• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E. Hasil Penelitian Tambahan

Pada perhitungan uji-t per aspek diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 9. Ringkasan Uji-T Tiap Aspek

Aspek Kelompok Mean T Sig (1-tailed) Tanggung Jawab Pribadi Honorer 20,0167 -0,153 0,439

PNS 20,0667 Kebutuhan akan Umpan

Balik Honorer 19,4167 1,504 0,067 PNS 18,8667 Keinovatifan Honorer 13,0500 0,713 0,238 PNS 12,8667 Ketekunan Honorer 23,1167 2,009 0,023 PNS 22,2667 Resiko dan Kesulitan

Moderat

Honorer 13,3833

1,695 0,046 PNS 12,9833

Apabila dilihat perbedaan dari masing-masing aspek pada tabel 9, aspek tanggung jawab pribadi menghasilkan nilai t = -0,153 dengan probabilitas 0,439. Sehingga (p > 0,05) atau p lebih besar dari 0,05 yang berarti guru PNS dan honorer sama-sama memiliki kebutuhan yang tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan dengan tanggung jawabnya secara pribadi.

Selanjutnya, untuk uji beda aspek kebutuhan akan umpan balik menghasilkan nilai t = 1,504 dengan probabilitas 0,067. Dengan demikian p lebih besar dari 0,05 (p>0,05) yang berarti bahwa tidak ada perbedaan kebutuhan individu dalam bekerja dengan situasi yang memungkinkan untuk memperoleh umpan balik yang mencerminkan kualitas pekerjaan mereka.

Pada uji beda aspek keinovatifan menghasilkan nilai t = 0,713 dengan p = 0,238 sehingga (p > 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan pada kemampuan individu untuk aktif dalam mencari informasi baru. Guru PNS dan honorer sama-sama menunjukkan sikap inovatif yang tinggi.

Akan tetapi, hasil uji-t pada pada aspek ketekunan diperoleh nilai t sebesar 2,009 dengan probabilitas 0,023 sehingga (p<0,05) yang berarti bahwa ada perbedaan antara kelompok guru PNS dan guru honorer dalam bertindak dan menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan uji beda pada aspek resiko atau kesulitan moderat diperoleh nilai t sebesar 1,695 dengan probabilitas 0,046 sehingga p kurang dari 0,05 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan karakteristik individu untuk menyukai tugas-tugas dengan kesulitan moderat.

F. Pembahasan

Berdasarkan analisis dari hasil penelitian diketahui bahwa p > 0,05 (0,069 > 0,05) yang berarti bahwa hipotesis ditolak. Hal ini menyatakan bahwa tidak ada perbedaan motivasi berprestasi antara guru PNS dan guru honorer. Artinya bahwa guru PNS dengan guru honorer sama-sama memiliki motivasi berprestasi yang tinggi.

Tidak adanya perbedaan ini terlihat pada perbedaan nilai mean empiris dimana tingkat motivasi berprestasi guru PNS dan guru honorer sama-sama berada dalam nilai mean empiris yang lebih tinggi dari mean teoritisnya. Kondisi ini dikarenakan baik guru PNS maupun guru honorer sama-sama memiliki kebutuhan psikologis yang tinggi akan perasaan sempurna dalam bekerja dan menganggap bahwa pekerjaan menjadi seorang guru merupakan suatu jalan untuk kemajuan dirinya sendiri dan orang lain serta sebagai sarana untuk bertanggung jawab atas dirinya dan keberhasilan anak didiknya dalam dunia pendidikan. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Herzberg (1959) yang mengemukakan bahwa motivasi yang bersumber dalam diri individu cenderung menitikkan beratkan pada perasaan sempurna akan kemajuan, perkembangan, tanggung jawab, prestasi, dan pekerjaan itu sendiri.

