2θ(°) h k l α ϒ 2θ(rad) θ(rad) δ sin θ Sin2 θ sin 2θ sin22θ αsin2θ ϒ sin2θ δ sin2θ α2 ϒ2 δ2 αϒ δϒ αδ
10,84 1 0 0 1 0 0,189 0,095 0,354 0,188 0,094 0,035 0,009 0,009 0,000 0,003 1 0 0,125 0 0,000 0,354 16,90 1 0 1 1 1 0,295 0,147 0,845 0,291 0,147 0,084 0,022 0,022 0,022 0,018 1 1 0,714 1 0,845 0,845 21,78 2 0 0 4 0 0,380 0,190 1,377 0,371 0,189 0,138 0,036 0,143 0,000 0,049 16 0 1,895 0 0,000 5,506 22,92 1 1 1 3 1 0,400 0,200 1,516 0,389 0,199 0,152 0,039 0,118 0,039 0,060 9 1 2,300 3 1,516 4,549 25,94 0 0 2 0 4 0,453 0,226 1,913 0,437 0,224 0,191 0,050 0,000 0,201 0,096 0 16 3,660 0 7,653 0,000 28,14 1 0 2 1 4 0,491 0,246 2,224 0,472 0,243 0,222 0,059 0,059 0,236 0,131 1 16 4,946 4 8,896 2,224 28,98 2 1 0 7 0 0,506 0,253 2,347 0,484 0,250 0,235 0,063 0,438 0,000 0,147 49 0 5,509 0 0,000 16,430 31,84 2 1 1 7 1 0,556 0,278 2,783 0,528 0,274 0,278 0,075 0,527 0,075 0,209 49 1 7,743 7 2,783 19,479 32,22 1 1 2 3 4 0,562 0,281 2,842 0,533 0,277 0,284 0,077 0,231 0,308 0,219 9 16 8,079 12 11,369 8,527 32,98 3 0 0 9 0 0,576 0,288 2,963 0,544 0,284 0,296 0,081 0,725 0,000 0,239 81 0 8,778 0 0,000 26,665 34,10 2 0 2 4 4 0,595 0,298 3,143 0,561 0,293 0,314 0,086 0,344 0,344 0,270 16 16 9,877 16 12,571 12,571 35,46 3 0 1 9 1 0,619 0,309 3,365 0,580 0,305 0,337 0,093 0,835 0,093 0,312 81 1 11,324 9 3,365 30,286 39,32 2 1 2 7 4 0,686 0,343 4,015 0,634 0,336 0,401 0,113 0,792 0,453 0,454 49 16 16,117 28 16,059 28,102 39,88 3 1 0 13 0 0,696 0,348 4,111 0,641 0,341 0,411 0,116 1,512 0,000 0,478 169 0 16,897 0 0,000 53,438 42,02 3 1 1 13 1 0,733 0,367 4,480 0,669 0,359 0,448 0,129 1,671 0,129 0,576 169 1 20,073 13 4,480 58,244 43,94 1 1 3 3 9 0,767 0,383 4,814 0,694 0,374 0,481 0,140 0,420 1,260 0,674 9 81 23,179 27 43,330 14,443 45,50 2 0 3 4 9 0,794 0,397 5,087 0,713 0,387 0,509 0,150 0,598 1,346 0,761 16 81 25,874 36 45,780 20,347 46,78 2 2 2 12 4 0,816 0,408 5,310 0,729 0,397 0,531 0,158 1,891 0,630 0,837 144 16 28,195 48 21,239 63,718 48,10 3 1 2 13 4 0,839 0,420 5,539 0,744 0,408 0,554 0,166 2,159 0,664 0,920 169 16 30,685 52 22,158 72,012 49,54 2 1 3 7 9 0,865 0,432 5,788 0,761 0,419 0,579 0,176 1,229 1,580 1,016 49 81 33,506 63 52,096 40,519 50,58 3 2 1 19 1 0,883 0,441 5,967 0,772 0,427 0,597 0,182 3,467 0,182 1,089 361 1 35,606 19 5,967 113,375 51,32 4 1 0 21 0 0,896 0,448 6,093 0,781 0,433 0,609 0,187 3,937 0,000 1,142 441 0 37,130 0 0,000 127,963 52,20 4 0 2 16 4 0,911 0,455 6,243 0,790 0,440 0,624 0,194 3,096 0,774 1,208 256 16 38,973 64 24,971 99,885 53,28 0 0 4 0 16 0,930 0,465 6,424 0,802 0,448 0,642 0,201 0,000 3,216 1,291 0 256 41,273 0 102,791 0,000 55,98 3 2 2 19 4 0,977 0,488 6,869 0,829 0,469 0,687 0,220 4,184 0,881 1,513 361 16 47,185 76 27,477 130,513 57,26 3 1 3 13 9 0,999 0,500 7,074 0,841 0,479 0,707 0,230 2,984 2,066 1,624 169 81 50,047 117 63,669 91,967 59,98 4 2 0 28 0 1,047 0,523 7,496 0,866 0,500 0,750 0,250 6,995 0,000 1,873 784 0 56,195 0 0,000 209,897 60,52 3 3 1 27 1 1,056 0,528 7,578 0,870 0,504 0,758 0,254 6,855 0,254 1,924 729 1 57,419 27 7,578 204,593 61,72 2 1 4 7 16 1,077 0,539 7,755 0,881 0,513 0,775 0,263 1,842 4,209 2,040 49 256 60,135 112 124,074 54,283 63,08 5 0 2 25 4 1,101 0,550 7,950 0,892 0,523 0,795 0,274 6,840 1,094 2,175 625 16 63,195 100 31,798 198,739 Σ 53,922 20,057 23,348 4862 1003 746,635 834 642,466 1709,474
