• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini sampel yang ikut serta dalam penelitian menurut kriteria inklusi sebanyak 274 orang narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2008 sampai bulan Juli 2008. Penyajian hasil penelitian ini akan ditampilkan dalam bentuk tabel-tabel distribusi frekuensi.

VII.1 KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN:

Tabel1. Karakteristik sampel penelitian dengan tindak pidana, lamanya hukuman, umur, tingkat pendidikan, tempat tinggal, pendapatan orang tua per bulan.

Karakteristik Sampel n % Tindak Narkotika 86 31,4 Pidana Pencurian 126 46,0 Penggelapan 23 8,4 Pemalsuan 4 1,5 Penipuan 9 3,3 Pembunuhan 12 4,4 Kesusilaan 14 5,1 Lamanya < 6 bulan 20 7,3 Hukuman 7 bln - 1 tahun 103 37,6 1 - 1½ tahun 56 20,4 1½ - 2 tahun 38 13,9 2 - 2½ tahun 31 11,3 2½ - 3 tahun 26 9,3 Umur 12 - 14 tahun 0 0 15 - 18 tahun 157 57,3 19 - 21 tahun 117 42,7

Sambungan...

Karakteristik Sampel n %

Tingkat Tidak Sekolah 17 6,2

Pendidikan SD 85 31,0 SMP 93 33,9

SMU 72 26,2

PT 7 2,6 Tempat Medan 211 77,0 Tinggal Luar Medan 63 23,0

Pendapatan < 1 Juta 186 67,9

Orang Tua 1 – 2 Juta 78 28,5 2 -- 3 Juta 10 3,6

Perkawinan Bercerai 92 33,6 Orang tua Tidak Bercerai 182 66,4

Total 274 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel yang paling banyak adalah tindak pidana pencurian yaitu sebanyak 126 orang (46,0%), lamanya hukuman adalah 7 bulan- 1 tahun, sebanyak 103 orang (37,6%), pada kelompok umur 15 tahun sampai 18 tahun, yaitu sebanyak 157 orang (57,3%), dengan tingkat pendidikan adalah SMP, sebanyak 93 orang (33,9%), bertempat tinggal di Kota Medan, yaitu sebanyak 211 orang (77,0%), yang mempunyai orang tua penghasilan dibawah 1 juta per bulan, yaitu sebanyak 186 orang (67,9%) dan mempunyai orang tua yang status perkawinan tidak bercerai, yaitu sebanyak 182 orang (66,4%).

VII.2. SINDROM DEPRESIF PADA NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN Tabel 2. Sindrom depresif pada narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak

Sindrom Depresif n %

Tidak ada Sindrom Depresif 220 80,3 Sindrom Depresif 54 19,7 Total 274 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel yang paling banyak adalah narapidana Lapas Anak Medan yang tidak menderita sindrom depresif, sebanyak, 220 orang (80,3%) dan yang mengalami sindrom depresif adalah 54 orang (19,7%).

VII.3. MEAN DAN STANDARD DEVIATION (SD) KOVACK PADA

NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN

Tabel 3. Mean dan Standad deviation Kovack pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak

KOVACK n MEAN SD

Tidak ada sindrom depresif 220 9,2 2,1 Sindrom Depresif 54 22,1 3,2

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Mean dan Standard Deviation Kovack pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak yang mengalami sindrom depresif adalah 22,1 (SD 3,2) dan yang tidak mengalami sindrom depresif 9,2

VII.4. SEBARAN TINDAK PIDANA DENGAN SINDROM DEPRESIF Tabel 4. Sebaran Tindak Pidana dengan Sindrom Depresif

Tindak Tidak mengalami Mengalami Pidana Sindrom depresif Sindrom depresif n % Mean SD p n % Mean SD p Narkotika 68 30,9 9,0 2,1 0,65 18 33,3 22,7 4,0 7,83 Pencurian 97 44,1 9,5 2,0 29 53,7 21,8 3,0 Penggelapan 22 10,0 9,2 2,3 1 1,9 22,0 0 Pemalsuan 4 1,8 10,0 1,4 0 .0 0 0 Penipuan 8 3,6 10,0 1,7 1 1,9 26,0 0 Pembunuhan 9 4,1 9,3 2,3 3 5,6 21,3 0 Kesusilaan 12 5,5 8,1 2,3 2 3,7 21,0 0 Total 220 100 54 100 X2 6,256, p = 0,395

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tindak pidana yang paling banyak mengalami sindrom depresif adalah tindak pidana pencurian, sebanyak 29 orang (53,7%), diikuti oleh narkotika, sebanyak 18 orang (33,3%) dan tindak pidana pembunuhan, sebanyak 3 orang (5,6%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dalam melakukan tindak pidana.

