• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.8 Hasil Evaluasi Sediaan Serum Ekstrak Etanol Kulit Manis

4.8.3 Hasil pengukuran pH sediaan serum ekstrak etanol kulit kayu manis

pH meter digital. Rentang pH sediaan sebaiknya tidak terlalu asam karena dapat menyebabkan iritasi kulit dan tidak terlalu basa karena dapat membuat kulit

(Tranggono dan Latifah, 2007). Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Tabel

F0 : Formula blanko (tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis)

F1 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis Konsentrasi 0,3%

F2 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis Konsentrasi 0,5%

F3 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis Konsentrasi 0,7%

Gambar 4.6 Grafik lama penyimpanan terhadap pH serum ekstrak etanol kulit kayu manis selama uji stabilitas 12 minggu pada suhu kamar

Berdasarkan hasil pengamatan pH selama masa penyimpanan 12 minggu, menunjukkan peningkatan konsentrasi ekstrak etanol kulit kayu manis yang ditambahkan akan menurunkan pH sediaan yang disebabkan karena pH ekstrak

penurunan pH setelah penyimpanan selama 12 minggu. Penurunan pH yang terjadi dapat disebabkan karena terdapat kontaminasi ion positif dari bahan yang digunakan dalam formulasi yang dapat mempengaruhi derajat keasaman atau kebasaan sediaan serum (Mardhiani, dkk., 2018).

Banyak faktor yang mempengaruhi stabilitas dari sediaan farmasi, antara lain stabilitas bahan aktif, inetraksi antara bahan aktif dengan bahan tambahan , proses pembuatan bentuk sediaan, cara pengemasan dan kondisi lingkungan yang dialami selama pengiriman, penyimpanan, penanganan dan jarak waktu antara pembuatan dan penggunaan. Faktor lingkungan seperti temperatur, radiasi cahaya dan udara (khususnya oksigen, karbon dioksida dan uap air) juga mempengaruhi stabilitas (Troy dan Beringer, 2006). Penurunan yang terjadi masih berada dalam rentang pH fisiologis kulit wajah sehingga hasil pengujian stabilitas pH sediaan serum masih memenuhi persyaratan untuk berada dalam keadaan stabilnya.

4.8.4 Hasil pengukuran viskositas sediaan serum ekstrak etanol kulit kayu manis

Pemeriksaan viskositas dilakukan dengan menggunakan viscometer NDJ-8S spindle 1 speed 12. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hasil pengukuran viskositas (rerata ± SD) serum ekstrak etanol kulit kayu manis (mPa.s) selama 12 minggu

Pengamatan

F0 : Formula blanko (tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis)

F1 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis Konsentrasi 0,3%

F2 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis Konsentrasi 0,5%

F3 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis Konsentrasi 0,7%

Gambar 4.7 Grafik rerata ± SD viskositas (mPa.s) serum ekstrak etanol kulit kayu manis selama uji stabilitas 12 minggu pada suhu kamar Beberapa faktor yang mempengaruhi viskositas suatu sediaan diantaranya, yaitu faktor mekanis seperti pencampuran atau pengadukan saat proses pembuatan sediaan, pemilihan zat pengental, proporsi fase terdispersi, dan ukuran partikel (Ansel, 1989). Berdasarkan hasil pengukuran viskositas selama masa penyimpanan 12 minggu, menunjukkan perbedaan konsistensi yang diberikan tiap

430

konsentrasi ekstrak yang ditambahkan ke dalam sediaan. Rentang viskositas dari sediaan serum berada pada 230-1150 mPa.s (Mardhiani, dkk., 2018).

Viskositas sediaan mengalami peningkatan setelah penyimpanan selama 12 minggu. Peningkatan viskositas sediaan terjadi dikarenakan adanya tekanan geser (shear force) dari proses pengadukan pada saat pembuatan sediaan. Tekanan geser mengubah struktur polimer basis sediaan menjadi agak renggang menyebabkan viskositas sediaan menjadi rendah saat baru dibuat. Setelah dilakukan penyimpanan, struktur dari polimer tersebut akan kembali seperti semula, sehingga sediaan menjadi lebih kental (Martin, dkk., 1983). Selain itu, peningkatan viskositas juga dapat terjadi karena penurunan kadar air sediaan yang terjadi karena penguapan pada saat pengujian, semakin berkurang kandungan air dalam sediaan akan meningkatkan konsistensinya (Winarti, dkk., 2007).