77
Lanjutan
A = 0,000193
B = 0,012489
C = 0,00888
Nilai Parameter Kisi
a = 9,439 Å
b = 9,439 Å
c = 6,893 Å
Ketepatan Parameter Kisi
a = 99,78 %
ABSTRAK
AJENG ANGGRAENI MUJIANTO PUTRI.
Metode
Single Drop pada
Pembuatan Hidroksiapatit Berbasis Cangkang Telur.
Dibimbing oleh
SETYANTO TRI WAHYUDI dan SETIA UTAMI DEWI.
Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis hidroksiapatit dengan metode
single drop. Prekursor kalsium yang digunakan berasal dari cangkang telur ayam,
bebek, dan puyuh, serta untuk sumber fosfat menggunakan (NH
4)
2HPO
4. Pada
metode single drop dilakukan variasi waktu stirring yaitu 3 jam, 6 jam, 12 jam,
18 jam, dan 24 jam. Fasa dan struktur kristal dari hidroksiapatit dianalisa
menggunakan
X-Ray Diffractometer. Sampel yang disintesis dengan
menggunakan metode single drop telah membentuk fasa hidroksiapatit, dan begitu
pula sampel yang disintesis dengan metode kontrolnya, wise drop. Hidroksiapatit
yang disintesis dengan metode single drop mempunyai nilai parameter kisi yang
mendekati data JCPDS. Parameter kisi yang dihasilkan dari semua sampel
hidroksiapatit mencapai nilai ketepatan lebih dari 99%. Ukuran kristal terbesar
didapatkan dari sampel hidroksiapatit dengan sumber kalsium cangkang telur
ayam yang dilakukan stirring selama 3 jam yaitu pada bidang (0 0 2) sebesar
50,63 nm, dan bidang (3 0 0) sebesar 51,78 nm. Lamanya waktu stirring
memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap pembentukan fasa dan
struktur kristal hidroksiapatit. Kandungan gugus kompleks hidroksiapatit
diidentifikasi menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy. Gugus
yang terdapat dalam hidroksiapatit tersebut berupa OH
-, PO
43-, dan CO
32-.
Munculnya gugus CO
32-diindikasikan adanya apatit karbonat tipe-B pada sampel.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Biomaterial adalah suatu bahan
sintetis
yang dapat diimplan ke dalam
sistem hidup sebagai pengganti fungsi
dari jaringan hidup atau organ.Pada saat
ini kebutuhan biomaterial sangat tinggi
dan telah memberi dampak yang cukup
besar terutama dalam bidang kedokteran
ortopedi, misalnya saja untuk pengobatan
tulang, baik perbaikan pada tulang yang
retak maupun patah tulang.
1Material
yang digunakan dalam pengobatan
tersebut harus bersifat bioaktif,
biokompatibel, dan tidak beracun.
1Salah
satu biomaterial yang bersifat bioaktif
untuk tulang manusia dan hewan adalah
hidroksiapatit.
2Hidroksipatit (HAp) merupakan salah
satu senyawa kalsium fosfat dan
termasuk dalam kelompok mineral apatit
yang saat ini banyak dikembangkan oleh
para peneliti.
2,5,8Hidroksiapatit
mempunyai rumus kimia
Ca
10(PO
4)
6(OH)
2dan mempunyai
struktur heksagonal dengan parameter
kisi a = 9,418 Å dan c = 6,884 Å.
7Hidroksiapatit merupakan fasa kristal
yang lebih stabil dibandingkan dikalsium
fosfat (DKFD, CaHPO
4.2H
2O), okta
kalsium fosfat (OKF, Ca
8H
2PO
4.5H
2O),
dan trikalsium fosfat (TKF, Ca
3(PO
4)
2).
