• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Kondisi Terumbu Karang di TWAL Pulau Pombo 1.Hasil Pengamatan dengan Manta-tow

5.1.2. Hasil Pengamatan dengan Transek Kuadrat

(76 - 00%) Karang batu - 7 11 - - Karang lunak - 9 9 - - Karang mati - 5 11 2 - Sumber: Manihin, 1997.

Membandingkan ke dua hasil pengamatan manta-tow tersebut, khususnya pada tutupan karang batu, yang nampak adalah bahwa dalam kurun waktu 10 tahun kondisi terumbu karang di kawasan perairan Pulau Pombo telah terjadi penurunan persentase tutupan karang hidup, dari kategori 3 turun menjadi kategori 2. Atau dapat disimpulkan bahwa terumbu karang yang ada mengalami penurunan status, yang semula status cukup baik turun menjadi status rusak. Dengan demikian menunjukkan bahwa telah terjadi degradasi ekosistem terumbu karang yang cukup serius.

5.1.2. Hasil Pengamatan dengan Transek Kuadrat

Mengacu hasil manta-tow menunjukkan bahwa untuk tutupan karang hidup terdapat 3 kategori, yakni kategori 1 (0 – 10%, sangat rendah), 2 (11 – 30%, rendah) dan 3 (31 – 50%, sedang). Dengan demikian contoh stasiun ditetapkan menjadi 3 lokasi untuk mewakili ketiga kategori tersebut. Dalam penelitian ini untuk kategori 1 pada koordinat 128022’309” BT 3031’506” LS, kategori 2 pada koordinat 128022’260” BT 3032’170” LS, dan kategori 3 pada koordinat 128022’892” BT 3031’753” LS.

1) Stasiun 1

Pengamatan pada stasiun ini untuk rataan terumbu tidak diambil contohnya, dengan pertimbangan dikarenakan kedalamannya yang dangkal antara 1 – 2 m, sehingga sulit untuk diambil gambarnya. Jarak lokasi stasiun pengamatan dengan

Pulau Pombo mencapai 400 – 500 m. Merupakan daerah lereng terumbu yang berada pada reef front, dengan lereng yang cukup terjal. Contoh diambil pada kedalaman 8, 15 dan 18 meter, pada koordinat 128022’309” BT 3031’506” LS arah Utara dari Pula Pombo dan mengarah atau berhadapan dengan Pulau Seram. Lokasi contoh merupakan perairan yang terbuka, sehingga secara fisik terumbu karang terbuka dari hempasan ombak yang cukup keras selama enam bulan dari arah Barat dan selama enam bulan dari arah Timur yang hempasan ombaknya relatif lemah. Pertumbuhan karang relatif kurang bagus dengan persentase tutupan karang batu sekitar 10,81% (Tabel 12), dengan kekayaan jenis yang berhasil diidentifikasi sebanyak 62 jenis dan 58,5% didominasi oleh jenis-jenis karang batu berikut ini: Fungia fungites (11,9%), Seriatopora caliendrum

(8,05%), Acropora humilis (4,24%), Favia pallida (4,24%), Porites lutea (4,24%),

A. hyacinthus (3,81%), F. danai (3,81%), P. cylindrica (3,39%), Turbinaria reniformis (2,97%), Montastrea curta (2,54%), Galaxea astreata (2,54%),

Pectinia lactuca (2,54%), Astreopora ocellata (2,12%), dan F. concinna (2,12%). Tabel 12. Persentase Tutupan Substrat Karang Batu, Karang Lunak, Karang Mati,

Lain-lain (Biotik) dan Pasir di Stasiun 1

Keterangan Luas (m2) % Karang batu 4,54 10,81 Karang lunak 0,67 1,59 Karang mati 26,13 62,22 Lain-lain (biotik) 1,16 2,76 Pasir 9,50 22,61

Sumber: Data Primer Diolah, 2007

2) Stasiun 2

Stasiun contoh pengamatan ini berada pada koordinat 128022’260” BT 3032’170” LS arah Timur dari Pulau Pombo dan berhadapan dengan Pulau Haruku. Lokasi pengamatan pada daerah berpantai landai dengan rataan terumbu menuju ke tubir yang landai. Bila air laut dalam keadaan surut tertinggi rataan terumbu karang mati akan nampak kepermukaan sejauh 408,3 m dari bibir pantai. Lokasi contoh di rataan terumbu karang pada kedalaman 3, 5, dan 6 m, dan lokasi contoh pada lereng terumbu karang di kedalaman 7, 10, dan 12 m.

