• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3.2. Hasil Pengukuran Kipas Kedua

4.3.2.1. Keadaan Normal

Sama dengan pengujian dengan kipas pertama, untuk kipas kedua ini juga mengukur berdasarkan sumbu z. Pengujian dalam keadaan normal ini juga dijadikan nilai referensi untuk batas frekuensi sebagai indikator kerusakan. Berikut adalah data yang didapat saat kipas dalam keadaan normal

Tabel IV.3. Nilai Frekuensi pada Kipas Uji 2 Keadaan Normal

Dari data diatas dapat terlihat bahwa nilai mengalami fluktuatif antara 214-324Hz. Selanjutnya data tersebut diolah kembali menggunakan persamaan standar deviasi guna mencari batas nilainya.

88 Setelah dihitung maka didapatkan nilai batas antara 253 – 298 Hz. Maka apabila diluar nilai tersebut untuk kipas kedua ini maka akan dianggap rusak.

Gambar IV.14. Analisa Grafik FFT hasil pengukuran kipas 2 keadaan normal

Pada gambar diatas merupakan grafik dari salah satu pengujian dalam domain waktu dan yang telah diolah dengan metode FFT.

89 Berikut adalah gambar saat pengujian untuk kipas kedua berlangsung :

Gambar IV.15. proses pengujian kedua

Posisi pemasangan sensor sama letaknya dengan posisi pemasangan sensor pada proses pengujian kipas pertama. Berikut adalah kipas yang digunakan untuk pengujian kedua:

90 Gambar IV.16. kipas pendingin kedua

Tampilan front panel saat pengujian dalam keadaan normal berlangsung adalah sebagai berikut :

Gambar IV.17. Tampilan front panel pada kipas kedua dalam keadaan normal

91

4.3.2.2. Keadaan Rusak

Gangguan akan diberikan pada baling-balingnya yakni dengan diberikan pemberat pada salah satu baling-balingnya. Berikut adalah gambar kipas yang diberikan gangguan pada baling-balingnya:

Gambar IV.18. Kipas kedua diberikan gangguan

Berikut adalah hasil pengukuran accelerometer ADXL345 yang dihasilkan oleh program pada software LabVIEW :

92 Dari gambar tersebut terlihat LED menunjukan warna merah dan indikator kerusakan menyatakan rusak. Langkah – langkah pengambilan data sama dengan pengujian pertama. Berikut adalah data yang didapat untuk kipas dalam keadaan rusak :

Tabel IV.4. Nilai Frekuensi pada Kipas Uji 2 Keadaan Rusak

Pada Tabel IV.4 diatas kembali terlihat bahwa data yang masuk mengalami perubahan nilai frekuensi dari kipas dalam keadaan normal. Frekuensi yang didapat diluar dari nilai batas yang telah

93 ditentukan sebelumnya. Hal ini dikarenakan putaran kipas yang terjadi terhambat sehngga mengakibatkan frekuensi juga mengalami perubahan secara drastis.

Gambar IV.20. Analisa Grafik FFT hasil pengukuran kipas 2 keadaan rusak

Pada gambar diatas merupakan grafik dari salah satu pengujian dalam domain waktu dan yang telah diolah dengan metode FFT

94 Dari ketiga pengujian diatas maka didapatkan batas nilai untuk 3 jenis kipas yang berbeda :

Tabel IV.5. Batas Nilai Frekuensi Hasil Pengujian

Kipas Batas nilai frekuensi normal

Uji 1 16 – 33Hz

95

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Telah berhasil dibuat program sistem monitoring vibrasi untuk mengukur getaran pada kipas pendingin

2. Hasil analisa FFT membuktikan bahwa pada kipas keadaan rusak memiliki frekuensi yang lebih bervariatif, sedangkan untuk kipas normal cenderung stabil

3. Didapatkan nilai untuk batas frekuensi untuk kipas pertama yaitu 16 – 33 Hz dan untuk kipas kedua 253-298 Hz (dinarasikan)

5.2. Saran

Pada penelitian ini masih terdapat banyak kendala baik saat perangkaian alat, membuat program sampai saat pengujian dilakukan, terdapat beberapa saran yang perlu dikemukakan yaitu

1. Diperlukan kabel yang baik dan solderan yang baik agar tidak terputus komunikasi saat pengambilan data.

2. Diperlukan tempat yang tenang dan tidak banyak gerakan mengingat sensor yang sensitive.

3. Dapat dikembangan lebih lanjut kemasan alat yang dibuat agar terlihat lebaik baik dan terlihat bagus.

96 4. Perlu dilakukan analisa lebih lanjut terhadap beberapa jenis kerusakan

yang lebih kompleks pada pengembangan rancangan selanjutnya. 5. Menggunakan toolkit pengolahan sinyal pada LabVIEW

6. Menggunakan LIFA (LabVIEW Interface For Arduino) 7. Mengambil lebih banyak data untuk lebih akurat

8. Menguji lebih banyak sample untuk data base

97

DAFTAR PUSTAKA

Alfiana, U. (2011). Analisis Pengaruh Misalignment Terhadap Vibrasi dan Kinerja Motor Induksi. Politeknologi Vol.10, No.3, hal.261.

