• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PERANCANGAN

Hasil perancangan incinerator yang dibuat merupakan hasil modifikasi dari incinerator sebelumnya. Incinerator yang digunakan untuk proses modifikasi merupakan incinerator tipe batch rancangan Pradipta (2011). Proses modifikasi yang dilakukan terletak di beberapa bagian yaitu pada lubang udara, cerobong asap, sistem pindah panas, dan ruang pengendap zat padat serta adanya beberapa bagian tambahan yang digunakan untuk memberikan tambahan fungsi dari incinerator yang dirancang tersebut.

(i) (ii)

Gambar 4.1 Rancangan incinerator awal (i), dan modifikasi (ii)

Tabel 4.1 menyajikan perbandingan rancangan antara incinerator Pradipta (2011) dengan incinerator yang telah dimodifikasi.Dari perbandingan rancang bangun antara incinerator awal dengan incinerator hasil modifikasi, keduanya memiliki spesifikasi yang berbeda satu sama lain. Untuk membahas lebih lanjut perbedaan spesifikasi dari kedua alat tersebut, maka akan dibahas tiap-tiap bagian dari alat tersebut.

31 Tabel 4.1 Perbandingan rancangan hasil modifikasi dengan rancangan awal

No. Sistem Kerja Nama Bagian Incinerator Awal (Pradipta,2011) Incinerator Modifikasi Keterse

diaan

Posisi Ukuran Ketersediaan Posisi Ukuran 1. Sistem

Pengumpanan (loading)

Pintu masuk Ada Atas Ruang Bakar 70 x 70 x 0.2 cm - - - Ruang Pengumpan (Hopper)

- - - Ada Atas Ruang

Bakar 38 x 38 x 15 cm (2 buah) 2. Sistem Pembakaran

Ruang Bakar Ada Bagian Utama 70 x 70 x 60 cm Ada Bagian Utama 50 x 50 x 60 cm 3. Sistem Pembuangan (unloading)

Pintu Keluaran Ada Depan Ruang Bakar

30 x 15 x 0.1 cm

- - -

Ruang Abu Tidak Ada - - Ada Bawah Ruang Bakar 50 x 50 x 7 cm 4. Sistem Reduksi Energi Panas Sekat Pemisah Ruang Bakar dengan Ruang Pipa Air Tidak Ada - - Ada Kanan Ruang Bakar 50 x 60 x 0.1 cm 5. Sistem Pindah Panas Pipa Pemanas Air Ada Melewati ruang asap dan melingkar mengelilingi ruang pembakaran Diameter : 1.27 cm Panjang : 400 c m Ada Kanan Sekat Pemisah Diameter : 2cm Panjang : 400 cm 6. Sistem Pemanfaatan Panas Ruang Pengendap Zat Padat Ada Belakang Ruang Bakar 70 x 20 x 70 cm Ada Belakang Ruang Bakar 55 x 10 x 60 cm 7. Sistem Pembuangan Asap

Cerobong Asap Ada Atas Ruang Pengendap Zat Padat Diameter : 15 cm Tinggi : 180 cm Ada Bawah Belakang Ruang Pengendap Zat Padat 15 x 15 x 150 cm 8. Sistem Pemasukkan Udara

Lubang Udara Ada Samping Kiri (6buah), Samping Kanan (6buah), Depan (4buah), dan Bawah (9buah) Diameter : 2 cm Jumlah : 21 buah Ada Bawah (12buah), Depan (20buah) Diameter : 2 cm Jumlah : 32 buah