4Hidroksiapatit dapat dibuat dari
prekursor sintetik maupun dari prekursor
bahan alam; tulang, batu kapur, terumbu
karang, dan cangkang telur. Pembuatan
hidroksiapatit dapat dilakukan dengan
beberapa metode; metode basah atau
presipitasi, metode kering, dan metode
hydrothermal.
3Pada saat ini, metode presipitasi lebih
banyak digunakan karena metode
tersebut paling sederhana dan mudah
untuk diaplikasikan dibidang industri,
serta akan menghasilkan hidroksiapatit
yang sebagian besar amorf.
16Metode
presipitasi berupa wise drop dilakukan
dengan menggunakan reaksi cairan
dimana larutan fosfat akan diteteskan
sedikit demi sedikit ke dalam larutan
kalsium. Hal tersebut akan memakan
waktu sekitar 90 sampai 120 menit. Maka
dari itu, dilakukannya metode presipitasi
berupa single drop ini sebagai modifikasi
dari metode presipitasi sebelumnya.
Selain lebih mudah, juga tidak memakan
waktu yang lama saat pencampuran
larutan fosfat dan kalsiumnya.
Pada penelitian ini, hidroksiapatit
dibuat dengan metode single drop dari
cangkang telur sebagai sumber kalsium
dan (NH
4)
2HPO
4sebagai sumber
fosfatnya. Cangkang telur yang
digunakan yaitu berupa cangkang telur
ayam, bebek, dan puyuh. Pada metode
single drop, larutan cangkang telur dan
fosfat dicampurkan secara langsung.
Tujuan Penelitian
1.
Mengukur kadar kalsium (Ca) dan
mengamati fasa senyawa kalsium
dari cangkang telur ayam, cangkang
telur bebek, dan cangkang telur
puyuh.
2.
Mensintesis hidroksiapatit dari
cangkang telur ayam, cangkang telur
bebek, dan cangkang telur puyuh
dengan menggunakan metode single
drop dengan variasi waktu stirring,
dan membandingkan dengan metode
kontrolnya, wise drop.
3.
Mempelajari pengaruh waktu stirring
pada proses single drop terhadap fasa
dan struktur kristal dari hidroksiapatit
yang dihasilkan.
Perumusan Masalah
1.
Berapa kadar kalsium dan bagaimana
fasa senyawa kalsium dari cangkang
telur ayam, cangkang telur bebek,
dan cangkang telur puyuh.
2.
Bagaimana fasa dan struktur kristal
hidroksiapatit yang terbentuk dari
proses single drop dan wise drop.
3.
Bagaimana pengaruh waktu stirring
pada proses single drop terhadap fasa
dan struktur kristal dari hidroksiapatit
yang dihasilkan.
Hipotesis
Hasil dari sintesis senyawa HAp
menggunakan metode single drop akan
menghasilkan fasa dan struktur kristal
HAp yang sama dengan HAp yang
dihasilkan dari metode wise drop sebagai
2
metode kontrolnya. Lama waktu stirring
pada proses single drop
dapat
mempengaruhi fasa dari HAp yang
dihasilkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Cangkang Telur
Kandungan utama cangkang telur
adalah senyawa kalsium. Senyawa
kalsium yang terdapat pada cangkang
telur ayam dan cangkang telur bebek
yaitu berupa kalsium karbonat (CaCO
3).
Tabel 1 merupakan komposisi utama
yang terdapat pada cangkang telur ayam,
dan cangkang telur bebek.
Hidroksiapatit
Senyawa kalsium fosfat berbentuk
kristal hadir dalam empat fase, yaitu
dikalsium fosfat, okta kalsium fosftat,
trikalsium fosfat, dan hidroksiapatit.
4Hidroksiapatit merupakan senyawa
kalsium fosfat dan anggota kelompok
mineral apatit dengan rumus kimia secara
umum M
10(RO
4)X
2. R biasanya unsur
fosfor, M adalah salah satu dari unsur
logam namun biasanya adalah unsur
kalsium, dan X biasanya hidroksida atau
unsur halogen seperti fluorine atau
chlorine.
4Struktur dari hidroksiapatit
diperlihatkan pada Gambar 1.
Tabel 1 Komposisi utama cangkang
telur ayam dan bebek
5,6Komposisi Utama Konten (%) Cangkang Telur Ayam Cangkang Telur Bebek Protein - 1,4 – 4 Kalsium karbonat 94 95 Kalsium fosfat 1 - Material organic 4 - Magnesium karbonat 1 0,37 - 0,4
Gambar 1 Struktur hidroksiapatit.
