PERBANDINGAN EFEKTIFITAS DAYA HAMBAT TERHADAP
STAPHYLOCOCCUS AUREUS DARI BERBAGAI
JENIS EKSTRAK BUAH MENGKUDU
(MORINDA CITRIFOLIA LIIN)(IN VITRO)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
NIM : 060600069 JOSUA SITEPU
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Biologi Oral Tahun 2011
Josua Sitepu
Perbandingan efektifitas daya hambat terhadap Staphylococcus aureus dari berbagai jenis ekstrak buah mengkudu (Morinda Citrofolia Liin) ( In vitro)
X + 54 halaman
Mengkudu (Morinda citrofolia liin) merupakan tanaman obat yang dikenal oleh masyarakat di Indonesia. Buah mengkudu dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk penyembuhan penyakit darah tinggi, edema, sembelit, dan perut kembung. Zat yang terkandung dalam buah mengkudu seperti acubin, alizirin, dan antraquinon termasuk zat-zat antibakteri yang dapat membunuh bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Proteus morganii, Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan bakteri yang mematikan, misalnya Salmonella sp dan Shigella sp. Tujuan penelitian ini melihat perbedaan efektifitas antibakteri dan mengetahui perbedaan daya hambat dari berbagai sediaan ekstrak buah mengku terhadap Staphylococcus aureus.
Hasil pengukuran menunjukkan zona hambat terbesar adalah pace tea yaitu 16,49 mm, sari noni 8,55 mm, jus noni 4,481 dan kontrol 3,29 mm. Hasil pengamatan menunjukkan rata-rata zona hambat setiap bahan coba dan kontrol mempunyai daya hambat terhadap Staphylococcus aureus dengan kemampuan yang berbeda.
Hasil uji analisis Oneway ANOVA dan LSD menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara zona hambat kelompok pace tea dengan kelompok yang lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok pace tea lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dibandingkan sediaan yang lain.
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS DAYA HAMBAT TERHADAP
STAPHYLOCOCCUS AUREUS DARI BERBAGAI
JENIS EKSTRAK BUAH MENGKUDU
(MORINDA CITRIFOLIA LIIN)(IN VITRO)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
NIM : 060600069 JOSUA SITEPU
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 07 juli 2011
Pembimbing : Tanda tangan
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim pengu ji pada tanggal 07 juli 2011
TIM PENGUJI
KETUA : 1. Lisna Unita R., drg., M.Kes
ANGGOTA : 2. Yendriwati, drg., M.Kes
3. Hj. Minasari, drg
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur ke hadirat Allah Bapa atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Sp. Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Rehulina Ginting, drg., M.Si selaku Ketua Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
3. Lisna Unita R, drg., M.Kes. selaku dosen pembimbing dan penguji yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, memberikan pemikiran serta masukan untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Drg. Minasari dan drg. Yendriwati.,M.Kes selaku penguji skripsi saya yang telah memberi banyak masukan.
6. Wilda Hafni lubis.,drg,Msi selaku penasehat akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
7. Orang tua tercinta,ayahanda Risman Sitepu S.sos, ibunda drg.Yanita Ginting, kakanda dr. Kefarina Sitepu yang selalu memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.
8. Para sahabat penulis, Fifi Rumiati Pasaribu, Mohamad johansyah, Wili Sutanto, Edi Susanto, Siti Aisah , Junita Maria Ginting, Jonatan Crismes Gurusinga, dan seluruh teman-teman angkata 2006 yang telah memberi dukungan dan semangat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi ilmu pengetahuan, khususnya bidang kedokteran gigi.
Medan, juli 2011 Penulis,
(JOSUA SITEPU)
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL………..
HALAMAN PERSETUJUAN………... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………..
KATA PENGANTAR………... iv
DAFTAR ISI……….. vi
DAFTAR TABEL……….. viii
DAFTAR GAMBAR………. ix
DAFTAR LAMPIRAN……….. x
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN………. 16
3.1 Kerangka Konsep………...………..…… 16
3.2 Hipotesa………...……… 17
3.3 Skema alur peneliti……….. 18
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN……….. 19
4.1 Rancangan Penelitian……….………….. 19
4.2 Populasi, Sampel dan Besar Sampel Penelitian………... 19
4.3 Variabel Penelitian……….…….. 21
4.3.1 Variabel bebas………... 22
4.3.2 Variabel tergantung………... 22
4.3.3 Variabel terkendali……… 22
4.3.4 Variabel tidak terkendali………... 22
4.4 Definisi Operasional……….…………... 23
4.5 Alat dan Bahan Penelitian……… 24
4.6 Pelaksanaan Penelitian………. 25
4.7 Pengambilan dan pengumpulan data……… 26
4.7.1 Cara kerja………. 28
4.7.2 Pembuatan media………. 30
4.7.3 Uji efektifitas bakteri………... 30
4.8 Analisis data………. . 32
DAFTAR PUSTAKA………... 42
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel 1 Rata rata diameter zona hambat berbagai ekstrak mengkudu………. 34 2. Tabel perbedaan rata-rata zona hambat (Uji ANOVA)……… 35 3. Tabel 2 Hasil analisa uji komperasi ganda antara Pace tea, Jus noni,
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar buah mengkudu……… 7
2. Skema alur penelitian……….……….. 18
3. Timbangan digital………. 25
13. Mikroskop………... 25
14. Disk kosong……… 25
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Biologi Oral Tahun 2011
Josua Sitepu
Perbandingan efektifitas daya hambat terhadap Staphylococcus aureus dari berbagai jenis ekstrak buah mengkudu (Morinda Citrofolia Liin) ( In vitro)
X + 54 halaman
Mengkudu (Morinda citrofolia liin) merupakan tanaman obat yang dikenal oleh masyarakat di Indonesia. Buah mengkudu dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk penyembuhan penyakit darah tinggi, edema, sembelit, dan perut kembung. Zat yang terkandung dalam buah mengkudu seperti acubin, alizirin, dan antraquinon termasuk zat-zat antibakteri yang dapat membunuh bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Proteus morganii, Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan bakteri yang mematikan, misalnya Salmonella sp dan Shigella sp. Tujuan penelitian ini melihat perbedaan efektifitas antibakteri dan mengetahui perbedaan daya hambat dari berbagai sediaan ekstrak buah mengku terhadap Staphylococcus aureus.