32

Ruang Bakar

Hasil rancangan incinerator yang dilakukan memiliki kapasitas ruang pembakaran lebih kecil dibandingkan dengan alat incinerator sebelumnya dimana ukuran awalnya sebesar 70 x 70 x 60 cm. Ukuran ruang pembakaran yang dibuat adalah 50 x 50 x 60 cm dengan kapasitas 0.150 m3. Ruang pembakaran yang kecil ini dirancang agar proses pembakaran akan terlaksana dengan cepat. Dinding ruang bakar terbuat dari plat essier dengan ketebalan 2 mm. Rancangan incinerator awal dilengkapi dengan kasa pembakaran yang digunakan untuk membantu proses pembakaran awal. Pada incinerator hasil modifikasi, tidak digunakan kasa pembakaran karena pembakaran awal dilakukan melalui ruang abu, dimana api pembakarannya akan masuk ke dalam ruang pembakaran lewat saringan antara ruang abu dengan ruang bakar, sedangkan penambahan saringan sampah, dimaksudkan agar pada saat proses pembakaran apabila sampah tersebut berubah menjadi abu maka abu tersebut dapat jatuh ke ruang abu yang terletak di bawah ruang bakar tanpa menggangu proses pembakaran yang sedang berlangsung. Selain itu, saringan sampah ini juga digunakan untuk menahan sampah yang belum terbakar secara sempurna agar tidak terjatuh ke dalam ruang abu. Saringan sampah yang digunakan memiliki ketebalan dengan ukuran 1 mm.

(i) (ii)

Gambar 4.2. Ruang pembakaran incinerator awal (i) dan modifikasi (ii) Ruang Pengumpan (Hopper)

Pada proses pemasukan bahan bakar berupa sampah, incinerator hasil modifikasi dilengkapi dengan sistem ruang hopper, sedangkan pada hasil rancangan incinerator awal hanya menggunakan pintu masukan yang kurang aman bagi operator pada saat proses pemasukkan sampah ketika terjadi proses pembakaran. Ruang hopper yang dirancang ini terletak pada bagian atas ruang pembakaran dan dilengkapi dengan sekat pembatas antara ruang hopper dengan ruang pembakaran. Fungsi hopper ini dimaksudkan untuk memasukkan sampah ke dalam ruang pembakaran. Terdapat sekat pembatas antara ruang hopper dan ruang pembakaran yang dapat dibuka ketika memasukan sampah. Sekat pembatas yang terdapat pada ruang hopper digunakan juga untuk mengurangi suhu yang berlebihan pada ruang hopper agar tidak terjadi proses pirolisis di ruang hopper

tersebut, dengan adanya sekat pembatas suhu yang terdapat pada ruang hopper

33 cm, ruang ini dibuat dengan jumlah ruang 2 buah yang mana ruang utama sebagai tempat sampah loading, sedangkan ruang berikutnya sebagai tempat penyaluran sampah, ruang penyaluran ini memiliki sudut (angle of repose) sebesar 45⁰, dimana sudut ini merupakan sudut optimal sampah agar terjatuh ke dalam ruang pembakaran.

Gambar 4.3. Ruang pengumpan sampah (hopper) incinerator

Gambar 4.4. Sekat pemisah ruang pengumpan sampah (hopper) incinerator Ruang Abu

Ruang abu merupakan tempat pembuangan hasil pembakaran pada incinerator modifikasi. Pada rancangan incinerator sebelumnya, abu hasil pembakaran diambil secara langsung (manual) dari ruang bakar proses pembakaran. Hal ini kurang aman bagi operator oleh karena itu, perlu penambahan ruang abu yang dapat membantu operator untuk membuang hasil abu pembakaran. Di dalam ruang abu tersebut terdapat tempat abu yang dijadikan sebagai tempat buang abu yang dapat dikeluarkan setiap saat apabila ruang abu tersebut telah penuh dengan abu tanpa menunggu proses pembakaran berakhir seperti pada rancangan sebelumnya. Ruang abu yang digunakan sebagai tempat mengumpulnya abu hasil pembakaran yang terjadi di ruang pembakaran tersebut dapat dijadikan sebagai tempat pembakaran awal incinerator dan sebagai pengumpan sistem pembakaran selanjutnya. Ruang abu ini menggunakan plat essier dengan ketebalan 5 mm. Hal ini dirancang karena suhu yang terjadi pada proses pembakaran tergolong tinggi sebesar 300⁰C. Tempat abu berupa piringan

34

kotak dengan gagang yang memudahkan pengeluaran dan pemasukan piringan yang membawa abu tersebut. Ukuran piringan tersebut 50 x 50 x 6 cm.