8Kristal
hidroksiapatit merupakan
senyawa kalsium fosfat dengan nilai
perbandingan Ca/P sebesar 1,67 dan
mempunyai struktur heksagonal dengan
parameter kisi a = 9,418 Å dan
c = 6,884 Å serta mempunyai sudut
α = β = 90⁰ dan sudut ϒ = 120⁰.
7Gambar 1 merupakan
struktur
hidroksiapatit. Terlihat bahwa unit sel
terdiri dari 2 subsel prisma segitiga
rombik. Atom Ca ditunjukkan oleh warna
hijau, atom fosfor ditunjukkan oleh
warna merah, dan atom oksigen
ditunjukkan oleh warna biru. Unit kristal
HAp memiliki 2 jenis atom Ca, yaitu Ca1
dan Ca2. Perbedaan keduanya terletak
dari lokasi atom Ca tersebut. Terdapat 2
kaca horizontal dalam unit sel HAp yaitu
pada z = ¼ dan z = ¾ serta bidang tengah
inversi tepat di tengah muka vertikal dari
setiap subsel. Setiap subsel memiliki 3
pusat. Atom Ca1 puncak dan dasar
masing-masing dihitung sebagai ½ Ca1,
sedangkan Ca1 tengah dihitung sebagai
satu Ca1 sehingga setiap subsel memiliki
2 atom Ca dari Ca1. Setiap unit sel
memiliki 6 atom Ca2. Maka total atom
Ca setiap unit sel adalah 10 yang terdiri
dari 4 atom Ca1 dan 6 atom Ca2.
8Metode Pembuatan Hidroksiapatit
Karakteristik dari suatu kristal HAp
tidak hanya dipengaruhi oleh unsur-unsur
pembentuknya, namun dipengaruhi juga
oleh metode dalam pembuatannya. Ada
beberapa metode dalam pembuatan HAp,
diantaranya :
Metode basah, menggunakan reaksi
cairan, merupakan metode yang
3
dan menghasilkan serbuk HAp yang
sebagian besar amorf.
16
Metode kering, menggunakan reaksi
padatan, dan menghasilkan serbuk
HAp dengan butir halus serta derajat
kristalinitas tinggi.
Metode hydrothermal, menggunakan
reaksi hidrotermal dan akan
menghasilkan HAp dengan kristal
yang baik, serta kemurnian yang
tinggi.
17X-Ray Diffraction (XRD)
XRD menggunakan prinsip difraksi
untuk mengetahui struktur kristal, fasa,
dan derajat kristalinitas, serta dapat
digunakan untuk mengetahui kualitas
kristal suatu bahan, mengetahui jenis-
jenis unsur dan senyawa yang terkandung
dalam material secara kualitatif.
9Sinar-x ditembakkan pada material
sehingga terjadi interaksi dengan elektron
dalam atom. Ketika foton sinar-X
bertumbukan dengan elektron, beberapa
foton hasil tumbukkan akan mengalami
pembelokan dari arah datang awal. Jika
panjang gelombang hamburan sinar-X
tidak berubah (foton sinar-X tidak
kehilangan banyak energi) dinamakan
hamburan elastik (hamburan Thompson)
dan terjadi transfer momentum dalam
prosen hamburan.
Sinar-X yang digunakan untuk
pengukuran sebagai hamburan sinar-X
yang membawa informasi distribusi
elektron dalam material.
9Syarat terjadinya difraksi harus
memenuhi hukum Bragg Persamaan (1)
yang prosesnya diperlihatkan pada
Gambar 2.
10Gambar 2 Skema terjadinya difraksi oleh
kisi kristal.
10...(1)
Difraksi sinar-X oleh atom-atom yang
tersusun di dalam kristal akan
menghasilkan pola yang berbeda
tergantung pada konfigurasi atom-atom
pembentuk kristal tersebut. Berdasarkan
pola difraksi tersebut, dapat diperoleh
informasi berupa posisi puncak pada
sudut 2θ digambarkan pada sumbu
horizontal dan intensitas hamburan balik
bidang (d
hkl) kristal digambarkan pada
sumbu vertikal. Posisi puncak
menunjukkan struktur kristal dan
identifikasi fasa yang ada di dalam bahan
tersebut, sedangkan intensitas
menunjukkan total hamburan balik dari
masing-masing bidang dalam struktur
kristal. Jarak antar bidang (d
hkl) pada
kristal dan parameter kisinya juga dapat
ditentukan dengan menggunakan
informasi dari posisi puncak dan sudut
hamburan (2θ).
9Fourier Transform Infrared
Spectroscopy (FTIR)
FTIR merupakan salah satu metode
untuk menganalisis sampel dengan
menggunakan spektroskopi inframerah.
