• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya

USMAN UMARELLA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006

mangium Willd. Nama : Usman Umarella NIM : E051020151

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Achmad, M.S. Ketua

Dr. Ir. Abdul Munif, M.Sc. Ir. Baran Wirawan, M.Sc.

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Dr. Ir. Dede Hermawan, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian adalah Pemanfatan Minyak Sereh dan Filtrat Trichoderma sp. untuk Mengendalikan Patogen Terbawa Benih Acacia mangium Willd.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Achmad, MS., Dr. Ir. Abdul Munif, M.Sc. dan Ir. Baran Wirawan, M.Sc. selaku komisi pembimbing yang telah memberikan saran dan arah an dalam merampungkan tesis ini, serta Bapak Dr. Ir. Bonny PW. Soekarno, MS. selaku penguji luar komisi pembimbing yang telah memberikan saran dan arahan.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada petugas Laboratorium Percobaan Cikabayan dan para laboran Laboratorium Bioteknologi Hutan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB yang telah banyak membantu selama penelitian ini. Terima kasih pula kepada teman-teman seperjuangan di asrama Pondok Permata Bunda.

Ucapan terima kasih kepada istri tercinta Sriwahyuni Tuasalamony dan anak tersayang Achmad Rizki Munif Umarella atas kesabaran, dukungan do’a dan dorongan kepada penulis dalam melaksanakan studi ini.

Ahkirnya, semoga hasil karya ini dapat bermanfaat.

Bogor, April 2006

Hasan Umarella dan Ibu (Alm) Hj. Kalsum Ohorella. Penulis adalah putra bungsu dari enam bersaudara.

Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Budidaya Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun 2002 penulis diterima di Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Beasiswa pendidikan Pascasarjana diperoleh dari Biaya Pendidikan Program Pascasarjana (BPPS). Departemen Pendidikan Nasional.

Penulis bekerja sebagai Dosen di Universitas Darussalam Ambon sejak tahun 2001. Pada tahun 2004 Penulis diterima sebagai Dosen Kopertis Wilayah XII di Ambon unit kerja Univ. Darussalam Ambon. Selama studi S2, penulis menjadi anggota Forum Wacana Sylva IPB.

Sebagai salah satu syarat penyelesaian studi pascasarjana, penulis melakukan penelitian dengan judul : Pemanfaatan Minyak Sereh dan Filtrat

Trichoderma sp. untuk Mengendalikan Patogen Terbawa Benih Acacia

DAFTAR TABEL ... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv PENDAHULUAN

Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 3 Hipotesis ... 3 TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Acacia mangium ... 4 Penyebaran dan Tempat Tumbuh... 4 Mikroorganisme pada Benih... 5 Potensi Minyak Sereh untuk Pengendalian Cendawan Patogen... 7

Trichoderma sp. sebagai Antagonis Patogen... 8 Pelapisan Benih dengan Cendawan Antagonis... 9 Peroksidase... 10 BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian... 13 Metode Penelitian... 13 HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Isolat Cendawan Patogen Lodoh dan Patogenesitasnya

pada benih A.mangium... 22 Cendawan Antagonis... 23 Uji Antagonis in vitro... 24 Pengaruh Minyak Sereh terhadap Pertumbuhan F. solani secara

in vitro... . 25 Pengendalian Serangan F. solani... 26 Aktivitas Peroksidase Semai A. mangium ... 27 Panjang Batang Semai A. mangium ... 28 Pembahasan... 28 Patogenisitas F. solani... 28 Pengujian in vitro... 30 Pengaruh Minyak Sereh dan Filtrat Trichoderma sp. terhadap

Induksi Resistensi Semai A. mangium ... 30 Pengaruh Minyak Sereh dan Filtrat Trichoderma sp. terhadap

Panjang Batang Semai A. mangium. ... 31 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ... 33 Saran ... 33

PEMANFAATAN MINYAK SEREH DAN FILTRAT

Trichoderma sp. UNTUK MENGENDALIKAN CENDAWAN

PATOGEN TERBAWA BENIH Acacia mangium Willd.

