• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil penelitian

Adapun hasil penelitian yang telah ditemukan peneliti dengan mencoba

menelisik ke Sekolah Subjek sampai ke rumah subjek yang berdasarkan dari latar

belakang pola Asuh dari orang tua yang terjadi pada balita di Playgroup Islamic

Jemema Semarang.

Identitas Subjek

Nama : Af

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 3 th

Tempat tinggal : Muara Mas Semarang

Identitas orangtua subjek

Nama Ayah : SG

Usia : 33 th

Pendidikan : S1 Jurusan Ekonomi di perguruan tinggi swasta di

Semarang

Pekerjaan : Karyawan Bank Swasta di Semarang

2

Usia : 31 th

Pendidikan : S1 jurusan komunikasi di perguruan tinggi swasta di

Semarang.

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (memiliki usaha roti di rumahnya)

Alamat : Muara Mas

Latar Belakang Subjek Penelitian

Af adalah anak pertama dari keluarga yang ekonominya berkecukupan. Af

berusia 3 tahun. Af memiliki ciri-ciri yaitu bertubuh kurus, kulit coklat lebih mirip

ibunya, mata sipit, dan rambut lurus agak kemerahan. Af lahir di Semarang

dengan proses kelahiran normal. Ayah Af adalah seorang pegawai bank swasta di

Semarang, sedangkan mamanya tidak bekerja, kegiatannya dirumah hanya

membantu mamanya (nenek Af) membuat roti yang menjadi salah satu usaha

keluarga. Karena papa Af bekerja di Bank yang mengharuskan papanya sudah

tiba di kantor pukul 07.30 sampai pukul 18.00 kadang sampai pukul 20.00

papanya baru selesai bekerja. Pada pagi hari papanya bisa menyempatkan

berkomunikasi sebentar dengan Af, karena kadang papanya yang mengantar Af

berangkat ke sekolah dengan mamanya, sedangkan kalau pulang sekolah Af

dijemput tantenya menggunakan sepeda motor. Kalau papanya pulang malam, Af

sudah tidur. Keadaan seperti inilah yang membuat papanya kurang bisa

3 selesai sekolah. Af saat ini tidak/belum mempunyai saudara.

Af saat ini bersekolah di sebuah Playgroup di Semarang, yaitu Playgroup

Islamic Jemema. Dalam kesehariannya Af bersekolah, 4x dalam seminggu dia

selalu diantar oleh mamanya, dan selalu ditunggui oleh mamanya. Waktu umur 2

tahun mama Af mendaftarkannya di Jemema karena di sekolah itu termasuk

sekolah baru di Semarang dan berbasis Islamie. Pada awal sekolah, Af masuk ke

dalam kelas Nursery B, hingga saat ini Af sudah naik ke kelas Playgroup. Setelah

beberapa kali peneliti melakukan pengamatan di sekolahnya, Af selalu diantar

dan ditunggui oleh mamanya, selama pengamatan yang peneliti lakukan, dia tidak

pernah diantar dan ditunggui oleh pembantu/baby sitter, atau eyangnya, ataupun

tantenya. Setelah diamati secara berulang-ulang, ternyata ada kejanggalan yang

peneliti temui dalam diri Af yang sangat berbeda dengan teman-temannya yang

lain.

