• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PRAKTIKUM 1 Golongan darah

Dalam dokumen Laporan praktikum Dan Fisiologi Hewan (Halaman 46-53)

No. Nama Umur Golongan

Darah

Koagulasi (30 detik ke-)

1 Noviana Hapsari 20 A 7

2 Ana Arifatul U. 19 B 2

3 Vyta Andri S.U. 20 B 3

4 M. Hasbi Ash. 20 O 2

5 Opik Prasetyo 19 O 2

6 Anna Astuti 20 O 4

7 M. Reza Pahlevi 20 B 2

8 Rendra Darari F.I. 19 O 1

9 Fatharani Yurian W. 19 B 8 10 Kurnia Imalasari 18 B 2 11 Hanifudi Bayu F. 20 B 2 12 Dita Imanasita W. 20 O 3 13 Agustina Budi I. 19 A 1 14 Luthfiani P. 20 B 6 15 Cinthya I. 20 B 5 16 Marbelisa B. 19 O 3

17 Fatma Ismawati 19 B 7 18 Rizza Untsa N. 19 A 5 19 Andi Joko P. 19 O 2 20 Citra Ayuliasari 20 O 4 21 Hening T.R. 20 O 3 22 Asri F. 20 A 3 23 Sari Trisnaningsih 18 B 2 24 Shintya Galuh N.S. 19 B 3 25 Ayu Dien I. 20 O 1 Presentase : a. Golongan darah A = 100 %= 16 % b. Golongan darah B = 100 %= 44 % c. Golongan darah O = 100 %= 40 % d. Golongan darah AB = 100 %= 0 % E. PEMBAHASAN

Praktikum ini bertujuan untuk enentukan golongan darah dengan sistem “ABO” dan enentukan waktu koagulasi darah. Alat dan bahan yang digunakan yaitu blood lancet steril (disposable), kapas, alkohol,objectglass, tusuk gigi, serum anti-A dan serum anti-B. Prosedur kerja yang dilakukan antara lain mensterilkan ujung jari tengan atau jari manis dengan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga kering. Kemudian menusuk ujung jari dengan blood lancet steril (disposable) sehingga darah keluar dan meneteskan pada object glasssebanyak 3 tetes berbeda. Uji tetes pertama dengan serum anti-A, tetes kedua dengan serum anti-B, kemudian diasuk ketiganya. Untuk tetes ketiga, diamati setiap 30 detik hingga diketahui waktu koagulasinya.

Apabila antigen-A bertemu dengan anti-A, demikian juga antigen-B bertemu dengan anti- B, maka darah akan menggumpal dan terjadi hemolisis atau pemecahan sel darah merah. Sehingga dalam melakukan tranfusi darah baik donor maupun resipien harus diperiksa terlebih dahulu golongan darahnya berdasarkan penggolongan darah ABO. Proses penggumpalan yaitu sebagai berikut, aglutinin melekatkan dirinya pada darah karena aglutinin bivalen. Satu aglutinin

pada saat yang sama dapat mengikat dua sel darah merah sehingga menyebabkan sel melekat satu sama lain dan menggumpal.

Dari hasil percobaan diperoleh sebanyak 4 orang atau 16 % memiliki golongan darah A. 11 orang atau 44 % memiliki golongan darah B, dan 10 orang atau 40 % memiliki golongan darah O. Tidak satupun dari 25 praktikan yang memiliki golongan darah AB.

Sistem penggolongan darah ABO ditentukan oleh antigen A, B dan H/O. Golongan darah A jika mempunyai aglutinogen (antigen) A dan aglutinin beta (β). Golongan darah B jika mempunyai aglutinogen (antigen) B dan aglutini alfa (α). Golongan darah AB jika mempunyai aglutinogen A dan B serta tidak memiliki aglutinin. Golongan darah O jika tidak mempunyai aglutinogen dan aglutinin.

Salah satu komponen darah yaitu trombosit atau keping-keping darah yang memiliki peran dalam proses koagulasi darah. Proses koagulasi darah dimaksudkan agar apabila terjadi kerusakan pembuluh darah, maka tidak terjadi kehilangan darah. Semakin cepat waktu koagulasi makan semakin cepat pula proses penutupan luka oleh trombin dengan membentuk benang- benang fibrin. Dari hasil percobaan, waktu koagulasi yang diperoleh yaitu 3 orang pada 30 detik pertama, 8 orang pada 30 detik kedua, 6 orang pada 30 detik ketiga, 2 orang pada 30 detik keempat, 2 orang pada 30 detik kelima, 1 orang pada 30 detik keenam, 2 orang pada 30 detik ketujuh dan 1 orang pada 30 detik kedelapan.

Golongan darah lebih ditentukan oleh faktor genetis oleh karena itu salah satu manfaat tes golongan darah yaitu menentukan hubungan keluarga, dan tranfusi darah. Dalam trafusi darah dari satu orang ke orang lain, darah donor dengan darah penerima dalam keadaan normal. Klasifikasi golongan darah tergantung pada ada atau tidaknya kedua aglutinogen.

