Hasil penelitian terkait dengan strategi pengembangan usaha dan kelayakan usaha dalam bidang agribisnis, agroindustri dan usaha kecil menengah dan budidaya tanaman sagu terangkum dalam Tabel 1.
Metode yang digunakan dalam menentukan strategi adalah metode SWOT, sedangkan kelayakan finansial, umumnya diukur dengan parameter kelayakan seperti NPV, IRR, PBP dan BEP. Hasil analisis kelayakan terhadap usaha-usaha dalam bidang agribisnis umumnya layak dilaksanakan, dengan syarat suatu kondisi tertentu, sebagaimana dihasilkan dari Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Pedaging dengan Pola Kemitraan (Subkhie, et al., 2012) yang mensyaratkan layak jika nilai FCR 1,5. Berbeda dengan beberapa penelitian lain, Strategi Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil Sektor Wisata Bahari (Friliyantin., et. al 2011) ditentukan melalui metode AHP. Penelitian ini menghasilkan jenis usaha mikro pendukung, urutan skenario pengelolaan dan strategi pengembangan wisata bahari. Dalam penelitian yang dilakukan saat ini,
peneliti mengombinasikan metode penentuan strategi melalui metode SWOT dan metode AHP.
Jurnal dengan tema pengelolaan pembibitan sagu, yang dilakukan berdasarkan percobaan di wilayah Riau, menunjukkan bahwa pertumbuhan bibit sagu di persemaian dipengaruhi oleh perlakuan sebelum persemaian, umur bibit, lama penyimpanan, curah hujan, sistem persemaian, bobot bibit dan jenis tanaman induk yang digunakan. Pinem, (2008) menyebutkan bahwa berdasarkan hasil percobaan dengan parameter pertumbuhan tunas, jumlah daun, luas daun, dan persentasi hidup, bibit dengan perlakuan persemaian kanal dengan bobot 4 kg menghasilkan pertumbuhan yang paling baik. Sedangkan Wibisono (2011), menyebutkan bahwa berdasarkan hasil percobaan dengan parameter pertumbuhan panjang petiol, jumlah daun, jumlah anak daun, dan persentasi kematian, bibit dengan perlakuan teknik persemaian rakit dari tanaman induk yang tidak berduri menghasilkan pertumbuhan yang paling baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Kajian mengenai pembibitan sagu dari aspek finansial diharapkan dapat melengkapi berbagai penelitian terdahulu terkait budidaya tanaman sagu.
Tabel 1. Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Tujuan Metode Analisis Hasil
1 Subkhie, et al. (2012) Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Pedaging dengan Pola Kemitraan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor a. Mengidentifikasi sistem manajemen usaha peternakan ayam pedaging melalui pola kemitraan dengan PT Charoen Pokhpand Indonesia
b. Menganalisis kelayakan usaha dilihat dari aspek teknis, aspek finansial dan aspek
sensitivitasnya terhadap perubahan feed
convertion ratio (FCR)
c. Menyusun strategi pola kemitraan a. Analisis teknis b. Analisis keuangan c. Analisis SWOT a. Analisis kelayakan
finansial usaha peternakan ayam dengan pola
kemitraan, dengan suku bunga 16%, dapat dikatakan layak dan dikembangkan, jika mencapai nilai FCR 1,5. b. Strategi hasil analisis
SWOT adalah
meningkatkan produktivitas untuk meningkatkan
keuntungan, meningkatkan efisiensi penggunaan sapronak, bersikap proaktif untuk menanggulangi permasalahan teknis, meningkatkan pengetahuan tentang penanganan penyakit, mengoptimalkan pemanfaatan sapronak, meningkatkan manajemen pemeliharaan sesuai standar dan meningkatkan
pengetahuan peternak mengenai manajemen pemeliharaan ayam yang
No Peneliti Judul Tujuan Metode Analisis Hasil baik. 2 Panjaitan J., et al (2012) Strategi Pengembangan Usaha Agroindustri Tepung Gandum di Gapoktan Gandum, Kabupaten Bandung a. Mengidentifikasi faktor-faktor strategik yang mempengaruhi usaha agroindustri tepung gandum b. Menganalisis kelayakan usaha agroindustri tepung gandum
c. Menyusun strategi yang tepat dalam rangka pengembangan usaha agroindustri tepung gandum a. Analisis Deskriptif b. Analisis kelayakan usaha c. Analisis SWOT
a. Faktor kekuatan paling penting adalah mutu tepung gandum yang lebih baik, sedangkan faktor
kelemahan utama adalah bahan baku musiman. Faktor peluang paling penting adalah pasar yang potensial, sedangkan ancaman utama adalah perubahan cuaca dan iklim b. Berdasarkan analisa
finansial, usaha layak dijalankan
c. Alternatif strategik pada produksi yaitu melakukan perbaikan sarana,
peningkatan produksi, produktivitas dan pemanfaatan unit agroindustri untuk komoditas lain. Dalam SDM, yaitu aktif menjalin kerjasama dengan
stakeholder terkait. Dalam pemasaran, yaitu
membangun kemitraan
24
No Peneliti Judul Tujuan Metode Analisis Hasil
dengan IKM. Dalam pengembangan, yaitu pengembangan produk olahan gandum dalam menghadapi fluktuasi harga. 3 Nainggolan, et. al (2011) Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Silo Jagung di Gapoktan Rido Manah Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung a. Mengkaji kelayakan usaha pengembangan silo jagung di Gapoktan Rido Manah
