• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

1. Hasil pirolisis serabut kelapa

Pirolisis merupakan proses dekomposisi atau pemecahan bahan baku penghasil asap cair yaitu serabut kelapa dengan adanya panas. Pirolisis dilakukan dalam suatu reaktor yang di panaskan pada bagian bawahnya selama 2 jam. Proses pirolisis ini menghasilkan cairan yang berbau menyengat, terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan atas berwarna hitam kecoklatan dikatakan sebagai asap cair dan lapisan bawah berwarna hitam kental dikatakan sebagai tar. Selain itu juga diperoleh residu berupa arang sekam padi dan gas-gas yang tidak dapat terkondensasikan. Gas yang dihasilkan dari proses pirolisis ini tidak dapat terkondensasikan oleh pendingin, sehingga tidak tertampung pada penampung cairan. Sebagian dari gas-gas ini terjebak pada penampung dan yang lain terlepas dari penampung tersebut keluar melalui pipa penyalur asap dan lepas ke atmosfer.

35

Proses pembuatan asap cair ini menghasilkan arang sebagai bahan sisa pirolisis. Arang yang dihasilkan beratnya semakin berkurang dengan naiknya temperatur pirolisis, ini disebabkan semakin berkurangnya komponen - komponen organik yang terdapat dalam serabut kelapa tersebut. Rendemen arang serabut kelapa dinyatakan lebih rendah dari pada rendemen arang yang dihasilkan dari pirolisis cangkang sawit dan batok kelapa. Ini disebabkan oleh karena kandungan lignin pada serebut kelapa lebih rendah, sehingga pada proses penguraian lignin pada saat peristiwa perolisa terjadi lebih kecil.

Cairan yang dihasilkan pada pirolisis ini terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan atas adalah asap cair sedangkan lapisan bawah adalah tar. Selama proses pirolisis berlangsung, terjadi beberapa tahap pirolisis yaitu tahap awal adalah proses pelepasan ai ryang disertai pelepasan gas-gas ringan seperti CO dan CO2. Tahap awal ini terjadi pada temperatur 100 - 200 0

C. Pada kisaran temperatur ini dalam wadah pendingin hanya berisi air saja. Tahap kedua adalah proses dekomposisi unsur-unsur serabut kelapa dan sekam padi seperti hemiselulosa, selulosa dan lignin. Hemiselulosa terdekomposisi pada suhu 200- 250 0C, selulosa mulai terdekomposisi pada temperatur 280 0C dan berakhir pada temperatur 300 -350 0C, sedangkan lignin mulai terdekomposisi pada suhu 300 0C sampai 350 0C dan berakhir pada suhu 400 0C. Pada tahap ini mulai dihasilkan tar dan semua hasil dekomposisi sekam padi yang menguap bersamaan dengan meningkatnya temperatur pirolisis, residu yang tertinggal adalah arang. Dengan demikian dapat

36

disimpulkan bahwa pada temperatur pirolisis 400 0C dihasilkan cairan yang paling banyak.

Menurut Girard (1992) pirolisis pada temperatur 400 0C ini menghasilkan senyawa yang mempunyai kualitas organoleptik yang tinggi dan pada temperatur lebih tinggi lagi akan terjadi reaksi kondensasi pembentukan senyawa baru dan oksidasi produk kondensasi diikuti kenaikan linear senyawa tar dan hidrokarbon polisiklis aromatis.

Dari proses pembuatan asap cair dan proses destilasi untuk mendapatkan tingkatan asap cair sebanyak dua kali maka diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1. Rendemen hasil pembuatan asap cair No grade Input ( kg ) Out put ( ml ) Rendemen ( % ) 1 III 15 kg 0. 584 gr 6,849( % ) 2 II 600 ml 450 ml 5,13 ( % ) 3 I 350 ml 250 ml 3,66( % )

Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada proses produksi asap cair menghasilkan rendemen sebesar 6,849 % kemudian pada pendestilasian asap cair grade III menghasilkan 5,13 %, pendestilasian kedua asap cair grade II menghasilkan rendemen 3,66 %. Rendemen asap cair grade I lebih sedikit dibandingkan dengan asap cair grade II, untuk peningkatan mutu asap cair perlu dilakukan proses destilasi, destilasi dilakukan dari asap cair grade III kemudian

37

menghasilkan grade II, asap cair grade II didestilasi kembali untuk mendapatkan asap cair grade I, proses ini bertujuan untuk mendapatkan residu dan menghilangkan kandungan ter yang terkandung didalam asap cair grade III

2. Efektivitas pengawetan. a. Kontrol

Efektifitas pengawetan asap cair terhadap ikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Kontrol Hari No Pengamatan 1 2 3 4 5 6 1 Bau Bau

amis Bau amis berkurang Bau amis berkura ng Ikan tidak berbau Ikan berbau tidak sedap Ikan berbau tidak sedap

2 Warna Merah Merah

muda Merah muda Merah pucat Merah pucat Agak kepu tihan

3 Tekstur Lembu

t Agak kasar Agak kasar Kasar Kasar Kasar

38

1. Pada hari pertama setelah proses pencelupan, ikan terlihat masih segar, berbau amis, warna merah dan tekstur ikan lembut.

2. Pada hari ke dua bau amis pada ikan berkurang sedangkan warna dan tekstur ikan tampak mengalami perubahan, warna ikan menjadi merah muda dan tekstur ikan menjadi agak kasar.

3. Pada hari ketiga tidak tampak perubahan pada ikan ,bau amis berkurang warna menjadi merah muda, dan tekstur agak kasar.