Lokasi contoh pengamatan merupakan perairan terbuka, namun bila ditinjau keberadaannya dari arah Timur Pulau Pombo maka lokasi berada di belakang Pulau Pombo. Dikarenakan letaknya yang membelakangi Pulau, bila musim angin

muson Barat daerah ini terlindungi, sehingga perairan disekitarnya relatif tenang dan terumbu karang yang ada relatif terhindar dari hempasan ombak. Sebaliknya, bila musim angin muson Timur kawasan perairan juga berombak namun hempasan ombak relatif lemah dibanding pada musim Barat. Persentase tutupan karang batu mencapai 30,95% (Tabel 13), relatif bagus dibanding Stasiun 1, dengan kekayaan jenis yang teridentifikasi sebanyak 99 jenis dan 55,03% didominasi oleh jenis-jenis Karang Batu berikut ini: Montipora foliosa (9,66%),

Porites lutea (9,12%), P. cylindrica (8,77), Goniopora lobata (7,28%), Acropora nobilis (4,01%), P. nigrescens (4,01%), A. palifera (3,71%), A. hyacinthus

(3,12%), Favia pallida (2,97%), dan A. monticulosa (2,38%).

Tabel 13. Persentase Tutupan Substrat Karang Batu, Karang Lunak, Karang Mati, Lain-lain (Biotik) dan Pasir di Stasiun 2

Keterangan Luas (m2) % Karang batu 13,00 30,95 Karang lunak 4,54 10,82 Karang mati 16,80 40,01 Lain-lain (biotik) 0,17 0,41 Pasir 7,48 17,81

Sumber: Data Primer Diolah, 2007

3) Stasiun 3

Lokasi pengamatan pada daerah rataan dan lereng terumbu karang pada bagian sisi luar lagun. Lebar lagun dari bibir pantai mencapai 400 – 500 m. Lokasi contoh pada rataan terumbu karang di kedalaman 3, 5, dan 6 m, sedangkan untuk lokasi contoh pada lereng terumbu karang dengan kemiringannya cukup terjal, di kedalaman 7, 13, dan 17 m, pada koordinat 128022’892” BT 3031’753” LS arah Barat dari Pulau Pombo dan menghadap ke Pulau Ambon.

Lokasi contoh merupakan perairan terbuka. Kebalikan dari Stasiun 2, bila di tinjau keberadaannya dari arah Timur Pulau, lokasi contoh membelakangi Pulau Pombo. Bila musim angin muson Barat kawasan perairan ini terkena hempasan ombak yang cukup keras yang datang dari arah Selat Piru, sebaliknya bila musim angin muson Timur selama enam bulan perairannya dan terumbu karang terbuka bagi hempasan gelombang yang relatif lebih lemah. Persentase tutupan terumbu karang yang hidup relatif bagus dibanding Stasiun 1 namun tidak lebih bagus dari Stasiun 2, dengan persentase tutupan karang batu mencapai 27,34% (Tabel 14), dengan kekayaan jenis yang teridentifikasi sebanyak 87 jenis dan 58,3%

didominasi oleh jenis-jenis karang batu berikut ini: Seriatopora hystrix (13,6%),

Porites lutea (10,5%), Fungia fungites (8,22%), Goniopora minor (6,98%), P. cylindrica (6,2%), Favia pallida (5,12%), Pectinia lactuca (4,34%), dan

Leptrastrea purpurea (3,26%).

