• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.4 Hasil Pengujian Hipotesis

Hasil pengujian asumsi klasik telah membuktikan variabel-variabel independen tidak memiliki sifat multikolonieritas dan komponen error (ε) tidak memiliki sifat heteroskedastisitas dan berdistribusi normal. Artinya, persyaratan statistik penggunaan metode analisis regresi linear berganda telah terpenuhi. Tahap selanjutnya ialah menganalisis hasil pengujian hipotesis.

Hipotesis pertama–kapasitas sumber daya, kerangka peraturan, akuntansi dan pelaporan, pengawasan intern, serta audit dan pengawasan ekstern berpengaruh positif terhadap kinerja pengelolaan keuangan Pemko Medan, baik secara serempak maupun parsial–diuji dengan uji statistik F untuk melihat pengaruh

serempak dan uji statistik t untuk melihat pengaruh parsial. Ringkasan hasil pengujian hipotesis pertama ditabelkan pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9 Hasil Pengujian Hipotesis Pertama

Variabel Koefisien Sig.

Konstanta 2,174 0,520

Kapasitas sumber daya (X1) 0,174 0,123

Kerangka peraturan (X2) 0,475 0,000

Akuntansi dan pelaporan (X3) 0,292 0,044

Pengawasan intern (X4) 0,307 0,007

Audit dan pengawasan ekstern (X5) 0,397 0,001

F 50,533 0,000

R 0,827

Adjusted R2 0,670

Variabel dependen Kinerja pengelolaan keuangan (Y) Sumber: Lampiran 9, 2016 (data diolah)

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan adanya hubungan (R) yang positif sebesar 0,827 antara kelima variabel independen dan variabel dependen. Artinya, tingkat hubungan kelima variabel independen dengan variabel dependen sangat kuat (lihat Tabel 4.2).

5.4.1 Nilai koefisien determinasi

Hasil pengujian menunjukkan nilai koefisien determinasi–adjusted R2–0,670. Artinya, 67% variasi kinerja pengelolaan keuangan dapat dijelaskan oleh variabel kapasitas sumber daya, kerangka peraturan, akuntansi dan pelaporan, pengawasan intern, serta audit dan pengawasan ekstern secara serempak. Sisanya 33% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disertakan dalam model regresi. Jadi, model regresi tinggi ketepatannya dalam memprediksi variabel dependen karena nilai adjusted R2 0,670 lebih besar dari 0,50.

5.4.2 Hasil uji statistik F

Hasil uji statistik F menunjukkan nilai F sebesar 50,533 dengan nilai signifikansi 0,000. Artinya, model regresi layak digunakan untuk memprediksi kinerja pengelolaan keuangan. Dengan kalimat lain, kapasitas sumber daya, kerangka peraturan, akuntansi dan pelaporan, pengawasan intern, serta audit dan pengawasan ekstern secara serempak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pengelolaan keuangan pada tingkat kepercayaan 95%.

5.4.3 Hasil uji statistik t

Hasil uji statistik t menunjukkan dari kelima variabel independen yang dimasukkan ke model regresi, hanya kapasitas sumber daya yang secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja pengelolaan keuangan dengan angka koefisien 0,174 dan nilai signifikansi 0,123 yang lebih besar dari 0,05. Dengan kalimat lain, hubungan kapasitas sumber daya dengan kinerja pengelolaan keuangan sangat lemah dan tidak signifikan. Akan tetapi, kerangka peraturan, akuntansi dan pelaporan, pengawasan intern, serta audit dan pengawasan ekstern secara sendiri-sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pengelolaan keuangan dengan nilai signifikansi masing-masing sebesar 0,000; 0,044; 0,007; 0,001 pada tingkat kepercayaan 95%.