Sudah ± 1th dia bersekolah di Jemema, mulai dari Nursery dia sudah

masuk di Jemema sampai dia naik ke tingkat Playgroup. Selama itu pula dia

selalu ditunggui oleh mamanya, jika proses belajar di dalam ruang kelas sedang

berlangsung, pintu kelas tersebut harus selalu terbuka, agar Af bisa melihat

mamanya yang berada di depan kelasnya. Begitu juga jika kegiatan hafalan surat

pendek yang menggunakan ruangan luas yang menyerupai aula di lantai 2,

mamanya juga harus ikut serta naik ke atas. Dan jika mamanya ingin ke kamar

4 ulang setiap harinya. Guru disanapun sudah sangat mengerti keadaan Af dan

menuruti saja apa yang diinginkan Af. Ada kejadian yang membuat Af marah

sampai mengangis dan tidak ingin mengikuti kegiatan belajar, yaitu pada saat

kegiatan belajar dan bermain balok susun di dalam kelas di lantai bawah,

pelajaran baru saja dimulai dan mama Af berada di depan kelasnya, ada seorang

guru yang masuk kedalam kelas Af untuk menemui guru Af setelah selesai

berbincang sebentar ternyata guru tersebut lupa, bahwa di dalam kelas tersebut

ada Af, guru tersebut keluar sambil menutup pintu kelas, kontan saja Af langsung

berteriak "jangan ditutup pintunya…!!!" lalu Af membuka lagi pintu itu sambil

keluar menagis dan berlari ke mamanya, setelah itu, Af tidak mau mengikuti

kegiatan belajar yang selanjutnya, dia hanya duduk di pangkuan mamanya, seperti

semangatnya untuk belajar sudah hilang dengan kejadian tadi.

Jika saatnya bermain di lantai 2, Af bisa bermain bersama

teman-temannya yang lain, kejar-kejaran, bermain otoped, main mobil-mobillan, ikut

berteriak-teriak bersama temannya. Tetapi jika sedang bermain, Af terkadang

tidak mau berbagi dengan temannya. Biasanya jika seorang anak kecil si B

misalnya melakukan tindakan apapun, misalnya berteriak-teriak sambil lari

kejar-kejaran kemudian teman-temannya yang lain mengikuti apa yang dilakukan oleh

si B, tetapi kadang Af melakukan tindakan dan dia ingin teman-temannya

mengikuti gerakannya itu, tetapi teman-temannya lebih asyik mengikuti tindakan

5 mencari mamanya, setelah itu seperti biasa Af menjadi hilang semangat, dia tidak

ingin melanjutkan lagi kegiatannya, atau sudah "ga' mood lagi."

Jika pada saat proses belajar di dalam kelas, Af bisa mengikutinya dengan

baik, jika guru meminta Af untuk melakukan sesuatu seperti menempatkan

bentuk-bentuk berbagai macam bentuk balok ke tempat yang sesuai dengan

bentuknya, Af bisa melakukannya dan mau untuk melakukannya. Pada intinya,

proses belajar Af di dalam kelas bisa terjadi dengan baik, tetapi dengan syarat,

harus ada mama di dekatnya, dan selalu bisa melihat mamanya. Begitu juga pada

waktu istirahat saatnya anak-anak bermain di lantai 2, Af bisa berinteraksi dengan

temannya, Af mau bermain bahkan berbagi mainan dengan teman-temannya.

Mama Af sangat menyadari perilaku Af tersebut juga membuat dirinya

merasa tidak nyaman jika menunggui Af sekolah, Mama Af menjadi tidak bisa

bergaul, tidak bisa bersosialisasi dengan ibu-ibu yang juga menunggui

anak-anaknya di ruang tunggu, yang sedang asyik ngobrol, ngerumpi, menawarkan

dagangannya. Tetapi dia lebih memilih untuk menuruti keinginan Af. Ibu-ibu

yang berada disana sangat memahami dan mengerti sekali apa yang dilakukan

Mama Af, tetapi juga tidak sedikit yang mencibir dan membicarakan bahwa

perilaku mama Af itu tidak tepat.

Menurut pendapat guru Af, perilaku Af ini unik, lain daripada

teman-teman yang lain, maka dari itu guru Af sebisa mungkin menuruti keinginan Af

6 membutuhkan proses untuk bisa lepas dari mamanya, itu menurut pendapat dari

guru Af.

Setelah beberapa lama peneliti melakukan pengamatan di sekolah dan

pendekatan dengan sang ibu, peneliti beralih untuk mengamati perilaku dan

kesehariannya di rumah, peneliti ingin mengetahui bagaimana perilaku Af jika

berada di lingkungan rumahnya. Dan saat ini kebetulan proses belajar Af di

Playgroup Jemema sudah selesai pada bulan juni ini, jadi kesempatan bagi saya

untuk mengetahui perilaku sehari-harinya di rumah. Sebelum saya mengunjungi

rumahnya, saya minta ijin kepada mamanya untuk berkunjung ke rumah, dengan

tujuan ingin mengetahui bagaimana keseharian Af jika di rumah. Siang itu

peneliti mengunjungi rumahnya, dan disambut oleh mamanya, kebetulan pada

waktu itu Af sedang tidur siang. Langsung saja peneliti mengajukan beberapa

pertanyaan kepada mamanya.

