• Tidak ada hasil yang ditemukan

Siklus I Kriteria Skor Pencapaian

4.1.5 Hasil Penelitian Siklus III .1Perencanaan .1Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi siklus II, peneliti melakukan pembelajaran pada siklus III dengan memberikan umpan balik kuis dalam model pembelajaran STAD. Berdasarkan hasil refleksi siklus II yaitu peneliti harus lebih meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran dan dibutuhkan perbaikan teknik pemberian motivasi dan umpan balik.

4.1.5.2Pelaksanaan

Siklus III dilaksanakan tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 6 jam pelajaran. Siklus III dilaksanakan dari tanggal 24 Mei 2006 sampai dengan 29 Mei 2006. Pelaksanaan siklus III berdasarkan pada rencana pembelajaran III dengan materi pokok Hubungan pH dengan Hasil Kali Kelarutan dan Reaksi Pengendapan. Pada siklus III digunakan metode praktikum, hal ini bertujuan untuk meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran kimia. Dalam memberikan umpan balik kuis, peneliti tidak hanya memberikan penjelasan mengenai jawaban yang benar dari soal, tetapi juga ditambah motivasi belajar.

Pada akhir siklus III diadakan tes akhir untuk mengukur kemampuan dari siswa. Dari tes tersebut diperoleh data hasil belajar siswa sebagai berikut.

Tabel 17. Data hasil tes siklus III siswa kelas XI-IPA1

No. Hasil tes Pencapaian siklus III

1. 2. 3. 4. 5. 6. Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata nilai tes

Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa kelas XI-IPA1

Persentase tuntas belajar secara klasikal

100 60 80,1 40 42 95,24%

Tabel di atas menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus III meningkat menjadi 95,24% dengan rata-rata nilai 80,1. Hasil ini sudah memenuhi indikator kerja.

4.1.5.3Observasi

Pada pelaksanaan siklus III menunjukkan bahwa aktifitas siswa selama pembelajaran semakin meningkat. Semakin banyak siswa yang berperan aktif dalam pembelajaran. Hasil penilaian afektif dapat dilihat pada lampiran 27 dan terangkum dalam tabel 18. Penilaian psikomotorik siswa yang dilakukan melalui observasi dapat dilihat pada lampiran 30 dan terangkum dalam tabel 19.

Tabel 18. Data penilaian afektif siswa siklus III

Siklus III Kriteria Skor Pencapaian

Jml. Siswa Persentase Ket.

Sangat baik Baik 43 – 50 35 – 42 86 –100 70 – 85 5 37 12% 88% Tuntas Cukup Kurang Sangat kurang 27 – 34 19 – 26 10 – 18 54 – 69 37 – 53 20 – 37 - - - - - - Tidak tuntas

Tabel 19. Data penilaian psikomotorik siswa pada praktikum Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Praktikum II Kriteria Skor Pencapaian

Jml. Siswa Persentase Ket.

Sangat terampil Terampil 43 – 50 35 – 42 86 –100 70 – 85 3 39 7% 93% Tuntas Cukup Kurang Sangat kurang 27 – 34 19 – 26 10 – 18 54 – 69 37 – 53 20 – 37 - - - - - - Tidak tuntas

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa yang memperoleh kriteria baik meningkat menjadi 100% pada siklus III.

Antusias dan minat siswa semakin tinggi terutama dalam kegiatan praktikum. Tidak hanya siswa yang pandai, siswa yang lain juga berani mempresentasikan hasil diskusi tanpa harus disuruh oleh peneliti. Peneliti juga lebih terampil dalam menerapkan model pembelajaran STAD. Sehingga suasana kelas menjadi lebih hidup. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi terhadap aktifitas peneliti dan siswa yang terangkum dalam tabel berikut.

Tabel 20. Aktifitas siswa dan peneliti pada saat proses pembelajaran siklus III

Siswa Peneliti Pertemuan

Skor Persentase Skor Persentase

1 2 3 42 43 44 84% 86% 88% 60 61 62 80% 81% 83%

4.1.5.4Hasil Angket Siswa

Tanggapan siswa mengenai pelaksanaan model pembelajaran STAD dengan diberi umpan balik kuis pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dapat dilihat pada tabel 21.