Berikut interpretasi tingkat hubungan keempat variabel independen tersebut. 1. Koefisien kerangka peraturan 0,475 dengan nilai signifikansi 0,000 berarti jika

variabel lainnya dikendalikan (tidak bervariasi), hubungan kerangka peraturan dengan kinerja pengelolaan keuangan sedang, signifikan, dan searah.

2. Koefisien akuntansi dan pelaporan 0,292 dengan nilai signifikansi 0,044 berarti jika variabel lainnya dikendalikan (tidak bervariasi), hubungan

akuntansi dan pelaporan dengan kinerja pengelolaan keuangan rendah, signifikan, dan searah.

3. Koefisien pengawasan intern 0,307 dengan nilai signifikansi 0,007 berarti jika variabel lainnya dikendalikan (tidak bervariasi), hubungan pengawasan intern dengan kinerja pengelolaan keuangan rendah, signifikan, dan searah.

4. Koefisien audit dan pengawasan ekstern 0,397 dengan nilai signifikansi 0,001 berarti jika variabel lainnya dikendalikan (tidak bervariasi), hubungan audit dan pengawasan ekstern dengan kinerja pengelolaan keuangan rendah, signifikan, dan searah.

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda yang ditabelkan pada Tabel 5.9, pengaruh kapasitas sumber daya, kerangka peraturan, akuntansi dan pelaporan, pengawasan intern, serta audit dan pengawasan ekstern terhadap kinerja pengelolaan keuangan Pemko Medan menghasilkan model regresi berikut.

Y = 2,174 + 0,174X1 + 0,475X2 + 0,292X3 + 0,307X4 + 0,397X5 (5.1)

Dengan mempertimbangkan penggunaan skala Likert yang tidak memiliki satuan dan hanya menunjukkan variasi persepsi untuk mengukur setiap variabel penelitian, interpretasi dilakukan hanya dengan melihat arah hubungan, bukan besaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan menganggap variabel-variabel lain dalam kondisi yang sama, jika kerangka peraturan/akuntansi dan pelaporan/pengawasan intern/audit dan pengawasan ekstern semakin baik, kinerja pengelolaan keuangan akan semakin baik juga. Sebaliknya, jika kerangka peraturan/akuntansi dan pelaporan/pengawasan intern/audit dan pengawasan ekstern semakin buruk, kinerja pengelolaan keuangan akan semakin buruk juga.

5.4.4 Hasil uji residual

Hipotesis kedua–iklim organisasi dapat memoderasi hubungan kapasitas sumber daya, kerangka peraturan, akuntansi dan pelaporan, pengawasan intern, audit dan pengawasan ekstern dengan kinerja pengelolaan keuangan Pemko Medan–diuji dengan uji residual. Ringkasan hasil pengujian hipotesis kedua ditabelkan pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10 Hasil Pengujian Hipotesis Kedua

Variabel Koefisien Sig.

Konstanta 1,045 0,545

Kinerja pengelolaan keuangan (Y) 0,036 0,271

Variabel dependen Absolut residual Z Sumber: Lampiran 10, 2016 (data diolah)

Berdasarkan hasil uji residual, kemampuan iklim organisasi dalam memoderasi hubungan kapasitas sumber daya, kerangka peraturan, akuntansi dan pelaporan, pengawasan intern, audit dan pengawasan ekstern dengan kinerja pengelolaan keuangan Pemko Medan menghasilkan model regresi berikut.

|ε| = 1,045 + 0,036Y (5.2)

Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan nilai koefisien parameter kinerja pengelolaan keuangan positif dengan nilai signifikansi 0,271 yang lebih besar dari 0,05. Artinya, iklim organisasi tidak dianggap sebagai variabel moderator pada penelitian ini. Sebagai kesimpulan, iklim organisasi tidak dapat memoderasi hubungan kapasitas sumber daya, kerangka peraturan, akuntansi dan pelaporan, pengawasan intern, audit dan pengawasan ekstern dengan kinerja pengelolaan keuangan Pemko Medan.

