• Tidak ada hasil yang ditemukan

Siswa aktif dan hasil belajar siswa

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Hasil Penelitian 1.Siklus 1 1.Siklus 1

a. Pretest

Berdasarkan data yang diperoleh dari pretest, peneliti mendapatkan

bahwa rata-rata nilai pretest siswa kelas XD adalah 67,87. Secara

klasikal, siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 ada 12 orang siswa

dengan persentase ketuntasan belajar 37,5 % sedangkan 20 orang

siswa mendapat nilai ≤ 70 dengan persentase ketidaktuntasan belajar

sebesar 62,5 %. Hasil pretest dapat dijabarkan pada tabel di bawah

ini:

Tabel 4. 1. Hasil pretest kelas XD

No Hasil Pretest Pencapaian 1. Nilai tertinggi 85 2. Nilai terendah 20

3. Rata-rata 67,87

4. Jumlah siswa yang tuntas belajar ≥ 70 12

5. Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar < 70 20

6. Persentase ketuntasan belajar secara

klasikal 37,5 %

b. Posttest siklus 1

Berdasarkan data yang diperoleh dari posttest siklus 1, peneliti

mendapatkan bahwa rata-rata nilai akhir siswa adalah 71,45.

Rata-rata nilai akhir diperoleh dari 40% nilai laporan akhir, 20% nilai

presentasi dan 40% nilai Posttest siklus 1. Secara klasikal, siswa

persentase ketuntasan belajar 59,37% sedangkan 13 orang siswa

mendapat total nilai ≤ 70 dengan persentase ketidaktuntasan belajar sebesar 40,63 % . Nilai total siswa pada siklus 1 dapat dijabarkan

pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2. Rekapitulasi nilai siswa siklus 1

No Nilai akhir Pencapaian 1. Nilai tertinggi 86 2. Nilai terendah 62 3. Rata-rata 71,45

4. Jumlah siswa yang tuntas belajar ≥ 70 19

5. Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar

< 70 13

6. Persentase ketuntasan belajar secara

klasikal 59,37 %

c. Aktivitas siswa siklus 1

Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat aktivitas siswa dalam

bertanya dan menjawab masih dalam kategori kurang aktif.

Terdapat 14 siswa dengan kategori kurang aktif dan cukup aktif

dengan persentase 43,8 %. Selebihnya dalam kategori aktif dan

sangat aktif ada 18 siswa dengan persentase 56,2 %. Tingkat

Tabel 4.3. Tingkat aktivitas siswa siklus 1

Skala Skoring Jumlah Siswa Persentase

1. Tidak aktif 0 0 % 2. kurang aktif 11 34,4 % 3. Cukup aktif 3 9,4 % 4. Aktif 4 12,5 % 5. Sangat aktif 14 43,7 % d. Refleksi

Berdasarkan data yang dijabarkan diatas dapat dilihat bahwa

untuk siklus satu baik aktivitas siswa maupun nilai akhir siswa

belum mencapai target yang diharapkan yaitu untuk aktivitas 80%

dan untuk nilai akhir siswa juga 80%. Untuk tingkat keaktivan siswa

masih mencapai 56,2% siswa yang tergolong sangat aktif dan aktif.

Sedangkan untuk nilai hasil akhir siswa hanya mencapai 59,37%

siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Mimimal (KKM). Kriteria

Ketuntasa Minimal (KKM) yang ditentukan dari sekolah adalah 70.

Kegiatan pembelajaran untuk siklus 1 ini belum berjalan

secara baik karena beberapa hal antara lain kurangnya minat siswa

untuk membaca buku saat melakukan investigasi sehingga apa yang

mereka investigasi hanyalah sesuai dengan apa yang dipikiran

mereka, selain itu ada beberapa siswa yang tidak mengikuti

presentasi hari terakhir dan tidak mendapat penjelasan tentang materi

Kurangnya keinginan siswa membaca buku inilah yang

membuat hasil laporan maupun presentasi siswa kurang memuaskan

dan saat mereka mengerjakan posttest mereka kesulitan karena tidak

membaca buku. Selain itu tingkat keaktivan siswa masih terbilang

rendah, hanya ada orang-orang tertentu yang aktif sedangkan yang

lain mengikuti saja. Hal ini bisa dikarenakan metode ini masih

tergolong baru bagi siswa dan siswa butuh penyesuaian untuk bisa

mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Siswa masih terbiasa

dengan mendengarkan ceramah dan mencatat apa yang

diceramahkan sehingga siswa masih kesulitan ketika diterapkan

metode yang baru yang menuntut mereka lebih aktif.