Hasil pengukuran menunjukkan zona hambat terbesar adalah pace tea yaitu 16,49 mm, sari noni 8,55 mm, jus noni 4,481 dan kontrol 3,29 mm. Hasil pengamatan menunjukkan rata-rata zona hambat setiap bahan coba dan kontrol mempunyai daya hambat terhadap Staphylococcus aureus dengan kemampuan yang berbeda.
Hasil uji analisis Oneway ANOVA dan LSD menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara zona hambat kelompok pace tea dengan kelompok yang lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok pace tea lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dibandingkan sediaan yang lain.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mengkudu (Morinda citrofolia liin) merupakan tanaman obat yang cukup dikenal oleh masyarakat di Indonesia. Buah mengkudu dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk penyembuhan penyakit darah tinggi, edema, sembelit, dan perut kembung. Buah yang masak dapat digunakan sebagai obat radang tenggorokan dan penderita narkotika, disamping itu juga mempunyai efek antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherchia coli, Proteus morganii, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella montevideo,
Salmonella schotmuelleri, Salmonella typhi, Shigella dysenteriae, Shigella flexnerii, Shigella
paradysenteriae BH dan III-Z, dan Vibrio sp, juga memiliki potensi sebagai antijamur. 1
Zat yang terkandung dalam buah mengkudu seperti acubin, alizirin, dan antraquinon termasuk zat-zat antibakteri yang dapat membunuh bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Proteus morganii, Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan bakteri yang mematikan, misalnya Salmonella dan Shigella.2
noni (dalam bentuk serbuk) dan pace tea (teh pace) untuk dikonsumsi oleh masyarakat sebagai obat alternatif.
Denture stomatitis ( Denture sore mouth ) adalah proses inflamasi yang sebagian besar melibatkan mukosa palatal di rongga mulut yang ditutupi oleh gigitiruan penuh.3,4 Biasanya manifestasinya adalah lesi erythematous, mukosa udematus dibawah dan di batasi pada daerah yang ditutupi oleh suatu gigitiruan penuh di rahang atas .5 Stomatitis yang dihubungkan dengan gigitiruan merupakan suatu masalah yang umumnya terjadi pada pemakai gigitiruan penuh, merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan patologi pada mukosa mulut di area yang di tutupi gigitiruan tersebut.6
Keasaman pH yang paling rendah terdapat pada daerah belakang lidah dan mukosa yang terdapat dibawah gigitiruan. Kondisi pH saliva yang rendah dapat meningkatkan kolonisasi Staphylococcus aureus, Candida albicans,dan Streptococcus mutans sehingga mempercepat terjadinya denture stomatitis. 3
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Sedian ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn) manakah yang memiliki daya hambat paling besar dari jus noni, pacekap, sari noni, pace tea sebagai antibakteri Staphylococus aureus.
2. Apakah ada perbedaan daya hambat pada sediaan ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifoliaLiin) dari jus noni ,pacekap, sari noni, pace tea.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sediaan ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia Liin) manakah yang memiliki daya hambat paling besar dari jus noni, pacekap, sari noni, pace tea sebagai antibakteri terhadap Staphylococus aureus.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Dapat diketahui perbedaan daya hambat pada jus noni, pacekap, sari noni, pace tea terhadap Staphylococcus aureus sebagai salah satu bakteri penyebab denture stomatitis. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk lebih selektif dalam
memilih bahan alami sebagai pengobatan alternatif terhadap denture stomatitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Mengkudu (Morinda citrofolia liin)
Mengkudu (Morinda citrofolia liin) merupakan tanaman obat yang cukup dikenal oleh masyarakat di Indonesia. Buah mengkudu yang masak dapat digunakan sebagai antibakteri Staphylococcus aures dan bakteri lainnya 1
2.1.1 Klasifikasi Ilmiah
Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari mengkudu adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Anak kelas : Sympetalae
Bangsa : Rubiales
Suku : Rubiaceae
Genus : Morinda
Gambar 1. Mengkudu (Morinda citrofolia liin)
2.1.2 Kandungan dan kegunaan mengkudu
tanaman hanya pada kadarnya saja, tetapi tidak berarti zat yang terbukti terdapat pada satu bagian tanaman pasti akan terdapat pada bagian lain dari tanaman tersebut. 1,7,8,9
Setelah menelaah dan mengaitkan antara zat-zat yang terkandung dalam mengkudu, berbagai penggunaan tradisionalnya, dan efek-efek farmakologisnya, disimpulkan bahwa terdapat beberapa zat aktif yang lebih berperan dibandingkan zat-zat lainnya di dalam buah mengkudu. Zat aktif utama tersebut meliputi: terpenoid, pewarna, antibakteri, ascorbic acid, beta karoten, I-arginine, xeronine, dan proxeronine. Selain itu, mengkudu juga mengandung antraquinon dan scolopetin yang aktif sebagai antimikroba, terutama bakteri dan jamur yang penting dalam mengatasi peradangan dan alergi. Di samping itu, kandungan adaptogini yang ada di dalamnya membuat buah ini dapat dikonsumsi secara rutin untuk menyegarkan badan. 2,8,9
Menurut para ahli kesehatan, bagian-bagian tanaman mengkudu mengandung zat-zat kimia sebagai berikut:2
1. Akar tanaman mengkudu mengandung zat damnacanthal, sterol, resin, asperulosida, morindadiol, morindon, soranjidol, antraquinon, dan glikosida.