5.5 Pembahasan

Hasil penelitian membuktikan secara serempak, kapasitas sumber daya, kerangka peraturan, akuntansi dan pelaporan, pengawasan intern, serta audit dan pengawasan ekstern berpengaruh signifikan terhadap kinerja pengelolaan keuangan Pemko Medan. Secara parsial, kerangka peraturan, akuntansi dan pelaporan, pengawasan intern, serta audit dan pengawasan ekstern berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pengelolaan keuangan Pemko Medan, sedangkan kapasitas sumber daya berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja pengelolaan keuangan Pemko Medan. Iklim organisasi ternyata tidak memoderasi hubungan kelima faktor tersebut dengan kinerja pengelolaan keuangan.

Pemko Medan harus realistis tentang apa yang hendak dicapai dengan menetapkan skala prioritas dan waktu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan, Pemko Medan harus memerhatikan bagaimana meningkatkan kapasitas sumber daya yang dimiliki, bagaimana memastikan kerangka peraturan telah mengakomodir implementasi pengelolaan keuangan sesuai dengan urusan dan sifat kegiatan instansi, bagaimana membangun sistem akuntansi dan pelaporan yang mendukung akuntabilitas dan transparansi yang ideal, bagaimana mengefektifkan pengawasan intern yang memberikan keyakinan memadai bagi tercapainya pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan, dan bagaimana mengoptimalkan peran audit dan pengawasan ekstern yang mampu meningkatkan kepercayaan publik, serta bagaimana menciptakan iklim organisasi yang kondusif. PKP membutuhkan kepemimpinan yang kuat, komitmen jangka panjang, dan kerja sama yang efektif. Tanpanya, tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah akan sulit tercapai.

5.5.1 Pengaruh kapasitas sumber daya terhadap kinerja pengelolaan keuangan

Hasil penelitian menunjukkan secara parsial, kapasitas sumber daya berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja pengelolaan keuangan. Artinya, hubungan kapasitas sumber daya dengan kinerja pengelolaan keuangan sangat lemah dan tidak signifikan. Kapasitas sumber daya ternyata tidak mampu memberikan kontribusi yang seharusnya kepada kinerja pengelolaan keuangan Pemko Medan. Dengan kalimat lain, Pemko Medan diduga melaksanakan pengelolaan keuangan tanpa mengoptimalkan SDM, keuangan, peralatan, fasilitas, dan infrastruktur yang dimiliki dan dapat dimiliki.

Hasil itu tidak sejalan dengan pendapat Olander et al. (2007: 76) yang menyatakan sumber daya–SDM, keuangan, peralatan, dan fasilitas–adalah kapasitas mendasar yang memengaruhi kinerja organisasi, pendapat CAPA (2013: 8) yang mengidentifikasi salah satu elemen kunci PKP ialah tersedianya sumber daya yang sesuai untuk mendukung pelaksanaan pengelolaan keuangan, khususnya menyangkut SDM dan sistem, dan pandangan PEFA Secretariat (2016: 4) yang juga mengakui adanya faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja PKP, seperti kapasitas SDM.

Hasil itu juga bertentangan dengan hasil beberapa penelitian terdahulu. Penelitian ACCA (2010) di Botswana menemukan adanya investasi yang signifikan yang dibuat pemerintah untuk memastikan kuantitas dan kualitas SDM yang dibutuhkan terpenuhi. Penelitian ACCA (2010) di Pakistan menemukan minimnya data keuangan, sistem, dan kualitas pegawai mengakibatkan perencanaan, penganggaran, dan pelaporan tidak dapat diandalkan; pengendalian intern tidak efektif. Penelitian ACCA (2010) di Zimbabwe menunjukkan

