• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Pengamatan secara Kuantitatif Kandungan Antioksidan Cu,Zn- Cu,Zn-SOD di Jaringan Ginjal Tikus Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Pengamatan secara Kuantitatif Kandungan Antioksidan Cu,Zn- Cu,Zn-SOD di Jaringan Ginjal Tikus Percobaan

Pengamatan secara kuantitatif kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal dilakukan dengan cara menghitung jumlah inti sel tubuli renalis pada berbagai tingkat kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD per lapang pandang dengan perbesaran 20x. Semakin banyak tanda positif (+), semakin tinggi kandungan Cu,Zn-SOD. Kandungan Cu,Zn-SOD dibedakan menjadi tiga tingkat kandungan, yaitu (i) positif kuat (+++), terlihat warna coklat tua, (ii) positif sedang/lemah (++/+), terlihat warna coklat muda sampai dengan coklat kebiru-biruan, (iii) hasil reaksi negatif (-), terlihat warna biru. Hasil perhitungan dan analisa statistik terhadap rata-rata jumlah inti sel tubuli renalis yang bereaksi terhadap berbagai tingkat kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD tersaji pada Tabel 4.

Gambar 9 Fotomikrograf jaringan ginjal tikus dengan inti sel tubuli renalis yang bereaksi terhadap berbagai tingkat kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD. +++ : positif kuat (warna coklat tua); ++ : positif sedang (warna coklat muda); +: positif lemah (warna coklat kebiru-biruan); - : negatif (warna biru). Pewarnaan imunohistokimia. Skala = 50 µm.

Tabel 4 Rata-rata jumlah inti sel ginjal dengan berbagai tingkat kandungan Cu, Zn-SOD pada jaringan ginjal tikus pada terminasi hari ke-8, 15, dan 22 per bidang pandang dengan perbesaran 20x

Keterangan : Uji statistika (Anova dan Duncan) dilakukan pada setiap tingkatan warna setiap waktu terminasi yang sama. Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang berbeda sangat nyata (p<0.01). +++ : positif kuat; ++/+ : positif sedang/lemah; - : negatif. T1 : terminasi hari ke-8; T2 : terminasi hari ke-15; T3 : terminasi hari ke-22. A : kelompok kontrol negatif (perlakuan ransum standar); B : kelompok perlakuan L. plantarum; C : kelompok perlakuan L. fermentum; D : kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC; E : kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC; F : kelompok kontrol positif (perlakuan EPEC).

Hasil uji statistik terhadap jumlah inti sel tubuli renalis yang bereaksi terhadap berbagai tingkat kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD menunjukkan bahwa pada terminasi hari ke-8 kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC yang baru mendapatkan perlakuan probiotik L. fermentum saja pada hari ke-1 sampai 7 memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD paling tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Hal ini terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++) pada kelompok perlakuan L. fermentum +

Kelompok Jumlah Inti Sel Tubuli Renalis Ginjal Tikus dengan Berbagai Tingkat Kandungan Antioksidan Cu,Zn-SOD pada Perbesaran

20x

+++ ++/+ -

Terminasi Hari ke-8 (Sebelum Pemberian EPEC)

T1A 101.33 ± 3.21ab 57.00 ± 1.00c 19.33 ± 1.15d T1B 103.33 ± 3.21b 72.00 ± 2.65d 6.67 ± 0.58a T1C 125.67 ± 3.06c 47.33 ± 8.50b 8.67 ± 1.15ab T1D 97.00 ± 2.65ab 72.67 ± 3.79d 10.00 ± 3.61b T1E 146.00 ± 5.57d 25.67 ± 6.66a 9.33 ± 0.58ab T1F 95.33 ± 4.73a 69.33 ± 3.79d 15.00 ± 1.00c

Terminasi Hari ke-15 (Setelah Seminggu Pemberian EPEC)