Mean tindak pidana pencurian yang mengalami sindrom depresif 21,8 (SD 3,0) lebih tinggi di bandingkan yang tidak mengalami gangguan depresif 9,5 (SD 2,0). Mean tindak pidana narkotika yang mengalami sindrom depresif 22,7 (SD 4,0) lebih tinggi di bandingkan yang tidak mengalami gangguan depresif 9,0 (SD 2,1).

VII.5. SEBARAN LAMANYA HUKUMAN DENGAN SINDROM DEPRESIF Tabel 5. Sebaran Lamanya Hukuman dengan Sindrom Depresif

Lamanya Tidak mengalami Mengalami Pidana Sindrom depresif Sindrom depresif n % Mean SD p n % Mean SD p < 6 bln 14 6,4 10,2 1,4 0,065 6 11,1 22,6 4,6 0,614 7 bln - 1 thn 81 36,8 9,6 2,2 22 40,7 22,3 3,0 1 - 1½ thn 48 21,8 8,7 2,4 8 14,8 20,8 3,1 1½ - 2 thn 29 13,2 8,7 2,1 9 16,7 22,6 3,2 2 - 2½ thn 28 12,7 9,5 1,8 3 5,6 24,3 5,7 2½ - 3 thn 20 9,1 8,9 1,4 6 11,1 21,0 1,4 Total 220 100 54 100 X2 5,094, p = 0,405

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel yang paling banyak mengalami sindrom depresif dalam menjalani lamanya hukuman adalah hukuman yang lamanya 7 bulan - 1 tahun, sebanyak 22 orang (40,7%), diikuti oleh hukuman 1,5 tahun-2 tahun, sebanyak 9 orang (16,7%) dan hukuman 1-1,5 tahun, sebanyak 8 orang (14,8%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dalam menjalani lamanya hukuman.

Mean yang lamanya hukuman 7 bulan - 1 tahun yang mengalami sindrom depresif 22,3 ( SD 3,0) lebih tinggi dari pada yang tidak mengalami sindrom depresif 9,6 (SD 2,2). Mean lamanya hukuman 1,5 tahun - 2 tahun yang mengalami sindrom depresif 22,6 (SD 3,2) lebih tinggi dari pada yang tidak mengalami sindrom depresif 8,7 (SD 2,4).

VII.6. SEBARAN UMUR DENGAN SINDROM DEPRESIF Tabel 6. Sebaran umur dengan Sindrom Depresif

Umur Tidak mengalami Mengalami Sindrom depresif Sindrom depresif n % Mean SD p n % Mean SD p 15 - 18 thn 130 59,1 9,2 2,0 0,556 27 50,0 21,7 2,9 0,371 19 - 21 thn 90 40,9 9,3 2,2 27 50,0 22,5 3,6

Total 220 100 54 100 X2 1,465 p = 0,226

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan sindrom depresif antara kelompok umur 15 - 18 tahun dengan kelompok umur 19-21 tahun, yaitu sebanyak 27 orang (50,0%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dalam kelompok umur.

Mean kelompok umur 19-21 tahun yang tidak mengalami sindrom depresif 22,5 (SD 3,6) lebih tinggi dibanding yang mengalami sindrom depresif 9,3 (SD 2,2).