minimnya tenaga profesional yang berkualifikasi di sektor publik karena rendahnya imbalan yang diperoleh jika dibandingkan dengan sektor swasta menyebabkan peningkatan PKP sulit dilakukan. Penelitian Wibawa (2010) juga membuktikan prasarana dan sarana serta kualitas personil berpengaruh signifikan terhadap kinerja SKPD di Kabupaten Ngawen, Jawa Tengah yang kembali diperkuat oleh hasil penelitian Batan (2011) yang menegaskan SDM, sarana dan prasarana, serta anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Toraja. Penelitian Muhammed (2014) tentang reformasi PKP di Ethiopia dan Tanzania juga membuktikan pemanfaatan teknologi informasi untuk membangun sistem akuntansi dan sistem informasi PKP yang terintegrasi berpengaruh terhadap kinerja PKP. Penelitian Safwan et al. (2014) kembali membuktikan kompetensi berpengaruh terhadap kinerja pengelolaan keuangan daerah Pemkab Pidie Jaya. Akan tetapi, hasil penelitian ini mendukung penelitian Desi (2008) yang menunjukkan kelemahan SDM dan teknologi informasi tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan dan penelitian Sugeng (2014) yang menegaskan kompetensi dan pemahaman SAKD tidak berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah.

Analisis berdasarkan jawaban kuesioner mengindikasikan ketidakpuasan sebagian besar pejabat pengelola keuangan atas manajemen SDM Pemko Medan yang dinilai tidak menunjukkan komitmen pimpinan dalam mengidentifikasi kemampuan SDM melaksanakan tugas sesuai dengan standar yang seharusnya. Fenomena di lapangan dan adanya temuan BPK juga menunjukkan jumlah dan kompetensi SDM pengelola keuangan yang dimiliki belum memadai; distribusi

SDM pengelola keuangan belum sesuai dengan kebutuhan SKPD masing-masing; pelaksanaan diklat dan nondiklat belum sesuai dengan kebutuhan, baik dari segi program maupun sasaran SDM; manajemen kas belum memadai, khususnya ketersediaan kas saat diperlukan; fasilitas dan infrastruktur yang mendukung implementasi PKP belum memadai dan belum dimanfaatkan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya. Diharapkan Pemko Medan segera berbenah karena sumber daya, khususnya SDM dan peralatan/sistem, merupakan elemen penting yang tanpanya tidak ada reformasi PKP yang akan berhasil.

5.5.2 Pengaruh kerangka peraturan terhadap kinerja pengelolaan keuangan

Hasil penelitian menunjukkan secara parsial, kerangka peraturan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pengelolaan keuangan. Artinya, jika variabel lainnya dikendalikan (tidak bervariasi), hubungan kerangka peraturan dengan kinerja pengelolaan keuangan sedang, signifikan, dan searah. Dengan kalimat lain, jika kerangka peraturan semakin baik, kinerja pengelolaan keuangan akan semakin baik juga dan begitu juga sebaliknya. Di antara variabel-variabel yang diteliti, kerangka peraturan merupakan variabel dengan kontribusi terbesar kepada kinerja pengelolaan keuangan Pemko Medan. Itu menunjukkan Pemko Medan menyadari pentingnya peran kerangka peraturan yang menuntun fungsi dan proses PKP yang efektif dan efisien.

Hasil itu sejalan dengan pendapat Olander et al. (2007: 77) yang menyatakan kerangka kelembagaan yang meliputi peraturan, prosedur, dan budaya organisasi dapat meningkatkan atau malah mengganggu kinerja yang diharapkan; pandangan CAPA (2013: 8) yang menyebutkan perlunya kerangka peraturan

perundang-undangan yang jelas dan dapat memfasilitasi penyelenggaraan pelayanan publik yang efektif dan efisien; pendapat PEFA Secretariat (2016: 4) yang juga menyarankan kerangka peraturan diperhitungkan pengaruhnya terhadap PKP.