T2A 94.33 ± 5.69c 64.00 ± 5.57b 17.67 ± 0.58b T2B 93.67 ± 6.51c 68.67 ± 8.96b 17.33 ± 0.58b T2C 136.67 ± 2.52d 39.00 ± 5.29a 8.67 ± 0.58a T2D 38.00 ± 8.89a 59.33 ± 4.16b 82.00 ± 3.61d T2E 62.67 ± 3.06b 65.00 ± 0.00b 53.00 ± 5.29c T2F 35.00 ± 4.58a 60.67 ± 0.58b 87.67 ± 6.81d

Terminasi Hari ke-22 (Seminggu Setelah Pemberian EPEC Dihentikan)

T3A 96.67 ± 1.53c 62.00 ± 1.00b 17.00 ± 1.00b T3B 93.67 ± 5.03c 70.33 ± 6.66b 16.33 ± 2.52b T3C 139.67 ± 7.57d 39.00 ± 5.29a 6.33 ± 0.58a T3D 44.67 ± 4.04a 88.00 ± 1.73c 44.67 ± 0.58c T3E 77.00 ± 6.08b 83.67 ± 8.08c 20.00 ± 0.00b T3F 45.67 ± 1.53a 91.00 ± 6.08c 41.33 ± 5.13c

EPEC paling tinggi secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD tertinggi kedua terlihat pada kelompok perlakuan L. fermentum. Hal ini terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++) pada kelompok perlakuan L.

fermentum lebih tinggi secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan dengan

kelompok perlakuan kontrol negatif, kontrol positif, L. plantarum, L. plantarum + EPEC (Lampiran 3). Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang tinggi pada kelompok yang diberi L. fermentum menunjukkan bahwa pemberian L. fermentum selama satu minggu mampu meningkatkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus.

Hasil penelitian Capcarova et al. (2010) menunjukkan bahwa pemberian L.

fermentum meningkatkan status antioksidan ayam broiler. Pemberian L. fermentum ini memperlihatkan peningkatan level seng (Zn) di darah. Peningkatan

Zn berperan untuk membantu kestabilan antioksidan SOD karena Cu,Zn-SOD membutuhkan Cu dan Zn untuk melakukan aktivitas biologisnya (Halliwell & Gutteridge 1999, Li et al. 2010). Uskova dan Kravchenko (2009) melaporkan bahwa L. fermentum mampu meningkatkan kapasitas antioksidan plasma darah sebesar 43-65.8%. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya peningkatan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal pada tikus yang diberi L.

fermentum selama satu minggu.

Dari hasil uji statistik dapat dilihat pula bahwa pada terminasi hari ke-8 kelompok perlakuan L. plantarum dan L. plantarum + EPEC yang baru mendapatkan perlakuan probiotik L. plantarum saja pada hari ke-1 sampai 7 memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang tidak berbeda nyata (p>0.05) dibandingkan dengan kelompok perlakuan kontrol negatif. Hal ini terlihat dari jumlah sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++) pada kelompok perlakuan kontrol negatif, L. plantarum, dan L. plantarum + EPEC tidak berbeda secara nyata (p>0.05) antar kelompok perlakuan (Lampiran 3). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian L. plantarum selama satu minggu belum mampu meningkatkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus.

Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang tidak berbeda nyata (p>0.05) terlihat pula pada kelompok perlakuan kontrol negatif dan kontrol positif

(Lampiran 3). Hal ini terlihat dari jumlah sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++) pada kelompok perlakuan kontrol negatif dan kontrol positif tidak berbeda secara nyata (p>0.05). Sama seperti kelompok perlakuan L.

fermentum + EPEC dan L. plantarum + EPEC, kelompok perlakuan kontrol

positif pada terminasi hari ke-8 ini juga belum dipapar EPEC sehingga susunan ransum yang diberikan masih sama seperti kelompok perlakuan kontrol negatif yaitu ransum standar. Hal inilah yang menyebabkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada kelompok perlakuan kontrol negatif dan kontrol positif tidak berbeda nyata (p>0.05).