2. Kulit akar tanaman mengkudu mengandung zat kimia yang terdiri atas morindin, khlororubin, rubiadin, morindon, morindanigrin, aligarind-methyl-ether, soranjidol, antraquinon, monometil, eter, dan lain-lain.
3. Daun tanaman mengkudu mengandung zat kapur, protein, zat besi, karoten, arginin, asam glutamat, tirosin, asam askorbat, asam ursolat, thiamin, dan antraquinon.
5. Buah mengkudu mengandung alkaloid triterpenoid, skopoletin, acubin, alizarin, antraquinon, asam benzoat, asam oleat, asam palmitat, glukosa, eugenol, dan hexanal. Aktivitas antibakteri Acubin, L-asperuloside, dan alizarin dalam buah mengkudu, sama khasiatnya dengan senyawa antrakuinon lain dalam akar mengkudu, dan semuanya terbukti berkhasiat sebagai antibakteri. Senyawa ini berfungsi sebagai antibakteri seperti: Pseudomonas aeruginosa, Proteus morgaii, Staphylococcus aureus, Baciillis subtilis, Escherichia coli,
Salmonella, dan Shigela. Unsur antibakteri yang terdapat dalam buah mengkudu ini juga berfungsi untuk pengobatan infeksi kulit, pilek, demam, dan masalah kesehatan lainnya yang disebabkan oleh infeksi bakteri.10
2.1.3 Aktivitas Antimikroba mengkudu
Salah satu zat kimia yang terkandung dalam mengkudu yang berkhasiat sebagai obat adalah xeronine, yang merupakan salah satu alkaloid yang berfungsi untuk mengaktifkan enzim-enzim dan mengatur serta membentuk struktur protein. Selain itu zat lain yang terkandung dalam mengkudu seperti acubin, alizirin, dan antraquinon termasuk zat-zat antibakteri yang dapat membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa, Proteus morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan bakteri yang mematikan, misalnya Salmonella dan Shigella.2
2.2 Staphylococcus aureus
2.2.1 Morfologi dan Identifikasi
menghasilkan staphylococci. Pada tahun 1884, Rosenbach menggambarkan dua jenis koloni berpigmen dari staphylococci dan mengusulkan tata nama yang sesuai yaitu Staphylococcus aureus (kuning) dan Staphylococcus albus (putih). Spesies yang terakhir ini dikenal Staphylococcus epidermidis. Meskipun lebih dari 20 spesies Staphylococcus dijelaskan dalam Bergey's Manual (2001), hanya Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis yang signifikan dalam interaksinya dengan manusia. Staphylococcus aureus bersifat koagulase-positif, yang membedakannya dari spesies lainnya. Bakteri ini adalah patogen utama pada manusia, dan pada dasarnya bakteri ini kebanyakan di jumpai pada anatomi lokal, termasuk kulit, rongga mulut dan saluran pencernaan. Karakteristik bakteri ini adalah kokus gram positif dalam bentuk anggur (karena mampu membelah diri ke segala arah), tidak mempunyai spora, tidak bergerak, dan beberapa strain mempunyai kapsul.11,12,13
2.2.2 Patogenesis Infeksi Staphylococcus aureus
saluran kemih, dan infeksi dalam, seperti osteomielitis dan endokarditis. Staphylococus aureus sering juga penyebab utama dari (Nasocomial infection) luka bedah dan infeksi yang terkait dengan berdiamnya peralatan medis. Staphylococus aureus merupakan faktor penyebab keracunan makanan dengan mengeluarkan enterotoksin ke dalam makanan, dan toxic shock syndrome oleh lepasnya superantigens ke dalam aliran darah. 11,14
Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus, patogenesis adalah multifaktorial, sehingga sulit untuk menentukan dengan tepat peran faktor-faktor tertentu. Namun, ada korelasi antara strain terisolasi dari penyakit tertentu dan ekspresi determinan virulensi tertentu, yang menunjukkan peran dalam suatu penyakit tertentu. Aplikasi biologi molekuler telah menyebabkan kemajuan dalam mengungkap patogenesis penyakit staphylococci. 11
Konsekuensi serius terhadap infeksi staphylococcus terjadi ketika bakteri menyerang aliran darah yaitu septikemia, bakteremia, dan mungkin menyebabkan abses pembenihan internal lainnya, lesi pada kulit, atau infeksi di paru-paru, ginjal, jantung, otot rangka, atau meningens. 11