Apabila dilihat perbedaan dari masing-masing aspek, pada aspek tanggung jawab pribadi baik guru PNS maupun guru honorer sama-sama memiliki kebutuhan yang tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan dengan tanggung jawabnya secara pribadi. Hal ini selaras dengan visi-misi pendidikan nasional

yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Menciptakan prestasi siswa bisa dimulai dari sikap kerja guru dengan tanggung jawab yang tinggi (Noviana Rini & Siwi, 2011).

Selanjutnya, untuk uji beda aspek kebutuhan akan umpan balik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kebutuhan individu dalam bekerja dengan situasi yang memungkinkan untuk memperoleh umpan balik yang mencerminkan kualitas pekerjaan mereka. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Herzberg (dalam Uno, 2008), bahwa seorang guru profesional akan lebih membutuhkan pengakuan, kemajuan, dan peluang untuk pengembangan diri.

Pada uji beda aspek keinovatifan mengindikasikan bahwa tidak ada perbedaan pada kemampuan individu untuk aktif dalam mencari informasi baru. Guru PNS dan guru honorer sama-sama menunjukkan sikap inovatif yang tinggi. Hal ini sesuai dengan program “school based management” (SBM) yang diluncurkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dengan menekankan pada pengajaran tidak terbatas, bervariasi, dan inovatif (Situmorang, 2007). Secara tidak langsung, hal ini membuktikan bahwa baik guru PNS dan honorer sudah melaksanakan program “school based management” dengan motivasi berprestasi yang tinggi dan berkompeten dalam menciptakan inovasi pada sistem belajar mengajar.

Akan tetapi, hasil uji-t pada aspek keempat dan kelima memperlihatkan bahwa ada perbedaan antara guru PNS dan guru honorer yaitu pada aspek

honorer menunjukkan ketekunan yang lebih tinggi dalam bertindak dan menyelesaikan pekerjaan daripada guru PNS. Faktor yang mempengaruhi perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan karakteristik organisasi (Uno, 2008). Guru honorer yang memiliki karakteristik organisasi swasta akan berupaya lebih tekun dalam bekerja, sehingga ada harapan bahwa ketika bekerja dengan tekun maka akan mendapat promosi kenaikan pangkat menjadi guru tetap. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Coffer (dalam Uno, 2008), bahwa di dalam motivasi berprestasi terdapat kebutuhan yang ingin dipenuhi. Sedangkan guru PNS yang sudah berstatus tetap menganggap bahwa jika tekun dalam bekerja tidak akan membawa dampak yang besar dengan status kepegawaiannya sehingga kebutuhan ini tidak menjadi prioritasnya lagi. Hal ini sesuai dengan pendapat Schein (1991) yang mengatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan yang telah terpenuhi, cenderung menjadi kurang penting karena sekali keperluan tersebut terpenuhi, maka akan kehilangan pengaruh motivasinya.

Selanjutnya uji beda pada aspek resiko atau kesulitan moderat menunjukkan bahwa ada perbedaan karakteristik individu untuk menyukai tugas-tugas dengan kesulitan moderat. Dalam hal ini, guru honorer cenderung lebih menyukai tugas-tugas yang sulit dibandingkan dengan guru PNS. Menurut Vroom (dalam Kossen, 1986) hal ini disebabkan adanya kekuatan harapan yang tinggi. Guru honorer lebih menyukai pekerjaan yang sulit dan menantang karena akan mendorong guru untuk bekerja lebih optimal sehingga dalam harapannya, guru honorer menunjukkan bahwa dirinya sanggup bekerja dan menghasilkan anak

didik yang kompeten. Hal ini tentu akan berpengaruh pada pandangan masyarakat tentang guru honorer yang tidak selalu berada di bawah bayang-bayang guru PNS. Sedangkan pada guru PNS, hal ini cenderung kurang menjadi minatnya dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik untuk ulet dan menyukai tantangan yang berat karena bagaimana pun kondisinya, guru PNS telah memperoleh judgment yang positif dari masyarakat (Situmorang, 2007).

BAB V

Dokumen terkait