USMAN UMARELLA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006

Filtrat Trichoderma sp. Untuk Mengendalikan Patogen Terbawa Benih Acacia mangium Willd. adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, April 2006 Usman Umarella NIM.E051020151

cendawan antagonis Trichoderma sp. dalam mengendalikan patogen terbawa benih Acacia mangium Willd. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Hutan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB dan Kebun Percobaan Cikabayan IPB. Perlakuan yang diuji adalah perendaman benih dalam minyak sereh 0,1%, perendaman dalam filtrat Trichoderma sp. dan kontrol (tanpa perendaman). Selanjutnya benih ditanam hingga semai berumur 30 hari untuk dilakukan pengamatan. Variabel yang diamati adalah aktivitas peroksidase, persentase serangan F. solani dan panjang batang semai. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas peroksidase, penurunan serangan tidak berbeda nyata antar perlakuan. Perlakuan perendaman benih dalam filtrat Trichoderma sp. cenderung meningkatkan panjang batang semai A. mangium.

Kata Kunci : Penyakit benih, F. solani, minyak sereh, Trichoderma sp., A. mangium

Trichoderma sp. to Control Pathogen Fungus Carried by Seed of Acacia mangium

Willd. Under Guidance of Achmad, Abdul munif, and Baran Wirawan.

This research is aimed at studying the potency of lemon grass oil and antagonistic fungus Trichoderma sp. in controlling pathogen carried by Acacia mangium Willd. The research was conducted in Forest Biotechnology Laboratory of Center for Natural Resources Reseach and Biotechnology IPB, and Cikabayan Experimental Station of IPB. The treatments were : (1) soaking seed in 0.1 % lemon grass oil, (2) soaking seeds in filtrate culture of Trichoderma sp., and (3) control (seeds without soaking). The experiment used complete randomized design with four replications. Variables observed were percentage of F. solani

attack, peroxidase activity, and the length of seedling stem. The result reveals that treatments were not significantly different based on the variables observed. However, soaking seeds in filtrate culture of Trichoderma sp. tend to be better lengthen the stem seedling of A. mangium.

Keyword: Seed disease, F. solani, fragrant grass oil, Trichoderma sp.,

A. mangium

@ Hak cipta Usman Umarella, tahun 2006

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya

USMAN UMARELLA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006

mangium Willd. Nama : Usman Umarella NIM : E051020151

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Achmad, M.S. Ketua

Dr. Ir. Abdul Munif, M.Sc. Ir. Baran Wirawan, M.Sc.

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Dr. Ir. Dede Hermawan, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian adalah Pemanfatan Minyak Sereh dan Filtrat Trichoderma sp. untuk Mengendalikan Patogen Terbawa Benih Acacia mangium Willd.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Achmad, MS., Dr. Ir. Abdul Munif, M.Sc. dan Ir. Baran Wirawan, M.Sc. selaku komisi pembimbing yang telah memberikan saran dan arah an dalam merampungkan tesis ini, serta Bapak Dr. Ir. Bonny PW. Soekarno, MS. selaku penguji luar komisi pembimbing yang telah memberikan saran dan arahan.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada petugas Laboratorium Percobaan Cikabayan dan para laboran Laboratorium Bioteknologi Hutan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB yang telah banyak membantu selama penelitian ini. Terima kasih pula kepada teman-teman seperjuangan di asrama Pondok Permata Bunda.

Ucapan terima kasih kepada istri tercinta Sriwahyuni Tuasalamony dan anak tersayang Achmad Rizki Munif Umarella atas kesabaran, dukungan do’a dan dorongan kepada penulis dalam melaksanakan studi ini.

Ahkirnya, semoga hasil karya ini dapat bermanfaat.

Bogor, April 2006

Hasan Umarella dan Ibu (Alm) Hj. Kalsum Ohorella. Penulis adalah putra bungsu dari enam bersaudara.

Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Budidaya Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun 2002 penulis diterima di Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Beasiswa pendidikan Pascasarjana diperoleh dari Biaya Pendidikan Program Pascasarjana (BPPS). Departemen Pendidikan Nasional.

Penulis bekerja sebagai Dosen di Universitas Darussalam Ambon sejak tahun 2001. Pada tahun 2004 Penulis diterima sebagai Dosen Kopertis Wilayah XII di Ambon unit kerja Univ. Darussalam Ambon. Selama studi S2, penulis menjadi anggota Forum Wacana Sylva IPB.