Tabel 21. Hasil angket siswa pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Sangat setuju

Setuju Biasa saja Tidak setuju

S. tidak setuju No. Uraian

Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % 1. Siswa tertarik dengan

pelajaran kimia 15 36% 21 50% 6 14% 0 0 0 0 2. Siswa memahami

materi yang diajarkan 10 24% 21 50% 11 26% 0 0 0 0 3. Siswa menyukai praktikum 16 38% 24 58% 2 4% 0 0 0 0 4. Siswa menyukai pembelajaran STAD 20 48% 14 33% 8 19% 0 0 0 0 5. Siswa tertarik melakukan diskusi kelompok 24 58% 12 28% 6 14% 0 0 0 0

6. Siswa terlibat dalam

kerjasama kelompok 19 45% 16 38% 7 17% 0 0 0 0 7.

Siswa belajar giat setelah pulang sekolah 17 41% 22 52% 3 7% 0 0 0 0 8. Siswa bangga menjadi kelompok terbaik 30 72% 6 14% 6 14% 0 0 0 0 9. Siswa termotivasi dengan pembelajaran STAD 17 40% 18 43% 7 17% 0 0 0 0 10. Siswa menyukai pemberian umpan balik kuis 19 45% 14 34% 9 21% 0 0 0 0

11. Siswa menyukai cara

guru mengajar 20 48% 17 40% 5 12% 0 0 0 0

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa minat siswa semakin meningkat dengan pembelajaran STAD dan pemberian umpan balik.

4.1.5.5Refleksi

Hasil tes siklus III diperoleh ketuntasan belajar siswa 95,24% dengan rata-rata 80,1. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus sebelumnya. Peran aktif siswa selama pembelajaran juga semakin meningkat, peneliti tidak mendominasi kegiatan diskusi. Siswa merasa nyaman dan tidak tegang selama pembelajaran. Berdasarkan hasil angket, minat siswa terhadap pembelajaran juga semakin meningkat. Tanggapan siswa terhadap umpan balik kuis yang diberikan

oleh guru semakin baik. Siswa lebih termotivasi dengan pemberian umpan balik kuis dan penghargaan kelompok.

Berdasarkan hasil refleksi, indikator kinerja penelitian sudah tercapai secara klasikal, namun masih ada 2 siswa yang belum tuntas belajar. Hal ini karena tingkat kemampuan siswa tersebut memang rendah dan dibutuhkan bimbingan khusus.

4.2Pembahasan

Dari lampiran 2 dapat diperoleh nilai rata-rata mid semester 2 siswa kelas XI-IPA Tahun Ajaran 2005/2006 masih belum memuaskan, yaitu 44,99 dengan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 35,71% (15 siswa tuntas dari 42 siswa). Bertolak dari kondisi awal tersebut dilakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Hidrolisis dan pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan melalui pemberian umpan balik kuis dalam model pembelajaran STAD. Hasil belajar siswa sebelum tindakan diambil dari hasil pretes siswa pada pokok bahasan Hidrolisis. Dari hasil pretes tersebut diperoleh nilai rata-rata siswa 35,45 dengan ketuntasan belajar sebasar 12%.

Di dalam pelaksanaan model pembelajaran STAD dibutuhkan kerjasama antaranggota kelompok, sehingga peran aktif siswa sangat dibutuhkan dalam pembelajaran ini. Proses pembelajaran lebih difokuskan pada siswa (student center). Menurut John Dewei dalam Dimyati dan Mudjiono (2002) menyatakan bahwa belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung.

Penelitian ini terdiri atas 3 siklus, yaitu siklus I pada pokok bahasan Hidrolisis sedangkan siklus II dan III pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.

Pada siklus I terdiri dari 4 pertemuan (6 jam pelajaran), masing-masing pertemuan 1 jam pelajaran, 2 jam pelajaran, 2 jam pelajaran dan 1 jam pelajaran. Pertemuan pertama membahas sifat larutan garam dan konsep Hidrolisis. Pertemuan kedua melakukan praktikum. Pertemuan ketiga dan keempat membahas pH larutan garam.

Pelaksanaan pembelajaran siklus I berdasarkan pada silabus dan rencana pembelajaran yang telah disiapkan. Peneliti mengawali kegiatan pembelajaran dengan menanyakan kembali materi yang sudah dipelajari siswa pada pertemuan sebelumnya. Peneliti juga memberi pengantar sehingga siswa tertarik dan memiliki rasa ingin tahu terhadap materi pelajaran yang akan dibahas.