Peningkatan viskositas yang terjadi masih berada dalam rentang persyaratan viskositas sehingga sediaan serum masih terpenuhi.

4.8.5 Hasil uji diameter daya sebar serum ekstrak etanol kulit kayu manis Pengujian daya sebar serum ekstrak etanol kulit kayu manis dilakukan pengukuran setelah 1 penambahan beban tiap 25 g di atas kaca yang menimpa sediaan hingga mencapai 125 g. Hasil pengukuran diameter daya sebar sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.8.

Tabel 4.9 Hasil pengukuran diameter (rerata ± SD) daya sebar serum ekstrak etanol kulit kayu manis (cm)

Keterangan:

F0 : Formula blanko (tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis)

F1 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis Konsentrasi 0,3%

F2 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis Konsentrasi 0,5%

F3 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis Konsentrasi 0,7%

Gambar 4.8 Grafik rerata ± SD diameter daya sebar (cm) serum ekstrak etanol

Hasil menunjukkan Formula 0 memiliki rentang daya sebar dengan diameter 7,57-8,57 cm, Formula 1 sebesar 5,7-6,67 cm, Formula 2 sebesar 5,07-6,00 cm dan Formula 3 sebesar 5,03-5,93 cm. Setiap formula mengalami peningkatan daya sebar setelah ditambahkan beban kelipatan 25 gram di atas kaca setelah 1 menit. Pengujian daya sebar sediaan bertujuan untuk mengetahui seberapa baik sediaan gel menyebar di permukaan kulit, karena dapat mempengaruhi absorbsi dan kecepatan pelepasan zat aktif di tempat pemakaiannya. Suatu sediaan yang baik dan lebih disukai bila dapat menyebar dengan mudah di kulit dan nyaman digunakan (Wyatt, dkk., 2008).

Daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas, makin besar viskositas suatu sediaan, makin kental konsistensinya, maka makin kecil daya sebar yang dihasilkan. Daya sebar semisolid dibagi menjadi 2, yaitu semistiff dan semifluid.

semistiff adalah sediaan semisolid yang memiliki viskositas tinggi sedangkan semifluid adalah sediaan semisolid dengan viskositas rendah. Pada semistiff syarat daya sebar yang ditetapkan adalah 3-5 cm dan untuk semifluid adalah 5-7 cm (Garg, dkk., 2002). Berdasarkan hasil uji daya sebar sediaan serum termasuk ke dalam sediaan gel semifluid.

4.9 Hasil Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan yang menggunakan sediaan serum dengan ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,7% (F3) dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan pada Lampiran 24.

Tabel 4.10 Hasil Uji Iritasi Sediaan Serum F3 (0,7%) Terhadap Sukarelawan

Sukarelawan Parameter

Gatal-gatal Udem Eritema

1 - - - dengan konsentrasi ekstrak etanol kulit kayu manis 0,7% (F3) menunjukkan hasil yang negatif. Uji iritasi dilakukan dengan mengaplikasikan serum ke bagian belakangan telinga relawan yang kemudian dilihat parameter uji iritasi yaitu munculnya kemerahan kulit (eritema), gata-gatal, dan pembengkakkan (udem) pada kulit (Mulyawan dan Suriana, 2013). Berdasarkan hasil pengujian dengan konsentrasi tertinggi dapat disimpulkan bahwa blanko sediaan serum (F0) dan sediaan serum ekstrak etanol kulit kayu manis dengan konsentrasi 0,3% (F1) dan 0,5% (F2); dan 0,5 (F2) tidak menyebabkan reaksi iritasi dan aman untuk digunakan.