Alma.V.R, Wahyudi dan Setiawan I. (2012). Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Sensor Acceleromter Pada Deteksi Posisi. Semarang: Universitas Dipenogoro.

Anonim. (2000). National Instrument LabVIEW Getting Started With LabVIEW. Texas, USA: National Instrument Corporation.

Anonim. (t.thn.). Analog Device. Diambil kembali dari ADXL345 Data Sheets: http://www.analog.com/static/imported-files/data_sheets/ADXL345.pdf Anonim. (t.thn.). Arduino. Diambil kembali dari Arduino IDE:

http://www.Arduino.cc/downloads/ArduinoIDE

Anonim. (t.thn.). Atmel. Diambil kembali dari Mikrokontroler ATMega 328 Datasheet: www.atmel.com

Arduino. (t.thn.). Diambil kembali dari www.Arduino.cc:

http://www.Arduino.cc/learn/arduino

Ari A, Susilo D, Arifin Z. (2013). Deteksi Kerusakan Impeler Pompa Sentrifugal Dengan Analisa Sinyal Getaran. Mekanika, UNS Vol.11,, No.2, hal 116. Artanto, D. (2012). Interaksi Arduino dan LabVIEW. Jakarta: Penerbir Alex

Media Komputindo,.

Benny, S. K. (t.thn.). Analisa Getaran PAda Mesin Sepeda Motor Berbasis LabVIEW. Depok: Universitas Indonesia.

Brian, E. (t.thn.). Beginning Arduino Programming, Technology In Action. USA. Cozorici L, Cozorici F, Munteanu RA, Balan H. (2012). Vibration Monitoring

System of A Wind Turbine,. Technical university of cluj-napoca buletinul AGIR.

Frans, A. R. (t.thn.). Pemantauan Kondisi Kerusakan Mesin pendingin Ruangan Tipe Split Berbasis Vibrasi. Depok: Univeritas Indonesia.

Hanto, D. (2012). Pengembangan Jaringan Inklinometer Waktu Nyata Untuk Monitoring Pergerakan Tanah. Depok: Universitas Indonesia.

98 Ishak M, Rivai M, Sardjono A.T. (t.thn.). Analisis Proteksi Vibrasi Pada Pompa Sentrifugal Dengan Menggunakan Fast Fourier Transform dan Neural Network. Politeknik Caltex Riau dan ITS Surabaya.

Murray, S. R. (1986). Analisis Fourier. Jakarta: Erlangga.

Novianti, L. (2011). Pengukuran Cepat Kerataan Jalan Raya Dengan Menggunakan MEMS Accelerometer Sensor. Medan: Universitas Sumatra Utara.

Ramses, H. Y. (2012). Getaran Mekanik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

William., T. T. (1993). Theory Of Vibration With Applications. New Jersey: Prentice Hall Inc.

99

LAMPIRAN 1

109

115 LAMPIRAN 3

#include <Wire.h>

#define DEVICE (0x53) //inisialisasi ADXL345 #define TO_READ (6) byte buff[TO_READ] ; char str[512]; void setup() {

Wire.begin(); // inisialisai komunikasi I2C Serial.begin(9600); // memulai serial keluaran //mengaktifkan ADXL345 writeTo(DEVICE, 0x2D, 0); writeTo(DEVICE, 0x2D, 16); writeTo(DEVICE, 0x2D, 8); } void loop() {

int regAddress = 0x32; //intruksi pembacaan int z;

readFrom(DEVICE, regAddress, TO_READ, buff); //membaca nilai akselerasi dari ADXL345

//membaca akselerasi pada sumbu z

z = (((int)buff[5]) << 8) | buff[4];

//mengirim nilai z sebagai string ke port serial sprintf(str, "%d", z); Serial.print(str); // Serial.print(10, BYTE); Serial.println(); //memberikan delay 50 ms delay(50); }

116

//--- Functions

//mengirim nilai ke alamat register pada device void writeTo(int device, byte address, byte val) {

Wire.beginTransmission(device); //memulai pengiriman ke device

Wire.write(address); // mengirim alamt register Wire.write(val); // mengirim nilai

Wire.endTransmission(); //mengakhiri pengiriman }

//membaca jumlah bytes dimulai dari alamat register pada device dalam array

void readFrom(int device, byte address, int num, byte buff[]) {

Wire.beginTransmission(device); //memulai pengiriman ke device

Wire.write(address); //nds address to read from Wire.endTransmission(); //mengakhiri pengiriman

Wire.beginTransmission(device); //memulai pengiriman pada device Wire.requestFrom(device, num); int i = 0; while(Wire.available()) {

buff[i] = Wire.read(); // menerima byte i++;

}

Wire.endTransmission(); //mengakhiri pengiriman }

117 LAMPIRAN 4

119 LAMPIRAN 5 Spesifikasi kipas 1:  Merk sunon  80 x80 x 25 mm  220 VAC  0,1A  2900rpm  7 blades  metal Spesifikasi kipas 2:  JX Case cooler  80x80x25 mm  DC 12 V  0,2 A  3500 rpm  7 blades  plastik

Dokumen terkait