Pembelajaran siklus I menggunakan metode praktikum, diskusi kelompok, dan tugas. Metode praktikum digunakan pada saat membahas sifat larutan garam dan konsep hidrolisis. Metode praktikum bertujuan agar siswa mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Siswa kelihatan antusias dengan kegiatan praktikum meskipun masih ada siswa tidak mau bekerja dan hanya menonton saja. Hasil observasi psikomotorik siswa menunjukkan bahwa 88% dari jumlah siswa memperoleh kriteria baik. Hasil praktikum dipresentasikan di depan kelas. Hal ini bertujuan untuk melatih keberanian siswa dalam mengkomunikasikan pendapat mereka. Siswa diberi tugas membuat laporan hasil praktikum. Dalam hal ini,

siswa dapat terlatih untuk berfikir ilmiah. Proses pembelajaran dengan pokok materi pH larutan garam menggunakan metode latihan soal dan diskusi kelompok. Peneliti melatih siswa dalam mencari pH larutan garam kemudian siswa diberi soal untuk dikerjakan secara kelompok. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menyelesaikan soal yang diberikan peneliti. Selanjutnya peneliti menyuruh siswa mengerjakan soal tersebut di depan kelas. Peneliti menunjuk siswa secara acak agar siswa selalu mempersiapkan diri. Berdasarkan pengamatan masih banyak siswa hanya mengandalkan pada siswa yang lebih pandai. Kerjasama belum terlihat pada siklus I, masih banyak siswa yang masih bersifat individual.

Pada siklus I, kuis dilaksanakan dua kali. Pertama setelah siswa selesai membahas latihan soal Konsep Hidrolisis dan kedua setelah siswa membahas soal pH Larutan Garam. Kuis ini merupakan soal yang harus dikerjakan oleh siswa secara individu tanpa melihat buku. Pemberian kuis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan.

Hasil kuis dikoreksi dan diberi umpan balik oleh peneliti. Umpan balik yang berikan pada siklus I berupa pemberitahuan mengenai jawaban yang benar dari kesalahan siswa pada saat mengerjakan kuis. Umpan balik diberikan pada lembar jawaban kuis siswa. Selanjutnya siswa disuruh mempelajari sendiri umpan balik yang diberikan oleh peneliti. Dengan ini diharapkan siswa tidak akan mengulangi kesalahan yang sama saat mengerjakan soal yang serupa pada tes berikutnya. Hasil kuis yang sudah dikoreksi dan diberi umpan balik kemudian dikembalikan kepada siswa agar mereka mengetahui letak kesalahannya dan mengetahui bagaimana cara membenarkannya.

Pada akhir siklus I siswa diberi tes dan berdasarkan nilai tersebut siswa diberi penghargaan kelompok. Dari hasil tes siklus I diperoleh rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari 35,54 (hasil pretes) menjadi 67,26, dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Jumlah siswa yang belajar tuntas meningkat sebanyak 66%, dari 12% (hasil pretes) menjadi 80,95% setelah diberi tindakan. Peningkatan ini disebabkan oleh keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Melalui kegiatan praktikum dan diskusi kelompok, siswa menemukan dan mengkontruksi sendiri pengetahuannya. Dengan menemukan sendiri, maka pengetahuan yang dibangun oleh siswa akan lebih lama melekat dalam ingatannya. Selain itu, siswa lebih termotivasi dengan adanya penghargaan kelompok. Hal ini terlihat dari nilai afektif siswa, yaitu 64% siswa memperoleh kriteria baik. Nilai tes siklus I semua siswa lebih baik dibandingkan dengan hasil pretes.

Ketuntasan belajar pada siklus I secara klasikal adalah 80,95%. Dari hasil belajar siswa tersebut dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal belum memenuhi indikator kerja penelitian. Hal ini karena masih banyak siswa yang tidak merespon umpan balik yang diberikan oleh peneliti. Banyak siswa yang tidak memahami umpan balik yang berikan oleh peneliti karena peneliti hanya memberitahu jawaban yang benar tanpa disertai dengan penjelasan.