Pada spektroskopi inframerah, radiasi
inframerah dilewatkan terhadap sampel.
Radiasi inframerah tersebut sebagian
akan diserap oleh sampel, dan sebagian
lagi akan diteruskan.
11Spektroskopi inframerah dapat
mengidentifikasi kandungan gugus
kompleks dalam senyawa hidroksiapatit,
tetapi tidak dapat menentukan unsur-
unsur penyusunnya.
Pada spektroskopi inframerah,
spektrum inframerah terletak pada daerah
panjang gelombang mulai dari 0,78
sampai 1000 µm atau bilangan
gelombang dari 12800 sampai 10 cm
-1.
14Dilihat dari segi aplikasi dan
instrumentasi, spektrum inframerah
dibagi ke dalam tiga jenis radiasi yaitu
near infrared (bilangan gelombang
12800 - 4000 cm
-1),
mid infrared
(bilangan gelombang 4000 - 400 cm
-1),
dan
far infrared (bilangan gelombang
400 - 10 cm
-1). FTIR termasuk ke dalam
kategori radiasi mid infrared dengan
4
Spektroskopi inframerah pada HAp
memanfaatkan energi vibrasi gugus
penyusunnya yaitu gugus PO
43-, CO
32-,
dan OH
-. Gugus PO
43-
mempunyai 4
mode vibrasi, yaitu :
1.
Vibrasi simetri streching (v
1) dengan
bilangan gelombang sekitar 956 cm
-1.
2.
Vibrasi simetri bending (v
2) dengan
bilangan gelombang sekitar
430 – 460 cm
-1.
3.
Vibrasi asimetri stretching (v
3)
dengan bilangan gelombang sekitar
1040 – 1090 cm
-1.
4.
Vibrasi asimetri bending (v
4) dengan
bilangan gelombang sekitar
575 – 610 cm
-1.
Spektrum PO
43-dapat diteliti yaitu
pada pita absorbsi v
4dalam bentuk belah
dengan bilangan gelombang maksimum
578 cm
-1. Pita absorbsi OH
-dapat terlihat
pada bilangan gelombang disekitar 3576
cm
-1dan 632 cm
-1. Sedangkan pita
absorbsi untuk gugus CO
32-dapat diamati
pada bilangan gelombang disekitar 865-
875 cm
-1, dan 1400-1460 cm
-1.
13Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)
AAS digunakan untuk menentukan
kadar unsur-unsur logam (Ca, Mg, K, Na,
dan lain-lain). Sumber energi yang
digunakan yaitu berupa hollow cathode
lamp. Fenomena yang terjadi pada proses
AAS adalah produksi atom bebas dari
sampel (atomisasi) dan serapan radiasi
dari sumber luar oleh atom. Pembebasan
atom dari sampel yaitu dengan
pemanasan dari nyala api. Serapan
radiasi oleh atom bebas saat disinari
lampu melibatkan transisi elektron dari
tingkat dasar (ground state) ke tingkat
eksitasi elektronik. Umumnya transisi
antara tingkat dasar dan tingkat eksitasi
pertama disebut garis resonansi pertama.
Garis resonansi pertama memiliki
penyerapan paling tinggi. Banyaknya
energi yang diserap menunjukkan
besarnya konsentrasi atau kadar logam
dalam sampel.
14METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Preparasi sampel dilakukan di
Laboratorium Biofisika Material,
Departemen Fisika, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor. Karakterisasi dengan
menggunakan AAS dilakukan di Balai
Penelitian Tanah, Bogor. Karakterisasi
XRD dilakukan di Laboratorium Terpadu
bagian Kimia Kayu, Badan Penelitian
dan Pengembangan Hutan (Balithut)
Bogor. Karakterisasi FTIR dilakukan di
Laboratorium Analisis Bahan,
Departemen Fisika, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan terdiri dari
erlenmeyer, pipet tetes, crusible, gelas
piala, gelas ukur, labu takar, kertas
saring, corong, spatula, alumunium foil,
magnetic stirer, furnace, alat infus, hot
plate, botol sampel, dan neraca digital.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu
cangkang telur ayam, cangkang telur
bebek, cangkang
telur puyuh,
(NH
4)
2HPO
4, dan aquades.
Metode Penelitian
Persiapan sampel
Sumber kalsium yang digunakan
berasal dari cangkang telur ayam, bebek,
dan puyuh. Serta sumber fosfat yang
digunakan adalah (NH
4)
2HPO
4.
Penyiapan sampel diawali dengan
membersihkan cangkang telur dari
kotoran dan membrannya, kemudian
dikeringkan di udara terbuka selama 24
jam. Proses selanjutnya dilakukan
kalsinasi pada cangkang telur yang telah
kering.