2.2.3 Staphylococcus aureus pada pasien denture stomatitis
Hasil penelitian Monroy et al melaporkan dari 50 pasien dengan denture stomatitis dengan pH rata-rata 5,2 ditentukan pada membrane mukosa yaitu Candida albicans 51,4%, Staphylococcus aureus 52,4%,dan Streptococcus mutans 67,6%. 6
2.3Denture stomatitis
Biasanya manifestasinya adalah lesi erythematous, mukosa udematus dibawah dan di batasi pada daerah yang ditutupi oleh suatu gigitiruan penuh di rahang atas. 5 Lesi Atrophic ( dengan lesi erythematous) dan hyperplastic merupakan bentuk dari denture stomatitis, lebih sering terjadi pada pasien yang memakai gigi tiruan penuh, terutama yang menggunakan gigi tiruan pada malam hari (saat tidur). Menurut penelitian 58% pasien yang menderita atropik denture stomatitis adalah wanita dengan rata-rata usia 69 tahun. 3
2.3.1 Etiologi Denture stomatitis
Banyak faktor yang terlibat pada etiologi lesi ini telah dihubungkan dengan adanya Candida albicans dan mikroorganisme lainnya (Staphylococcus aureus, Streptococcus sangius, Streptococcus salivarius, Streptococcus mutans, Fusobacterium nucleatum) Denture stomatitis
juga dapat disebabkan oleh karena pemakaian gigitiruan. Selain itu, faktor lokal dan faktor sistemik seperti pH saliva yang asam, diet tinggi karbohidrat, terapi antibiotik jangka panjang, terapi hormonal pada penyakit sistemik misalnya diabetes mellitus dan hipertensi arteri, juga mempengaruhi timbulnya denture stomatitis. 3 Denture stomatitis secara klasik disebabkan karena trauma gigitiruan, oral hygiene dan kebersihan gigitiruan yang jelek, memakai gigitiruan selama 24 jam, infeksi jamur dan hipersensitif pada bahan dasar gigitiruan.5
dengan Streptococcus mutans, Streptococcus sangius, Streptococcus salivarius atau beberapa bakteri lain. 3
Materi biomedikal dapat dikolonisasi oleh mikrooganisme yang memproduksi lapisan biofilm. Biofilm dibentuk oleh struktur komunitas mikroba di dalam kandungan material ekstra-seluler. Pada kebanyakan kasus, plak bakteri dihasilkan oleh Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Candida albicans dan Candida parapsilosis merupakan spesies jamur yang paling sering ditemukan pada plak ini. Meskipun demikian, spesies Candida dubliniesis, yang lebih predominan terhadap habitat oral, merupakan penghasil plak yang efektif pada permukaan akrilik. Protein saliva (terutama musin) yang menutupi mukosa oral dan permukaan dalam protesa berperan sebagai reseptor yang spesifik dari Candida albicans dan mikroorganisme lain. 3
2.3.2 Tipe-tipe Denture stomatitis
Ada 3 tipe denture stomatitis yaitu:
1. Tipe I Newton: inflamasi lokal sederhana atau pinpoint hiperemi yang bermanifestasi sebagai area inflamasi diskret fokal pada palatum.
2. Tipe II Newton: eritema difus pada mukosa yang berkontak dengan basis gigi tiruan.
BAB III
3.1
KERANGKA KONSEP
Buah Mengkudu
Diagram di atas menunjukkan mekanisme buah mengkudu dalam membunuh sel bakteri. Komponen aktif buah mengkudu yaitu Alkaloid triterpenoid, Skopoletin, Acubin, Alizarin, Antraquinon, Asam benzoat, Asam oleat, Asam palminat, Glukosa, eugenol, Hexanol, dan Xeronine, yang masing masing mempunyai khasihat tersendiri. Akan tetapi Antraquinon yang akan di ubah menjadi komponen bioaktif akan menghambat sintesa DNA, RNA, dan Protein yang akan menyebabkan replikasi sel terganggu. Replikasi sel yang terganggu akan berakibat terhambatnya sintesa membrane sel, yang mengakibatkan sel lisis kemudian mati.2
3.2
HIPOTESA PENELITIAN
Dari uraian di atas dapat di ambil hipotesa :
1. Sediaan ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia Liin) dari jus noni, pacekap, sari noni, pace tea memiliki daya hambat terhadap Staphylococus aureus
3.3 SKEMA ALUR PENELITIAN
Pengambilan spesimen bakteri dari pasien denture stomatitis
Sebelum dilakukan penelitian pasien harus terlebih dahulu mengisi informed consent dan di beri pengarahan.