Masih ada 9 siswa yang belum tuntas belajar. Dari hasil observasi siswa tersebut kurang memperhatikan penjelasan dari peneliti, tidak mau bekerjasama, ramai sendiri saat diskusi kelompok dan mempunyai catatan yang kurang lengkap sehingga yang mereka pelajari juga kurang lengkap. Hal ini terjadi karena siswa

belum terbiasa dengan metode yang diterapkan dalam penelitian ini. Kerjasama dalam kelompok belum terlihat jelas. Sifat individual masih tampak pada siswa karena mereka terbiasa dengan pembelajaran individual.

Siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi belum berperan menjadi tutor bagi teman yang memiliki kemampuan akademik rendah. Siswa yang mempunyai kemampuan rendah hanya mengandalkan temannya yang pandai dan tidak mau mencoba. Siswa dengan kemampuan rata-rata lebih bisa memanfaatkan pembelajaran ini karena mereka bisa saling melengkapi dalam berdiskusi.

Pemberian kuis kurang disukai oleh siswa yang mempunyai kemampuan akademik rendah. Mereka merasa tertekan karena terlalu banyak ulangan. Umpan balik kuis kurang begitu ditanggapi oleh siswa. Hal ini terlihat dari hasil ulangan siswa, masih banyak siswa yang mengulangi kesalahan yang sama saat tes siklus. Siswa masih belum memahami maksud dari pemberian kuis dan umpan balik yang sebenarnya. Pada siklus I ini model pembelajaran STAD dengan umpan balik kuis kelihatan kurang berhasil.

Berdasarkan hasil observasi di atas kemudian dianalisis dan direfleksi. Dari hasil tersebut, maka masih perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran selanjutnya. Peneliti harus meningkatkan teknik pemberian umpan balik kepada siswa, tidak hanya memberitahu jawaban yang benar tetapi juga disertai penjelasan sehingga siswa memahami umpan balik tersebut. Peneliti juga harus memperbaiki cara memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti harus memberikan penjelasan ulang mengenai pentingnya

kerjasama dalam model pembelajaran STAD dan mengenai tujuan pemberian kuis dan umpan balik yang sebenarnya. Peneliti harus lebih terampil dalam mengelola pembelajaran dan mengalokasikan waktu. Selain itu, peneliti harus memberikan bimbingan bagi siswa yang pasif.

Kendala yang dihadapi pada siklus I yang lain yaitu banyak siswa yang tidak mempersiapkan diri sebelum pembelajaran dimulai walaupun materi pembelajaran yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya sudah diketahui. Hal ini terlihat pada saat tanya jawab, masih banyak siswa yang membolik-balik buku dan membutuhkan waktu lama untuk menjawab. Kurangnya persiapan belajar siswa ini menyebabkan pelaksanaan pembelajaran menjadi kurang efektif.

Dari hasil refleksi tersebut peneliti mengadakan perbaikan kualitas pembelajaran untuk tindakan siklus II yaitu dengan mengefektifkan waktu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Agar waktu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran lebih efektif maka kesiapan siswa dalam menerima materi baru harus ditingkatkan. Tindakan yang diambil peneliti yaitu dengan memberikan tugas meringkas materi yang akan diajarkan. Peneliti memberikan pedoman berupa soal-soal dan hasil ringkasan siswa harus menjawab soal-soal tersebut. Selain itu perlu adanya peningkatan teknik pemberian umpan balik, sehingga umpan balik lebih dapat diterima oleh siswa.

Materi pelajaran yang dibahas pada siklus II hanya sampai pada Ion Senama, sedangkan untuk Pengaruh pH terhadap Ksp dan Reaksi Pengendapan

akan dibahas pada siklus III. Siklus II dilaksanakan berdasarkan pada rencana pembelajaran siklus II yang merupakan perbaikan dari siklus I. Untuk

menghindari kebosanan dari siswa pada siklus II digunakan metode yang lebih bervariasi.

Siklus II terdiri atas 3 kali pertemuan (6 jam pelajaran). Pada siklus II membahas materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan serta Ion Senama. Metode yang digunakan pada siklus II yaitu metode demonstrasi, drill soal, diskusi kelompok, tanya jawab dan tugas.

Penanaman konsep awal mengenai Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan digunakan metode demonstrasi. Metode demonstrasi bertujuan untuk menarik perhatian dan minat siswa terhadap pembelajaran kimia. Disamping itu, siswa lebih mudah memahami konsep yang diberikan peneliti. siswa kelihatan antusias dan tertarik dengan metode ini. Hal ini dibuktikan dengan banyak siswa yang ingin mencoba sendiri di depan kelas.