4.10 Hasil Pengujian Efektivitas Anti-Aging

Pengujian efektivitas anti-aging serum ekstrak etanol kulit kayu manis dalam dilakukan terhadap sukarelawan wanita sebanyak 12 orang yang telah

Surat persetujuan Komite Etik Peneliti Kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 20. Pengukuran dilakukan seminggu sekali dalam kurun waktu 1 bulan. Semua sukarelawan diukur terlebih dahulu kondisi kulit wajah awal sebelum perlakuan dengan menggunakan perangkat skin analyzer. Hal ini bertujuan untuk melihat besar pengaruh serum ekstrak etanol kulit kayu manis terhadap kulit sukarelawan dilihat dari persen pemulihan. Parameter pengukuran meliputi : kelembapan (moisture), kehalusan (evenness), pori (pore), noda (spot), dan keriput (wrinkle).

Data yang diperoleh pada setiap parameter dianalisis dengan menggunakan program statistik dengan metode One Way ANOVA. Selanjutnya untuk menganalisis pengaruh setiap formula terhadap kondisi kulit selama 1 bulan perawatan digunakan uji post-hoc Duncan Test.

4.10.1 Kelembapan (moisture)

Kelembapan diukur menggunakan moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Hasil pengukuran kelembapan yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan Gambar 4.9.

Tabel 4.11 Data hasil pengukuran kelembapan pada kulit wajah sukarelawan yang menggunakan serum ekstrak etanol kulit kayu manis selama 4 minggu Formula

- Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012).

- Konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam sediaan serum

F0 : Formula serum blanko (tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis) F1 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,3%

F2 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,5%

F3 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,7%

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 4.11 dapat dilihat terjadinya kenaikan kadar air pada setiap formula.

Grafik pada Gambar 4.9 menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi ekstrak etanol kulit kayu manis memengaruhi peningkatan kelembapan kulit

wajah pada sukarelawan mulai minggu ke-1 sampai ke-4 perawatan. Pemakaian sediaan serum ekstrak etanol kulit kayu manis menghasilkan peningkatan kelembapan rata-rata dari masing-masing formula yaitu, F0 (blanko) 15,87%; F1 26,85%; F2 34,92%; dan peningkatan yang paling tinggi yaitu F3 43,20%

Gambar 4.9 Grafik hasil pengukuran kelembapan (moisture) pada kuli sukarelawan selama 1 bulan perawatan

Gambar 4.10 Grafik persen peningkatan kelembapan (moisture) pada kulit wajah sukarelawan

Kemudian data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji parametrik One Way ANOVA untuk mengetahui efektivitas formula serum terhadap kelembapan kulit wajah sukarelawan dan diperoleh nilai Asymp. Sig.(p) ˂ 0,05.

Hasil analisis pengukuran kelembapan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar formula setelah pemakaian serum selama 4 minggu.

DehidrasiNormal

α = 0,05

Waktu (Minggu) Kelembapan

Data selanjutnya diuji menggunakan uji post-hoc Duncan test untuk mengetahui perbedaan signifikan antara tiap formula. Dari hasil uji Duncan mulai terdapat perbedaan signifikan F0 dengan F1, F2, dan F3 dari minggu 2 hingga minggu 4. Serta tidak terdapat perbedaan signifikan antara F1, F2, dan F3 dari minggu awal hingga minggu 4.

Membran sel manusia terdiri dari lapisan fosfolipid yang salah satunya berupa asam lemak tak jenuh/Polyunsaturated faty acid (PUFA). Polyunsaturated faty acid (PUFA) memiliki fungsi menormalkan aktivitas metabolisme dan meningkatkan fluiditas membran sel. Radikal bebas akan melakukan aktivitas foto oksidasi pada asam lemak tak jenuh sehingga menurunkan fluiditas membran sel dan menyebabkan kulit kehilangan kelembapannya. Antioksidan bekerja untuk menghambat reaksi foto oksidasi sehingga meningkatkan kelembaban kulit (Bhagavan, 1992).

Kandungan ekstrak kulit kayu manis yaitu transinamaldehid dalam serum bermanfaat sebagai scavenging agent yang berperan dalam mengikat radikal bebas sehingga dapat mencegah perusakan lipid interseluler dan menjaga pertahanan alami kulit berupa NMF (Natural Moisturizing Factor) (Astuti dkk., 2018).

4.10.2 Pori (pore)

Besar pori pada kulit wajah sukarelawan yang diukur menggunakan perangkat skin analyzer yakni lensa perbesaran 60x (normal lens) sensor biru (Aramo, 2012). Hasil pengukuran pori yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan Gambar 4.11.