Berdasarkan refleksi ini, baik keaktivan maupun nilai akhir

siswa belum mencapai target yang diharapkan sehingga perlu

dilakukannya tindak lanjut pada siklus 2 untuk meningkatkan

keaktivan dan hasil belajar siswa kelas XD SMA Negeri 1 Depok.

Untuk tindak lanjut siklus 2 ini, peneliti harus lebih dalam

memberikan motivasi kepada siswa dan harus lebih mengarahkan

siswa dengan baik sehingga siswa merasa lebih bersemangat dan

menjadi lebih aktif. Selain itu peneliti juga harus bisa membimbing

siswa untuk mau membaca buku dan sumber-sumber lain yang bisa

membantu mereka untuk menyempurnakan investigasi kelompok

2. Siklus 2

a. Posttest siklus 2

Berdasarkan data yang diperoleh dari posttest siklus 2, peneliti

mendapatkan bahwa rata-rata nilai akhir siswa adalah 82,17.

Rata-rata nilai akhir diperoleh dari 40% nilai laporan akhir, 20% nilai

presentasi dan 40% nilai Posttest siklus 1. Secara klasikal, siswa

yang memperoleh nilai total ≥ 70 ada 32 orang siswa dengan persentase ketuntasan belajar 100% dan tidak ada siswa yang

mendapat total nilai ≤ 70 dengan persentase ketidaktuntasan belajar sebesar 0% . Nilai total siswa pada siklus 1 dapat dijabarkan pada

tabel di bawah ini:

Tabel 4.4. Rekapitulasi nilai siswa siklus 2

No Hasil Postest Pencapaian 1. Nilai tertinggi 90 2. Nilai terendah 73

3. Rata-rata 82,17

4. Jumlah siswa yang tuntas belajar ≥ 70 32

5. Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar < 70 0 6. Persentase ketuntasan belajar secara klasikal 100 %

b. Aktivitas siswa siklus 2

Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat aktivitas siswa dalam

bertanya dan menjawab pertanyaan pada siklus 2 menjadi sangat

baik, terdapat 28 siswa dengan kategori sangat aktif dan aktif dengan

siswa dengan persentase 12,5 %. Tingkat aktivitas siswa pada siklus

I dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.5. Tingkat aktivitas siswa siklus 2

Skala Skoring Jumlah Siswa Persentase 1. Tidak aktif 0 0 % 2. Kurang aktif 0 0 % 3. Cukup aktif 4 12,5 % 4. Aktif 14 43,75 % 5. Sangat aktif 14 43,75 % c. Refleksi

Berdasarkan data yang dijabarkan diatas dapat dilihat bahwa

untuk siklus 2 hasilnya sangat memuaskan baik aktivitas siswa

maupun nilai akhir siswa karena hasilnya mencapai target yang

diharapkan yaitu untuk aktivitas 80% dan untuk nilai akhir siswa

juga 80%. Untuk tingkat keaktivan siswa mencapai 87,5% siswa

yang tergolong sangat aktif dan aktif. Sedangkan untuk nilai hasil

akhir siswa mencapai 100% siswa yang mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yang ditentukan dari sekolah adalah 70. Hasil ini sangat memuaskan

karena baik keaktivan maupun nilai akhir siswa melebihi target

yang diharapkan.

Pada siklus 2, peneliti telah melakukan proses pembelajaran

dan menerapkan metode dengan sangat baik. Peneliti sudah berhasil

mau membaca buku dan mencari sumber-sumber lain untuk

membantu mereka dalam investigasi kelompok. Selain itu siswa

juga sangat kompak dan kerjasama mereka sangat bagus. Hal ini

dapat dilihat saat mereka melakukan presentasi, pembagian

tugas-tugas mereka dan bagaimana mereka memahami materi yang

mereka sampaikan.