Gambar 4.5. Ruang abu incinerator

Gambar 4.6. Tempat penampungan abu incinerator Ruang Pengendap Zat Padat

Incinerator ini dilengkapi dengan ruang pengendapan zat padat. Ruang pengendapan zat padat ini berisi batok kelapa, yang mana asap hasil pembakaran yang terjadi di dalam ruang pembakaran membawa energi panas yang dapat dimanfaatkan untuk merubah batok kelapa menjadi arang batok kelapa (proses pengarangan). Energi panas yang dimanfaatkan ini memiliki suhu yang cukup tinggi sekitar 300⁰C sampai dengan 400⁰C sehingga mampu melakukan proses pengarangan tersebut. Selain itu batok kelapa ini dapat dijadikan juga sebagai

cyclone atau penyaring asap yang membawa partikel-partikel zat terbang yang dapat membuat pencemaran udara di lingkungan, sehingga asap yang dikeluarkan pada nantinya tidak akan membawa partikel-partikel zat yang membahayakan lingkungan udara. Ukuran ruang pengendap zat padat ini dimodifikasi dari ukuran ruang pengendap zat padat sebelumnya, dimana ukurannya dibuat lebih kecil. Perubahan ukuran ini karena rancangan ruang pengendap zat padat sebelumnya terlalu luas, sehingga proses pengarangan belum terlaksana secara keseluruhan, dan masih ada yang belum terarangkan dengan pengecilan ruang pengendap zat padat ini, proses pengarangan yang terjadi di dalam ruang pengendap zat padat tersebut dapat berlangsung dengan cepat dan merata secara keseluruhan. Ukuran

35 ruang pengendap zat padat yang dirancang 55 x 10 x 60 cm, ruang pengendap zat padat ini juga memiliki pintu masukan yang terdapat di atas untuk memasukkan batok kelapa. Pintu keluaran yang terletak di bawah akan mengeluarkan arang batok kelapa hasil proses pengarangan yang terjadi di ruang pengendap zat padat tersebut.

(i) (ii)

Gambar 4.7. Ruang pengendap zat padat incinerator awal (i) dan modifikasi (ii) Cerobong Asap

Selain ruang pengendap zat padat, terdapat cerobong asap. Cerobong asap ini berfungsi untuk membuang asap hasil pembakaran yang terjadi pada ruang pembakaran. Asap yang dibuang melalui cerobong asap ini juga telah mengalami penyaringan yang terjadi di dalam ruang pengendap zat padat dimana asap yang membawa partikel-partikel zat terbang yang berbahaya akan tersaring partikelnya oleh batok kelapa. Konstruksi cerobong asap yang dirancang mengalami proses modifikasi pada ukuran dan bentuk nya, yaitu dari bentuk lingkaran diubah ke bentuk persegi. Bentuk cerobong asap yang dirancang berupa persegi tersebut memiliki ukuran 15 x 15 x 150 cm, maksud dari perubahan bentuk cerobong asap ini agar asap yang telah melewati ruang pengendap zat padat yang masih membawa partikel-partikel zat terbang dapat terpisah kembali dengan adanya benturan-benturan partikel tersebut secara maksimal pada sisi cerobong asap tersebut. Asap yang dihasilkan kemudian tidak membuat pencemaran lingkungan udara di sekitar dan partikel-partikel yang terbentur dengan sisi cerobong asap tersebut dapat jatuh kembali ke dalam ruang pengendap zat padat. Terdapat modifikasi dari cerobong asap dimana posisi cerobong asap yang sebelumnya terletak di atas. Pada posisi ini parikel-partikel zat terbang tidak sepenuhnya tersaring pada batok kelapa yang ada di ruang pengendap zat padat tersebut. Oleh karena itu, posisi cerobong asap dibuat mulai dari bawah ruang pengendap zat padat menuju ke atas. Ini dimaksudkan agar asap yang membawa partikel-partikel zat terbang melewati batok kelapa tersaring dahulu secara maksimal sebelum dibuang melalui cerobong asap.

