• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.3 Uji Hipotesis

4.1.3.4 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Parsial (r 2 )

Besarnya pengaruh koefisien determinasi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui dari besarnya koefisien determinasi secara parsial (r2) masing-masing variabel. Hasil perhitungan uji koefisien determinasi data

secara parsial dengan menggunakan program SPSS For Windows release 16. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.7 Hasil Analisis Koefisien Determinasi Parsial (r2)

Coefficientsa

Model

Correlations

Zero-order Partial Part

1 (Constant)

Komunikasi_Guru .640 .675 .636

Kondisi_Ruang_Kelas .334 .425 .327

a. Dependent Variable: Hasil_Belajar Sumber : Data Diolah Tahun 2012

Berdasarkan tabel diatas, diketahui besarnya pengaruh komunikasi guru terhadap hasil belajar siswa sebesar 45,6%, yang diperoleh dari koefisien korelasi parsial untuk variabel komunikasi guru dikuadratkan yaitu (0,675)2 x 100%. Besarnya pengaruh kondisi ruang kelas terhadap hasil belajar siswa sebesar 18,1%, yang diperoleh dari koefisien korelasi parsial untuk variabel kondisi ruang kelas dikuadratkan yaitu (0,425)2 x 100%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kondisi ruang kelas memberikan pengaruh lebih besar terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan variabel komunikasi guru.

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 4,312 + 0,777X1 + 0,297X2 + e. Persamaan tersebut menjelaskan bahwa satu satuan skor hasil belajar siswa akan dipengaruhi oleh komunikasi guru sebesar 0,777

dan kondisi ruang kelas sebesar 0,297 pada konstanta 4,312, jika Komunikasi guru dan kondisi ruang kelas sebesar 0 maka hasil belajar siswa adalah sebesar 4,312. Berarti bahwa tanpa keberadaan komunikasi guru dan kondisi ruang kelas, hasil belajar siswa masih rendah.

Nilai koefisien regresi untuk variabel komunikasi guru adalah 0,777. Nilai koefisien tersebut bertanda positif menunjukkan bahwa pengaruh komunikasi guru terhadap hasil belajar siswa adalah positif artinya setiap kenaikan satu satuan skor komunikasi guru, maka akan diikuti dengan meningkatnya hasil belajar siswa sebesar 0,777. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sukmadinata (2005:48), agar hasil belajar dapat tercapai maka dalam interaksi harus didukung dengan komunikasi yang efektif.

Nilai diatas didasarkan atas tabulasi data penelitian didapatkan bahwa siswa berpendapat komunikasi guru masih ada indikator yang dianggap lemah yaitu siswa berpendapat bahwa dalam pembelajaraan kesediaan guru dalam memberikan bantuan masih kurang.

Guru yang sedang melaksanakan proses pembelajaran sistem kearsipan di SMK Negeri 9 Semarang akan terlihat bahwa di dalam kelas tersebut sedang terjadi proses komunikasi. Guru yang sedang mengajar berfungsi sebagai sumber pesan, sedangkan siswanya sebagai penerima pesan. Materi pelajaran yang sedang disampaikan adalah pesannya yang diambil oleh guru dari kurikulum yang berlaku. Guru sebagai sumber pesan mengubah isi pesan yang berupa materi pelajaran ke dalam lambang-lambang yang dapat dimengerti siswa dan menyesuaikannya dengan

kondisi siswa dan menyampaikannya secara sistematis. Siswa sebagai penerima pesan bertugas menafsirkan pesan sesuai yang dimaksud guru. Dalam proses komunikasi di kelas siswa dapat berubah menjadi sumber pesan, misalnya pada saat siswa menjawab pertanyaan dari guru, memberi tanggapan, melakukan tugas-tugas dan mengajukan pertanyaan. Sehingga dalam proses pembelajaran terjadi komunikasi dua arah yang berakibat pada semakin besar aktivitas belajar siswa semakin baik belajarnya. Dalam mengajar guru senantiasa berusaha meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran akan dapat tercapai sebuah pembelajaran yang efektif dengan hasil belajar yang optimal.