Hasil itu juga sejalan dengan hasil beberapa penelitian terdahulu. Penelitian ACCA (2010) di Zambia menunjukkan reformasi PKP dilakukan dengan mengamandemen UU Keuangan Publik, memperkuat akuntabilitas, dan mendesain ulang struktur dan fungsi kelembagaan kantor-kantor pemerintahan, termasuk fungsi pengendalian intern. Penelitian Batan (2011) menegaskan sistem dan prosedur kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Toraja. Penelitian Jena (2012) tentang perbaikan PKP di India menyimpulkan perubahan kerangka kelembagaan yang ada di Kementerian Keuangan dan adanya peraturan yang mengatur tentang pengadaan barang berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan. Penelitian Muhammed (2014) tentang reformasi PKP di Ethiopia juga menunjukkan strategi Ethiopia memperbaiki kerangka peraturan PKP berpengaruh signifikan terhadap kinerja PKP.

Analisis berdasarkan jawaban kuesioner mengindikasikan Pemko Medan perlu memperhatikan konsistensi antara UU, peraturan pemerintah pusat, dan peraturan daerah terkait dengan PKP. Diharapkan Pemko Medan segera berbenah dengan merumuskan peraturan perundang-undangan daerah yang tidak bias dan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, khususnya mengenai pengadaan barang dan jasa (PBJ) dan badan usaha milik daerah (BUMD). Fenomena di lapangan menunjukkan ketidakpuasan pejabat pengelola keuangan atas ketidakjelasan peraturan dan kebijakan Pemko Medan mengenai

PBJ. Beberapa persyaratan PBJ dinilai tidak sesuai dengan peraturan yang lebih tinggi. Konsistensi pelaksanaan sosialisasi peraturan perundang-undangan terbaru juga harus diperhatikan agar tidak terjadi kesimpangsiuran maupun multitafsir dalam pengelolaan keuangan daerah. Dan yang tidak kalah penting, peraturan perundang-undangan daerah untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat harus dibenahi agar masyarakat selaku pemangku kepentingan dapat menjalankan perannya dalam mengawasi jalannya pemerintahan.

5.5.3 Pengaruh akuntansi dan pelaporan terhadap kinerja pengelolaan keuangan

Hasil penelitian menunjukkan secara parsial, akuntansi dan pelaporan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pengelolaan keuangan. Artinya, jika variabel lainnya dikendalikan (tidak bervariasi), hubungan akuntansi dan pelaporan dengan kinerja pengelolaan keuangan rendah, signifikan, dan searah. Dengan kalimat lain, jika akuntansi dan pelaporan semakin baik, kinerja pengelolaan keuangan akan semakin baik juga dan begitu juga sebaliknya. Namun, lemahnya hubungan akuntansi dan pelaporan dengan kinerja pengelolaan keuangan Pemko Medan harus diperhatikan. Secara statistik, nilai signifikansi akuntansi dan pelaporan mendekati batas taraf nyata yang berarti Pemko Medan harus segera membenahi bidang ini.

Dijelaskan dalam Penjelasan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa pengaturan bidang akuntansi dan pelaporan dilakukan untuk menguatkan pilar akuntabilitas dan transparansi. Pelaksanaan SAPD yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah yang mengacu pada peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan

daerah wajib dilakukan oleh entitas pelaporan (PPKD) dan akuntansi (SKPD). Sejak tahun anggaran 2015, penerapan SAP berbasis akrual pada pemerintah daerah juga wajib dilakukan. Penerapan SAP berbasis akrual tersebut tentu akan berjalan jika didukung oleh kesiapan peraturan, SDM, sarana dan prasarana pendukung, serta sistem informasi.

Hasil penelitian ini mendukung beberapa penelitian terdahulu. Penelitian Muhammed (2014) tentang reformasi PKP di Ethiopia menunjukkan penerapan sistem akuntansi baru, sistem tata buku berpasangan, dan sistem informasi akuntansi berpengaruh signifikan terhadap kinerja PKP Ethiopia. Penelitian Yuniarti (2015) juga membuktikan SAP dan sistem pelaporan berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja Instansi Pemko Bengkulu.