36

(i) (ii)

Gambar 4.8. Cerobong asap incinerator awal (i) dan modifikasi (ii) Sistem Pemanas Air (Pipa Pemanas Air)

Incinerator ini dilengkapi dengan pipa pemanas air yang digunakan untuk memanaskan air agar dapat digunakan untuk keperluan perkantoran. Pemanasan air yang terjadi pada pipa pemanas air ini memanfaatkan energi panas yang berasal dari proses pembakaran pada ruang bakar. Pada rancangan modifikasi ini dilakukan perubahan dimana adanya sekat antara pipa pemanas air dengan ruang bakar. Ini bertujuan agar pipa pemanas air yang digunakan tidak cepat rusak akibat korosi hasil dari efek pembakaran yang terjadi pada ruang bakar dengan suhu pembakaran yang tinggi yaitu 400⁰C sampai dengan 700⁰C, hal ini juga dipengaruhi oleh kadar oksigen semakin tinggi pada proses pembakaran maka reaksi oksidasi akan mudah terjadi sehingga akan mempengaruhi laju reaksi korosi yang akan semakin cepat. Sekat yang digunakan memiliki ketebalan 1mm, dimana dengan ketebalan sekat tersebut suhu tinggi yang terdapat pada ruang bakar mampu direduksi 50 % sehingga dihasilkan suhu yang optimal untuk pemanasan air. Pipa air yang digunakan mengalami proses modifikasi pada bagian diameter pipanya dimana pada rancangan sebelumnya pipa yang digunakan memiliki diameter 1.27 cm. Pada modifikasi ini, perubahan diameternya menjadi 2 cm, dengan panjang pipa yang tetap 4 m. Perubahan diameter pada pipa pemanas air ini dilakukan karena pada rancangan sebelumnya air yang dipanaskan melalui pipa pemanas air hanya mencapai suhu 40⁰C dan energi panas yang dimanfaatkan hanya sebesar 9.97 kJ sampai dengan 16.26 kJ. Dengan perubahan diameter pipa pemanas air, suhu air yang dipanaskan meningkat menjadi 40⁰C sampai dengan 62⁰C dan peningkatan pemanfaatan energi panas sebesar 42 kJ sampai dengan 134,4 kJ. Dengan adanya modifikasi dari diameter dan panjang pipa pipa pemanas air maka terjadi peningkatan suhu dan energi panas yang dimanfaatkan untuk memanaskan air. Pada gambar di bawah ini pipa pemanas air sebelum modifikasi mempunyai posisi melewati ruang asap dan melingkar mengelilingi ruang pembakaran. Sedangkan setelah dilakukan proses modifikasi, pipa pemanas air diletakkan di bagian sebelah ruang bakar dengan penambahan sekat pemisah antara ruang bakar dengan pipa pemanas air.

37

(i) (ii)

Gambar 4.9. Pipa pemanas air incinerator awal (i) dan modifikasi (ii)

Gambar 4.10. Sekat dinding dalam incinerator modifikasi Lubang Udara

Pada bagian ruang bakar dan ruang abu terdapat juga lubang udara. Lubang udara ini berfungsi untuk memasukkan udara yang mengandung oksigen semaksimal mungkin untuk membantu proses pembakaran yang terjadi pada ruang pembakaran. Lubang udara yang dibuat dimodifikasi dari sisi jumlah lubang udara tersebut dimana pada sebelumnya jumlah lubang udara yang dibuat hanya 21 buah dan diubah jumlahnya menjadi 32 buah. Diameter dari lubang udara tidak mengalami perubahan, dengan ukuran sebesar 2 cm. Perubahan jumlah lubang udara ini karena jumlah masukan udara ke dalam incinerator kurang optimal, sehingga dengan penambahan lubang udara dapat membuat masukkan udara ke dalam incinerator lebih optimal. Selain itu, letak lubang udara menjadi bagian yang terpenting dimana, dengan penempatan lubang udara yang tepat yang berarti lubang udara tersebut dapat mengoptimalkan kebutuhan udara yang masuk ke dalam ruang pembakaran untuk proses pembakaran. Penempatan lubang udara pada incinerator hasil modifikasi terlihat pada gambar 4.11 yang mana lubang udara tersebut terletak di sekitar daerah ruang bakar dan ruang abu, agar udara yang ditangkap dapat optimal untuk membantu proses pembakaran yang berlangsung di ruang bakar tersebut.