Terminasi hari ke-15 menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0.01) pada kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus antar kelompok perlakuan. Uji lanjutan Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan L.

fermentum memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Hal ini terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++) pada kelompok perlakuan

L. fermentum paling tinggi secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan dengan

kelompok perlakuan lainnya (Lampiran 6). Tingginya kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada kelompok perlakuan L. fermentum terlihat pula dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi negatif (-) paling rendah secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya (Lampiran 8). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian L. fermentum selama dua minggu mampu meningkatkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus. Hasil penelitian Zilmer et al. (2002) menunjukkan bahwa L. fermentum E-3 dan E-18 memiliki aktivitas signifikan sebagai antioksidan yang bermanfaat dalam mengatasi stres oksidatif baik eksogen maupun endogen. Pemberian L. fermentum E-3 dan E-18 menunjukkan peningkatan aktivitas antioksidan enzimatik glutathione dan SOD. Selanjutnya, Songisepp (2005) melaporkan bahwa konsumsi L. fermentum ME-3 menyebabkan terjadinya pengurangan stres oksidatif indeks darah sukarelawan sehat. Pengurangan stres oksidatif pada sukarelawan sehat ini ditunjukkan oleh peningkatan total antioxidative activity (TAA) dan total antioxidative status (TAS) plasma darah. Hasil penelitian ini juga

menunjukkan adanya peningkatan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus yang diberi L. fermentum selama dua minggu.

Peningkatan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD seperti pada jaringan ginjal kelompok perlakuan L. fermentum, tidak terlihat pada jaringan ginjal kelompok perlakuan L. plantarum. Berdasarkan hasil perhitungan statistik, kelompok perlakuan L. plantarum memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang tidak berbeda nyata (p>0.05) dengan kelompok perlakuan kontrol negatif, terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++), positif sedang/lemah (++/+), dan negatif (-) pada kelompok perlakuan L.

plantarum tidak berbeda secara nyata (p>0.05) dibandingkan dengan kelompok

perlakuan kontrol negatif. Jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++) pada kelompok perlakuan L. plantarum dapat dilihat pada Lampiran 6, positif sedang/lemah (++/+) pada Lampiran 7, dan negatif (-) pada Lampiran 8. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian L. plantarum selama dua minggu belum mampu meningkatkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus.

Kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC, L. plantarum + EPEC, dan kontrol positif pada terminasi hari ke-15 telah dipapar EPEC. Pemberian EPEC dilakukan selama 1 minggu dimulai dari hari ke-8 sampai hari ke-14. Kelompok perlakuan kontrol positif dan L. plantarum + EPEC menunjukkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD paling rendah dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Hal ini terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++) pada kelompok perlakuan kontrol positif dan L. plantarum + EPEC paling rendah secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya (Lampiran 6). Rendahnya kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada kelompok perlakuan kontrol positif dan L. plantarum + EPEC terlihat pula dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi negatif (-) paling tinggi secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya (Lampiran 8). Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang paling rendah pada kelompok perlakuan kontrol positif dan L. plantarum + EPEC menunjukkan bahwa pemberian EPEC dapat mengakibatkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus percobaan menjadi rendah.

Infeksi EPEC pada sel inang menyebabkan terjadinya kerusakan mikrovili usus, peningkatan permeabilitas paraseluler, merangsang proses inflamasi, dan peningkatan aktivitas fagositosis oleh sel radang (Savkovic et al. 2005, Schuller et

al. 2009). Selama proses fagositosis, reseptor fagosit yang mengikat mikroba

(bakteri patogen) mengirimkan sinyal yang mengaktifkan beberapa enzim dalam fagolisosom. Salah satu enzim yaitu oksidase fagosit terbentuk atas pengaruh mediator inflamasi seperti Leukotrin B4 (LTB4), Platelet Activating Factor (PAF), dan Tumor Necrosis Factor (TNF). Enzim ini mengubah molekul oksigen menjadi radikal bebas anion superoksida dan H2O2 (Baratawidjaja 2006). Keberadaan radikal bebas anion superoksida akan dinetralisir oleh antioksidan Cu,Zn-SOD. Jumlah bakteri EPEC yang banyak akan meningkatkan jumlah radikal bebas anion superoksida, sehingga antioksidan Cu,Zn-SOD yang dipakai untuk menetralisir radikal bebas tersebut juga meningkat. Hal inilah yang menyebabkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal pada tikus yang dipapar EPEC menjadi rendah.

Kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC. Hal ini terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++) pada kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC lebih tinggi secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan dengan kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC (Lampiran 6). Hal ini juga terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi negatif (-) pada kelompok perlakuan L.

fermentum + EPEC lebih rendah secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan

dengan kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC (Lampiran 8). Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang lebih tinggi pada kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC menunjukkan bahwa L. fermentum memiliki aktivitas antimikroba dan antioksidatif. Menurut Mikelsaar dan Zilmer (2009), L. fermentum memilki aktivitas antimikroba dan antioksidatif yang bermanfaat untuk memperbaiki status stres oksidatif organisme yang mengkonsumsinya dan mengurangi resiko infeksi internal. Aktivitas antimikroba L. fermentum terlihat dari kemampuan menekan bakteri patogen enteral dan E.coli penyebab infeksi saluran kemih, sedangkan aktivitas antioksidatif terlihat dari total antioxidative activity (TAA) dan total

antioxidative status (TAS) yang tinggi pada L. fermentum. Hal ini yang

menyebabkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal pada tikus kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC bisa lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC.

Secara in vitro, L. fermentum memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri patogen seperti E. coli. L. fermentum mensekresikan senyawa antimikroba proteinacious yang ditemukan aktif bahkan pada pH netral (Varma et al. 2010, Zeng et al. 2011). Senyawa antimikroba proteinacious yang disekresikan oleh L.

fermentum adalah bakteriosin (Ruiz et al. 2009). Bakteriosin adalah protein aktif

yang disintesa secara ribosomal dan menunjukkan aktivitas antimikroba. Mekanisme aktivitas antimikroba bakteriosin adalah (1) Molekul bakteriosin kontak langsung dengan membran sel bakteri melalui reseptor permukaan sel spesifik yaitu pediocin AcH, (2) Proses kontak ini kemudian mengganggu potensial membran berupa destabilitas membran sitoplasma, (3) Ketidakstabilan membran memberikan dampak pembentukan lubang atau pori pada membran sel bakteri. Pembentukan lubang menyebabkan perubahan gradien potensial membran dan menghilangkan proton motive force (PMF) sehingga menghambat produksi energi dan biosintesis protein. Efeknya menyebabkan pertumbuhan sel bakteri terhambat dan kematian (Cotter et al. 2005, Bilkova et al. 2011). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas antimikroba L. fermentum dapat meminimalkan efek patogenisitas EPEC sehingga kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal pada kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC.

Selain itu, kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang lebih rendah pada kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC dibandingkan dengan kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC menunjukkan bahwa L. plantarum kurang memiliki aktivitas antioksidan sehingga tidak mampu mempertahankan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD. Tidak pernah dilaporkan sebelumnya mengenai aktivitas antioksidatif L. plantarum. Hal inilah yang mungkin menyebabkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal pada kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC lebih rendah dibandingkan dengan kelompok L. fermentum + EPEC. Hal ini menunjukkan pula bahwa L. plantarum

tidak lebih baik dibandingkan dengan L. fermentum dalam hal kemampuan melawan EPEC dan mempertahankan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus percobaan.

Pada terminasi hari ke-22, kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD paling tinggi masih ditunjukkan oleh kelompok perlakuan L. fermentum. Hal ini terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++) pada kelompok perlakuan L. fermentum paling tinggi secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya (Lampiran 9). Tingginya kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada kelompok perlakuan L. fermentum ditunjukkan pula oleh jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi negatif (-) paling rendah secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya (Lampiran 11). Seperti halnya pada terminasi hari ke-8 dan15, terminasi hari ke-22 ini juga memperlihatkan bahwa pemberian L. fermentum mampu meningkatkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus. Wang et al. (2009) melaporkan bahwa L. fermentum memiliki aktivitas antioksidatif. Aktivitas antioksidatif L. fermentum ditunjukkan oleh peningkatan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan otot. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya peningkatan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal pada tikus yang diberi L. fermentum selama tiga minggu.