Pada siklus 2 ini, siswa lebih banyak bertanya dan mereka

juga saling menghargai satu sama lain. Mereka membagi tugas

dalam kelompok investigasi sehingga semua mendapat bagian dan

mereka bisa saling membantu satu sama lain. Selain itu, berbeda

dengan siklus 1, pada siklus 2 siswa terlihat lebih aktif, lebih serius

dalam presentasi dan hasil laporannya juga lebih memuaskan.

Dari hasil analisis peneliti menunjukkan pada siklus II,

siswa kelas XD mengalami peningkatan dalam hal hasil belajar dan

aktivitas siswa di kelas dibandingkan dengan siklus sebelumnya.

Hasil ini telah mencapai target ataupun standar penelitian tindakan

kelas yang ditargetkan dalam penelitian. Karena hasilnya telah

mencapai target yang diharapkan maka tidak perlu diadakan

penambahan siklus pada kegiatan selanjutnya. Kegiatan

selanjutnya dapat kembali diisi oleh guru mata pelajaran dengan

D. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada kelas XD

SMA Negeri 1 Depok dengan menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif

tipe Group Investigation pada pokok bahasan Ekosistem menunjukan adanya

berbagai perubahan-perubahan pada siswa. Perubahan yang diamati oleh peneliti

mencakup perubahan keaktifan siswa dalam hal ini keaktifan siswa dalam

bertanya dan menjawab serta perubahan hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari

nilai akhir yang diperoleh siswa.

Setelah pelaksanaan siklus 1 dan siklus 2, dapat kita lihat adanya

perubahan dan peningkatan pada hasil belajar siswa dan tingkat keaktifan siswa

kelas XD. Perubahan dan peningkatan tersebut dapat kita lihat melalui grafik di

bawah ini:

Gambar 4.11. Hasil ketuntasan belajar siswa secara klasikal

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% 100.00% Siklus 1 Siklus 2 100% 59.37%

Dari gambar 4.11 di atas, dapat kita lihat terdapat perubahan atau

peningkatan pada jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM). Ketuntasan klasikal dapat dilihat dari nilai akhir siswa yang diperoleh

dari jumlah 40% nilai laporan akhir, 20 % nilai presentasi dan 40% nilai posttest.

Peningkatan ini dapat terlihat dari jumlah siswa yang memiliki total nilai akhir

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditentukan yaitu 70.

Semakin banyak siswa yang memperoleh nilai akhir ≥ 70 maka semakin baik pula rata-rata kelasnya. Secara klasikal, dapat kita lihat bahwa terjadi peningkatan nilai

akhir siswa sebelum dan sesudah dilakukan tindakan pembelajaran. Nilai pretest,

nilai posttest 1 dan nilai posttest 2 terjadi peningkatan. Sebelum melakukan

tindakan diadakan pretest dan hasilnya hanya 12 siswa yang tuntas atau mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan presentase 37,5% sedangkan 20

siswa lainnya tidak tuntas dengan presentase 62,5 %. Setelah dilakukan tindakan

pada siklus 1, terjadi peningkatan nilai akhir siswa. Siswa yang mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) 19 orang dengan presentase 59,37 % sedangkan

siswa yang tidak tuntas 13 orang dengan presentase 40,63%. Dari siklus 1, terjadi

peningkatan yang baik pada siklus 2 dimana semua siswa mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) dengan presentase 100%.

Peningkatan nilai akhir siswa juga berpengaruh pada nilai rata-rata kelas.

Nilai rata-rata kelas pada siklus 1 adalah 71,45. Pada siklus 2 terjadi peningkatan

pada rata-rata kelas karena semua siswa memperoleh nilai akhir yang mencapai

KKM. Rata-rata kelas pada siklus 2 adalah 82,17. Dari analisis yang dilakukan

ini, rata-rata kelas yang diperoleh sudah mencapai target penelitian tindakan kelas

yang ditentukan peneliti yaitu 80. Data peningkatan nilai rata-rata kelas XD dapat