Analisis berdasarkan jawaban kuesioner mengindikasikan Pemko Medan perlu memperbaiki uraian tugas pokok dan fungsi pengelola keuangan SKPD agar jelas dan tidak tumpang tindih. Pengintegrasian sistem informasi akuntansi dan manajemen pemerintah daerah harus segera dilakukan untuk memudahkan proses pengambilan keputusan. Untuk kesiapan penerapan SAP berbasis akrual, Pemko Medan harus berkomitmen menyediakan SDM dengan kompetensi yang dibutuhkan dan membangun SAKD berbasis teknologi. Itu akan terwujud jika ada komitmen pimpinan dan komitmen politik karena salah satu kunci keberhasilan suatu perubahan ialah adanya dukungan yang kuat dari pengambil keputusan, baik dari pihak eksekutif maupun legislatif. Komitmen tersebut terwujud dalam bentuk peraturan perundang-undangan, kebijakan, dan dukungan APBD yang menunjang penerapan SAP basis akrual. Resistensi terhadap perubahan selalu ada sehingga perlu dilakukan sosialisasi agar penerapan SAP berbasis akrual berjalan baik.

5.5.4 Pengaruh pengawasan intern terhadap kinerja pengelolaan keuangan

Hasil penelitian menunjukkan secara parsial, pengawasan intern berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pengelolaan keuangan. Artinya, jika variabel lainnya dikendalikan (tidak bervariasi), hubungan pengawasan intern dengan kinerja pengelolaan keuangan rendah, signifikan, dan searah. Dengan kalimat lain, jika pengawasan intern semakin baik, kinerja pengelolaan keuangan akan semakin baik juga dan begitu juga sebaliknya.

Penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban, harus dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efisien dan efektif. Untuk itu, dibutuhkan sistem pengendalian intern yang dalam penerapannya harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi instansi pemerintah tersebut.

Hasil itu sejalan dengan hasil beberapa penelitian terdahulu. Penelitian Suparno (2012) menyatakan pengawasan (intern) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah Pemko Dumai. Penelitian Sugeng (2014) juga menunjukkan pengawasan intern berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah Pemkab Kediri. Penelitian Wakiriba et al. (2014) juga membuktikan adanya hubungan sistem pengendalian internal (aktivitas pengendalian) dengan pengelolaan keuangan publik yang positif dan signifikan.

Analisis berdasarkan jawaban kuesioner mengindikasikan Pemko Medan perlu memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan SPIP melalui peran Inspektorat Kota Medan selaku APIP. Sumber daya yang dimiliki Inspektorat Kota Medan dinilai perlu ditingkatkan, khususnya dari segi

kompetensi dan kapabilitas APIP karena APIP diharapkan dapat membimbing aparatur pengelola keuangan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. APIP juga harus independen dan obyektif dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan Kode Etik APIP sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. Standar dan prosedur audit intern yang diaplikasikan Inspektorat Kota Medan juga perlu dibenahi dan disesuaikan dengan Standar Audit APIP sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.

5.5.5 Pengaruh audit dan pengawasan ekstern terhadap kinerja pengelolaan keuangan

Hasil penelitian menunjukkan secara parsial, audit dan pengawasan ekstern berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pengelolaan keuangan. Artinya, jika variabel lainnya dikendalikan (tidak bervariasi), hubungan audit dan pengawasan ekstern dengan kinerja pengelolaan keuangan rendah, signifikan, dan searah. Dengan kalimat lain, jika audit dan pengawasan ekstern semakin baik, kinerja pengelolaan keuangan akan semakin baik juga dan begitu juga sebaliknya.

Akuntabilitas diperlukan untuk dapat mengetahui pelaksanaan program yang dibiayai dengan keuangan daerah, tingkat kepatuhannya terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta untuk mengetahui tingkat kehematan, efisiensi, dan efektivitas dari program tersebut. Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara perlu dilakukan pemeriksaan oleh BPK.

