• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Hasil Pengobatan

Banyaknya subjek yang diperlukan dalam penelitian ini adalah ≥ 52 orang untuk masing-masing kelompok penelitian. Pada penelitian ini, jumlah sampel yang diperoleh tidak memenuhi persyaratan jumlah sampel dalam rumus penelitian karena jumlah santri

yang menderita skabies di Pondok Pesantren Bait Qur’ani, Ciputat hanya sebanyak 36 orang tanpa infeksi sekunder.

Seluruh subjek penelitian dibagi dua kelompok dengan metode alokasi random yaitu dibagi dua kelompok sama besar (18 orang untuk masing-masing kelompok). Namun pada hari ke-2 pengobatan didapatkan satu santri pulang untuk berobat ke tempat lain sehingga santri tersebut dimasukan ke dalam kriteria drop out. Santri tersebut adalah santri yang mendapatkan pengobatan dengan salep 2-4 dan sabun non-sulfur, non-antiseptik. Jumlah santri yang menjadi subjek penelitian kini berjumlah 35 orang. Santri dari kelompok penelitian salep 2-4 dengan sabun sulfur 10% yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 11 orang dan santri perempuan sebesar 7 orang. Santri dari kelompok penelitian salep 2-4 tunggal yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 8 orang dan santri perempuan sebesar 9 orang.

Setelah dilakukan pengobatan selama 3 hari, seluruh santri dilakukan follow up tiap minggunya dan dinyatakan sembuh menurut Panduan Praktis Klinis RSCM tahun 2012 jika :

1.Tidak timbul lesi baru dalam 2 minggu 2.Papul dan vesikel menghilang 80%

Pengobatan skabies dikatakan gagal jika gejala gatal malam hari menetap bahkan memburuk setelah 2 minggu. Penilaian kesembuhan klinis selain dari tinjauan pustaka, dilihat dari kontrol positif dan kontrol negatif masing-masing satu orang dengan menggunakan cream permethrin 5%. Setelah satu minggu dilakukan pengobatan, dilakukan pengobatan ulang kepada santri yang masih belum menunjukkan kesembuhan klinis. Santri yang dilakukan pengobatan ulang pada minggu pertama adalah sebanyak 7 orang.

Berikut adalah hasil uji perbedaan kesembuhan pada dua kelompok penelitian di

Tabel 4.5 Uji Perbedaan Kesembuhan pada Dua Kelompok Penelitian

Follow up Kelompok

Perlakuan

Sembuh Tidak Sembuh Nilai p

Jumlah % Jumlah % Follow up Minggu Pertama Salep 2-4 dan Sabun Sulfur 16 (88,9%) 2 (11,1%) 0,177 Salep 2-4 12 (70,6%) 5 (29,4%) Follow up Minggu ke-2 Salep 2-4 dan Sabun Sulfur 15 (83,3%) 3 (16,7%) 0,528 Salep 2-4 15 (88,2%) 2 (11,8%) Follow up Minggu ke-3 Salep 2-4 dan Sabun Sulfur 16 (88,9%) 2 (11,1%) 0,677 Salep 2-4 15 (88,2%) 2 (11,8%)

Penelitian yang dilakukan selama 3 minggu pada 35 santri dengan penyakit skabies tanpa infeksi sekunder ini didapatkan hasil kesembuhan klinis pada kelompok perlakuan kombinasi salep 2-4 dan sabun sulfur 10% pada follow up minggu pertama sebanyak 16 santri (88,9%), follow up di minggu ke-2 sebanyak 15 santri (83,3%), dan follow up ke-3 sebanyak 16 santri (88,9%). Sedangkan pada kelompok perlakuan salep 2-4 tunggal, angka kesembuhan klinis pada follow up minggu pertama sebanyak 12 santri (70,6%), follow up minggu ke-2 sebanyak 15 santri (88,2%), dan follow up minggu ke-3 sebanyak 15 santri (88,2%).

Follow up di minggu pertama pada kelompok perlakuan salep 2-4 dengan

follow up minggu ke-2 sebanyak 3 santri (16,7%), dan follow up minggu ke-3 sebanyak 2 santri (11,1%). Sedangkan pada kelompok perlakuan salep 2-4 tunggal, santri yang tidak sembuh pada follow up minggu pertama sebanyak 5 santri (29,4%), follow up

minggu ke-2 sebanyak 2 santri (11,8%), dan follow up minggu ke-3 sebanyak 2 santri (11,8%).

Gambar 4.6 Diagram Perbedaan Kesembuhan pada Dua Kelompok Penelitian

Penggunaan salep 2-4 dengan sabun sulfur 10% di follow up pertama, kedua dan ketiga menunjukan angka cukup tinggi. Hal ini disebabkan konsentrasi sulfur dalam salep 2-4 adalah 4% dan sabun sulfur yang diberikan mengandung sulfur 10%, sehingga jika dibandingkan dengan penggunaan salep 2-4 dengan sabun non-sulfur dan non-antiseptik, kombinasi salep 2-4 dengan sabun sulfur lebih efektif membunuh larva dan tungau dewasa karena konsentrasinya yang meningkat sehingga absorbsinya akan lebih baik. Dibuktikan dengan terdapatnya perbedaan jumlah sembuh yang lebih banyak pada sampel yang memakai kombinasi salep 2-4 dengan sabun sulfur.