Pada terminasi hari ke-22 dapat dilihat pula bahwa kelompok perlakuan L.

plantarum memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang tidak berbeda nyata

(p>0.05) dengan kelompok perlakuan kontrol negatif, terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++), positif sedang/lemah (++/+), dan negatif (-) pada kelompok perlakuan L. plantarum tidak berbeda secara nyata (p>0.05) dibandingkan dengan kelompok perlakuan kontrol negatif. Jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++) pada kelompok perlakuan

L. plantarum dapat dilihat pada Lampiran 9, positif sedang/lemah (++/+) pada

Lampiran 10, dan negatif (-) pada Lampiran 11. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian L. plantarum selama tiga minggu belum mampu meningkatkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus.

Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD paling rendah pada terminasi hari ke-22 ditunjukkan oleh kelompok perlakuan kontrol positif dan L. plantarum +

EPEC. Hal ini terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++) pada kelompok perlakuan kontrol positif L. plantarum + EPEC paling rendah secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya (Lampiran 9). Rendahnya kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada kelompok perlakuan kontrol positif dan L. plantarum + EPEC terlihat pula dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi negatif (-) paling tinggi secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya (Lampiran 11). Rendahnya kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal pada kelompok perlakuan kontrol positif dan L. plantarum + EPEC pada terminasi hari ke-22 ini menunjukkan bahwa seminggu setelah pemberian EPEC dihentikan, EPEC belum tereliminasi dari tubuh. Menurut Curtis (2000), masa inkubasi EPEC adalah 9-12 jam dengan masa penularan yang berlangsung lama dan masih dapat ditemukan pada pasien sampai dengan tiga minggu setelah sembuh. Selain itu, berdasarkan penelitian Arief et al. (2010), kejadian diare muncul pada minggu kedua sejak tikus dipapar EPEC dan berlangsung sampai pada minggu ketiga. Hal ini berarti EPEC yang merupakan penyebab diare belum tereliminasi secara tuntas dari tubuh tikus. Penjelasan di atas merupakan penyebab masih rendahnya kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal pada tikus yang pernah dipapar EPEC satu minggu sebelumnya.

Kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC menunjukkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC, hal ini terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif (+++) pada kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC lebih tinggi secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan dengan kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC (Lampiran 9). Hal ini terlihat pula dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi negatif (-) pada kelompok perlakuan L.

fermentum + EPEC lebih rendah secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan

dengan kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC (Lampiran 11). Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang lebih tinggi pada kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC tersebut menunjukkan bahwa L. fermentum memiliki aktivitas antimikroba dan antioksidatif.

Selain aktivitas antioksidatif dan senyawa antimikroba proteinacious yang disekresikan L. fermentum untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, L. fermentum juga diketahui memiliki profil karbohidrat yang unik pada dinding selnya yang memungkinkannya untuk menempel pada reseptor mukosa sel-sel epitelial inang. Hal ini menyebabkan L.

fermentum mampu mencegah penempelan dari E. coli patogen pada sel-sel

epitelial inang. Mekanisme inilah yang menyebabkan bakteri EPEC kurang memberikan efek patogenisitasnya karena keberadaan L. fermentum (Mikelsaar et

al. 2004). Berkurangnya efek patogenisitas EPEC akibat penghambatan oleh L. fermentum menyebabkan radikal bebas yang dihasilkan pun berkurang sehingga

antioksidan yang digunakan untuk menetralisir radikal bebas tersebut tidak terlalu banyak. Hal ini yang menyebabkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal pada tikus kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC bisa lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC.

4.3 Penghitungan Persentase terhadap Kandungan Antioksidan Cu,Zn-SOD