jus noni, sari noni, pace tea, dan pacekap (kontrol) mempunyai daya hambat terhadap ertumbuhan bakteri dengan kemampuan yang berbeda. Zona hambat yang terbesar

adalah dari kelompok pace tea hal ini di sebabkan karena kandungan dari Ekstrak buah mengkudu memempunyai senyawa aktif yang dapat menghambat Staphylococcus aureus.

Pada penelitian kelompok I, II, III, dijumpai zona hambat, hal ini sesuai dengan, penelitian terdahulu yang dilakukan di Universitas Hawaii berhasil memisahkan zat-zat scopoletin dari buah Mengkudu. Zat-zat scopoletin ini mempunyai khasiat pengobatan, dan sebagai tambahan para ahli percaya bahwa scopoletin adalah salah satu di antara zat-zat yang terdapat dalam buah mengkudu yang dapat membunuh bakteri sehingga terdapat zona bening pada media yang dilakukan pada penanaman bakteri dari bahan coba. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Neil Solomon melaporkan bahwa buah Mengkudu mengandung sejenis fitonutrien, yaitu scopoletin yang memiliki efek antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Percobaan klinis sederhana yang dilakukan oleh Scott Gerson, MD (dari Mt. Sinai School of Medicine di New York) menunjukkan bahwa banyak pemakai Mengkudu melaporkan bahwa tekanan darah mereka menjadi tinggi bila berhenti minum sari buah Mengkudu, dan kembali normal bila mengkonsumsi sari buah Mengkudu secara teratur.

Hasil penelitian yang dimuat dari Jurnal Pacific Science (vo1.4, tahun 1950) melaporkan bahma Mengkudu mengandung bahan antibakteri yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit jantung dan masalah pencernaan. Senyawa antraquinon yang banyak terdapat pada akar Mengkudu ternyata dapat melawan bakteri Staphylococcus aureus yang menyebabkan infeksi pada jantung dan bakteri Shigella yang menyebabkan disentri. Hal ini juga sesuai dengan penyelidikan klinis yang dilakukan oleh Dr. Schechter (Institut Pengobatan Alami di California) menghasilkan data-data penting tentang kemampuan sari buah mengkudu (sari noni), di antaranya yaitu merangsang produksi sel T dalam sistem kekebalan tubuh (sel T berperan

penting dalam melawan penyakit), memperkuat sistem kekebalan tubuh, terutama makrofaset dan limfosit dari sel darah putih, menunjukkan efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.

Menurut Cappuccino dan Sherman beberapa faktor yang mempengaruhi adanya zona hambat tergantung kepada kemampuan difusi bahan antimikroba kedalam media dan interaksinya dengan mikroorganisme uji, jumlah mikroorganisme yang digunakan, kecepatan tumbuh mikroorganisme yang diuji dan sensitivitas mikroorganisme terhadap bahan antimikroba/bahan antibakteri yang diuji atau dicoba.

Berdasarkan hasil uji Anova (tabel 1) yang diperoleh terdapat perbedaan bermakna (P<0,05) pada sediaan pace tea dengan jus noni dan pace tea dengan pacekap sedangkan pada sediaan pace tea dengan sari noni tidak terdapat perbedaan yang bermakna.

BAB VII

Dokumen terkait