b. Mengidentifikasi gaktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha Silo Jagung di
Gapoktan Rido Manah c. Menentukan alternatif strategi pengembangan usaha a. Analisis kelayakan usaha b. Analisis SWOT a. Pengembangan usaha dengan meningkatkan kelembagaan petani b. Diharapkan peningkatan
peran pemerintah dalam pengembangan agribisnis jagung
c. Alternatif pengeringan biji- bijian untuk meningkatkan produktivitas Silo Jagung d. Perlu dilakukan kajian lain
sebagai pembanding, misalnya Silo yang dikelola oleh swasta 4 Andiyani, et. al (2011) Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Kelompok Pembudidaya Ikan Melalui Program Replika Skim Modal
a. Mengidentifikasi pelaksanaan usaha KTIMJ sebagai penerima program SMK dari DKP b. Mengidentifikasi pelaksanaan program SMK terhadap a. Metode deskriptif b. Metode analisis kelayakan usaha c. Metode analisis SWOT
a. KPIMJ sebagai penerima program SMK telah melaksanakan program dengan baik
b. Mengimplementasikan strategi dengan cara membenahi pengelolaan usaha dan mengembangkan
25
No Peneliti Judul Tujuan Metode Analisis Hasil
Kerja di Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya Lido, Bogor
keberhasilan KTIMJ c. Menganalisis kelayakan
usaha
d. Menyusun strategi pengembangan usaha yang tepat bagi pembudidaya ikan
kepengurusan saat ini c. Titik impas adalah 423 kg
ikan per periode panen atau Rp. 3.172
d. Alternatif strategi yaitu melakukan implementasi pada aspek manajerial skil 5 Friliyantin., et.
al (2011)
Strategi
Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil Sektor Wisata Bahari di Pulau Kecil (Studi Kasus Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara)
a. Mengidentifikasi usaha mikro dan kecil sektor wisata bahari di pulau kecil
b. Menganalisis
mekanisme pengelolaan usaha mikro dan kecil c. Menyusun strategi
pengembangan usaha mikro dan kecil
a. Analisis AHP a. Jenis usaha mikro, kecil dan menengah pendukung wisata bahari dikategorikan atas usaha mikro primer, usaha mikro sekunder dan usaha mikro tersier
b. Urutan skenario
pengelolaan wisata bahari adalah sebagai berikut: skenario optimis, skenario semi optimis, skenario pesimis, skenario semi pesimis
c. Strategi pengembangan didasarkan urutan sebagai berikut: faktor utama adalah sapras, aktor yang paling berperan adalah masyarakat, tujuan utama yang ingin dicapai adalah pemberdayaan masyarakat
26
No Peneliti Judul Tujuan Metode Analisis Hasil
pulau kecil sebagai upaya meningkatkan pendapatan masyarakat, dan alternatif strategi pada urutan pertama adalah
pemanfaatan pulau kecil sebagai objek usaha kecil sektor wisata bahari 6 Wibisono, (2011) Pengelolaan sagu (Metroxylon sagu rottb.) di PT National Sago Prima, Selat Panjang, Riau, dengan Studi Kasus Pengaruh Teknik Persemaian dan Jenis Tanaman Induk Terhadap Pertumbuhan Bibit Sagu a. Mempelajari teknik budidaya sagu b. Meningkatkan pengetahuan serta wawasan mengenai pengelolaan perkebunan secara teknis maupun manajerial
a. Metode langsung b. Metode tidak
langsung
a. PT. National Sago Prima menerapkan teknik persemaian bibit secara terapung pada kanal
(saluran air berukuran lebar 3 m dengan kedalaman 2 m).
b. Pertumbuhan bibit sagu di persemaian dipengaruhi oleh perlakuan sebelum persemaian, lama
penyimpanan bibit, teknik persemaian yang digunakan dan jenis tanaman induk. c. Berdasarkan hasil
percobaan dengan parameter pertumbuhan panjang petiol, jumlah daun, jumlah anak daun, dan persentasi kematian,
27
No Peneliti Judul Tujuan Metode Analisis Hasil
bibit dengan perlakuan teknik persemaian rakit dari tanaman induk yang tidak berduri menghasilkan pertumbuhan yang paling baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain. 7 Pinem, (2008) Pengelolaan
Perkebunan Sagu (Metroxylon spp.) Di PT. National timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu,
Selatpanjang, Riau, dengan Studi Kasus Persemaian
Menggunakan Berbagai Media dan Bobot Bibit
a. Meningkatkan
pengetahuan dan ke- trampilan serta kemampuan teknis dan menejerial budidaya sagu. a. Metode langsung b. Metode tidak langsung
a. Pertumbuhan bibit sagu di persemaian dipengaruhi oleh perlakuan sebelum persemaian, umur bibit, lama penyimpanan, curah hujan, sistem persemaian dan bobot bibit.
b. Terdapat berbagai cara per- semaian yaitu persemaian kanal, lumpur dan polibeg. c. Berdasarkan hasil
percobaan dengan parameter pertumbuhan tunas, jumlah daun, luas daun, dan persentasi hidup, bibit dengan perlakuan persemaian kanal dengan bobot 4 kg menghasilkan pertumbuhan yang paling baik.
28
III. METODE KAJIAN