Kalsinasi dilakukan pada suhu
1000⁰C dengan waktu penahanan selama
5 jam. Hal tersebut didasarkan pada
penelitian sebelumnya, dimana suhu dan
waktu pemanasan untuk kalsinasi
cangkang telur ayam dan bebek tersebut
adalah yang optimum.
4,6Dari proses
5
Serbuk tersebut kemudian di
karakterisasi
dengan XRD untuk
mengetahui fasa kalsium pada serbuk
cangkang telur, serta karakterisasi
menggunakan AAS untuk mengukur
kadar Ca
2+yang ada pada serbuk
tersebut.
Karakterisasi XRD serbuk cangkang
telur
Karakterisasi difraksi sinar-x ini
dilakukan untuk mengidentifikasi fasa
kalsium yang terdapat dalam cangkang
telur ayam, bebek, dan puyuh yang telah
dikalsinasi. Pengujian fasa kalsium
dengan teknik difraksi sinar-x ini
dilakukan pada sudut 2θ dari 10⁰ hingga
80⁰.
Karakterisasi AAS serbuk cangkang
telur
Karakterisasi
dilakukan
untuk
mengukur kadar Ca
2+yang ada pada
masing-masing cangkang telur, yaitu
cangkang telur ayam, cangkang telur
bebek, dan cangkang telur puyuh.
Masing-masing sampel sebanyak ± 0,5
gram yang sudah dikalsinasi kemudian
dikarakterisasi menggunakan AAS.
Sintesis Hidroksiapatit
Sintesis HAp pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode
presipitasi, yaitu berupa single drop dan
wise drop. Pada metode single drop
dilakukan 5 variasi waktu stirring yaitu
3 jam, 6 jam, 12 jam, 18 jam, dan 24 jam
untuk masing-masing cangkang telur.
Tabel 2 menunjukkan variasi metode dan
waktu stirring yang digunakan pada
sintesis HAp ini. Setelah dilakukan
sintesis HAp dapat ditentukan efisiensi
pembentukkan HAp yaitu rasio antara
massa HAp yang didapatkan dengan
massa kalsium dan massa fosfat yang
digunakan dikali 100%.
Metode single drop
Cangkang telur yang telah dikalsinasi
dilarutkan dalam 100 ml aquades.
Kemudian ditambahkan larutan
(NH
4)
2HPO
4. Massa cangkang telur dan
(NH
4)
2HPO
4yang dilarutkan ditentukan
berdasarkan hasil perhitungan
stoikiometri sehingga menghasilkan rasio
konsentrasi Ca/P sebesar 1,67 dengan
konsentrasi 0,5 M untuk cangkang telur
dan 0,3 M untuk (NH
4)
2HPO
4.
Presipitasi dengan menggunakan
metode
single drop, dilakukan dengan
mencampurkan kedua larutan sekaligus,
yaitu larutan cangkang telur dan larutan
(NH
4)
2HPO
4. kemudian dilakukan proses
homogenisasi dengan variasi waktu
stirring selama 3, 6, 12, 18, dan 24 jam.
Setelah stirring selesai, larutan kemudian
diendapkan tanpa perlakuan apapun
(aging) selama 12 jam di suhu ruang.
Sampel hasil presipitasi kemudian
disaring dengan menggunakan kertas
saring dan dicuci dengan menggunakan
aquades yang kemudian dilanjutkan
dengan proses pengeringan dengan
menggunakan furnace pada suhu 110⁰C
dengan waktu penahanan 5 jam.
Tabel 2 Variasi metode dan waktu stirring pada pembuatan HAp
Metode Stirring (jam)
Kode Sampel
Cangkang telur ayam Cangkang telur bebek Cangkang telur puyuh
Single drop
3 HAp-A3 HAp-B3 HAp-P3
6 HAp-A6 HAp-B6 HAp-P6
12 HAp-A12 HAp-B12 HAp-P12
18 HAp-A18 HAp-B18 HAp-P18
24 HAp-A24 HAp-B24 HAp-P24
6
Dilanjutkan dengan sintering pada suhu
900⁰C dengan waktu penahanannya 5
jam. Timbang massa sampel setelah
proses
sintering, lalu sampel
dikarakterisasi dengan menggunakan
XRD dan FTIR.
Metode wise drop
Presipitasi dengan menggunakan
wise drop dilakukan dengan meneteskan
0.5 M larutan dari cangkang telur oleh
0.3 M larutan (NH
4)
2HPO
4sambil
dilakukan
stirring. Proses tersebut
dilakukan selama 90 menit. Setelah
kedua larutan tercampur, larutan di
stirring kembali selama 60 menit.