• Pemeriksaan secara mikroskopis
• Pemeriksaan secara makroskopik Penanaman bakteri pada media Blood Agar
Penanaman bakteri pada media Manitol Salt Agar
Pemeriksaan secara mikroskopik Pemeriksaan secara makroskopik Penanaman bakteri ke media MHA disertai dengan peletakan cakram
yang telah direndam selama 1 jam pada masing masing bahan coba
24 jam
Pengukuran zona hambat bakteri dengan menggunakan kaliper geser
Pencatatan data
Ananlisi data
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian : Posttest Only Control Group Design
Jenis Penelitian : Eksperimental Laboratorium
4.2 Populasi, sampel
Populasi : Bakteri Staphylococcus aureus
Sampel : Bakteri Staphylococcus aureus yang telah diisolasi
dari pasien denture stomatitis yang berkunjung ke klinik penyakit mulut FKG USU dan dibiakkan dengan media MSA.
Besar sampel
Besar sampel pada percobaan ini menggunakan rumus umum:
Di mana: t = perlakuan
n = jumlah sampel
Dalam penelitian ini bahan coba dibagi dalam 4 kelompok yaitu:
1. Kelompok I : dari sediaan jus mengkudu yang tersedia dipasaran.
2. Kelompok II : Dari sediaan ekstrak mengkudu dalam bentuk serbuk yang tersedia dipasaran ( sari noni ).
3. Kelompok III : Dari sediaan ekstrak mengkudu dalam bentuk serbuk dengan campuran teh dan lemon yang tersedia di pasaran ( pace tea ).
4. Kelompok IV : Dari sediaan ekstrak mengkudu dalam sediaan kapsul yang beredar di pasaran ( pacekap ) sebagai kontrol
Jadi : Perlakuannya ( t ) adalah : 4
(4-1).(n-1)> 15
3.(n-1)>15
n-1>5
n>6
4.3 Variabel penelitian
Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada uji sensitivitas diukur dengan metode pengukuran diameter zona hambat
Variabel tidak terkendali
• Tempat pembelian produk ekstrak mengkudu dan jus mengkudu
4.3.1 Variabel bebas a. Jus noni
b. Sari noni c. Pace tea
d. Pacekap (kontrol)
4.3.2 Variabel tergantung : Pertumbuhan bakteri Sthaphylococcus aureus dengan metode pengukuran diameter zona hambat yang terbentuk pada masing- masing perlakuan.
4.3.3 Variabel terkendali
a. Media untuk menumbuhkan Staphylococcus aureus
b. Suhu yang digunakan untuk menumbuhkan staphylococcus aureus (370C)
c. Waktu yang digunakan untuk mengamati pertumbuhan atau pembiakan Staphylococcus aureus yaitu 24 jam
d. Pemakaian alat, media pertumbuhan dan bahan percobaan yang steril e. Tehnik pengisolasian dan pengkulturan
f. Keterampilan operator dalam pelaksanaan penelitian
g. Waktu pengamatan terhadap kelompok perlakuan yaitu 24 jam
h. Individu asal Staphylococcus aureus diisolasi yaitu pada pasien yang datang berkunjung ke klinik penyakit mulut FKG USU
4.3.4Variabel tidak terkendali
4.4 Defenisi Operasional
Jus mengkudu (taitian noni) adalah merupakan minuman bioaktif otentik.
Pacekap adalah sediaan ekstrak 100% buah mengkudu yang dikemas dalam kapsul
sebagai kontrol.
Sari noni dibuat dari buah noni pilihan dan diproduksi dengan teknologi modern,
sehingga menjadikan tetap brmutu dan berkhasiat.
Pace tea adalah suatu minuman teh mengkudu yang baru dengan campuran
mengkudu, lemon, daun stevia dan green tea.
Koloni Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif berbentuk kokus dengan
susunan seperti buah anggur, tidak mempunyai spora dan tidak bergerak.
Denture stomatitis adalah suatu proses inflamasi yang terdapat pada mukosa bagian palatal yang tertekan oleh gigitiruan penuh atau sebagian.
Diameter zona hambat adalah diameter zona dimana bakteri tidak tumbuh, ditandai
dengan zona bening yang diukur dengan kaliper dengan satuan millimeter (mm)
Diameter zona hambat =
2
∅ horizontal + ∅ vertical
--- : Diameter vertical
disk --- : Diameter horizontal
4.5 Bahan dan alat penelitian
4.5.1 Bahan penelitian
Bahan penelitian yang dipakai adalah :
1. Jus mengkudu yang tersedia dipasaran
2. Sari noni ( sediaan mengkudu yang ada dipasaran ) 3. Pace tea ( sediaan mengkudu yang tersedia dipasaran )
4. Pacekap ( sediaan ekstrak mengkudu dalam bentuk kapsul ) sebagai kontrol 5. Aquadest 1liter
6. Alkohol 70%
7. Biakan Staphylococcus ausreus (di isolasi dari pasien denture stomatitis yang datang berkunjung ke klinik penyakit mulut FKG USU)
Gambar 1. Inkubator FKG Gambar 2. Timbangan digital
Gambar 3. Mikroskop Gambar 4. Disk Kososng
4.6 Tempat dan waktu penelitian
4.6.1 Tempat penelitian
4.6.2 Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah 2 bulan
4.7 Prosedur pengambilan dan pengumpulan data
Tahap tahap pengambilan dan pengumpulan data adalah sebagai berikut:
4.7 Pengambilan spesimen
Berikut ini prosedur pengambilan spesimen :
• Spesimen diambil pada permukaan dalam mukosa palatal dengan menggunakan
catton bud steril segera setelah gigitiruan dilepaskan.
