• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.3 Hasil Perhitungan Optimal

Variabel keputusan yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah jumlah minimal dari penggunaan setiap bahan baku produksi dalam kegiatan produksi bibit udang putih. Berdasarkan perhitungan program linier dengan menggunakan program POM-QM diperoleh hasil optimal sebagai berikut

Tabel 3.4 Proporsi Biaya Optimal Bahan Baku Produksi Bibit Udang Putih PT. Surya Windu Pertiwi, Mei 2015

No Bahan Baku Produksi

Harga/Satuan Jumlah Biaya (Rp) Persentase (%) 1 Benih Rp6/Ekor 77.007.727 462.046.364 79.15 2 Artemia Rp1020/Gram 84.062,30 85.743.548 14,69 3 MP-Z Rp525/Gram 11.176,60 5.867.715 1,01 4 TYS FLAKE Rp100/Gram 16.051,50 1.605.150 0,27 5 SPIRO Rp330/Gram 3.691,54 1.218.207 0,21 6 PL-00 Rp78/Gram 34.599,90 2.698.792 0,46 7 PL-01 Rp94/Gram 33.173,10 3.118.271 0,53 8 PL-02 Rp78/Gram 127.579,69 9.951.216 1,70 9 PL=03 Rp78Gram 129.579,69 9.951.216 1,70 10 EDTA 2 NA Rp67/Gram 21.877,60 1.465.799 0,25 11 VIT-C RRC Rp181/Gram 713,40 129.125 0,02 TOTAL 566.120.235 100,00

Dari Tabel 3.4 dapat dilihat bahwa persentase biaya pengeluaran terbesar adalah biaya pengadaan benih yaitu sebesar 79,15%, diikuti biaya pembelian Artemia yaitu sebesar 14,69%, sama seperti pada kondisi aktual, namun pada kondisi optimal jumlah biaya produksi lebih rendah dibanding pada kondisi aktual.

Hasil pengolahan data dengan menggunakan program linier menunjukkan bahwa biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan masih terlalu tinggi atau belum optimal. Berdasarkan Tabel 3.4 dapat dilihat bahwa biaya produksi pada kondisi aktual adalah sebesar Rp770.846.924,00, sedangkan hasil perhitungan dengan program linier biaya produksi optimal adalah sebesar Rp583.795.404,00. Besarnya selisih antara biaya produksi pada kondisi optimal dengan hasil kajian program linier ini kebanyakan dipengaruhi oleh alokasi biaya pengadaan benih serta pembelian Artemia. Biaya produksi yang dihemat adalah sebesar Rp187.051.520,00, jumlah biaya yang dihemat adalah selisih antara biaya pada kondisi aktual dengan biaya hasil kajian program linier.

Tabel 3.5 Perbandingan Biaya Kondisi Aktual dengan Kondisi Optimal No Bahan Baku Produksi Satuan Kondisi Aktual Kondisi Optimal Selisih 1 Benih Ekor 100.000.000 77.007.725 -22.992.273 2 Artemia Gram 119.750 84.062 -35.688 3 MP-Z Gram 16.484 11.177 -5.307 4 TYS FLAKE Gram 25.150 16.052 -9.099 5 SPIRO Gram 5.230 3.692 -1.538 6 PL-00 Gram 53.778 34.600 -19.178 7 PL-01 Gram 46.376 33.173 -13.203 8 PL-02 Gram 156.846 127.578 -29.266 9 PL=03 Gram 165.096 127.578 -37.516 10 EDTA 2 NA Gram 29.260 21.878 -7.382 11 VIT-C RRC Gram 1.000 713 -287 Biaya Total Rupiah 770.846.920 583.795.404 -187.051.520

Dari Tabel 3.5 dapat dilihat perbandingan antara bahan baku produksi variabel pada kondisi aktual dengan kondisi optimal. Jumlah benih udang yang digunakan pada kondisi aktual adalah sebesar 100.000.000 ekor, sedangkan pada kondisi optimal jumlah benih yang digunakan adalah sebesar 77.007.727 ekor, oleh karena itu terjadi pemborosan pemakaian benih udang pada kondisi aktual sebesar 22.992.273 ekor. Dengan demikian padat penebaran benih lebih rendah pada kondisi optimal lebih rendah dibandingkan dengan pada kondisi aktual. Dengan padat tebar benih udang yang tinggi mengakibatkan kebutuhan akan bahan baku produksi seperti pakan dan obat-obatan tinggi pula.