Tabel 4.12 Data hasil pengukuran diameter pori pada kulit wajah sukarelawan yang menggunakan serum ekstrak etanol kulit kayu manis selama 4 minggu

- Kecil 0-19; Besar 20-39; Sangat Besar 40-100 (Aramo, 2012).

- Konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam sediaan serum

F0 : Formula serum blanko (tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis) F1 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,3%

F2 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,5%

F3 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,7%

Dari hasil data yang diperoleh kondisi awal pori kulit wajah sukarelawan berada pada rentang sangat besar dan besar. Setelah penggunaan sediaan serum ekstrak etanol kulit kayu manis, semua kelompok formula menunjukkan

3,61%; F1 sebesar 9,07%; F2 sebesar 15,96%; dan F3 menunjukkan rata-rata penurunan ukuran pori kulit wajah paling besar yaitu sebesar 37,87%.

Gambar 4.11 Grafik hasil pengukuran pori (pore) pada kulit wajah sukarelawan selama 1 bulan perawatan

Gambar 4.12 Grafik persen peningkatan penurunan ukuran diameter pori (pore) pada kulit wajah sukarelawan

Hasil uji parametrik One Way ANOVA dilakukan untuk mengetahui efektivitas formula serum terhadap ukuran pori kulit wajah sukarelawan dan diperoleh nilai Asymp. Sig.(p) ˂ 0,05. Hasil analisis pengukuran ukuran pori menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar formula setelah pemakaian serum selama 4 minggu.

Dilakukan uji lanjutan menggunakan uji post-hoc Duncan test untuk mengetahui perbedaan signifikan antara tiap formula. Dari hasil uji Duncan mulai

Besar

α = 0,05

Waktu (Minggu) Ukuran Pori

minggu 4. Serta tidak terdapat perbedaan signifikan antara F0, F1, dan F2 dari minggu awal hingga minggu 4.

Seiring dengan berjalannya usia, pori-pori kulit akan menjadi semakin besar karena berkurangnya elastisitas dan adanya penumpukan sel-sel kulit mati.

Banyaknya aktivitas meningkatkan suhu tubuh yang akan memperbesar ukuran pori (Anderson, 1996). Pori-pori dapat membesar apabila terkena sinar matahari yang terlalu terik, peningkatan suhu menyebabkan pembukaan pori-pori pada kulit. Pori-pori yang besar dapat menyebabkan kotoran mudah masuk dan tersumbat di dalamnya sehingga menyebabkan jerawat lebih mudah timbul (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Flavonoid (turunan fenol) berlaku sebagai penghambat yang baik untuk radikal hidroksil dan superoksida sehingga dapat melindungi membran lipid kulit, menyebabkan berkurangnya ukuran pori-pori dan meningkatkan tekstur serta elastisitas kulit (Tapas, dkk., 2008). Kandungan senyawa bioaktif ekstrak etanol kulit kayu manis seperti sinamaldehid dan senyawa turunannya secara signifikan dapat mempotensiasi biosintesis kolagen tipe I yang dapat menjaga elastisitas kulit (Takasao, dkk., 2012).

4.10.3 Kehalusan (evenness)

Pengukuran kehalusan kulit (evenness) dengan menggunakan perangkat skin analyzer lensa perbesaran 60x dan metode pembacaan normal dengan warna lampu sensor biru. Hasil pengukuran kelembapan yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan Gambar 4.13.

Tabel 4.13 Data hasil pengukuran kehalusan pada kulit wajah sukarelawan yang

- Halus 0-31; Normal 32-51; Kasar 52-100 (Aramo, 2012).

- Konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam sediaan serum

F0 : Formula serum blanko (tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis) F1 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,3%

F2 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,5%

F3 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,7%

Dari hasil data yang diperoleh kondisi awal kehalusan kulit sukarelawan berkisar pada kondisi normal. Setelah penggunaan sediaan serum ekstrak etanol kulit kayu manis, semua kelompok formula menunjukkan peningkatan kehalusan kulit dengan persentase peningkatan rata-rata F0 (blanko) sebesar 4,66%; F1

sebesar 15,12%; F2 sebesar 25,25%; dan F3 menunjukkan rata-rata peningkatan kehalusan kulit wajah paling tinggi yaitu sebesar 37,81%.