38

(i) (ii)

Gambar 4.11. Lubang udara incinerator awal (i) dan modifikasi (ii) HASIL UJI KINERJA ALAT

Incinerator hasil rancangan modifikasi yang dibuat merupakan hasil penyelesaian dari berbagai macam kekurangan yang terdapat pada rancangan incinerator sebelumnya. Beberapa kekurangan yang terdapat pada incinerator sebelumnya yaitu sistem pindah panas yang belum optimum pada pipa pemanas air, perancangan tutup untuk proses pemasukan dan proses pembuangan abu dari ruang hasil pembakaran tidak benar-benar rata, pemanfaatan energi di ruang pengendap zat padat asap yang belum maksimal, dan penempatan lubang udara yang kurang tepat. Hasil penyelesaian tersebut kemudian akan dibandingkan dengan hasil yang sebelumnya agar dapat diketahui apakah hasil dari proses modifikasi yang telah dilakukan dapat menyelesaikan permasalahan pada incinerator sebelumnya atau tidak. Tabel 5.1 menyajikan perbandingan kinerja antara incinerator awal dengan incinerator hasil modifikasi yang telah dilakukan.

Berdasarkan data pada tabel 5.1, dapat dilihat beberapa perubahan kinerja dibandingkan dengan incinerator awal. Kapasitas yang terdapat pada incinerator modifikasi dibuat lebih kecil dengan volume pembakaran sebesar 0.150 m3, dibandingkan dengan incinerator sebelumnya dengan volume pembakaran sebesar 0.294 m3, dimana dalam pembuatan incinerator tersebut disesuaikan dengan jenis sampah yang digunakan. Sampah yang digunakan tersebut berasal dari sampah perkantoran yang memiliki volume pembuangan lebih sedikit dibandingkan dengan sampah rumah tangga yang digunakan pada incinerator awal. Selain itu, pengecilan kapasitas incinerator tersebut dilakukan agar pada proses pembakaran sampah tersebut lebih cepat dibandingkan dengan sebelumnya. Waktu pembakaran pada incinerator modifikasi lebih cepat dibandingkan dengan incinerator sebelumnya. Ini karena kandungan kadar air yang dimiliki oleh sampah yang digunakan lebih sedikit, sehingga energi panas yang digunakan untuk menguapkan kandungan air pada sampah tersebut tidak terlalu lama, sehingga lebih terarah pada proses pembakaran sampah sampai habis.

39 Tabel 5.1 Perbandingan kinerja incinerator awal dengan incinerator modifikasi

No. Parameter Pengujian Incinerator Awal (Rancangan Pradipta,2011)

Incinerator Modifikasi 1. Kapasitas Alat 10.5 kg – 18.3 kg 10 kg – 12.5 kg 2. Kadar Air Sampah 14.52 % – 15.27 % 12.4 % – 15.3 % No. Parameter Pengujian Incinerator Awal (Rancangan

Galih,2011)

Incinerator Modifikasi

3. Waktu Pembakaran 95 menit – 285 menit 130 menit – 190 menit

4. Laju Pembakaran 2.81 kg/jam – 6.82 kg/jam 3.16 kg/jam – 5.78 kg/jam

5. Energi Pemanas Air 9.97 kJ – 16.26 kJ 42 kJ – 134.4 kJ

6. Jumlah Arang 200 gram -500 gram 200 gram – 500 gram

7. Debit Air 3 lt/menit 5 liter/menit

8. Kecepatan Air 0.394 m/detik 0.2652 m/detik

9. Kecepatan Udara 1.105 m/detik 1.822 m/detik

10. Warna Asap Putih Tak Berwarna Putih Tak Berwarna

11. Bau Asap Asap Asap

12. Zat Terbang Padat Asap

Tidak Ada Tidak Ada

13. Suhu :

Ruang Bakar Atas 413⁰C - 672⁰C 294.6⁰C – 453.7⁰C Ruang Bakar Bawah 472⁰C – 748⁰C 322.5⁰C – 689.6⁰C