Teori koagulasi darah menurut Morowitz (1904) yaitu pada peristiwa pendarahan, maka jaringan yang robek (rusak) akan menyebabkan trombosit pecah dan membebaskan tromboplastin kemudian tromboplastin dan ion Ca mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Trombin tersebut akan mempengaruhi perubahan fibrinogen menjadi benang-benang fibrin, sehingga menutup jaringan yang rusak.

F. KESIMPULAN

1. Presentase golongan darah dari 25 praktikan a. Golongan darah A = 100 %= 16 %

b. Golongan darah B = 100 %= 44 %

d. Golongan darah AB = 100 %= 0 %

2. Koagulasi adalah peristiwa menggumpalnya darah dengan tujuan untuk menghindari kehilangan darah saat terjadi luka.

3. Saat peristiwa pendarahan, maka jaringan yang robek (rusak) akan menyebabkan trombosit pecah dan membebaskan tromboplastin kemudian tromboplastin dan ion Ca mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Trombin tersebut akan mempengaruhi perubahan fibrinogen menjadi benang-benang fibrin, sehingga menutup jaringan yang rusak.

DAFTAR PUSTAKA

Frandson, R. D. 1992.Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Guyton A. C., Hall J. E. 1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY.

Soedjono, Basoeki. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Wulangi, K. S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

PEMERIKSAAN WARNA, KEJERNIHAN DAN pH URINE

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengamati warna, kejernihan dan derajat keasaman (pH) urine.

B. DASAR TEORI

Ginjal merupakan alat untuk menyaring darah sehingga zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun dan tak berguna dapat dikeluarkan dari dalam tubuh melalui air kencing. Zat-zat tersebut harus dikeluarkan karena dapat mengganggu kesehatan. Selain itu, ginjal juga berperan menjaga keseimbangan air dalam tubuh atau menjaga tekanan osmotik cairan tubuh sehingga perannya sangat penting dalam menjaga kondisi tubuh agar tetap seimbang dan dinamis (homeostasis) atau terciptanya kondisi sehat. kencing tampak berbuih, berwarna kuning dan berbau, merupakan hasil penyaringan cairan darah yang dilakukan oleh ginjal.

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis.

Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum. Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori.

Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam fipurat, zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah kristal kapur dsb). (Campbell, 2004)

Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok dalam homeostatis karena sistem tersebut membuang limbah metabolisme dan merespons terhadap ketidak seimbangan cairan tubuh dengan cara mengeksresikan ion-ion tertentu sesuai kebutuhan. Sistem ekskresi sangat beraneka ragam, tetapi semuanya mempunyai kemiripan fungsional. Secara umum, sistem eksresi menghasilkan urin melalui dua proses utama yaitu filtrasi cairan tubuh dan penyulingan (reabsopsi) larutan cair yang dihasilkan dari filtrasi itu. (Campbell, 2004).

Proses ekskresi melalui ginjal berfungsi untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dan menjaga agar jumlah air dan ion yang masuk seimbang dengan yang keluar. Kondisi ini penting agar suasanamalieu interieurtetap sesuai untuk kelangsungan proses fisiologis di dalam sel atau yang disebut homeotasis (steady internal state). Ekskresi oleh ginjal memiliki peranan :

1. Memelihara keseimbangan air.

2. Memelihara keseimbangan elektrolit Na+, K+, Mg2+, Cl- dan Ca2+. Ion Na+, Cl- dan HCO3- merupakan ion ekstraseluler, sedangkan K+dan Mg2+merupakan ion intraseluler.

3. Memelihara pH darah.

4. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang merupakan racun bagi tubuh, seperti :

• Urea (CO(NH)2) berasal dari katabolisme asam amino pada proses glukoneogenesis menjadi senyawa bukan nitrogen dan senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen kemudian diubah menjadi amonia (bersifat toksik) oleh enzim deaminase. Selanjutnya di sel hati, amonia melalui siklus ornitin akan dikombinasikan dengan karbondioksida menjadi urea (tidak bersifat toksik) dan kemudian dikeluarkan lewat ginjal.

• Asam urat berasal dari nitrogen asam nukleat purine dan pirimidin. Kelebihan asam urat akan ditimbun pada persendian dan dapat menimbulkan nyeri sendi (gout).

• Kreatinin berasal dari kreatin fosfat (sumber energi) yang banyak terdapat dalam otot. Pemecahan kreatin akan menghasilkan kreatinin, terutama ditemukan pada kondisi puasa. Normal pH urine sedikit asam yaitu sekitar 4,5 - 7,5. Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri. Seorang vegetarian urinennya sedikit alkali

C. METODE PRAKTIKUM

Dalam dokumen Laporan praktikum Dan Fisiologi Hewan (Halaman 46-53)

Dokumen terkait