Gambar 4.13 Grafik hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kulit sukarelawan selama 1 bulan perawatan

Gambar 4.14 Grafik persen peningkatan pemulihan kehalusan (evenness) pada kulit wajah sukarelawan

Data kemudian dianalisis dengan menggunakan uji parametik One Way ANOVA untuk mengetahui efektivitas formula serum terhadap kehalusan kulit wajah sukarelawan dan diperoleh nilai Asymp. Sig.(p) ˂ 0,05. Hasil analisis pengukuran kehalusan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar formula setelah pemakaian serum selama 4 minggu.

Dilakukan uji lanjutan menggunakan uji post-hoc Duncan test untuk mengetahui perbedaan signifikan antara tiap formula. Dari hasil uji Duncan mulai

HalusNormal

α = 0,05

Waktu (Minggu) Kehalusan

terdapat perbedaan signifikan F0, F1, F2, dengan F3 dari minggu 2 hingga minggu 4. Terdapat perbedaan signifikan F2 dengan F1 dan F0 dari minggu 3 hingga minggu 4. Serta tidak terdapat perbedaan signifikan antara F0 dengan F1 dari minggu awal hingga minggu 4.

Kulit yang terlalu sering terpapar oleh sinar matahari akan mengalami kerusakan kolagen dan elastin yang berada dalam lapisan kulit. Sehingga sel-sel mati pada stratum korneum menyebabkan permukaan kulit menjadi kurang halus.

Akibatnya, kulit tampak lebih kasar (Bogadenta, 2012). Antioksidan adalah senyawa yang dapat mencegah kerusakan sel melalui mekanisme radikal fenoksi yang bergabung dengan spesies oksigen reaktif, dan menghentikan reaksi berantai radikal bebas yang tidak diinginkan dalam sel. Senyawa flavonoid meningkatkan pembentukan kolagen ekstraseluler yang akan menjaga elastisitas, fleksibilitas, dan kehalusan kulit (Tapas dkk., 2008). Kayu manis banyak ditemukan senyawa fitokimia dari kelas phenylpropanoids berupa asam sinamat (Senyawa sinamaldehid) yang termasuk dalam golongan fenilpropanoid merupakan turunan senyawa fenol, dimana senyawa fenol tersebut juga berperan penting dalam aktivitas antioksidan (Rismunandar, 1995).

4.10.4 Noda (spot)

Noda pada kulit wajah sukarelawan diukur menggunakan perangkat skin analyzer lensa perbesaran 60x (polarizing lens) sensor jingga. Hasil pengukuran banyaknya noda kulit wajah dari sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.14. dan Gambar 4.15.

Tabel 4.14 Data hasil pengukuran jumlah noda pada kulit wajah sukarelawan yang menggunakan serum ekstrak etanol kulit kayu manis selama 4 minggu

- Sedikit 0-19; Sedang 20-39; Banyak 40-100 (Aramo, 2012).

F0 : Formula serum blanko (tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis) F1 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,3%

F2 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,5%

F3 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,7%

Dari hasil data yang diperoleh kondisi awal jumlah noda kulit wajah sukarelawan berkisar pada jumlah noda sedang. Setelah penggunaan sediaan serum ekstrak etanol kulit kayu manis, semua kelompok formula menunjukkan pengurangan jumlah noda kulit wajah dengan persentase pemulihan rata-rata F0

menunjukkan rata-rata penurunan ukuran pori kulit wajah paling besar yaitu 39,33%.

Gambar 4.15 Grafik hasil pengukuran jumlah noda (spot) pada kulit sukarelawan selama 1 bulan perawatan

Gambar 4.16 Grafik persen peningkatan penurunan jumlah noda (spot) pada kulit wajah sukarelawan

Data kemudian dianalisis dengan menggunakan uji parametik One Way ANOVA untuk mengetahui efektivitas formula serum terhadap jumlah noda kulit wajah sukarelawan dan diperoleh nilai Asymp. Sig.(p) ˂ 0,05. Hasil analisis pengukuran kehalusan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar formula setelah pemakaian serum selama 4 minggu.