4. Pada hari keempat tekstur ikan menjadi kasar, sedangkan ikan tidak berbau,dan mempunyai warna merah pucat.

5. Dihari kelima ikan mulai berbau tidak sedap sedangkan warna merah pucat, dan mempunyai tekstur agak kasar.

6. Hari keenam ikan berbau tidak sedap, warna pada ikan berubah menjadi agak keputihan sedangkan tektur ikan berubah menjadi kasar. Kemungkinan hal ini disebabkan karena tidak adanya senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme sehingga menyebabkan kerusakan pada tekstur, bau dan warna ikan.

b. Asap cair Grade I

pengamatan pengawetan ikan dengan menggunakan asap cair garde I dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Asap cair grade I

Hari No Pengamatan

39 1 Bau Bau Amis Bau amis berkurang Bau amis berkura ng Bau

asap Bau asap menyegat Bau asap menyengat

2 Warna Merah Merah

Muda

Merah pucat

Merah

pucat Merah kecoklata n

Merah kecoklatan

3 Tekstur Lembut Lembut Agak

kasar

Agak

Kasar Kasar Kasar

Hasil pengawetan asap cair serabut kelapa grade I adalah sebagai berikut :

1. Pada hari pertama setelah proses pencelupan asap cair grade I, ikan berbau amis, warn merah, dan mempunyai tekstur lembut.

2. Pada hari ke dua bau amis pada ikan berkurang, mempunyai warna merah muda, dan tekstur lembut.

3. Pada hari ke tiga bau amis pada ikan berkurang, mempunyai warna merah pucat, dan tekstur agak kasar.

4. Pada hari ke empat ikan berbau asap, warna merah pucat, dan mempunyai tekstur agak kasar.

5. Pada hari ke lima bau asap pada ikan menyengat, warna merah kecoklatan, dan mempunyai tekstur kasar.

6. Pada hari ke enam bau asap pada ikan menyengat, warna merah kecoklatan, dan mempunyai tekstur kasar.

40

pengawetan ikan dengan menggunakan asap cair grade II dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 4. Asap cair grade II.

Hari N o Pengamatan 1 2 3 4 5 6 1 Bau Bau

amis Bau amis Bau asap berkuran g Bau asap berkuran g Bau asap menyengat Bau asap menyengat

2 Warna Merah Merah

muda Merah muda Merah muda Merah kecoklatan

Merah kecoklatan

3 Tekstur Lembu

t Lembut Agak kasar Agak kasar Agak kasar Kasar

Hasil pengawetan ikan dengan menggunakan asapcair serabut kelapa grade II adalah sebagai berrikut :

1. Pada hari pertama ikan bau amis, warna merah, dan mempunyai tekstur lembut.

2. Pada hari ke dua ikan berbau amis, warna merah muda, dan mempunyai tekstur lembut.

3. Pada hari ke tiga bau asap pada ikan berkurang, mempunyai warna merah muda, dan tekstur agak kasar.

4. Pada hari ke empat bau asap pada ikan berkurang, mempunyai warna merah muda, dan tekstur agak kasar.

5. Pada hari ke lima bau asap pada ikan menyengat, warna merah kecoklatan, dan mempunyai tekstur agak kasar.

41

6. Pada hari ke enam bau asap pada ikan menyengat, warna merah kecoklatan, dan mempunyai tekstur agak kasar.

B. Pembahasan 1. Rendemen

Pendestilasian asap cair grade III sebanyak 600 ml selama dua jam menghasilkan asap cair grade II sebanyak 450 ml ( 75.00 % ), sedangkan pendestilasian asap cair grade II sebanyak 350 ml menghasilkan asap cair grade I sebanyak 250 ml ( 71.42 % ), rendemen asap cair grade I lebih sedikit jika dibandingkan dengan rendemen asap cair grade II hal ini disebabkan oleh masih banyaknya kandungan – kandungan yang terdapat didalam asap cair grade II, kemudian asap cair ini didestilasi kembali untuk meningkatkan kualitasnya.

b. Kontrol

Efektifitas pengawetan terhadap ikan yang tidak menngunakan asap cair hanya bertahan selama tiga hari, setelah itu tampak perubahan pada ikan, bau menjadi tidak sedap, warna ikan berubah menjadi merah pucat dan tekstur ikan menjadi kasar sehingga ikan tidak layak untuk dikonsumsi, hal ini disebabkan oleh tidak adanya senyawa – senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan mikrooganisme yang terdapat pada ikan.

c. Pengawetan asap cair grade I

Efektifitas pengawetan ikan dengan menggunakan asap cair serabut kelapa grade I dapat bertahan selama enam hari, pada hari keempat bau ikan mulai

42

berubah menjadi bau asap, warna ikan menjadi merah pucat dan tekstur ikan agak kasar, hal ini disebabkan oleh proses perendaman sehingga tekstur dan bau ikan larut didalam air, selain itu asap cair juga memberikan perubahan pada warna hal ini disebabkan karena sifat fungsional asap cair yaitu sebagai pembentuk warna cokelat (Ruiter,1979)

d. Pengawetan asap cair grade II.

Pengawetan ikan dengan menggunakan asap cair serabut kelapa grade II dapat bertahan selama enam hari, efektifitas pengawetan terlihat pada hari ke lima, bau asap menyengat dan warna ikan berubah menjadi merah kecoklatan, dan tekstur agak kasar. hal ini disebabkan karena sifat fungsional asap cair yaitu sebagai pembentuk warna cokelat (Ruiter,1979), perubahan pada tekstur terjadi dihari keenam hal ini disebabkan oleh aktivitas bakterial yang mulai meningkat, karena pengaruh air yang terkandung pada ikan sehingga sifat anti bakterial pada asap cair tidak mampu lagi menghambat pertumbuhan bakteri pada ikan.

43

Dokumen terkait