Selain kegiatannya bersekolah di Jemema, Af juga mengikuti les-les di

luar kegiatan sekolahnya seperti les komputer yang bernama KOMPUTERTOTS

yang berada di daerah erlangga, dan tidak jauh dari sekolahnya. Sama seperti dia

bersekolah, pada waktu les pun Af ditunggui oleh mamanya, yang harus berada

duduk disebelahnya. Selain itu Af juga pernah mengikuti les sempoa tetapi itu

hanya bertahan selama beberapa minggu saja, dikarenakan Af tidak berminat

7 Rumah Af berada di Tanah Mas, tepatnya di Muara Mas, di rumah itu ada

beberapa anggota keluarga yang tinggal. Papa Af, Mamanya, eyang putri, dan

seorang tante (adik dari mamanya) dan om (adik dari mamanya). Af mempunyai

panggilan khusus untuk eyangnya yaitu Umi, sedangkan untuk tantenya, Af

memanggil dengan sebutan Aunty (dalam bahasa inggris bibi/tante). Eyang Af

mempunyai usaha kecil-kecilan, yaitu membuat roti isi yang juga dibantu oleh

mama Af. Mama Af sering membawa roti tersebut ke sekolah untuk dijual ke

ibu-ibu yang sedang menunggui anak-anaknya dengan harga yang bervariasi, antara

Rp.1.000,- sampai Rp.1.500,-. Rotinyapun rasanya lumayan enak, setelah saya

tahu Mama Af membuat roti, saya tertarik untuk mencobanya.

Lingkungan rumah Af adalah perumahan yang sangat terkenal di kota

Semarang, juga terkenal sering banjir karena sering terkena rob, dan udara

disanapun amat sangat panas dan gersang sekali, namun sekarang daerah tersebut

juga sudah ramai dihuni oleh penduduk-penduduk baru yang datang. Jalan di

depan rumah Af adalah jalan besar bukan jalan kecil seperti di

kampung-kampung, jalannya sering ramai dilalui mobil-mobil dan kendaraan-kendaraan

yang lalu lalang. Af tidak pernah bermain keluar dari rumah karena mamanya

yang tidak memperbolehkan Af main ke tetangga sebelah, dengan alasan takut

membiarkan Af bermain sendiri dengan teman-temannya, jika terjadi sesuatu

dengan Af mamanya tidak mengetahuinya, entah Af memukul temannnya sampai

8 rumah Af, mereka kebanyakan teman yang sebaya dan semuanya laki-laki.

Terkadang Af juga bermain dengan tante, atau dengan mamanya saja dan

eyangnya. Jadi lebih aman jika Af bermain didalam rumah, dan memperbolehkan

teman-temannya datang ke rumah Af untuk bermain.

Af tergolong anak yang lemah dalam hal kesehatannya, dalam 1 bulan Af

satu atau dua kali sakit, terkadang sakit batuk, sampai berat badannya berkurang,

kadang panas, terkadang flu yang disertai panas. Tapi keadaan seperti itu tidak

setiap bulan dialaminya, dan belum pernah sampai ke tahap parah dan juga tidak

pernah masuk rumah sakit. Sejauh ini mama Af merasa sudah sangat baik dalam

merawat, mengasuh, dan mendidik Af . Dengan kondisi tersebut, membuat mama

Af memporsikan kasih sayang terhadap Af lebih banyak. Dan Mama Af tidak

pernah suka untuk memaksakan suatu keinginan ke pada Af, seperti contohnya,

jika pada pagi hari, saatnya Af berangkat ke sekolah, jika Af terlihat

malas-malasan, tidak bersemangat untuk mempersiapkan dirinya berangkat ke sekolah,

mamanya tidak pernah memaksakannya bahwa dia harus berangkat ke sekolah,

mamanya hanya menanyakan apa keinginan pada saat itu, jika Af hanya ingin

tiduran saja,mamanya ikut menemani Af di sebelahnya, sambil bermain, ataupun

mama Af membacakan buku cerita untuk Af. Tetapi tidak selalu setiap Af malas

bangun pagi terkadang mamanya suka mengambil tindakan dengan langsung

mengangkat Af dari tempat tidur dan memandikannya, lalu menyuapinya

9 tidak diinginkan oleh mamanya. Semuanya itu dilakukan mamanya karena "baru

anak 1 jadi ya, semuanya buat dia".