Dilakukan uji lanjutan menggunakan uji post-hoc Duncan test untuk mengetahui perbedaan signifikan antara tiap formula. Hasil uji Post-Hoc Duncan

Sedang

α = 0,05

Waktu (Minggu) Banyak Noda

mulai terdapat perbedaan signifikan antara F0, F1 dengan F3 sedangkan F2 dengan F3 masih tidak terdapat perbedaan signifikan pada minggu 2. Pada minggu 3 hingga minggu 4 terdapat perbedaan signifikan F0, F1, dan F2 dengan F3 serta F0 dan F1 dengan F2. Serta tidak terdapat perbedaan signifikan antara F0 dengan F1 dari minggu awal hingga minggu 4.

Bercak-bercak hitam (hiperpigmentasi) bisa muncul pada kulit yang mulai menua maupun kulit yang belum tua yang disebabkan oleh sinar ultraviolet.

Semakin lama kulit terpapar sinar matahari menyababkan melanin kulit semakin aktif dan menimbulkan noda pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Pigmentasi kulit dapat disebabkan oleh berbagai tingkat sintesis melanin di kulit, melanosom dalam sel melanosit oleh aksi tyrosinase, enzim yang menghidroksilasi asam amino tyrosine menjadi dihydroxyphenylalanine (DOPA) dan mengkatalisis oksidasi menjadi DOPA quinone. Senyawa yang termasuk dalam golongan flavonoid (turunan fenol) dapat berperan sebagai antioksidan serta penghambat tirosinase (Sari dkk., 2015). Senyawa khas turunan fenol yang terdapat dalam kayu manis yaitu sinamaldehid dan asam sinamat (Rismunandar, 1995).

4.10.5 Keriput (wrinkle)

Keriput atau kerutan pada kulit mata bagian lateral sukarelawan diukur dengan menggunakan perangkat skin analyzer lensa perbesaran 10x sensor biru.

Hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada kulit wajah sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.15 dan Gambar 4.17

Tabel 4.15 Data hasil pengukuran jumlah keriput pada kulit wajah sukarelawan yang menggunakan serum ekstrak etanol kulit kayu manis selama 4 minggu

- Tidak berkeriput 0-19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100 (Aramo, 2012).

- Konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam sediaan serum

F0 : Formula serum blanko (tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis) F1 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,3%

F2 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,5%

F3 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,7%

Dari hasil data yang diperoleh kondisi awal jumlah keriput kulit wajah sukarelawan berkisar pada rentang berkeriput. Setelah penggunaan sediaan serum ekstrak etanol kulit kayu manis, semua kelompok formula menunjukkan

pengurangan jumlah keriput kulit wajah dengan persentase pemulihan rata-rata F0 (blanko) sebesar 3,71%; F1 sebesar 10,34%; F2 sebesar 22,69%; dan F3 menunjukkan rata-rata pengurangan jumlah keriput kulit wajah paling besar yaitu 34,11%.

Gambar 4.17 Grafik hasil pengukuran jumlah keriput (wrinkle) pada kulit sukarelawan selama 1 bulan perawatan

Gambar 4.18 Grafik persen peningkatan pemulihan jumlah keriput (wrinkle) pada kulit wajah sukarelawan

Data kemudian dianalisis dengan menggunakan uji parametik One Way ANOVA untuk mengetahui efektivitas formula serum terhadap jumlah keriput kulit wajah sukarelawan dan diperoleh nilai Asymp. Sig.(p) ˂ 0,05. Hasil analisis pengukuran jumlah keriput menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar formula setelah pemakaian serum selama 4 minggu.

Tidak BerkeriputBerkeriput

α = 0,05

Waktu (Minggu) Jumlah Keriput

Dilakukan uji lanjutan menggunakan uji post-hoc Duncan test untuk mengetahui perbedaan signifikan antara tiap formula. Dari hasil uji post-hoc Duncan mulai terdapat perbedaan signifikan antara F0 dengan F3. Pada minggu 3 hingga minggu 4 mulai terdapat perbedaan signifikan F1 dengan F3. Serta tidak terdapat perbedaan signifikan antara F2 dengan F3 dari minggu awal hingga minggu 4.