Jumlah angka kesembuhan salep 2-4 dengan sabun sulfur 10% mengalami penurunan di follow up minggu kedua dan meningkat kembali di follow up minggu ke-3.

sebesar 88,9%.

Penggunaan salep 2-4 dengan sabun non-sulfur dan non-antiseptik di follow up

minggu pertama jumlahnya hanya sebanyak 12 orang (70,6%). Hal ini terjadi karena salep 2-4 hanya membunuh larva dan tungau saja tanpa membunuh telur. Telur baru akan menetas setelah 3-4 hari sehingga di follow up ke-2 dan ke-3 baru terjadi peningkatan jumlah sembuh dengan salep 2-4 tunggal. Selain itu, jika dibandingkan dengan terapi kombinasi salep 2-4 dan sabun sulfur 10% memiliki konsentrasi sulfur yang lebih tinggi sehingga pada pemakaian salep 2-4 tunggal jumlah santri yang sembuh secara klinis lebih sedikit dibandingkan dengan terapi kombinasi salep 2-4 dan sabun sulfur 10%. Jumlah santri yang sembuh pada terapi kombinasi salep 2-4 dan sabun sulfur 10% pada minggu pertama yaitu 88,9% dibandingkan dengan salep 2-4 tunggal hanya sebesar 70,6%.

Dari hasil uji Fisher’s Exact Test antara kelompok perlakuan kombinasi salep 2-4 dan sabun sulfur 10% dibandingkan dengan salep 2-4 tunggal didapatkan pada follow up minggu pertama (p =0,177), follow up minggu kedua (p=0,528), dan follow up

minggu ketiga (p=0,677) yang artinya tidak terdapat perbedaan bermakna proporsi kesembuhan antar kelompok. Kemungkinan penyebab hal ini adalah :

1. Salep 2-4 dan sabun sulfur 10% memiliki kemampuan yang sama dalam absorbsinya di kulit, namun karena pemakaian sabun memang terbatas digunakan saat mandi saja dan hanya selama 3 minggu, efektivitasnya pada terapi kombinasi salep 2-4 dan sabun sulfur 10% dibandingkan dengan salep 2-4 tunggal tidak terdapat perbedaan jumlah santri yang sembuh secara signifikan antar dua kelompok

2. Penggunaan sabun hanya 3 minggu, sementara efektivitas sabun dalam mengobati penyakit kulit sebaiknya diaplikasikan selama 6 minggu.

3. Sampel yang diperoleh pada penelitian ini, tidak memenuhi syarat jumlah sampel penelitian sehingga hasil uji statistik yang diperoleh tidak menunjukkan perbedaan bermakna proporsi kesembuhan antar kelompok.

Pada tabel 4.5, walaupun jumlah santri yang sembuh pada terapi kombinasi salep 2-4 dan sabun sulfur lebih banyak dibandingkan dengan terapi salep 2-4 tunggal, namun perbedaan jumlah santri yang sembuh diantara dua kelompok hanya berbeda 4 orang di minggu pertama, jumlah yang sama di minggu kedua, dan 1 orang di minggu ke tiga sehingga pada saat dilakukan penilaian saat observasi didapatkan hasil pengobatan dengan

menggunakan kombinasi salep 2-4 dan sabun sulfur 10% lebih efektif dalam mengobati penyakit skabies dibandingkan dengan salep 2-4 tunggal, namun ketika di uji secara statistik, perbedaan jumlah yang sembuh tersebut tidak menunjukkan hasil yang bermakna walaupun secara klinis menunjukkan hasil perbedaan kesembuhan klinis yang lebih banyak pada santri yang menggunakan terapi kombinasi salep 2-4 dengan sabun sulfur 10% dibandingkan dengan salep 2-4 tunggal. Dapat dilihat presentase kesembuhan klinis salep 2-4 dengan sabun sulfur 10% adalah sebesar 88,9% dan salep 2-4 tunggal sebesar 70,6%.

Beberapa faktor yang menyebabkan pada penelitian ini didapatkan jumlah sampel penelitian yang tidak memenuhi syarat rumus sampel penelitian :

1. Jumlah santri yang menderita penyakit skabies pada waktu tersebut hanya berjumlah 36 orang tanpa infeksi sekunder

2. Sampel penelitian tidak diperoleh dari beberapa pondok pesantren namun hanya

berasal dari satu pondok pesantren yakni Pondok Pesantren Bait Qur’ani, Ciputat, hal

BAB V

Dokumen terkait