• Pemeriksaan spesimen dapat dilakukan dengan pewarnaan Gram untuk melihat
morfologi secara mikroskopis dari Staphylococcus sp berbentuk coccus dan susunan seperti buah anggur, gram positif.
• Pemeriksaan secara tak langsung dengan kultur ke Blood Agar untuk melihat
pertumbuhan morfologi staphylococcus sp. Kemudian diinkubasi kedalam inkubator dengan temperatur 37oC selama 18-24 jam
• Koloni yang tumbuh di Blood Agar diamati dan diidentifikasi sebagai
Staphylococcus sp, jika koloni terlihat opak, besar dengan pigmen kuning.
• Koloni yang tumbuh ditanam kembali ke MSA untuk memastikan Staphylococcus sp
bila terbentuk koloni kuning keemasan, warna media berubah dari merah jambu ke warna kuning.
• Teknik pewarnaan Gram
2.Tetesi dengan gentian violet selama ± 30 detik. 3.Cuci dengan air keran.
4.Tetesi dengan lugol selama ± 30 detik. 5.Cuci dengan air keran.
6.Lunturkan dengan alcohol 96% ± 10-30 detik. 7.Cuci dengan air keran.
pada media Blood Agar Pengambilan spesimen bakteri
pada bagian palatal
Dilakukan pewarnaan gram untuk melihat adanya berbagai jenis bakteri dan untuk memastikan bahwa yang kita ambil adalah staphylococcus aureus Gambaran mikroskopis pada
penanaman blood Agar :
• Berbentuk kokus
• Susunan seperti buah anggur • Gram (+)
Gambaran
mikroskopis setelah di lakuk an
Di inkubasi selama 24 jam
Setelah di dapat hasil mikroskopis dari koloni Staphylococcus sp kemudian dikultur ke media selektif untuk memperoleh Staphylococcus aureus
penanaman bakteri pada media MHA disertai peletak Cakram yg telah di rendam pada masing masing bahan coba.
Bahan coba yang sudah di rendam selama 1 jam
4.7.2 Pembuatan media
Untuk mendapatkan 10 petri, MHA Agar sebanyak 2gr dilarutkan dalam 100ml aquadest lalu dipanaskan di atas hotplate sambil diaduk hingga mendidih. Kemudian media yang telah dianaskan, dituang ke dalam 10 tabung reaksi dan disterilkan di dalam autoklaf selam 15 menit dengan tekanan udara 2 atm suhu 121oC. Setelah disterilkan, media disimpan didalam kulkas. Jika akan digunakan kembali, media dipanaskan kembali hingga mendidih lalu dituangkan kedalam masing masing petri dan dibiarkan hingga dingin. Pembuantan media MHA juga sama dengan media MSA , tetapi yang digunakan sebanyak 3,8gr.
4.7.3 Uji efektifitas antibakteri
Adapun urutan pengujian efektivitas antibakteri adalah sebagai berikut :
1. Penetesan bahan coba pada cakram kosong
Cakram kosong dimbil dengan pinset dan diletakkan pada piring petri steril.
2. Persiapan suspensi bakteri
Biakan bakteri Staphylococcus aureus diambil sebanyak 1-2 ose di streak secara merata dengan ose steril pada media MHA pada 7 cawan petri.
3. Peletakan cakram yang telah ditetes bahan coba pada media MHA dan
pengukuran zona hambat
4.8 Analisis data
Data dari setiap perlakuan dianalisis secara statistik dengan tingkatan kemaknaan (α=0,05), dengan memakai uji statistik sebagai berikut :
1. Uji analisis varians satu arah, untuk melihat perbedaan efek antibakteri semua kelompok perlakuan.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bahan coba yaitu kelompok I (sediaan jus noni), kelompok II (sediaan sari noni), dan kelompok III (sediaan pace tea), kelompok IV (sediaan pacekap) sebagai kontrol, diletakkan pada media MHA kemudian dilakukan pengamatan selaman 24 jam untuk melihat zona bening di sekitar cakram. Zona bening merupakan zona di mana koloni Staphylococcus aureus dihambat pertumbuhannya oleh bahan coba. Luas daerah zona hambat diketahui dengan cara menghitung rata-rata zona hambat tiap perlakuan lalu dibandingkan dengan melihat besarnya angka rata-rata.
Gambar 1. Hasil percobaan ekstrak buah mengkudu dan kontrol.
Tabel 1. rata-rata diameter zona hambat berbagai sediaan ekstrak mengkudu terhadap
Staphylococcus aureus setelah 24 jam (dalam mm).
No Mengkudu Mean (X)
1. Jus noni 4,481
2. Sari noni 8,55
3. Pace tea 16,49
4. Pacekap 3,29
Tabel 2. Perbedaan rata-rata diameter zona hambat Jus noni, sari noni, pace tea, pacekap terhadap Staphylococcus aureus (dalam mm).
Kelompok Perlakuan N
Terdapat perbedaan yang bermakna pada p<0,05
Dari tabel diatas dapat dibaca hasil penelitian bahwa dari tujuh kali pengulangan bahan coba jus noni diameter 10.4567 mm, sari noni diameter 11.9860mm, pace tea diameter 16.4929mm, pacekap 7.6740mm. ternyata yang paling tinggi zona hambatnya adalah pace tea terhadap Staphylococcus aureus.