Sebagai salah satu syarat penyelesaian studi pascasarjana, penulis melakukan penelitian dengan judul : Pemanfaatan Minyak Sereh dan Filtrat

Trichoderma sp. untuk Mengendalikan Patogen Terbawa Benih Acacia

DAFTAR TABEL ... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv PENDAHULUAN

Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 3 Hipotesis ... 3 TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Acacia mangium ... 4 Penyebaran dan Tempat Tumbuh... 4 Mikroorganisme pada Benih... 5 Potensi Minyak Sereh untuk Pengendalian Cendawan Patogen... 7

Trichoderma sp. sebagai Antagonis Patogen... 8 Pelapisan Benih dengan Cendawan Antagonis... 9 Peroksidase... 10 BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian... 13 Metode Penelitian... 13 HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Isolat Cendawan Patogen Lodoh dan Patogenesitasnya

pada benih A.mangium... 22 Cendawan Antagonis... 23 Uji Antagonis in vitro... 24 Pengaruh Minyak Sereh terhadap Pertumbuhan F. solani secara

in vitro... . 25 Pengendalian Serangan F. solani... 26 Aktivitas Peroksidase Semai A. mangium ... 27 Panjang Batang Semai A. mangium ... 28 Pembahasan... 28 Patogenisitas F. solani... 28 Pengujian in vitro... 30 Pengaruh Minyak Sereh dan Filtrat Trichoderma sp. terhadap

Induksi Resistensi Semai A. mangium ... 30 Pengaruh Minyak Sereh dan Filtrat Trichoderma sp. terhadap

Panjang Batang Semai A. mangium. ... 31 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ... 33 Saran ... 33

Halaman 1. Serangan penyakit lodoh (%) yang disebabkan oleh F. solani... 23 2. Daya hambat minyak sereh terhadap pertumbuhan cendawan

F. solani secara in vitro... 27 3. Pengaruh bahan penginduksi (minyak sereh dan filtrat

Trichoderma sp.) terhadap persentase semai mati

A. mangium umur 2 minggusetelah sebar yang diinokulasi

dengan F. solani. ... 27 4. Pengaruh bahan penginduksi minyak sereh dan inokulasi

F. solani terhadap aktivitas peroksidase semai A. mangium

umur pada umur 4 minggu setelah sebar... 27 5. Pengaruh perlakuan minyak sereh dan filtrat Trichoderma sp.

Halaman 1. Tahapan Kegiatan Penelitian Pemanfaatan Minyak Sereh dan

Trichoderma sp. untuk mengendalikan Patogen terbawa Benih

Acacia mangiu m Willd ... 14 2. F. solani. (a) Koloni pada media PDA berumur empat hari,

(b) hifa dan (c) konidia... 22 3. Gejala serangan Lodoh pada benih A. mangium (a) Gejala

serangan terjadi pada benih belum berkecambah

(b) Gejala serangan terjadi pada benih sudah berkecambah.... ... 23 4. Trichoderma sp.: (a) koloni pada media PDA berumur 5 hari,

(b1) hifa, (b2) fialid dan (b3) konidia... 24 5. Uji antagonis antara F. Solani(F) dengan Trichodermasp. Secara

in vitro pada media PDA... 25 6. Koloni biakan F. solani pada beberapa tingkat konsentrasi minyak sereh dalam PDA. (A) Kontrol (B) 0.1% (C) 0.2% (D) 0.4%... 25

Halaman 1. Prosedur Uji Aktivitas Peroksidase... 39 2. Analisis ragam patogenisitas F. solani ... 40 3. Analisis ragam persentase daya hambat minyak sereh terhadap

cendawan F. solani... 40 4. Analisis ragam persentase serangan cendawan F. solani... 40 5. Analisis ragam panjang batang semai A. mangium ……….... 40 6. Analisis ragam aktivitas peroksidase semai A. mangium... 40 7. Hasil pengamatan daya antagonis in vitro... 41

Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu sumber alam yang sangat penting yang perlu dilestarikan keberadaannya, sebab hutan memberikan dukungan yang penting untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dengan makin meningkatnya jumlah penduduk serta kebutuhan hidupnya maka diperlukan dukungan sumber daya alam yang meningkat pula.

Salah satu program dalam bidang kehutanan adalah dengan penerapan pembangunan HTI yang merupakan suatu kebijakan yang perlu mendapat perhatian ekstra, dalam upaya untuk menjaga kelangsungan kebutuhan manusia.

Acacia mangium Willd. merupakan salah satu jenis pohon yang dibudidayakan pada lokasi HTI karena cepat tumbuh serta dapat digunakan untuk bahan industri. A. mangium mempunyai kelebihan-kelebihan bila dibandingkan dengan pohon HTI lainnya seperti : batang lurus, tajuk cepat menutup tanah dan mempunyai prospek yang baik untuk papan partikel seperti untuk kayu pertukangan maupun bahan pulp (Sindusuwarno dan Utomo 1981).