Gambar 4.12. Nilai rata-rata kelas XD

Peningkatan tidak hanya terjadi pada nilai akhir yang diperoleh siswa tetapi

juga terjadi pada keaktifan siswa. berdasarkan data observasi yang dilakukan oleh

peneliti dan observer yang membantu, peneliti mendapatkan adanya peningkatan

keaktifan siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 1 terdapat 18 siswa yang

masuk kriteria aktif dan sangat aktif dengan presentasi keaktifan 56,25 %

sedangkan pada siklus 2 terdapat 28 siswa yang masuk kriteria aktif dan sangat

aktif dengan presentase 87,5 %. Dari analisis data keaktifan siswa pada siklus 1

dan siklus 2 terjadi peningkatan dan peningkatan ini mencapai target penelitian

tindakan kelas yang telah ditargetkan oleh peneliti yaitu 80% siswa masuk

kategoeri aktif. Peningkatan keaktifan siswa dari siklus 1 ke siklus 2 dapat dilihat

dari gambar 4.13 di bawah ini:

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Siklus 1 Siklus 2 82,17 71.45

Gambar 4.13. Keaktifan siswa kelas XD

Keaktifan siswa dan nilai akhir siswa mengalami peningkatan dari siklus 1

ke siklus 2. Peningkatan ini dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain:

1. Pada siklus 2, peneliti memberikan perhatian yang lebih kepada siswa saat

diskusi kelompok. Peneliti memberikan pendampingan kepada setiap

kelompok tanpa terkecuali.

2. Peneliti menjawab pertanyaan yang diberikan oleh kelompok secara

klasikal sehingga tidak terkesan hanya memperhatikan kelompok tertentu.

3. Dengan perencanaan dan semangat yang diberikan oleh peneliti, siswa

menjadi bersemangat dan aktif dalam bertanya.

4. Peneliti juga memberikan masukan kepada siswa untuk membaca buku

dan mencari sumber lain untuk membantu mereka dalam investigasi

kelompok dan itu dilakukan oleh siswa sehingga pada siklus 2 hasil

laporan akhir dan presentasi mereka lebih baik dan mereka lebih

memahami materi yang di investigasi.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Siklus 1 siklus 2 87,50% 56,25%

5. Keaktifan siswa dalam bertanya saat diskusi dan aktif dalam investigasi

kelompok baik dengan pengamatan langsung maupun dengan membaca

buku dan sumber lain membuat Nilai akhir siswa ikut meningkat karena

siswa menjadi lebih paham akan materi yang sedang dipelajari.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada keaktifan dan hasil belajar siswa

di atas dapat kita lihat bahwa suatu proses pembelajaran yang melibatkan guru

dan siswa akan menghasilkan suatu perubahan dalam diri siswa sebagai hasil dari

kegiatan pembelajaran. Adanya perubahan keaktifan dan hasil belajar siswa ini

karena dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif bekerja dan pada

akhirnya proses ini menghasilkan suatu kondisi belajar aktif. Hal ini sesuai

dengan pendapat Hamalik (2001) yang menyatakan bahwa Belajar aktif

menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental dan emosional guna memperoleh

hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Sebagai salah satu dampak dari hasil belajar itu adalah adanya kecakapan

akademik siswa dimana siswa mampu mendefinisikan, menghitung, menjelaskan,

mendeskripsikan, membedakan, membandingkan, menganalisis, dan menarik

kesimpulan dari berbagai konsep, data maupun fakta yang berkaitan dengan

bidang studi atau mata pelajaran yang dipelajarinya. Untuk dapat mencapai suatu

hasil yang memuaskan banyak faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah

faktor yang berasal dari sekolah yang dapat berasal dari guru, dari mata pelajaran

yang ditempuh, dan metode yang digunakan. Bagaimana guru dapat memotivasi

siswa untuk bisa bersemangat dalam belajar dan menciptakan suasana yang

menyenangkan dengan metode yang tepat akan memiliki pengaruh yang sangat

menambah pengetahuan siswa sehingga pada akhirnya siswa dapat memperoleh

hasil belajar yang memuaskan.

Suatu proses pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif

tipe Group Investigation sangat baik untuk meningkatkan keaktifan siswa. Tipe

pembelajaran ini menuntut siswa untuk bisa memilih topik yang disukainya dalam

materi Ekosistem untuk selanjutnya dilakukan investigasi secara kelompok.