Radikal bebas merupakan molekul yang sifat kimianya tidak stabil dan cenderung menyerang molekul lain untuk mendapatkan elektron. Serangan ini dapat merusak asam lemak dan menghilangkan elastisitas sehingga membuat kulit menjadi kering dan keriput (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Flavonoid sebagai antioksidan dapat menghambat peningkatan enzim MMP-1 (Matrix Metalloproteinase-1). MMP-1 adalah mediator utama yang menurunkan produksi kolagen pada kulit. Penghambatan terhadap enzim MMP-1 adalah salah satu cara untuk mencegah kerusakan kulit akibat paparan sinar UV.

Dengan penghambatan ini, sintesis MMP-1 akan berkurang dan proses degradasi kolagen terhambat sehingga kulit terlindungi dari proses penuaan (Tapas dkk., 2008). Kandungan senyawa bioaktif ekstrak etanol kulit kayu manis seperti sinamaldehid dan senyawa turunannya secara signifikan dapat mempotensiasi biosintesis kolagen tipe I di dalam fibroblas dermal. Hal ini menjadikan ekstrak etanol kulit kayu manis dapat memperbaiki tanda-tanda penuaan yang diakibatkan oleh photo aging (Takasao, dkk., 2012).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

 Ekstrak etanol kulit kayu manis memiliki aktivitas antioksidan dalam kategori sangat kuat dengan nilai IC50 sebesar 6,28 ppm.

 Serum wajah ekstrak etanol kulit kayu manis yang diformulasi merupakan

sediaan yang stabil dengan memenuhi persyaratan homogenitas (homogen), pH (5,6-6,1), viskositas (488,5-499,5 mPa.s) selama 12 minggu penyimpanan dan tidak mengiritasi kulit pada uji iritasi sukarelawan.

 Serum wajah ekstrak etanol kulit kayu manis menunjukkan efektivitas

sebagai sediaan anti-aging, di mana konsentrasi terbaik yaitu pada konsentrasi 0,7%. Penggunaan serum ekstrak etanol kulit kayu manis menunjukkan peningkatan kondisi kulit yaitu semakin meningkatnya kelembapan kulit (43,20%), pori kulit mengecil (37,87%), kulit semakin halus (37,81%), noda kulit berkurang (39,33%) serta kerutan yang semakin berkurang (34,11%).

5.2 Saran

Penulis menyarankan peneliti selanjutnya untuk melakukan uji aktivitas antioksidan serum ekstrak etanol kulit kayu manis (Cinnamomum burmanni) untuk mendapatkan nilai IC50.

DAFTAR PUSTAKA

Alimah, D. 2015. Studi Pengusahaan Kayu Manis Di Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Galam. Vol 1(1). Halaman 2

Al Ridho, E., Sari, R., dan Wahdaningsih, S. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Buah Lakum (Cayratia trifolia) Dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrihidrazil). Skripsi. Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran. Universitas Tanjungpura. Halaman 5, 7

Anderson, P.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 473

Anggowarsito, J. L. 2014. Aspek Fisiologi Penuaan Kulit. Jurnal Widya Medika Surabaya. Vol 2(1). Halaman 57

Aramo. 2012. Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea Ltd.

Halaman 1-10

Astuti, K.W., Wijayanti,N. P. A. D., Lestari,A. A. D., Artha, IG. A. P. Y., Pradnyani,IA. G., Ratnayanti, IG. A. D. 2018. Uji Pendahuluan Nilai Kelembaban Kulit Manusia Pada Pemakaian Sediaan Masker Gel Peel Off Kulit Buah Manggis. Jurnal Kimia. 12 (1). Halaman 50-53

Aulton, M. E., dan Taylor, K. M. G. 2007. Aulton’s Pharmaceutics, The Design and Manufactures of Medicines. Inggris : Churchill Livingstone Elsevier.

Halaman 399

Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I. 2009. Handbook of Cosmetic Science and Technology Edisi Ketiga. United State of America: Informa Healthcare USA, Inc. Halaman 83

Belcher, L. A., Muska, C. F., dan DeSalvo, J. W. 2010. Evaluating

Belcher, L. A., Muska, C. F., dan DeSalvo, J. W. 2010. Evaluating

Dokumen terkait