Kedekatan Af dengan eyang, atau dengan tantenya sangat baik, jika

dirumah Af tidak setiap saat hanya ingin dekat dengan mamanya saja, ada

beberapa contoh hal-hal kecil yang menunjukkan jika di rumah Af tidak hanya

bergantung dengan mamanya saja, seperti contohnya, jika Af ingin buang air

besar dia bilang terlebih dahulu dengan mamanya "ma, mau eek.." kemudian

mamanya menyuruh Af "sama anty ya, bilang anty sana," dan Afpun mau

mengikuti apa yang dibilang mamanya, dia bisa ke kamar sendiri dan melepas

celana sendiri, buang air di kamar mandipun juga sendiri, setelah selesai, dia

memanggil antynya, kemudian jika eyang Kung dan Antynya hendak mengantar

dagangannya ke toko-toko, Af ikut dengan mereka. Sikap Af di rumah berbeda

jika dia berada di sekolah yang selalu harus bisa melihat kehadiran mamanya. Hal

ini disebabkan karena didalam lingkungan rumahnya Af merasa aman dan

nyaman, dekat dengan keluarganya di rumah.

Dengan melihat hal tersebut, dan sesuai dengan observasi yang telah

peneliti lakukan, peneliti menemukan hasil dari penelitian yang telah dilakukan,

yaitu jika Af berada di dalam rumah, dia merasa aman dan nyaman berada di

dekat orang-orang atau keluarga Af, tetapi jika Af sudah berada di luar lingkungan

rumahnya, dia pasti akan selalu ingin dekat dengan mamamnya, dan harus ada

10 subjek menolak untuk menggambar, setelah beberapa kali peneliti melakukan

pendekatan dan memberikan reward jika subjek mau menggambar House,Tree, &

Person, pada akhirnya subjek bersedia untuk menggambarnya. Setelah tes HTP

diberikan, peneliti telah mendapatkan hasil dari gambar subjek, gambar rumah

lebih besar daripada gambar pohon, yang berarti ibu lebih dominan terhadap

subjek, dan peranan ibu sebagai pelindung sangat besar, dan hal tersebut

mendapat penerimaan yang baik dari sang ibu, sedangkan fungsi ayah tidak jelas,

dan menunjukkan adanya kebutuhan terhadap kasih sayang. Sedangkan gambar

Person yang dibuat oleh subjek mengartikan bahwa adanya ketergantungan yang

pasif, sifat egosentris, dan keinginan akan kasih sayang.

Dari beberapa teknik yang telah peneliti ambil dan lakukan, peneliti

menemukan hasil dari penelitian ini. Af adalah anak yang termasuk dalam

golongan anxious resistant attachment, dan dia akan membangun internal

working model mengenai ibu sabagai figur yang penuh kasih, tetapi tidak meyakinkan untuk memberikan sesuatu yang tepat, sesuai dengan kebutuhan

mereka. Hal tersebut memungkinkan pada dirinya timbul perasaan tidak aman dan

tidak percaya pada orang lain. Ia mudah mengalami kecemasan untuk berpisah

(separation anxiety), cenderung bergantung, menuntut perhatian dan cemas

bereksplorasi dalam lingkungan. Hal ini diperkirakan menyebabkan Af cemas

ketika berhadapan dengan orang lain, cenderung tidak percaya kepada orang lain

11 concerned). Kalaupun ia menjalin pertemanan, ada kecenderungan untuk bergantung dan menuntut perhatian yang berlebihan dari temannya dan

mengalami kecemasan untuk berpisah. Diperkirakan anak yang memiliki pola

anxious resistant attachment kurang mampu untuk melakukan interaksi sosialnya karena kurang disukai dan biasanya diabaikan dalam pergaulan.