Kemudian sampel di aging selama
12 jam.
Sampel hasil presipitasi kemudian
disaring dengan menggunakan kertas
saring dan dicuci dengan menggunakan
aquades yang kemudian dilanjutkan
dengan proses pengeringan dengan
menggunakan furnace pada suhu 110⁰C
dengan waktu penahanan 5 jam.
Dilanjutkan dengan sintering pada suhu
900⁰C dengan waktu penahanannya
5 jam. Timbang massa sampel setelah
proses
sintering, lalu sampel
dikarakterisasi dengan menggunakan
XRD dan FTIR.
Karakterisasi XRD sampel
hidroksiapatit
Karakterisasi difraksi sinar-x ini
dilakukan untuk mengidentifikasi fasa,
menghitung parameter kisi, dan ukuran
kristal yang terdapat pada sampel
hidroksiapatit. Pengujian fasa dengan
teknik difraksi sinar-x ini dilakukan
pada sudut 2θ dari 10⁰ hingga 80⁰.
Parameter kisi untuk sampel HAp
ditentukan dengan menggunakan metode
Cohen (Lampiran 23). Ketepatan
parameter kisi ditentukan dengan
membandingkan hasil yang didapat
sampel dengan literaturnya dan
dinyatakan dalam persen.
Ukuran kristal pada sampel
hidroksiapatit ditentukan pada bidang
(0 0 2) yang bersesuaian dengan panjang
c, dan bidang ( 3 0 0 ) yang bersesuaian
dengan panjang a. Ukuran kristal dapat
ditentukan dengan menggunakan
Persamaan Debye Scherrer.
...(2)
D merupakan ukuran kristal (nm),
λ adalah panjang gelombang yang
digunakan pada XRD ( 0,154060 nm),
β adalah FWHM (full width at half
maximum) dari garis difraksi skala 2θ,
dan cos θ merupakan nilai kosinus sudut
sinar X pada bidang (0 0 2) dan (3 0 0).
Karakterisasi FTIR sampel
hidroksiapatit
Karakterisasi FTIR dilakukan untuk
mengetahui kandungan gugus kompleks
dalam sampel hidroksiapatit. 1 mg
sampel dicampur dengan 100 mg KBr,
dibuat pelet kemudian diukur dengan
spektrum FTIR dengan skala bilangan
gelombang 4000 – 400 cm
-1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persiapan sampel
Serbuk cangkang telur diperoleh dari
hasil kalsinasi cangkang telur ayam,
bebek, dan puyuh pada suhu 1000⁰C
selama 5 jam. Kalsinasi dilakukan untuk
menghasilkan prekursor kalsium dalam
bentuk kalsium oksida (CaO). Sebelum
dilakukan kalsinasi, senyawa kalsium
dalam cangkang telur berbentuk CaCO
3.
Reaksi pembentukan CaO melalui
proses kalsinasi dapat dilihat pada
persamaan di bawah ini.
Pada proses kalsinasi terjadi
pengurangan massa cangkang telur baik
cangkang telur ayam, bebek, maupun
puyuh. Hal tersebut ditunjukkan dengan
massa setelah kalsinasi lebih kecil dari
massa sebelum kalsinasi. Persentase
rata-rata efisiensi massa hasil kalsinasi
dapat dilihat pada Tabel 3. Efisiensi
massa hasil kalsinasi terbesar terdapat
pada cangkang telur bebek dengan nilai
55,03%, sedangkan efisiensi terkecil
didapatkan dari hasil kalsinasi cangkang
7
Tabel 3 Persentase Rata-Rata Efisiensi
Proses Kalsinasi Cangkang
Telur Ayam, Bebek, dan
Puyuh pada Suhu 1000⁰C
selama 5 Jam
Sumber Kalsium
Persentaase Rata-rata efisiensi massa hasil
kalsinasi Cangkang telur ayam 54,04 1,00 Cangkang telur bebek 55,03 1,30 Cangkang telur puyuh 53,19 3,00
Karakterisasi XRD serbuk kalsium
Pola XRD serbuk kalsium dari ketiga
cangkang telur diperlihatkan pada
Gambar 3. Identifikasi material tersebut
dibandingkan dengan pola XRD dari
Joint Committee on Powder Diffraction
Standards
(JCPDS) untuk CaO
(37-1497) dan CaCO
3(47-1743).
Senyawa kalsium yang terdapat pada
ketiga cangkang telur hasil kalsinasi
menunjukkan fasa CaO, namun pada
hasil kalsinasi dari cangkang telur ayam
dan puyuh masih terdapat fasa CaCO
3.