Di SMK Negeri 9 Semarang dalam proses pembelajaran mengelola sistem kearsipan Jurusan Administrasi perkantoran guru dalam pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi, komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari guru kepada siswa, dimana siswa mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam pembelajaran mengelola sistem kearsipan sebagian materi yang diterangkan guru kearsipan disampaikan secara aplikatif sehingga siswa merasa jenuh dan bosan dengan cara menyampaikan materi seperti itu.

Kondisi ruang kelas juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi variabel kondisi ruang kelas sebesar 0,297. Nilai tersebut bertanda positif menunjukkan bahwa kondisi ruang kelas terhadap hasil belajar siswa adalah positif. Setiap kenaikan satu satuan skor kondisi ruang kelas akan diikuti dengan meningkatnya hasil belajar siswa sebesar 0,297 satu satuan.

Dilihat dari nilai koefisien regresinya, kondisi ruang kelas memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap hasil belajar siswa. Kondisi tersebut dikarenakan dengan kondisi ruang kelas yang memadai maka akan memungkinkan siswa untuk termotivasi untuk belajar sehingga pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat secara maksimal.

Hasil tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Marry (2000:60), yang menyatakan bahwa “pengelolaan kelas dalam pengembangan budaya dan iklim sekolah adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana dan kondisi belajar didalam kelas agar menjadi kondusif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan”.

Di SMK Negeri 9 Semarang kondisi ruang kelas pada mata pelajaran mengelola sistem kearsipan sudah cukup baik, hal tersebut ditunjukkan dengan keadaan ruang belajar yang baik, penerangan di dalam kelas sudah cukup terang baik penerangan sinar matahari dan penerangan buatan yaitu penerangan dengan lampu, ventilasi yang cukup untuk pengaturan suhu dan sirkulasi udara, luas ruang belajar diruang laboratorium kearsipan sudah cukup luas. Ruangan kelas yang digunakan terasa nyaman, sesuai dengan daya tampung siswa, ukurannya juga cukup luas sehingga memudahkan siswa dan guru dalam melakukan aktivitas di dalam kelas dan pemilihan warna dinding dengan menggunakan warna terang semakin menambah kesan luas dan terang pada ruang belajar. Ruang kelas menggunakan penerangan dengan sinar matahari yang masuk melalui pintu dan jendela ruangan, tempat duduk di tata sedemikian rupa sehingga tidak membuat penerangan dari luar menyilaukan

penglihatan siswa. Untuk membantu pada saat hujan dan cuaca mendung, pihak sekolah menyediakan lampu penerangan yang cukup disetiap ruang belajar. Usaha pengadaan peralatan yang digunakan dalam praktek kearsipan tidak lepas dari berbagai hambatan diantaranya ada beberapa peralatan praktek sistem kearsipan (pelubang kertas, penyekat, map, filling cabinet) yang jumlahnya masih kurang, hal ini disebabkan beberapa peralatan rusak dan tidak layak pakai jika dibandingkan dengan jumlah siswa yang mengikuti praktek sistem kearsipan , sehingga pada waktu akan menggunakan siswa terpaksa bergantian dan hal ini menjadikan suasana dalam proses pembelajaran kurang kondusif.

Sesuai dengan teori Suharsimi (2009:92), Segala sesuatu yang diperlukan dalam proses belajar mengajar yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan berjalan lancar, teratur, efektif, dan efisien. Kondisi belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja kursi yang berantakan, perlengkapan dan peralatan yang tidak layak pakai, menyebabkan siswa kurang semangat dalam belajar, oleh karena itu sudah menjadi kewajiban guru dan siswa saling membantu dalam merawat dan menjaga kondisi kelas tersebut agar dapat tercapai lingkungan belajar yang menyenangkan”.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa komunikasi guru dan kondisi ruang kelas berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Komunikasi guru dan kondisi ruang kelas merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran. Komunikasi guru yang baik dan kondisi ruang kelas yang kondusif akan meningkatkan motivasi belajar

siswa sehingga tujuan pembelajaran akan dapat tercapai yakni terbentuknya sebuah pembelajaran yang efektif dengan hasil belajar yang optimal.

62

BAB V

Dokumen terkait