VII.7. SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN SINDROM DEPRESIF Tabel 7. Sebaran Tingkat Pendidikan dengan Sindrom Depresif

Tingkat Tidak mengalami Mengalami Pendidikan Sindrom depresif Sindrom depresif n % Mean SD p n % Mean SD p Tidak Sekolah 14 6,4 9,8 1,6 0,224 3 5,6 21,6 3,0 0,849 SD 62 28,2 9,2 2,1 23 42,6 21,8 2,8 SMP 75 34,1 9,6 2,0 18 33,3 22,2 3,9 SMU 62 28,2 8,8 2,3 10 18,5 22,9 3,3 PT 7 3,2 9,4 2,2 0 0,0 22,1 3,2 Total 220 100 54 100 X2 6,214, p = 0,184

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel dengan tingkat pendidikan yang paling banyak mengalami sindrom depresif adalah tingkat pendidikan SD, sebanyak 23 orang (42,6%), diikuti oleh tingkat pendidikan SMP, sebanyak 18 orang (33,3%) dan tingkat pendidikan SMU, sebanyak 10 orang (18,5%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dengan tingkat pendidikan.

Mean tingkat pendidikan SD yang mengalami sindrom depresif 21,8 (SD 2,8) lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengalami sindrom depresif 9,2 (SD 2,1). Mean tingkat pendidikan SMP yang mengalami sindrom depresif 22,2 (SD 3,9) lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengalami sindrom depresif 9,6 (SD 2,0).

VII.8. SEBARAN TEMPAT TINGGAL DENGAN SINDROM DEPRESIF Tabel 8. Sebaran Tempat Tinggal dengan Sindrom Depresif

Tempat Tidak mengalami Mengalami Tinggal Sindrom depresif Sindrom depresif n % Mean SD p n % Mean SD p Medan 166 75,5 9,2 2,0 0,556 45 83,3 22,2 3,3 0,533 Luar Medan 54 24,5 9,3 2,2 9 16,7 22,0 3,3 Total 220 100 54 100

X2 1,520 p = 0,146

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel dengan tempat tingal yang paling banyak mengalami sindrom depresif adalah yang bertempat tinggal di dalam kota Medan, yaitu sebanyak 45 orang (83,3%).

Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dengan tempat tinggal.

Mean yang bertempat tinggal di Kota Medan yang mengalami sindrom depresif 22,2 (SD 3,3) lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengalami sindrom depresif 9,2 (SD 2,0).

VII.9. SEBARAN SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN SINDROM DEFRESIF

Tabel 9. Sebaran Sosial Ekonomi Orang Tua dengan sindrom depresif

Pendapatan Tidak mengalami Mengalami per bulan Sindrom depresif Sindrom depresif n % Mean SD p n % Mean SD p < 1 Juta 141 64,1 9,2 2,1 0,664 45 83,3 21,8 3,1 0,138 1 – 2 Juta 70 31,8 9,2 2,1 8 14,8 23,5 3,4 2 -- 3 Juta 9 4,1 9,8 2,2 1 1,9 27,0 0 Total 220 100 54 100 X2 7,364 p = 0,025

Dari tabel dapat dilihat bahwa sampel dengan pendapatan orang tua per bulan yang paling banyak mengalami sindrom depresif adalah yang pendapatan orang tuanya per bulan < 1 juta rupiah, sebanyak 45 orang (83,3%). Terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dengan sosial ekonomi orang tua.

Mean pendapatan orang tuanya per bulan < 1 juta rupiah, yang mengalami sindrom depresif 21,8 (SD 3,1) lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengalami sindrom depresif 9,2 (SD 2,1).

VII.10. SEBARAN STATUS PERKAWINAN ORANG TUA DENGAN SINDROM DEPRESIF

Tabel 10. Sebaran Status Perkawinan Orang Tua dengan Sindrom Depresif

Status Tidak mengalami Mengalami Perkawinan Sindrom depresif Sindrom depresif n % Mean SD p n % Mean SD p Bercerai 73 33,2 9,1 2,0 0,119 19 35,2 21,8 2,9 0,290 Tidak Bercerai 147 66,8 9,3 2,1 35 64,8 22,3 3,4

Total 220 100 54 100 X2 0,078 p = 0,449

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel status perkawinan orang tua yang paling banyak mengalami sindrom depresif adalah status perkawinan orang tua yang tidak bercerai, sebanyak 35 orang (64,8%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dengan status perkawinan orang tua.

Mean status perkawinan orang tua yang tidak bercerai, yang mengalami sindrom depresif 21,8 (SD 2,9) lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengalami sindrom depresif 9,3 (SD 2,1).

BAB VIII

Dokumen terkait