• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

Dalam dokumen T1 802009145 Full text (Halaman 24-38)

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan product moment pada SPSS, sedangkan uji linieritas pada hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 16.0 sebagai berikut.

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata–rata, minimal, maksimal, dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala religiusitas. (lihat tabel 4.5)

Tabel 4.5

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Skala Religiusitas

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Religiusitas

88 201 269 240.18 18.569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 4.5, tampak skor empirik yang diperoleh skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor paling tinggi adalah 269, rata-ratanya adalah 240,18dengan standar deviasi 18,569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel skala religius digunakan 5 (lima) kategori, yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Jumlah pilihan pada masing-masing item adalah 7 (Tujuh).

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal, yaitu: 7 x 39 aitem valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid = 39. Dengan adanya skor tertinggi, skor terendah dan banyaknya kategori, maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut :

i = 46,8

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: Sangat Tinggi : 227 ≤ x ≤ 273 Tinggi : 180≤ x 227 Sedang : 133 ≤ x 180 Rendah : 86 ≤ x 133 Sangat Rendah : 39 ≤ x 86 Tabel 4.6

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase (%) 1. 227 ≤ x ≤273 Sangat Tinggi 240,18 70 79,5 2. 180 ≤ x 226 Tinggi 18 20,5 3. 133 ≤ x 179 Sedang 0 4. 86 ≤x 132 Rendah 0 5 39 ≤ x 85 Sangat Rendah 0 Jumlah 88 100% SD = 18,569 Min = 201 Max = 269

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 79,5 subjek memiliki skor religiusitas pada kategori sedang 0%, sedangkan ada18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase 20,5%, dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada kategori rendah dengan 0% serta tidak ada juga subjek yang memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 0%. Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada kategori sangat tinggi (79,5%).

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata, minimal, maksimal, dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala Kecurangan akademik (lihat tabel 4.7).

Tabel 4.7

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran Skala Kecurangan Akademik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kecurangan Akademik

88 20 56 36.17 8.089

Valid N (listwise)

88

Berdasarkan tabel 4.5, tampak skor empirik yang diperoleh skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan skor paling tinggi adalah 56, rata-ratanya adalah 36,17 dengan standar deviasi 8,089.

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori, yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Jumlah pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima). Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal, yaitu: 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16. Dengan adanya skor tertinggi, skor terendah dan banyaknya kategori, maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut :

i = 12,8

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: Sangat Tinggi : 68 ≤ x ≤ 80 Tinggi : 55 ≤ x 68 Sedang : 42 ≤ x 55 Rendah : 29 ≤ x 42 Sangat Rendah : 16 ≤ x 29

Tabel 4.8

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase (%) 1. 68 ≤ x ≤ 80 Sangat Tinggi 2. 55 ≤ x 67 Tinggi 3. 42 ≤ x 54 Sedang 36,17 23 26,1 4. 29 ≤ x 41 Rendah 51 57,9 5 16 ≤ x 28 Sangat Rendah 14 16 Jumlah 88 100% SD = 8,089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 0% sedangkan 0 subjek memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi dengan presentase 0%, 23 subjek memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase 26,1%, dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada kategori rendah dengan 57,9 % ada 14 subjek yang memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16%. Jadi dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar subjek berada pada kategori rendah (57,9%).

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan rumus One SampleKolmogorovSmirnov Test yaitu untuk menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal, dan untuk

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program SPSS versi 16. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik N 88 88 Normal Parametersa 240.18 36.17 36.33 18.569 8.089 8.088 Most Extreme Differences .122 .076 .075

.073 .051 .050

-.122 -.076 -.075 Kolmogorov-Smirnov Z 1.148 .713 Asymp. Sig. (2-tailed) .143 .689 a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 4.9 diatas, kedua variabel memiliki signifikansi p>0,05. Variabel religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1,148 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,143 (p>0,05). Oleh karena nilai signifikansi>0,05, maka distribusi data religiusitas adalah tidak normal. Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi sebesar 0,689. Dengan demikian hanya variabel kecurangan akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dengan kata lain pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak. Untuk

perhitungannya, uji linieritas dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16.0 dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.10 Hasil Uji Linearitas

ANOVA Tabel Sum of Squares df Mean Square F Sig. Religiuisitas* kecurangan akademik Between Groups (Combined) 3018.375 43 70.195 1.152 .319 Linearity 276.696 1 276.696 4.540 .038 Deviation from Linearity 2741.679 42 65.278 1.071 .409 Within Groups 2803.625 46 60.948 Total 5822.000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity sebesar 4,540 dengan sig.=0,038 (p<0,05) yang menunjukkan hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah linear. Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation from Linearity = 1,071 dengan sig. = 0,409 (p > 0,05), yang berarti penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier.