A. Pembahasan

Menurut (Bowlby, 1988) pola attachment adalah perilaku lekat atau

kelekatan, keinginan untuk dekat dengan orang tertentu. Disini biasanya orang

yang paling memberikan perhatian, dalam hal ini adalah biasanya ibu (Crowell &

Waters,1990) dan kepada ibulah sebagian besar anak sangat bergantung. Adapun

berbagai macam pola asuh yang ditunjukkan oleh seorang ibu yang dilihat dari

bagaimana cara ibu merespon dan memenuhi kebutuhan anak yang akan

membentuk suatu ikatan emosional antara anak dengan ibu sebagai figur

pengasuh adalah sebagai berikut :

Macam-macam Pola Attachment

1. Pola Secure attachment (aman)

Adalah pola yang terbentuk dari interaksi antara ibu dan anak, anak

merasa percaya terhadap ibu sebagai figur yang selalu siap mendampingi, sensitif

dan responsif, penuh cinta dan kasih sayang ketika anak mencari perlindungan

dan/atau kenyamanan, dan selalu menolong atau membantunya dalam

menghadapi situasi yang mengancam dan menakutkan. Anak yang mempunyai

pola ini percaya adanya responsifitas dan kesediaan ibu bagi mereka (Bowlby,

1979).

serta datang kepadanya pada saat ia membutuhkan ibunya. Akibatnya, ia mudah

mengalami kecemasan untuk berpisah (separation anxiety), cenderung bergantung

menuntut perhatian dan cemas dalam bereksplorasi dalam lingkungan. Pada pola

ini, dalam diri anak muncul ketidakpastian sebagai akibat dari ibu yang terkadang

tidak selalu membantu dalam setiap kesempatan dan juga adanya keterpisahan

(Bowlby,1988). Bowlby menekankan dalam "Attachment theory" (1960),

separation anxiety sesungguhnya mengacu pada protes bayi/anak terhadap jauhnya dirinya dari ibunya, pada kesedihan yang disesabkan oleh ketidakhadiran

ibu,dan juga terhadap kecemasan terhadap ketidakhadiran ibu yang sudah

diantisipasikan.

3. Pola anxious avoidant attachment ( cemas menghindar )

Adalah pola yang terbentuk dari interaksi antara ibu dan anak, anak tidak

memiliki kepercayaan diri karena ketika mencari kasih sayang ia tidak direspon

atau bahkan di tolak. Pada pola ini konflik lebih tersembunyi, sebagai hasil dari

perilaku ibu yang secara konstan menolaknya ketika ia mendekat untuk mencari

kenyamanan atau perlindungan (Bowlby, 1988 ).

Dari 3 macam pola attachment dari Bowlby yang telah dijabarkan diatas,

dan setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data terhadap subjek selama beberapa bulan ini, peneliti

menemukan hasil dari penelitian ini, dan telah mendapatkan pola asuh yang

pelindung, dan adanya penerimaan dari ibu, sedangkan fungsi ayah yang tertuang

dalam tes HTP tidak jelas, ada kebutuhan terhadap kasih sayang, adanya

ketergantungan yang pasif, dan bersifat egosentris dan adanya keinginan kasih

sayang. Perilaku-perilaku Af yang tergolong unik ini tampak jelas terlihat beda

diantara teman-temannya, jika berada di sekolah,dia tidak ingin jauh dari

mamanya, dia harus selalu bisa melihat mamanya jika proses belajar sedang

berlangsung. Adanya perilaku Af tersebut adalah dampak dari pola asuh orang

tuanya yang memberikan kasih sayang tetapi porsinya tidak tepat, sehingga

membuat subjek tidak ingin jauh dari figur attachmentnya dan selalu merasa

cemas jika jauh darinya.