Tabel 3. Hasil analisa uji komperasi ganda antara Pace tea, Jus noni, Pacekap dan Sari
Pada tabel 3 ( hasil uji komparasi ganda) diatas pada jus noni dengan pace tea, dan pacekap
jus noni tidak diperoleh adanya perbedaan yang bermakna antara sediaan masing-masing bahan coba ( p > 0,05 ) .
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian tentang sediaan ekstrak buah mengkudu ini bertujuan untuk mengetahui sediaan ekstrak buah mengkudu manakah yang memiliki daya hambat paling besar terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan mengetahui perbedaan daya hambat antara berbagai sediaan ekstrak buah mengkudu (Morinda Citrifolia Liin) sebagai efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.
Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata zona hambat pada jus noni, sari noni, pace tea dan pacekap secara berturut turut adalah 4,81 mm, 8,55 mm,16,49 dan 3,29 mm (Tabel 1) hal ini menunjukkan hasil rata rata zona hambat yang terbesar adalah dari kelompok pace tea yaitu 16,49 mm karena mengandung campuran dari bahan herbal lainnya yaitu teh hijau, daun stevia memiliki kandungan steviosida dan rebaudiosida, glikosida, juga mengandung protein, serat, karbohidrat, mineral dan kaya akan vitamin A dan vitamin C sehingga efektif dalam membunuh bakteri dan lemon yang mengandung asam sitrat dan vitamin C yang bersifat astringen sehingga pace tea lebih efektif di bandingkan dengan sediaan yang lain. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa sediaan ekstrak mengkudu dengan campuran teh hijau, daun stevia dan lemon/ pace tea mempunyai daya hambat paling besar terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
adalah dari kelompok pace tea hal ini di sebabkan karena kandungan dari Ekstrak buah mengkudu memempunyai senyawa aktif yang dapat menghambat Staphylococcus aureus.
Pada penelitian kelompok I, II, III, dijumpai zona hambat, hal ini sesuai dengan, penelitian terdahulu yang dilakukan di Universitas Hawaii berhasil memisahkan zat-zat scopoletin dari buah Mengkudu. Zat-zat scopoletin ini mempunyai khasiat pengobatan, dan sebagai tambahan para ahli percaya bahwa scopoletin adalah salah satu di antara zat-zat yang terdapat dalam buah mengkudu yang dapat membunuh bakteri sehingga terdapat zona bening pada media yang dilakukan pada penanaman bakteri dari bahan coba. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Neil Solomon melaporkan bahwa buah Mengkudu mengandung sejenis fitonutrien, yaitu scopoletin yang memiliki efek antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Percobaan klinis sederhana yang dilakukan oleh Scott Gerson, MD (dari Mt. Sinai School of Medicine di New York) menunjukkan bahwa banyak pemakai Mengkudu melaporkan bahwa tekanan darah mereka menjadi tinggi bila berhenti minum sari buah Mengkudu, dan kembali normal bila mengkonsumsi sari buah Mengkudu secara teratur.
penting dalam melawan penyakit), memperkuat sistem kekebalan tubuh, terutama makrofaset dan limfosit dari sel darah putih, menunjukkan efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.
Menurut Cappuccino dan Sherman beberapa faktor yang mempengaruhi adanya zona hambat tergantung kepada kemampuan difusi bahan antimikroba kedalam media dan interaksinya dengan mikroorganisme uji, jumlah mikroorganisme yang digunakan, kecepatan tumbuh mikroorganisme yang diuji dan sensitivitas mikroorganisme terhadap bahan antimikroba/bahan antibakteri yang diuji atau dicoba.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap efek antibakteri sediaan berbagai ekstrak buah mengkudu terhadap Staphylococcus aureus dapat disimpulkan bahwa.
Sediaan jus noni, sari noni, pace tea, pacekap sebagai kontrol memiliki daya hambat
terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
Jus noni, sari noni, dan pace tea, dan pacekap memiliki perbedaan daya hambat di
bandingkan pacekap sebagai kontrol.
7.2Saran
Perlu dilakukan penelitian tentang pemakaian berbagai ekstrak buah mengkudu dalam
hubungannya dengan upaya pencegahan denture stomatitis.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjabana D, Bahalwan RR. Seri referensi herbal pesona tradisional dan ilmiah mengkudu (Morinda Citrifolia). Jakarta: Salemba mustika,2002.
2. Rukmana R. Mengkudu budi daya dan prospek agribisnis. Yogyakarta: Kanisius,2002. 3. Monroy TB, Maldonado VM, Martinez FF, et al. Candida albicans, staphylococcus
aureus and streptococcus mutans colonization in patients wearing dental prosthesis. Med Oral Phatol Oral Cir Bukal 2005 ; 10:27-39
4. Bilhan H, Sulun T, Erkose G, Kurt H, Erturan Z, Kutay O and Bilgin T. The role of candida albicans hyphae and Lactobacillus in denture-related stomatitis. Clin Oral
Invest. 2009, 13:363-8.