Analisis korelasi.

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 16.0. Hasil korelasi antara hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.11

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas dengan Kecurangan Akademik

Correlations Religiusitas Kecurangan Akademik x Pearson Correlation 1 -.164 Sig. (1-tailed) .063 N 88 88 y Pearson Correlation -.164 1 Sig. (1-tailed) .063 N 88 88

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik r = -0,164 dengan sig. = 0,063 (p < 0.05) yang berarti tidak ada hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan akademik.

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali, didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik r = -0,164 dengan sig. = 0,063(p < 0.00)dapat disimpulkan bahwa, tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik siswa SMA N 1 Teras Boyolali.

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang, religiusitas dengan kejujuran akademik. Dan hasil penelitiannya disebutkan bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy: -0,311 dari r tabel sebesar 0,025 dengan signifikan sebesar 0,012 dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku menyontek siswa ketika ujian (Sukaini, 2013).

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik, maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang sebelumnya, yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik. Ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu sendiri. Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas dari teman sebaya (Santrock, 2007). Dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa, peer group dapat juga mempengaruhi kecurangan akademik, misalnya rasa takut mendapat nilai jelek menjadi salah satu penyebabnya.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa subjek, mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau indeks prestasinya menurun, sehingga berusaha menggunakan beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya kecurangan akademik.

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek, dengan teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap sebagai suatu hal yang biasa, walaupun pada kenyataannya mereka tahu itu dilarang oleh agama, saat peneliti melakukan wawancara dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki nilai kecurangan akademik yang sedang, mereka berpendapat bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang. Seperti yang di kemukakan oleh (Skinner, 1953) bahwa hukuman biasanya diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu, akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu. Namun berbeda dalam aturan agama, punishment dalam sebuah agama belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat, jadi dimungkinkan orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat. Jadi walaupun tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi, tidak menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga.

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 79,5% sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase 20,5%. Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada kategori sangat tinggi (79,5%). Ditemukan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan siswa SMAN 1 Teras Boyolali, adalah karena keberhasilan program penanaman moral, dan nilai-nilai keagamaan yang

dilakukan oleh sekolah, dengan cara mengadakan doa bersama ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya. Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa, tidak semata-mata langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik.

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori sedang, dengan presentase 26,1%, 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada kategori rendah, dengan 57,9 % ada 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16%. Pada saat melakukan wawancara dengan subjek, peneliti mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri siswa, menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik dikalangan siswa tinggi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh (Saha, 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa, membuat mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang sebuah proses. Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul, karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan kecurangan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri 1 Teras, diperoleh kesimpulan:

1. Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan akademik yang terjadi.

2. Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti, tentang hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik, di dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras Boyolali sebesar 240,18 pada kategori skala religiusitas dengan persentase 79,5%, yang berarti berada dalam kategori sangat tinggi, sedangkan pada skala kecurangan akademik didapatkan rata-rata sebesar 36,17 dengan persentase 26,1 % berada dalam kategori sedang.

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut.

a. Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk mengurangi kecurangan akademik, seperti membuat system belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan pentingnya sebuah proses belajar, bukan sebuah hasil.Sehingga siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan akademik dapat ditekan atau dikurangi.

b. Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan akademik dapat merugikan dirinya sendiri, percaya dengan kemampuan diri sendiri, dan lebih baik lagi mempersiapkan materi-materi yang akan diujikan, dengan cara membuat jadwal belajar, menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus berbuat curang.

c. Bagi peneliti selanjutnya.

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain yang dapat digunakan, adapun faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan individual seperti usia, jenis kelamin, indeks prestasi, ataupun peer group. Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data diharapkan sebelum subjek mengisi skala, peneliti dapat terlebih dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan benar.

Dalam dokumen T1 802009145 Full text (Halaman 24-38)

Dokumen terkait