Penggunaan Artemia pada kondisi aktual dengan optimal berbeda, hal ini dikarenakan jumlah benih yang ditebar pun berbeda. Semakin sedikit jumlah benih yang ditebar semakin sedikit pula jumlah Artemia yang digunakan. Demikian pula halnya dengan bahan baku produksi lain seperti MP-Z, TYS Flake, Spiro, PL-00, PL-01, PL-02, PL-03, EDTA 2 NA serta VIT-C RRC mengalami pengurangan.

Analisis sensitivitas penting sekali untuk dilakukan, karena dalam kegiatan sehari-hari faktor ketidakpastian selalu ada, apalagi dalam sektor pertanian. Faktor ketidakpastian sering terjadi pada perubahan harga dan produktivitas. Dalam program linier, pengertian sensitivitas adalah memberlakukan parameter sumber daya (bi) yang tersedia pada batas yang paling kecil (lower limit) dan batas yang

paling besar (upper limit). Batas maksimum menunjukkan batas kenaikan (allowable increase) nilai kendala yang tidak mengubah penyelesaian optimal. Sedangkan batas minimum menunjukkan batas penurunan (allowable decrease) nilai kendala agar hasil penyelesaian optimal tidak berubah. Berdasarkan hasil optimal, analisis sensitivitas pada penelitian ini dilakukan pada dua bagian yaitu analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan dan analisis sensitivitas nilai ruas kanan fungsi kendala. Kajian sensitivitas terhadap koefisien fungsi tujuan dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Analisis Sensitivitas Koefisien Fungsi Tujuan No Variabel Current Coefficient Allowable Increase Allowable Decrease Selang Perubahan 1 Benih 71.340 Infinity 71.340 0 – Infinity 2 Artemia 12.127.800 Infinity 12.127.800 0 – Infinity 3 MP-Z 6.242.250 Infinity 6.242.250 0 – Infinity 4 TYS Flake 1.189.000 Infinity 1.189.000 0 – Infinity 5 Spiro 3.923.700 Infinity 3.923.700 0 – Infinity 6 PL-00 927.420 Infinity 927.420 0 – Infinity 7 PL-01 1.117.660 Infinity 1.117.660 0 – Infinity 8 PL-02 927.420 Infinity 927.420 0 – Infinity 9 PL-03 927.420 Infinity 927.420 0 – Infinity 10 EDTA 2 NA 796.630 Infinity 796.630 0 – Infinity 11 VIT-C RRC 2.152.090 Infinity 2.152.090 0 – Infinity

Analisis sensitivitas biaya produksi merupakan suatu gambaran yang tentang interval-interval perubahan-perubahan nilai koefisien fungsi tujuan yang tidak akan mengubah nilai optimal variabel keputusan. Hasil analisis sensitivitas yang ditunjukkan pada Tabel 3.6 terdapat kolom allowable decrease dan allowable increase. Kedua kolom ini menjelaskan tentang besarnya interval

perubahan biaya produksi yang boleh terjadi. Kolom allowable decrease menunjukkan batas maksimum penurunan terhadap nilai-nilai koefisien fungsi tujuan agar nilai optimum variabel-variabel keputusan tidak berubah. Kolom allowable increase menunjukkan batas maksimum kenaikan terhadap nilai-nilai koefisien fungsi tujuan agar nilai optimum variabel-variabel keputusan tidak berubah. Dari hasil analisis sensitivitas yang dilakukan terhadap koefisien fungsi tujuan menunjukkan bahwa kenaikan berapapun besarnya tidak akan merubah nilai optimal variabel keputusan, hal ini ditunjukkan pada selang perubahan pada 11 variabel bahan baku produksi yaitu 0 Infinity. Namun perlu diperhatikan penambahan bahan baku produksi secara terus-menurus tidak dapat dilakukan sebab setiap kolam memiliki batasan kapasitasnya masing-masing. Sementara untuk penurunan harga bisa terjadi sampai nol, namun hal ini tidak mungkin terjadi karena perusahaan membeli bahan baku produksi dari penjual.