Hasil itu sejalan dengan penelitian ACCA (2010) di Botswana, Pakistan, dan Vietnam menunjukkan keseriusan pemerintah masing-masing dalam meningkatkan peran audit terhadap PKP. Penelitian Suparno (2012) juga menyatakan pengawasan (ekstern) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah Pemko Dumai.

Analisis berdasarkan jawaban kuesioner mengindikasikan Pemko Medan diharapkan dapat lebih memperhatikan transparansi dan peningkatan partisipasi publik dengan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mengetahui hasil pemeriksaan, di antaranya melalui publikasi LHP yang telah diaudit.

5.5.6 Pengaruh iklim organisasi sebagai variabel moderator terhadap kinerja pengelolaan keuangan

Hasil penelitian menunjukkan iklim organisasi tidak dianggap sebagai variabel moderator penelitian ini. Dengan kalimat lain, iklim organisasi tidak dapat memoderasi hubungan kapasitas sumber daya, kerangka peraturan, akuntansi dan pelaporan, pengawasan intern, audit dan pengawasan ekstern dengan kinerja pengelolaan keuangan Pemko Medan.

Hasil itu bertentangan dengan teori SDM yang menyatakan semangat kerja memiliki hubungan erat dengan iklim organisasi tempat pegawai itu bekerja karena memengaruhi cara hidup seseorang, kepada siapa ia berhubungan, siapa yang ia sukai, bagaimana kegiatan kerjanya, apa yang ingin ia capai, dan bagaimana caranya menyesuaikan diri dengan organisasi (Blumenstock dan Pace dalam Steers, 1985).

Hasil itu tidak sejalan dengan hasil penelitian terdahulu. Penelitian Wibawa (2010) membuktikan iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja SKPD di

Kabupaten Ngawen. Penelitian Karyana (2012) juga menyatakan iklim kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja. Penelitian Mamo et al. (2015) juga menyimpulkan perbaikan iklim organisasi pada instansi pelayanan publik akan meningkatkan efektivitas pelayanan publik secara signifikan. Penelitian Agustin (2016) juga menegaskan iklim organisasi yang sehat atau menyenangkan berhubungan signifikan dengan kinerja.

Analisis berdasarkan jawaban kuesioner mengindikasikan ketidakpuasan sebagian besar pejabat pengelola keuangan terhadap manajemen Pemko Medan yang dinilai tidak memiliki sistem insentif dan penghargaan dan sistem evaluasi yang memadai. Aparatur sipil merasa tidak diberi pengakuan atau penghargaan atas setiap kinerja dan capaian kerjanya, bahkan Pemko Medan dinilai belum memiliki sistem promosi yang jelas yang dapat membantu pegawai naik ke puncak kepemimpinan. Hal itu dipertegas dengan adanya temuan BPK yang menyatakan Pemko Medan belum memiliki dan melaksanakan analisis kompentensi atas SDM yang berada di lingkungan kerjanya dan belum memiliki kebijakan promosi dan mutasi, khususnya yang mendukung implementasi SAP berbasis akrual. Iklim organisasi pada Pemko Medan terkesan belum mampu memotivasi aparatur untuk meningkatkan kinerjanya karena dimensi-dimensi iklim organisasi yang ideal belum terwujud sesuai dengan kebutuhan dan harapan aparatur. Diduga itulah yang menyebabkan iklim organisasi tidak dapat memoderasi hubungan kapasitas sumber daya, kerangka peraturan, akuntansi dan pelaporan, pengawasan intern, audit dan pengawasan ekstern dengan kinerja pengelolaan keuangan Pemko Medan. Diharapkan Pemko Medan menerapkan manajemen kinerja yang baik dan kondusif untuk keberhasilan berkelanjutan.

BAB VI

Dokumen terkait