Dinding 123⁰C – 242⁰C 136.8⁰C – 284.5⁰C

Cerobong Pipa 210⁰C – 317⁰C 133.5⁰C – 326.1⁰C Pipa Pemanas Air 130⁰C – 140⁰C 65⁰C – 155.5⁰C

Air Masuk 27⁰C – 32⁰C 28⁰C – 32⁰C Air Keluar 42⁰C – 47⁰C 40⁰C – 62⁰C Perubahan Air 14⁰C – 18⁰C 10⁰C – 32⁰C Ruang Pengendap Zat Padat 317 ⁰C – 405⁰C 152.7⁰C – 432.4⁰C 14. Jenis Sampah 60 % - 70 % Plastik,

70 % Kertas

42 % - 96 % Kertas, 50 % - 55 % Plastik, 41 % Daun Kering

Laju pembakaran yang terdapat pada incinerator awal lebih tinggi dibandingkan incinerator modifikasi. Ini karena jenis sampah yang digunakan sama, yaitu kertas, plastik, dan daun kering serta ranting kering, akan tetapi komposisi jumlah tiap jenis sampah berbeda pada poses pengujiannya satu sama lainnya. Selain itu, waktu proses pembakaran serta kadar air sampah juga mempengaruhi laju pembakaran, yang berarti apabila sampah yang digunakan memiliki kadar air tinggi maka waktu pembakaran lama, sedangkan apabila kadar air pada sampah yang digunakan rendah maka waktu yang digunakan pembakaran singkat. Energi panas yang digunakan untuk memanaskan air pada incinerator modifikasi lebih tinggi dibandingkan dengan incinerator sebelumnya. Ini dapat

40

dibuktikan dengan perancangan sistem pindah panas alat incinerator sebelumnya hanya mampu dapat menaikkan suhu air dari 25⁰C menjadi 40⁰C, sedangkan pada hasil modifikasi yang dilakukan menyebabkan peningkatan perubahan air yang dipanaskan dari suhu 28⁰C menjadi 60⁰C. Parameter yang mempengaruhi perbedaan perubahan suhu air dingin ke air panas pada incinerator awal dan modifikasi ini adalah konstruksi dari pipa pemanas air. Pada incinerator awal, konstruksi pipa pemanas air memiliki diameter lebih kecil dengan ukuran sebesar 1.27 cm, dan panjang pipa sebesar 400 cm. Dibandingkan dengan hasil modifikasi dengan diameter pipa pemanas air menjadi 2 cm, dan ukuran panjang pipa pemanas sebesar 400 cm. Ini menyebabkan aliran air yang masuk ke dalam pipa pemanas tersebut menjadi cepat, dan debit yang dihasilkan menjadi lebih kecil sehingga menyebabkan air yang mengalir tersebut tidak dapat memanfaatkan energi panas yang diberikan secara sepenuhnya. Pada konstruksi incinerator hasil modifikasi diameter pipa pemanas air dibuat lebih besar. Diameter pipa yang lebih besar ini menyebabkan kecepatan aliran air menjadi lebih lambat sehingga debit aliran air yang dihasilkan lebih besar. Dengan kecepatan aliran air yang lebih lambat ini menyebabkan aliran air yang masuk melewati pipa pemanas air dapat memanfaatkan energi panas secara maksimal. Ini berarti dengan semakin luas penampang pipa pemanas air menyebabkan energi panas yang terserap oleh pipa pemanas air semakin besar. Incinerator hasil modifikasi yang dirancang juga diberikan penambahan sekat antara ruang bakar dan pipa pemanas, yang bertujuan untuk menghindari pemanasan berlebihan secara langsung antara ruang bakar dengan pipa yang dapat menyebabkan korosi. Korosi terjadi karena kadar oksigen semakin tinggi pada proses pembakaran sehingga menyebabkan reaksi oksidasi akan mudah terjadi yang menyebabkan laju reaksi korosi yang akan semakin cepat. Korosi ini membuat pipa menjadi rusak, akibat dari proses oksidasi tersebut menghasilkan zat berupa lignin (100⁰C), selulosa (240-340⁰C), dan hemiselulosa (250-500⁰C). Oleh karena itu, sekat ini sangat membantu untuk menghindari proses korosi tersebut, dan dapat membantu menurunkan suhu yang optimal supaya dapat diterima oleh pipa pemanas air. Peningkatan suhu air diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang lainnya seperti mandi, cuci, proses pasteurisasi,sterilisasi dan lain-lain.