Analisis sensitivitas terhadap ruas kanan fungsi kendala menjelaskan interval perubahan nilai ruas kanan fungsi kendala yang akan tetap mempertahankan kondisi yang tidak akan menyebabkan nilai dual pricenya berubah. Besarnya perubahan ketersediaan sumber daya yang dapat digunakan untuk menentukan batas atas dan batas bawah dari interval perubahan yang tidak mengubah nilai dual pricenya. Analisis sensitivitas terhadap ruas kanan fungsi kendala ditampilkan dalam suatu kisaran optimalitas yang mempertimbangkan penurunan dan kenaikan maksimal dari ketersedian sumber daya. Kajian sensitivitas terhadap nilai ruas kanan dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Fungsi Kendala N o Kendala Current Coefficient Allowable Increase Allowable

Decrease Selang Perubahan 1 Kolam 1 38,263,970 Infinity 11.455.620 26.808.350 - Infinity 2 Kolam 2 37,972,640 Infinity 8.905.712 29.066.930 - Infinity 3 Kolam 3 39,267,380 Infinity 4.112.112 35.155.270 - Infinity 4 Kolam 4 39,857,680 Infinity 11.870.950 27.986.740 - Infinity 5 Kolam 5 37,687,470 Infinity 10.535.420 27.152.050 - Infinity 6 Kolam 6 37,374,270 Infinity 12.971.790 24.402.470 - Infinity

o Coefficient Increase Decrease

7 Kolam 7 39,697,940 Infinity 1.793.100 37.904.840 - Infinity 8 Kolam 8 37.601.810 Infinity 4.066.824 33.534.990 - Infinity 9 Kolam 9 37.391.590 Infinity 6.851.678 30.539.910 - Infinity 10 Kolam 10 39.965.340 Infinity 8.885.336 31.080.010 - Infinity 11 Kolam 11 37.591.940 Infinity 2.191.172 35.400.770 - Infinity 12 Kolam 12 39.995.760 Infinity 8.866.650 31.129.110 - Infinity 13 Kolam 13 38.611.500 Infinity 13.128.840 25.482.660 - Infinity 14 Kolam 14 39.304.280 Infinity 12.495.930 26.808.350 - Infinity 15 Kolam 15 38.867.860 Infinity 10.439.230 28.428.630 - Infinity 16 Kolam 16 38.586.160 Infinity 7.506.152 31.080.010 - Infinity 17 Kolam 17 38.130.550 Infinity 10.831.210 27.299.340 - Infinity 18 Kolam 18 38.314.530 Infinity 11.407.980 26.906.550 - Infinity 19 Kolam 19 38.959.540 Infinity 12.347.590 26.611.950 - Infinity 20 Kolam 20 37.404.710 Infinity 16.390.110 21.014.600 - Infinity 21 Benih 6.476,68 387,11 6.476,68 0 - 6.863,79 22 Artemia 7,07 2,28 7,07 0 - 9,35 23 MP-Z 0,94 4,42 0,94 0 - 5,36 24 TYS Flake 1,35 23,23 1,35 0 - 24,58 25 Spiro 0,31 7,04 0,31 0 - 7,35 26 PL-00 2,91 29,78 2,91 0 - 32,69 27 PL-01 2,79 24,71 2,79 0 - 27,5 28 PL-02 10,73 29,78 10,73 0 - 40,51 29 PL-03 10,73 29,78 10,73 0 - 40,51 30 Edta 2 Na 1,84 34,67 1,84 0 - 36,51 31 Vit-C RRC 0,06 12,83 0,06 0 - 12,89