Keberhasilan pembangunan HTI ditentukan oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah ketersediaan benih yang bermutu dalam jumlah yang cukup. Mutu benih menjadi faktor penentu keberhasilan penanaman secara ekonomis. Penggunaan benih bermutu rendah akan menghasilkan tanaman yang tidak seragam dengan persentase tumbuh rendah, dan dapat menjadi sumber inokulum bagi penyakit yang terbawa oleh benih (Ilyas 2000).

Cendawan patogen biji atau benih dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu cendawan yang berasal dan terbawa dari lapangan (field fungi) dan cendawan yang berkembang di penyimpanan (storage fungi).

Cendawan lapangan (field fungi) menyerang biji selama di lapangan dan menginfeksi biji yang telah masak atau sesudah panen sebelum dilakukan pemrosesan. Cendawan yang tergolong field fungi adalah Alternaria spp.,

Epicoccum purpurances, Fusarium spp., Verticillium alboatrum dan Sclerotium rolfsii. Jenis cendawan tersebut dapat bertahan pada biji dalam kondisi dingin atau kering (Brown 1993). Penyakit damping – off pada A. mangium di Indonesia

disebabkan oleh Fusarium sp. (Soeyamto dan Mardji 1986 diacu dalam Kenneth 2000).

Perindungan terhadap benih dapat dilakukan secara kimiawi dengan menambahkan fungsida dan bakterisida atau bahan kimia lain yang mampu menekan atau mencegah pertumbuhan patogen sejak benih disimpan hingga berkecambah. Perlindungan juga dapat dilakukan secara hayati yaitu dengan menggunakan agen antagonis untuk mengendalikan patogen benih dan patogen penghuni tanah, misalnya dengan menggunakan cendawan antagonis (Copeland dan McDonald 1985)

Usaha perlindungan tanaman dengan menginduksi ketahanan inang merupakan salah satu alternatif pengendalian yang ramah lingkungan disamping cara pengendalian lain yang telah dikembangkan, misalnya dengan penggunaan antagonis dan fungisida nabati secara langsung. Salah satu agen antagonis dan fungisida nabati yang mempunyai prospek untuk dikembangkan adalah

Trichoderma dan minyak sereh. Efektifitas Trichoderma harzianum dan

T. Pseudokoningii secara in vitro mampu menghambat pertumbuhan F. oxysporum dan Rhizoctonia solani (Achmad 1997). Minyak sereh wangi

secara in vitro telah diketahui diantaranya dapat menghambat pertumbuhan F. oxysporum (Mugiono 2002).

Perlakuan benih sebelum penanaman merupakan bentuk dari peningkatan mutu benih (Taylor et al. 1998). Peningkatan mutu didefinisikan sebagai perlakuan pasca panen untuk meningkatkan perkecambahan benih dan pertumbuhan semai atau menjadikan benih sebagai agen pembawa bahan lain yang dibutuhkan untuk perlindungan tanaman. Defenisi ini mencakup empat aspek, yaitu (1) perlakuan hidrasi (priming), (2) pelapisan benih (seed coating) , (3) pembersihan benih dari kotoran / kontaminan dan (4) seleksi berdasarkan kriteria fisik (seed conditioning).

Teknik pelapisan benih telah dikembangkan secara komersial pada benih tanaman hortikultura, seperti pelapisan benih dengan menggunakan cendawan antagonis T. harzianum dan agen pengikat Pelgel, telah menunjukkan hasil yang nyata dalam mengendalikan serangan patogen lodoh (Taylor et al. 1994). Pada

benih tanaman kehutanan teknik ini belum banyak diaplikasikan dan masih dalam tahap percobaan ( Schmidt 2000).

Sehubungan dengan hal di atas maka dirasakan perlu untuk melakukan penelitian tentang perlakuan pra tanam benih A. mangium dalam upaya meningkatkan mutu benih sehingga diharapkan benih yang ditanam dapat tahan dari penyakit yang menyerang benih dalam masa penyimpanan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi minyak sereh dan cendawan antagonis Trichoderma sp. dalam pengendalian cendawan terbawa benih dan meningkatkan vigor benih A. mangium.