Rancangan ruang pengendapan zat padat dengan ukuran ruang yang diperkecil dapat meningkatkan suhu panas yang terdapat di ruangan tersebut, suhu yang terjadi di dalam ruang pengendap zat padat antara 300⁰C sampai dengan suhu 400⁰C. Ini menyebabkan proses pengarangan berlangsung secara tepat. Selain itu, dengan memperkecil ruang tersebut, didapatkan hasil yang maksimal dari proses pengarangan dimana arang yang dihasilkan antara 200 gram sampai dengan 500 gram. setelah memanfaatkan energi panas dari asap yang mengalir, asap tersebut kemudian akan dibuang melalui cerobong asap.

Hasil pembuangan asap antara cerobong asap alat incinerator awal dengan alat incinerator hasil modifikasi ini juga tidak memilik perbedaan, dimana hasil asap tersebut memiliki warna putih tak berwarna, bau asap, dan tidak adanya zat terbang padat asap. Ini diakibatkan penanganan asap berupa sistem penyaringan cukup berhasil. Sistem penyaringan yang dilakukan menggunakan sistem cyclone, yaitu sistem yang mampu memisahkan antara asap dengan zat terbang dengan prinsip perbedaan berat jenis. Pemisahan antara asap dengan zat terbang ini terjadi dengan bantuan benturan-benturan yang terjadi di dalam cerobong asap persegi

41 ini. Dengan proses benturan ini, zat terbang tersebut akan jatuh ke dalam ruang pengendap zat padat.

Bagian loading sampah dan unloading hasil pembakaran sampah sudah lebih baik, dimana pada proses loading sampah digunakan sistem hopper atau pengumpan. Dengan sistem pengumpan tersebut sampah yang dimasukkan dapat dilakukan secara terus menerus tanpa mengganggu proses pembakaran yang terjadi di ruang pembakaran selain itu dengan adanya sekat yang terdapat pada ruang hopper dapat mencegah terjadinya efek pirolisis pada ruang hopper

tersebut. Sedangkan pada proses unloading hasil pembakaran sampah, ruang abu yang digunakan dipisahkan dengan saringan antara ruang bakar dengan ruang abu, yang mana fungsi dari saringan ini agar dapat mampu memisahkan sampah yang mengalami proses pembakaran dan abu hasil pembakaran. Abu hasil pembakaran tersebut akan masuk ke dalam ruang abu, dimana di dalam ruang abu terdapat tempat penampungan abu, yang sewaktu-waktu dapat ditarik keluar untuk mengeluarkan abu tersebut, tanpa mengganggu proses pembakaran yang terjadi di ruang bakar.

Proses pembakaran di ruang pembakaran dapat terjadi dengan bantuan udara yang masuk ke dalam ruang pembakaran yang membawa oksigen.Suhu pembakaran pada incinerator hasil modifikasi lebih rendah dibandingkan dengan incinerator awal. Suhu pembakaran yang dihasilkan incinerator modifikasi diantara 294.6⁰C sampai dengan 689.6⁰C. Suhu tersebut belum optimal ini dikarenakan pemberian udara yang dari luar belum sepenuhnya masuk ini diakibatkan kecepatan angin yang berada di lingkungan sekitar berubah-ubah, dimana udara yang masuk memiliki kecepatan sebesar 1 m/detik sampai dengan 2 m/detik, dan penempatan lubang udara yang kurang tepat, meskipun jumlah

Dokumen terkait