Pembentukan kelompok berdasarkan kesamaan pemilihan topik ini menjadikan

siswa lebih bersemangat karena mereka merencanakan investigasi tentang apa

yang mereka sukai dalam materi Ekosistem. Selain itu, tipe pembelajaran ini

menekankan kerjasama diantara anggota kelompok sehingga siswa memiliki

kemampuan untuk berkomunikasi. Komunikasi ini menciptakan banyak

pemikiran yang kemudian disatukan untuk keberhasilan kelompok.

Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation juga dapat membantu

siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik karena hasil belajar yang dicapai

siswa mencakup aspek kognitif yang berkaitan dengan nilai akhir yang diperoleh

siswa, aspek afektif dimana perilaku dan karakter siswa dibentuk dengan adanya

kerja sama kelompok, siswa dapat belajar saling menghargai pendapat teman,

serius dan bertanggung jawab serta jujur dalam mengerjakan tugasnya selain itu

keterampilan siswa juga meningkat dimana siswa dilatih untuk terampil dalam

melakukan pengamatan dan terampil dalam mempresentasikan hasil pengamatan

yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan panduan model pembelajaran ALIS (Active

learning in school, 2009) yang menyebutkan bahwa salah satu ciri pembelajaran

yang aktif adalah pembelajaran yang menggunakan lingkungan sebagai media

Pada awal proses penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation ini, siswa masih mengalami kesulitan karena meraka masih baru

dengan metode ini dan belum terbiasa untuk mempelajari materi secara mandiri.

Siswa masih sering dimanjakan dengan materi yang langsung diberikan oleh guru.

Namun dalam prosesnya, siswa kelas XD dapat beradaptasi dengan baik. Siswa

mau berusaha sehingga pada akhirnya siswa mampu melakukan dan menjalankan

investigasi kelompok dengan baik dan memperoleh hasil yang baik.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di kelas XD SMA Negeri 1 Depok,

peneliti dapat mengetahui bahwa Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation cocok digunakan pada pokok bahasan Ekosistem. Hal ini dapat

dilihat dari hasil yang diperoleh siswa kelas XD pada tiap siklus kegiatan

pembelajaran yang mengalami peningkatan baik pada keaktifan siswa maupun

81 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari data hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan

bahwa Metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Biologi siswa kelas XD SMA Negeri 1

Depok Yogyakarta pada pokok bahasan Ekosistem. Pernyataan ini dapat

dibuktikan dengan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XD

pada pokok bahasan Ekosistem. Secara klasikal keaktifan siswa pada siklus 1

adalah 56,25% dan meningkat pada siklus 2 menjadi 87,50%. Sedangkan untuk

hasil belajar siswa pada siklus 1 59,37% siswa mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) dan mengalami peningkatan pada siklus 2 menjadi 100% siswa

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Jika dilihat dari rata-rata kelas,

pada siklus 1 rata-rata hasil belajar siswa kelas XD adalah 71,45 dan mengalami

peningkatan pada siklus 2 menjadi 82,17.

B. Saran

Untuk meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa pada materi

Ekosistem, gunakan metode Kooperatif tipe Group Investigation. Metode ini telah

terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa karena metode ini

sangat menekankan sikap kritis siswa untuk memecahkan suatu permasalahan

dalam proses pembelajaran.

Secara umum untuk dapat meningkatan keaktifan dan hasil belajar perlu

dilakukan suatu perubahan pada proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang

lebih membantu siswa untuk menjadi aktif dan keaktifan siswa akan

mempengaruhi hasil belajar siswa. pembelajaran yang dikemas dengan baik dan

tepat akan membuat siswa lebih tertarik dan merasa senang dan nyaman.

Bagi mereka yang ingin menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation harus mempersiapkan terlebih dahulu dan merencanakan

proses pembelajaran yang lebih matang. Selain itu, topik atau materi yang ingin

digunakan dengan metode Group Investigation sebaiknya merupakan materi yang

berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam lingkungan kehidupan siswa dan

lingkungan sekitarnya sehingga dalam proses, siswa tidak mengalami kesulitan

dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan bagi siswa. Dalam Group

Investigation guru atau peneliti yang bertindak sebagai guru harus bisa menjadi

fasilitator dan motivator yang benar-benar memperhatikan secara keseluruhan

sehingga setiap siswa mendapatkan perhatian yang sama dan menjadikan setiap

83

Dokumen terkait