Hipotesis

Minyak sereh dan filtrat biakan Trichoderma sp. dapat meningkatkan vigor benih dan mampu mengendalikan patogen terbawa benih A. mangium.

A. mangium termasuk dalam famili Leguminose sub famili Mimosoidae. Nama lainnya A. galucescens dan mangium montanum. Secara umum dikenal di Sabah dengan sebutan Alwood, Brown, Black wattle, Hickory wattle. Di Indonesia pohon ini telah banyak dikembangkan dan telah ditanam secara besar-besaran dalam rangka pembangunan HTI.

Tinggi pohon berkisar antara 15 -30 meter. Diameter batang 90 cm, kulit berwarna coklat, tebal, kasar dan keras. Waktu stadia kecambah bentuk daunnya hampir sama dengan Leucaena, Albizia dan jenis lain dari sub famili Mimosoidae. Setelah beberapa minggu tumbuh daun palsu (phyllode) yang merupakan ciri khas untuk membedakan jenis ini dalam sub familinya. Daun palsu merupakan daun tunggal, tulang daun sejajar, berukuran > 25 cm x 10 cm. Daun palsu inilah yang sehari-hari disebut sebagai daun.

Bunga tersusun secara longitudinal di dalamnya. Bunga majemuk berwarna putih atau kuning muda, penyerbukan sendiri atau silang. Panjang biji 3 – 5 mm, berkulit keras, warna hitam. Produksi biji 0,4 kg/pohon/tahun.

Padley (1978) menyatakan bahwa bunga A. mangium berbentuk bulir. Panjang bulir dapat mencapai 10 cm. Bulir ini terdapat secara tunggal atau berpasangan pada ketiak daun bagian atas, ibu tangkai berbulu atau tidak dengan panjang sekitar 1 cm. Tangkai bunga berbulu halus serta bunga memiliki lima kelopak dengan panjang 0.6 – 0.8 mm dengan sedikit bagian ujung yang membulat. Tajuk atau mahkota berjumlah lima, panjang dua kali panjang kelopak.

Penyebaran dan Tempat Tumbuh

Menurut Sindusuwarno dan Utomo (1981), A. mangium terdapat di Australia bagian Utara, Irian Jaya bagian Selatan (Fak-fak, Manokwari, Sedai, sepanjang sungai Digul dan Merauke), di kepulauan Aru (pulau Tragam dan kepulauan Ngaibar), dan merupakan jenis asli di Maluku (pulau Sula Besi/Sanana, Taliabu, Teje dan pulau Seram). A. mangium dijumpai mulai dari pantai sampai ketinggian 720 m dpl (Nicholson 1981).

A. mangium tidak membutuhkan persyaratan tumbuh yang sulit. Dapat tumbuh dengan baik pada semua jenis tanah yaitu baik pada tanah yang miskin hara sampai tanah yang subur. Pada tanah yang jelek masih dapat tumbuh lebih baik dari jenis pohon cepat tumbuh lainnya (Sindusuwarno dan Utomo 1981). Di pulau Seram A. mangium tumbuh pada tanah podsolik merah kuning, sedangkan di Sabah telah ditanam pada tanah lentisol dan ultisol yang bersifat masam.

Davidson (1982) menyatakan bahwa di Maluku, Papua Nugini Barat pada daerah penyebaran A. mangium, suhu rata-rata tahunan antara 25 – 27 oC. Pada daerah Oriomo (Papua Nugini) suhu rata-rata tahunan 26.7oC dengan rata-rata suhu maksimum 30.6 – 31.1 oC dan rata-rata suhu minimum 22.8 – 23.3 oC. Pada daerah tersebut curah hujan tiap tahun berkisar 1500-4000 mm.

Mikroorganisme pada Benih

Infeksi cendawan pada buah dan benih dapat terjadi pada setiap tahap perkembangan tetapi lebih banyak terjadi pada tahap pematangan, khususnya di daerah yang tahap perkembangannya bertepatan dengan musim yang kelembabannya tinggi (musim Hujan) (Schmidt 2000)

Benih membawa aneka macam jenis mikroorganisme. Mungkin sebagian dari mikroorganisme tersebut bersifat patogen bagi tanaman (Christensen 1972; Limonard dan Tempe 1973; Mayumder 1974; Neergraard 1977). Mikroorganisme tersebut menempel pada permukaan testa dan disebut mikroorganisme eksternal, atau terdapat di dalam jaringan -jaringan benih dan disebut mikroorganisme internal benih (Mayunder 1974).