5. Hajieva H; Dimova M and Todorov. Journal of IMAB- Annual Proceding (Scientific papers) 2006:37-40
6. AL-Dwairi ZN. Prevalence and risk factor associated with denture-related stomatitis in healthy subjecs attending a dental teaching hospital in north Jordan. Journal of the Irsh Dental Association. 2008.
7. Santoso B H. Ragam dan khasiat tanaman obat. Jakarta: Agro Media Pustaka, 2008. 8. Dalimartha S. Atals tumbuhan obat Indonesia. Jakarta: Puspaa swara, 2006.
9. Sudewo B. Tanaman obat popular pengepur aneka penyakit. Jakarta: Agromedika Pustaka, 2004.
10.Wang MY et al / Acta Pharmacol Sin 2002 Dec; 23 (12): 1127-1141
12.Jawetz, Melnick dan Adelberg. Mikrobiologi kedokteran. Ed 23. Jakarta: EGC 2004. 13.Samaranayake L, Essential microbiology for dentistry. Elsevier limited 2002.
SKEMA ALUR PIKIR
JUDUL PENELITIAN
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DAYA HAMBAT TERHADAP STAPHYLOCOCCUS AUREUS DARI BERBAGAI JENIS EKSTRAK BUAH
MENGKUDU ( MORINDA CITRIFOLIA LIIN ) ( IN VITRO )
• Mengkudu (Morinda citrofolia liin) merupakan tanaman obat yang cukup dikenal oleh masyarakat di Indonesia.
• Buah mengkudu dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk penyembuhan penyakit darah tinggi, edema, sembelit, dan perut kembung. Buah yang masak dapat digunakan untuk radang tenggorokan dan penderita narkotika.
• Buah mengkudu menunjukkan efek antibakteri terhadap bakteri Bacillus subtilis, Escherchia coli, Proteus morganii, Pseudomonas aeruginosa, Salmonell Montevideo, Salmonella schotmuelleri, Salmonella typhi, Shigella dysenteriae, Shigella flexnerii, Shigella paradysenteriae BH dan III-Z, Staphylococcus aureus, dan Vibrio sp, juga memiliki potensi sebagai antijamur.
• Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi pada mukosa mulut. Bentuk umum denture stomatitis adalah atropik (dengan lesi eritematosa) dan hiperplastik. Banyak faktor yang terlibat dalam menyebabkan timbulnya lesi dan hal ini berhubungan dengan adanya Candida albicans dan organisme lain (Staphylococcus aureus)
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan efek anti bakteri berbagai jenis ekstrak buah mengkudu yang tersedia dipasaran terhadap Staphylococcus aureus yang diisolasi dari denture stomatitis. Tujuannya untuk melihat ekstrak buah mengkudu mana yang memiliki efektivitas paling besar dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus yang diisolasi dari denture stomatitis.
Masalah
1. Apakah sedian ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn) mana yang paling efektif dari jus noni, pacekap, sari noni, pace tea sebagai antibakteri Staphylococus aureus.
2. Apakah ada perbedaan daya hambat pada sediaan ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifoliaLiin) dari jus noni ,pacekap, sari noni, pace tea.
Tujuan
1. Untuk mengetahui sediaan ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn) yang paling efektif dari jus noni, pacekap, sari noni, pace tea sebagai antibakteri terhadap Staphylococus aureus.
Manfaat penelitian
1. Untuk mengetahui ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia LiIn) jus noni, pacekap, sari noni, pace tea memiliki daya hambat terhadap Staphylococus aureus yang di isolasi dari denture stomatitis.
2. Dapat diketahui perbedaan efektivitas pada jus noni, pacekap, sari noni, pace tea terhadap Staphylococcus aureus sebagai salah satu bakteri penyebab denture stomatitis.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk lebih selektif dalam memilih bahan alami sebagai pengobatan alternatif terhadap denture stomatitis
ONEWAY zh BY klp /STATISTICS DESCRIPTIVES HOMOGENEITY /PLOT MEANS /MISSING ANALYSIS /POSTHOC=LSD ALPHA(0.05).
Oneway Notes
Output Created 05-May-2011 11:52:05
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working
Data File
18
Missing Value Handling
Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics for each analysis are based on cases with no missing data for any variable in the analysis.
Syntax ONEWAY zh BY klp
/STATISTICS DESCRIPTIVES HOMOGENEITY
/PLOT MEANS
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=LSD ALPHA(0.05).
Notes
Output Created 05-May-2011 11:52:05
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working
Data File
18
Missing Value Handling
Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics for each analysis are based on cases with no missing data for any variable in the analysis.
Syntax ONEWAY zh BY klp
/STATISTICS DESCRIPTIVES HOMOGENEITY
/PLOT MEANS
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=LSD ALPHA(0.05).
Resources Processor Time 0:00:04.719
Descriptives
Zona hambat
95% Confidence Interval for Mean
N Mean
Std.
Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
Test of Homogeneity of Variances
Zona hambat
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.008 3 14 .159
ANOVA
Zona hambat
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 194.053 3 64.684 11.453 .000
Within Groups 79.072 14 5.648
Multiple Comparisons
Lower Bound Upper Bound
Jus Noni Pacekap -1.3792 6.9445
Sarinoni -5.2518 2.1931
Pace Tea -9.5536 -2.5188
Pacekap 5.3015 12.3363