Dalam pembelajaran siklus II keaktifan siswa semakin meningkat. Siswa mulai terbiasa dengan diskusi kelompok. Pada siklus II ini kerjasama dalam kelompok sudah mulai terlihat. Siswa dengan kemampuan tinggi mau bekerjasama dan menjadi tutor bagi temannya yang mempunyai kemampuan lebih rendah. Siswa dengan kemampuan yang lebih rendah sudah mulai mau mencoba yaitu dengan bimbingan peneliti. Selama pembelajaran berlangsung peneliti selalu mengaktifkan siswa dan menjadi fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Melalui kegiatan diskusi peneliti menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa, karena siswa menemukan sendiri pengetahuan yang dipelajarinya. Di samping itu waktu yang digunakan dalam diskusi menjadi lebih

efektif karena siswa sudah mempersiapkan dulu materi yang akan diajarkan melalui pemberian tugas awal.

Kuis diberikan setiap akhir pertemuan yaitu dengan jumlah soal 1 yang harus dikerjakan dalam waktu 10 menit. Hal ini bertujuan agar peneliti segera mengetahui materi yang belum dikuasai oleh siswa sehingga peneliti dapat segera memberikan umpan balik. Pemberian umpan balik tidak hanya berupa jawaban yang benar tetapi juga ditambah dengan pejelasan. Dengan demikian, siswa akan lebih memahami umpan balik yang diberikan dan dapat menerima umpan balik tersebut. Dari penjelasan dalam umpan balik yang diberikan oleh peneliti, siswa dapat mempelajari lagi materi pelajaran dan cara mengerjakan soal yang belum dia dikuasai.

Hasil tes siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I. Nilai rata-rata siswa mencapai 76,66, ini lebih tinggi dari siklus I yaitu 67,26. Ketuntasan belajar siswa juga meningkat 12,09%, dari 80,95% menjadi 92,86%. Peningkatan hasil belajar siswa karena siswa sudah bisa memanfaatkan umpan balik kuis yang diberikan oleh peneliti. Bahkan siswa menanyakan kembali umpan balik yang diberikan oleh peneliti, apabila ia tidak memahami penjelasan dalam umpan balik. Siswa juga lebih aktif dalam kegiatan belajar. Hal ini dibuktikan dari hasil observasi bahwa siswa yang memperoleh nilai afektif dengan kriteria baik meningkat menjadi 90%. Persentase aktifitas peneliti pada pembelajaran juga meningkat menjadi 76%. Ini berarti aktifitas peneliti dinilai baik oleh guru mitra.

Meskipun hasil belajar pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan kerja penelitian, namun proses pembelajaran kimia masih perlu dioptimalkan. Siswa harus dilatih cara memberi umpan balik pada dirinya sendiri sehingga siswa akan semakin memahami materi pelajaran yang berikan oleh peneliti dan dapat memperbaiki kesalahannya sendiri.

Pada siklus II ini masih ada 3 siswa yang belum tuntas. Berdasarkan dari hasil sejumlah pertanyaan yang diberikan kepada siswa tersebut mereka mengaku bahwa sebenarnya mereka kurang berminat dengan jurusan IPA. Satu diantara mereka hanya menuruti kehendak orang tuanya yang menginginkan mereka masuk IPA meskipun kemampuan mereka rendah, sedangkan yang lain hanya ikut-ikutan teman. Pada siklus II, perlu dioptimalkan lagi hasil belajar siswa sehingga semua siswa dapat tuntas belajar. Peneliti harus lebih memotivasi siswa sehingga siswa lebih bersemangat untuk meningkatkan hasil belajarnya dan memberikan bimbingan khusus pada siswa yang belum tuntas belajar.

Siklus III dilaksanakan untuk lebih memantapkan peningkatan hasil belajar siswa. Siklus III terdiri atas 3 kali pertemuan (5 jam pelajaran) dengan materi pokok pengaruh pH terhadap Hasil Kali Kelarutan dan Reaksi Pengendapan. Metode yang digunakan dalam siklus ini lebih bervariasi yaitu metode tanya jawab, drill soal, diskusi kelompok, dan praktikum. Penggunaan metode praktikum dalam siklus ini agar siswa lebih terlibat langsung untuk melakukan percobaan dan untuk meningkatkan keaktifan siswa. Hal ini juga bertujuan agar siswa tidak bosan dengan pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan praktikum ini siswa tampak lebih aktif dan kemampuan psikomotorik siswa juga

lebih baik dari sebelumnya, yaitu siswa yang memperoleh nilai dengan kriteria terampil 100%.