Af adalah anak yang masuk kedalam golongan pola asuh anxious resistant

attachment, seorang anak yang memiliki pola asuh ini, akan membangun internal working model mengenai ibu sebagai figur yang penuh kasih, tetapi tidak meyakinkan untuk memberikan sesuatu yang tepat, sesuai dengan kebutuhan

mereka. Hal tersebut memungkinkan pada dirinya timbul perasaan tidak aman dan

tidak percaya pada orang lain. Ia mudah mengalami kecemasan untuk berpisah

(separation anxiety), cenderung bergantung, menuntut perhatian dan cemas

bereksplorasi dalam lingkungan. Hal ini diperkirakan menyebabkan anak cemas

ketika berhadapan dengan orang lain, cenderung tidak percaya kepada orang lain

(noncooperative), cenderung menolak untuk mengikuti atauran dalam bertingkah

menuntut perhatian yang berlebihan dari temannya dan mengalami kecemasan

untuk berpisah. Diperkirakan anak yang memiliki pola anxious resistant

attachment kurang mampu untuk melakukan interaksi sosialnya karena kurang

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang didapat, menggunakan beberapa teknik, yaitu

observasi; wawancara; dan tes HTP (House, Tree, Person) tentang latar belakang

subjek penelitian dapat disimpulkan bahwa orang tua Af telah menerapkan pola

asuh anxious resistant attachment dari Bowlby :

Af adalah anak yang masuk kedalam golongan pola asuh anxious resistant

attachment, seorang anak yang memiliki pola asuh ini, akan membangun internal working model mengenai ibu sabagai figur yang penuh kasih, tetapi tidak meyakinkan untuk memberikan sesuatu yang tepat, sesuai dengan kebutuhan

mereka. Hal tersebut memungkinkan pada dirinya timbul perasaan tidak aman dan

tidak percaya pada orang lain. Ia mudah mengalami kecemasan untuk berpisah

(separation anxiety), cenderung bergantung, menuntut perhatian dan cemas

bereksplorasi dalam lingkungan. Hal ini diperkirakan menyebabkan anak cemas

ketika berhadapan dengan orang lain, cenderung tidak percaya kepada orang lain

(noncooperative), cenderung menolak untuk mengikuti atauran dalam bertingkah

laku, ( nonconforming ), cenderung mengisolasi diri dari lingkungan (isolating)

dan cenderung memperhatikan kepentingan diri sendiri (self-concerned).

Kalaupun ia menjalin pertemanan, ada kecenderungan untuk bergantung dan

menuntut perhatian yang berlebihan dari temannya dan mengalami kecemasan

Pola anxious resistant attachment (cemas ambivalen).

Adalah pola yang terbentuk dari interaksi antara ibu dan anak, anak

merasa tidak pasti bahwa ibunya selalu ada dan responsif atau cepat membantu

serta datang kepadanya pada saat ia membutuhkan ibunya. Akibatnya, ia mudah

mengalami kecemasan untuk berpisah (separation anxiety), cenderung bergantung

menuntut perhatian dan cemas dalam bereksplorasi dalam lingkungan. Pada pola

ini, dalam diri anak muncul ketidakpastian sebagai akibat dari ibu yang terkadang

tidak selalu membantu dalam setiap kesempatan dan juga adanya keterpisahan

(Bowlby,1988). Bowlby menekankan dalam "Attachment theory" (1960),

separation anxiety sesungguhnya mengacu pada protes bayi/anak terhadap

jauhnya dirinya dari ibunya, pada kesedihan yang disesabkan oleh ketidakhadiran

ibu,dan juga terhadap kecemasan terhadap ketidakhadiran ibu yang sudah

diantisipasikan.

Orang tua Af memberikan kasih sayang yang berlebihan yang tidak sesuai

dengan porsinya, sehingga membuat subjek menjadi ketergantungan dan selalu

merasa cemas jika jauh sebentar dari orang tuanya.

Dalam melakukan aktivitas apapun, kebanyakan anak usia balita ingin

ditemani ayah-ibunya. Pada saat sarapan, mandi, pakai baju, atau minum susu,

semua harus melibatkan orangtuanya. Kalau tidak, anak bisa ngambek.

Penyebab kelekatan anak yang berlebih tidak lain disebabkan pola asuh

kelewat lengket dan kurang bisa bersikap mandiri. Anak belajar dari lingkungan,

terutama lingkungan keluarga. Kalau keluarga menerapkan pola asuh, ataupun

pola pendidikan yang keliru, bukan tidak mungkin pertumbuhan kepribadiannya

Dokumen terkait