Untuk mempertahankan total biaya produksi hasil perhitungan dengan program linier maka penurunan alokasi biaya produksi bibit udang putih per kolam dan kenaikan bahan baku produksi harus mempertimbangkan batas atas dan batas bawah kendala seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.7. Untuk alokasi biaya produksi tiap kolam tidak boleh kurang dari batas bawahnya karena apabila penurunan yang menyebabkan biaya produksi lebih kecil dari batas bawahnya akan merubah fungsi tujuan. Misalnya alokasi biaya produksi kolam 1 kisaran optimumnya berada pada selang 25.996.775 - Infinity, sehingga apabila alokasi biaya produksinya diturunkan hingga batas minimumnya atau dinaikkan hingga

batas maksimumnya tidak akan mengubah nilai dual pricenya. Begitu juga halnya dengan alokasi bahan baku produksi tidak boleh melewati kisaran optimalitasnya. Alokasi benih kisaran optimalitasnya berada pada 0 - 6.863,79, sehingga apabila alokasi bahan baku produksi mengalami perubahan namun tidak melewati kisaran optimalitasnya maka nilai dual pricenya tidak akan berubah atau tetap sebesar 71.340. Begitu juga dengan alokasi bahan baku produksi lainnya seperti Artemia, MP-Z, TYS Flake, Spiro, PL-00, PL-01, PL-02, PL-03, Edta 2 Na, serta Vit-C RRC tidak boleh melebihi kisaran optimalitasnya agar tidak merubah nilai dual pricenya.

Untuk dapat meminimumkan biaya produksi, sebaiknya PT. Surya Windu Pertiwi menerapkan penggunaan bahan baku produksi berdasarkan hasil perhitungan dengan program linier, seperti yang disajikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Optimasi Bahan Baku Produksi No Variabel Satuan Penambahan Bahan

Baku Produksi Pengurangan Bahan Baku Produksi 1 Benih Ekor 0 22.992.272,71 2 Artemia Gram 0 35.687,70 3 MP-Z Gram 0 5.307,40

4 TYS Flake Gram 0 9.098,50

5 Spiro Gram 0 1.538,46 6 PL-00 Gram 0 19.178,10 7 PL-01 Gram 0 13.202,90 8 PL-02 Gram 0 29.266,31 9 PL-03 Gram 0 37.516,31 10 EDTA 2 NA Gram 0 7.382,40 11 VIT-C RRC Gram 0 286,60

Apabila pengurangan alokasi bahan baku produksi seperti Tabel 3.8 dilakukan pada kegiatan produksi bibit udang putih pada PT. Surya Windu Pertiwi maka besarnya biaya produksi yang dihemat adalah Rp187.051.520,00. Untuk memudahkan dalam penerapannya Tabel 3.8 dapat diubah kedalam satuan luas (m2) seperti pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Optimasi Bahan Baku Produksi Tiap m2

No Variabel Satuan Penambahan Bahan Baku Produksi Pengurangan Bahan Baku Produksi 1 Benih Ekor 0 31.933,71 2 Artemia Gram 0 49,57 3 MP-Z Gram 0 7,37

4 TYS Flake Gram 0 12,64

5 Spiro Gram 0 2,14 6 PL-00 Gram 0 26,64 7 PL-01 Gram 0 18,34 8 PL-02 Gram 0 40,65 9 PL-03 Gram 0 52,11 10 EDTA 2 NA Gram 0 10,25 11 VIT-C RRC Gram 0 0,40

Berdasarkan Tabel 3.9 dapat dilihat jika PT. Surya Windu Pertiwi melakukan pengurangan terhadap penggunaan bahan baku produksi maka perusahaan dapat mengoptimalkan biaya pengeluaran, seperti pengurangan kepadatan tebar benih sebesar 30.253 ekor tiap m2. Penurunan padat tebar benih

ini harus diikuti dengan penurunan bahan baku produksi lainnya seperti pakan dan obat-obatan, karena apabila pemberian pakan dan obat-obatan dilakukan secara berlebihan atau bersisa akan menyebabkan kualitas air kolam buruk serta dapat menimbulkan penyakit bagi bibit udang putih.

BAB 4

Dokumen terkait