Kuis pada siklus III diberikan 2 kali yaitu pada pokok bahasan Pengaruh

pH terhadap Ksp dan pokok bahasan Reaksi Pengendapan. Dalam memberikan

umpan balik, peneliti tidak hanya memberikan penjelasan mengenai jawaban yang benar tetapi juga memberi motivasi, komentar dan saran. Peneliti juga melatih siswa memberikan umpan balik pada dirinya sendiri, dengan cara siswa harus mengerjakan lagi soal kuis di rumah dan juga bisa dengan cara berdiskusi dengan teman. Dengan demikian siswa akan mengetahui lebih dahulu, apakah jawaban kuisnya ada kesalahan apa tidak. Selanjutnya untuk memastikan, umpan balik siswa harus dicocokkan dengan umpan balik yang diberikan oleh peneliti. Dengan memberi umpna balik pada diri sendiri kemudian mempelajari umpan yang diberikan oleh peneliti berarti siswa berulang-ulang mempelajari materi pelajaran. Sesuai dengan prinsip-prinsip belajar (Darsono 2000:4) bahwa mengulang-ulang materi pelajaran dapat mempermudah siswa dalam mengingat dan memahami materi pelajaran. Hal ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dibuktikan dengan hasil tes siswa pada siklus III. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus III adalah 80,1 dengan ketuntasan belajar 95,24% secara klasikal. Jika dibandingkan dengan pencapaian hasil belajar siklus I dan II hasil belajar siswa tersebut menunjukkan peningkatan. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep yang sedang dibahas.

Pada pelaksanaan siklus III peneliti telah mampu menyajikan proses pembelajaran yang dapat merangsang seluruh siswa untuk aktif. Aktifitas guru

meningkat menjadi 81%. Ini menunjukkan bahwa aktifitas peneliti dinilai baik oleh guru mitra. Kerja sama dalam kelompok terlihat kental mewarnai aktifitas siswa, baik saat melakukan diskusi maupun presentasi hasil diskusi. Siswa lebih antusias mengikuti kegiatan pembelajaran. Dari hasil observasi aktifitas dan keaktifan siswa meningkat dan menyebabkan suasana kelas saat pembelajaran berlangsung tampak hidup. Dalam mengerjakan latihan soal, siswa mengerjakan soal di depan kelas tanpa harus ditunjuk oleh peneliti. Siswa yang memperoleh kriteria baik meningkat menjadi 100%. Hal ini membuktikan siswa merasa senang, tidak takut dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Hasil angket tanggapan terakhir siswa mengenai pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan diberi umpan balik kuis, siswa yang menyukai pembelajaran STAD sebanyak 48% pada pilihan sangat setuju, 33% pada pilihan setuju dan 19% pada pilihan biasa saja. Penerimaan siswa terhadap umpan balik meningkat yaitu 45% pada pilihan sangat setuju, 34% pada pilihan setuju dan 21% pada pilihan biasa saja. Hal ini menunjukkan siswa lebih menyukai cara guru mengajar dalam pembelajaran STAD yang diberi umpan balik kuis.

Pada akhir siklus III masih ada 2 siswa yang belum tuntas yaitu memperoleh nilai 60. Kedua siswa ini memang mempunyai kemampuan lebih rendah dibandingkan yang lain dan dibutuhkan bimbingan khusus untuk menanganinya. Meskipun demikian, kedua siswa ini mengalami peningkatan hasil belajar dari siklus I dengan nilai 40 sampai siklus III dengan nilai 60.

Pada proses pembelajaran siklus III terjadi perubahan-perubahan seperti yang diharapkan, diantaranya yaitu hasil belajar siswa lebih meningkat, motivasi

siswa meningkat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, serta suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif. Siswa-siswa yang pada pembelajaran siklus I dan II terlihat pasif pada pembelajaran siklus III tampak lebih aktif bekerjasama dan mengemukakan pendapatnya dalam kelompok serta berani mengerjakan dan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa permasalahan yang dihadapi

Dokumen terkait