Tabel 14. Persentase Tutupan Substrat Karang Batu, Karang Lunak, Karang Mati, Lain-lain (Biotik) dan Pasir di Stasiun 3

Keterangan Luas (m2) % Karang batu 11,48 27,34 Karang lunak 3,45 8,20 Karang mati 20,17 48,02 Lain-lain (biotik) 0,62 1,48 Pasir 6,28 14,96

Sumber: Data Primer Diolah, 2007

Secara umum, keberagaman tingkat tutupan substratum, jumlah jenis dan kekayaan genera, dan nilai indeks kematian, menyediakan informasi akan struktur umum komunitas terumbu karang di Pulau Pombo. Tingkat tutupan karang batu sangat rendah, hanya mencapai 23,03% (Tabel 15) sesuai dengan prediksi awal dari hasil manta-tow, dengan demikian menyatakan bahwa kondisi ekologis tidak baik (Bouchon, 1981), fakta ini didukung pula oleh indeks kematian karang batu yang mencapai 0,68, indeks kematian tersebut menunjukkan bagaimana kesehatan terumbu karang. Kisaran nilai indeks kematian ini antara 0 - 1, semakin mendekati angka 1 berarti tingkat kematiannya tinggi atau kesehatannya rendah, sebaliknya semakin mendekati angka 0 berarti tingkat kematiannya rendah atau kesehatan dari terumbu karang bagus (Gomez et al., 1994). Persentase tutupan substratum Pulau Pombo ditampilkan pada Tabel 15 dan secara digramatik pada Gambar 7. Tabel 15. Persentase Tutupan Substrat Karang Batu, Karang Lunak, Karang Mati,

Lain-lain (Biotik) dan Pasir di Pulau Pombo

Keterangan Luas (m2) % Karang batu 9,67 23,03 Karang lunak 2,89 6,87 Karang mati 21,03 50,08 Lain-lain (biotik) 0,65 1,55 Pasir 7,75 18,46

23% 7% 50% 2% 18% Karang Batu Karang Lunak Karang Mati Lain-lain (Biotik) Pasir

Gambar 7. Persentase Tutupan Substrat Karang Batu, Karang Lunak, Karang Mati, Lain-lain (Biotik) dan Pasir di Pulau Pombo

Tutupan karang hidup dan kesehatan yang rendah disimpulkan sebagai kondisi karang batu tidak ditunjang oleh lingkungan, atau dengan kata lain memiliki daerah terumbu karang yang tidak sehat. Keadaan ini dapat mengancam kelangsungan hidup ikan dan dapat menurunkan keragaman dan kelimpahan ikan. Seperti telah diketahui bahwa, pada terumbu karang sehat keragaman dan kuantitas makanan adalah tinggi dan ini berdampak positif langsung pada keragaman dan kelimpahan ikan (Robertson dan Gaines, 1986; Jones et al., 2004). Westmacott et al. (2000), secara garis besar menyimpulkan bahwa terumbu karang sehat berdampak positif bagi faktor makanan, reproduksi dan naungan, dan sebagai imbalannya adalah peningkatan keragaman dan kelimpahan ikan. Terumbu karang yang sehat dapat memberikan hasil perikanan rata-rata 20 ton per tahun (Burke et al., 2002).

Keaneka-ragaman jenis karang batu yang berhasil diidentifikasi mencapai 140 jenis dari 49 genera, yang mana 50,9% didominasi oleh jenis-jenis karang batu berikut ini: Porites lutea (9,01%), P. cylindrical (6,89%), Fungia fungites

(5,73%), Seriatopora hystrix (5,73%), Montipora foliosa (4,76%), Favia pallida

(4,05%), Goniopora minor (3,54%), G. lobata (3,28%), Acropora hyacinthus

(3,02%), dan A. nobilis (2,57%). Kontribusi terbanyak keaneka-ragaman karang batu tersebut disumbangkan oleh Stasiun 2. Ini diduga ada hubungannya dengan posisinya yang relatif tenang baik pada musim Barat maupun Timur. Keberadaan Pulau Haruku di sebelah Timur Pulau Pombo menjadi penghalang hempasan ombak pada saat musim Timur yang datang dari Lautan Banda melalui celah Selat Haruku, karenanya ombak tidak demikian keras. Sementara saat musim Barat posisinya terlindungi oleh Pulau Pombo itu sendiri, terumbu karang tidak begitu

terpangaruh oleh ombak musim Barat yang cukup keras yang datang dari Selat Piru. Menurut Suharsono dan Kakaskasen (2002), pada daerah yang terbuka dari hempasan gelombang besar tidak memungkinkan karang mempunyai ukuran koloni yang besar. Ukuran koloni pada daerah yang terbuka relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan daerah yang terlindungi.

5.2. Produksi Perikanan Karang di Kawasan Perairan Terumbu Karang