Christensen (1972) menggolongkan mikroorganisme pada benih, khususnya cendawan, menjadi dua golongan. Golongan pertama adalah cendawan tempat penyimpanan. Golongan cendawan tersebut mengkontaminasi benih pada saat panen dan pengolahan, serta pada saat benih disimpan dalam gudang. Kondisi ruang simpan yang lembab dan panas akan mendorong pertumbuhan cendawan. Aktifitas metabolisme cendawan akan menyebabkan ruang simpan menjadi lebih panas dan lembab, sehingga merangsang proses respirasi benih berlangsung lebih cepat. Dalam kondisi tersebut benih akan cepat menurun viabilitasnya.

Golongan kedua adalah cendawan lapang biasanya terdapat di dalam jaringan-jaringan benih atau pada permukaan benih. Cendawan tersebut menyerang benih pada saat benih masih pada fase pembentukan dan perkembangan. Banyak diantara fungi lapang yang bersifat parasit. Biasanya cendawan tersebut akan menjadi patogen yang dapat ditularkan melalui benih dan dapat menurunkan kualitas benih, menggagalkan perkecambahan benih dan menimbulkan penyakit pada tanaman seperti Fusarium, Alternaria, Helminthosporium (Chstensen 1972; Mayunder 1974).

Menurut Halloin (1986) organisme pada benih dikelompokkan kedalam tiga golongan berdasarkan parasitismenya. Ketiga kelompok tersebut ialah (1). parasit obligat, (2) saprofit fakultatif dan (3) parasit fakultatif. Parasit obligat ialah organisme yang seluruh hidupnya tergantung pada sel induk inangnya. Parasit fakultatif ialah organisme saprofit, tetapi dapat berperan sebagai parasit lemah. Saprofit fakultatif ialah organisme parasit, tetapi bersifat saprofit.

Diantara organisme-organisme yang terdapat pada benih dapat saling mematikan (antagonistik) atau saling bekerja sama (sinergistik). Benih sendiri juga memberikan respon yang berbeda terhadap masing-masing organisme tersebut. Sebaliknya setiap jenis organisme pada benih juga memberikan respon yang berbeda terhadap benih (Lomonard dan Tempe 1973)

Menurut Halloin (1986), ada dua mekanisme merusak dari organisme terbawa oleh benih, yaitu dengan menghasilkan enzim eksoseluler dan toksin. Enzim eksoseluler yang biasanya diproduksi oleh mikroorganisme ialah enzim selulase, pektinase, amilase, protease, dan nuklease. Cendawan penyimpanan dan cendawan lapang menghasilkan enzim eksoseluler untuk menguraikan bahan-bahan cadangan benih (protein, lemak, dan karbohidrat) menjadi bahan-bahan-bahan-bahan yang dapat digunakan oleh cendawan. Aktifitas tersebut dapat menyebabkan kualitas benih menurun.

Mikroorganisme terbawa oleh benih, khususnya cendawan tempat penyimpanan dan cendawan lapang, menghasilkan senyawa-senyawa yang toksik terhadap ben ih. Beberapa dari senyawa toksik itu dapat meningkatkan konsentrasi kebocoran sel, sehingga menyebabkan kemunduran benih.

Bruimeister dan Plattner (1987) dapat mengisolasi F. tricinctum dari tanaman gandum di musim dingin yang menyebabkan busuk akar dan tajuk. Patogen menghasilkan senyawa toksik enniatin. Bila larutan yang mengandung enniatin dipakai untuk melembabkan medium perkecambahan benih gandum, maka akan terjadi reduksi pertumbuhan kecambah yang sebanding dengan besarnya konsentrasi enniatin. Pemanjangan akar lebih dihambat dari pad a pemanjangan daun.

Kerugian yang ditimbulkan oleh mikroorganisme terbawa benih ialah: (1) menurunkan viabilitas benih dan mempercepat laju kemunduran benih, (2) merupakan inokulum bagi tanaman-tanaman sehat lainnya di dalam lahan atau antar lah an (Christensen 1972; Mayunder 1974; McDonald dan Nelson 1986).

Pada umumnya penyakit yang ada di pesemaian A mangium akibat serangan cendawan tanah, dilaporkan sebagai penyakit lodoh. Serangan cendawan lodoh dapat dibedakan dalam tiga fase pertumbuhan inang, yaitu:

Dokumen terkait