Puncak difraksi CaO untuk cangkang
telur ayam yaitu pada nilai 2θ 32,48⁰,
37,64⁰, 54,16⁰, 64,4⁰, dan 67,6⁰, serta
puncak difraksi milik CaCO
3yaitu pada
nilai 2θ 18,24⁰, dan 34,36⁰. Puncak
difraksi CaO untuk cangkang telur
bebek yaitu pada nilai 2θ 32,28⁰, 37,38⁰,
53,92⁰, 64,34⁰, dan 67,6⁰. Puncak
difraksi CaO untuk cangkang telur
puyuh yaitu pada nilai 2θ 37,38⁰,
32,24⁰, 53,94⁰, 64,14⁰, dan 67,4⁰, serta
puncak difraksi CaCO
3yaitu pada nilai
2θ 18⁰, 28,66⁰, 34,1⁰, dan 50,8⁰.
Kalsium karbonat masih terdapat
pada cangkang telur puyuh dikarenakan
waktu yang digunakan untuk kalsinasi
cangkang telur puyuh belum optimum
sehingga masih terdapat kandungan
CaCO
3yang cukup banyak. Dapat
dikatakan bahwa kemurnian CaO dari
hasil kalsinasi cangkang telur bebek
lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
kalsinasi cangkang telur ayam dan
cangkang telur puyuh.
Karakterisasi AAS serbuk cangkang
telur
Karakterisasi dengan AAS dilakukan
untuk mengetahui kadar Ca pada
masing-masing serbuk cangkang telur
hasil kalsinasi. Persentase kadar kalsium
pada cangkang telur dapat dilihat pada
Tabel 4 Hasil pengukuran AAS
menunjukkan kadar kalsium dari
cangkang telur ayam sebesar 70,84%.
Gambar 3 Pola XRD serbuk cangkang telur ayam, bebek, dan puyuh hasil kalsinasi pada
⁰
Keterangan:
CaCO
38
Tabel 4 Persentase kadar kalsium pada
serbuk cangkang telur oleh
AAS
No Cangkang Telur Kadar Ca (%)
1 Ayam 70,84
2 Bebek 53,60
3 Puyuh 55,46
Kadar kalsium hasil pengukuran AAS
terhadap cangkang telur bebek adalah
53,60%. Pada cangkang telur puyuh
kadar kalsium hasil pengukuran AAS
yaitu 55,46%. Dari ketiga cangkang
telur tersebut, kadar kalsium terbanyak
berasal dari cangkang telur ayam.
Cangkang telur ayam ini berpotensi
menjadi prekursor alami untuk senyawa
kalsium.
Hasil pengukuran AAS
terhadap kadar kalsium dari ketiga
cangkang telur tersebut kemudian
digunakan
untuk perhitungan
stoikiometri sintesis hidroksiapatit.
Sintesis Hidroksiapatit
Senyawa kalsium dan fosfat yang
digunakan pada sintesis HAp dilakukan
dengan perbandingan konsentrasi
sebesar 1,67 pada temperatur ruang.
Perbandingan konsentrasi tersebut
digunakan karena menyesuaikan dengan
perbandingan Ca terhadap P pada
hidroksiapatit. Efisiensi massa hasil
sampel HAp dengan sumber Ca
cangkang telur ayam, bebek, dan puyuh
dapat dilihat pada Tabel 5, Tabel 6, dan
Tabel 7.
Dari Tabel 5, Tabel 6, dan Tabel 7 diatas
dapat dilihat bahwa massa yang
diperoleh dari proses sintering lebih
kecil dari massa yang digunakan. Nilai
efisiensi massa sampel HAp tertinggi
sumber kalsium cangkang telur ayam
yaitu pada sampel HAp-A24 sebesar
67,5%, efisiensi massa sampel HAp
terbesar dengan sumber kalsium
cangkang telur bebek yaitu pada sampel
HAp-B3 sebesar 54,7%, sedangkan
efisiensi massa sampel HAp terbesar
dengan sumber kalsium cangkang telur
puyuh yaitu sampel HAp-P12 sebesar
61,7%.
Tabel 5 Efisiensi Sampel HAp dengan sumber Ca Cangkang Telur Ayam
Kode sampel Massa Ca (gram)
Massa (NH4)2HPO4
(gram)
Massa hasil
sintering (gram) Efisiensi (%)
HAp-A3 2,829 3,962 4,041 59,5 HAp-A6 2,829 3,961 3,582 52,7 HAp-A12 2,828 3,961 4,121 60,7 HAp-A18 2,827 3,962 4,122 60,7 HAp-A24 2,829 3,962 4,582 67,5 HAP-AWD 2,826 3,962 3,795 55,9