• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan praktikum Dan Fisiologi Hewan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan praktikum Dan Fisiologi Hewan"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN

DISUSUN OLEH

MUHAMAD HASBI ASHSHIDIQI

12317244004

PENDIDIKAN BIOLOGI KELAS INTERNASIONAL

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

MENGHITUNG DENYUT NADI DANCARDIAC OUTPUT

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengukur denyut nadi (pulsus) pada arteri radialis. 2. MenghitungCardiac Output(CO).

B. DASAR TEORI

Respirasi adalah proses umum dimana organisme mengambil energi bebas dalam lingkungannya dengan mengoksidasi substrat organik. Untuk mencapai hasil tersebut, organisma tingkat tinggi memakan berbagai bahan makanan dan mengubah menjadi molekul sederhana melalui proses pencernaan dan molekul yang terbentuk masuk dalam sel-sel yang selanjutnya

mengalami oksidasi dengan bantuan sejumlah molekul oksigen yang berasal dari sitem pernapasan. Produk dari oksidasi (CO2dan H2O) dikeluarkan oleh sel ke dalam lingkungannya. Tujuan dari pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen (O2) bagi seluruh jeringan tubuh dan membuang karbondioksida (CO2) ke atmosfir. Dalam proses respirasi terdapat beberapa tahapan-tahapan yaitu respirasi eksternal dan respirasi internal. Respirasi eksternal merupakan sebentuk pertukaran gas, sehingga oksigen (O2) dari paru-paru masuk ke dalam darah, dan karbondioksida (CO2) dan air (H2O) keluar dari darah masuk ke paru-paru. Sedangkan respirasi internal merupakan proses pertukaran karbondioksida (CO2) dengan oksigen (O2) di tingkat sel. Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium) yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar. Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.

Denyut Nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah di dalam pembuluhdarah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan di sepanjang jalannya prmbuluh darah arteri, terutama pada

(3)

denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyaknya faktor yang mempengaruhinya. Efek

Windkessel yaitu aorta akan mengembang jika ventrikel berkontraksi sehingga darah dari ventrikel dapat tertampung dalam aorta dan diteruskan ke arteri. Aorta mempunyai daya komplians (peregangan) yang sangat tinggi. Tempat-tempat lain untuk menghitung denyut nadi antara lain yaitu :

1. Arteri temporalis : Pada tulang pelipis 2. Arteri caratis : Pada leher

3. Arteri femoralis : Pada lipatan paha 4. Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki 5. Arteri politela : Pada lipatan lutut 6. Arteri bracialis : Pada lipatan siku

7. Ictus cordis : Pada dinding iga, rusuk ke 5–7

Frekuensi denyut nadi (heart rate, HR) yaitu banyak denyut jantung permenit. Stroke Volume (SV) yaitu volume satu kali pompa yang merupakan volume akhir diastole dikurangi volume akhir sistole. Volume akhir diastole tergantung regangan (komplians), tekanan mendorong (filling pressure) vena cava. Tekanan nadi saat beristirahat pada kebanyakan orang adalah 40 mmHg dan ini bisa meningkat hingga 100mmHg ketika orang dewasa yang sehat sedang berolahraga. Sangat jarang terjadi tekanan denyut nadi kurang dari 40mmHg.

Jika tekanan nadi lebih rendah dari biasanya, itu mencerminkan stroke volume rendah dan ini berarti bahwa jantung tidak mampu memompa jumlah darah yang seharusnya. Hal ini bisa disebabkan karena masalah yang sangat serius seperti gangguan jantung kongestif atau shock. Jika tekanan nadi lebih dari 40 mmHg, biasanya terbaca volume antara 60 dan 80mmHg, ada beberapa alasan mengapa hal ini terjadi. Ini merupakan indikator adanya arteri yang kaku, kebocoran pada katup aorta, dan adanya jalur ekstra pada aliran darah dari arteri ke hipotiroidisme, urat, atau beberapa jenis kombinasi dari hal tersebut.

Cardiac Output (CO) adalah banyak darah yang dipompa selama satu menit. Cardiac Outputmerupakan hasil kali dari strike volume dengan frekuensi denyut jantung. Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi denyut jantung antara lain yaitu jenis kelamin, jenis aktifitas, temperatur, usia, berat badan dan keadaan emosi atau psikis.

C. METODE PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan

a. Jam (stopwatch)

(4)

2. Cara Kerja

a. Langkah pertama

• Menempelkan ketiga jari pada pergelangan tangan di atas arteri radialis dengan sedikit menekan hingga merasakan denyut nadi.

• Menghitung banyaknya denyutan dalam semenit (heart rate, HR). b. Langkah kedua

• Melakukan kegiatan olahraga selama ± 10 menit.

• Melakukan pengukuran denyut nadi seperti langkah pertama. c. Langkah ketiga

• MenghitungCardiac Output(CO) dengan menggunakan rumus :

Cardiac Output(CO) = HR x SV

4 Rendra 19 88 6.160 4 Rendra 19 132 9.240

5 Bayu 19 80 5.600 5 Bayu 19 120 8.400

6 Joko 19 91 6.370 6 Joko 19 115 8.050

7 Hening 19 89 6.230 7 Hening 19 150 10.500

Total 609 42.630 Total 876 61.320

Rata-rata 87 6.090 Rata-rata 125.14 8.760

Standar Deviasi 5.5377 387.64 Standar Deviasi 22.093 1546,5 Perempuan

(5)

2 Ana A. 20 90 6.300 2 Ana A. 20 123 8.610

3 Vyta 20 65 4.550 3 Vyta 20 132 9.240

4 Anna As. 20 85 5.950 4 Anna As. 20 121 8.470

5 Fatharani 19 81 5.670 5 Fatharani 19 81 5.670

6 Kurnia 18 71 4.970 6 Kurnia 18 71 4.970

7 Dita 21 93 6.510 7 Dita 21 93 6.510

8 Agustina 19 78 5.460 8 Agustina 19 78 5.460

9 Luthfiani 20 92 6.440 9 Luthfiani 20 92 6.440

10 Cinthya I. 20 80 5.600 10 Cinthya I. 20 80 5.600

11 Marbelisa 18 91 6.370 11 Marbelisa 18 91 6.370

12 Fatma 19 82 5.740 12 Fatma 19 82 5.740

13 Untsa 19 88 6.160 13 Untsa 19 88 6.160

14 Asri F. 20 83 5.810 14 Asri F. 20 83 5.810

15 Sari 18 67 4.690 15 Sari 18 67 4.690

16 Galuh 19 105 7.350 16 Galuh 19 105 7.350

17 Ayu Dien 20 96 6.720 17 Ayu Dien 20 96 6.720

Total 1.428 99.960 Total 1.591 111.370

Rata-rata 84 5.880 Rata-rata 93.588 6.551

Standar Deviasi 10.386 727.04 Standar Deviasi 18.584 1300.9

E. PEMBAHASAN

Praktikum ini bertujuan untuk mengukur denyut nadi (pulsus) pada arteri radialis dan menghitungCardiac Output (CO). Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain stopwatch dan tally counter, sedangkan cara kerja dalam praktikum ini yaitu dengan menempelkan ketiga jari pada pergelangan tangan di atas arteri radialis dengan sedikit menekan hingga merasakan denyut nadi. Kemuadian menghitung banyaknya denyutan dalam semenit (heart rate, HR). Kemudian melakukan kegiatan berolahraga selama 10 menit dan menghitung

kembali banyaknya denyutan dalam semenit seperti pada kegiatan pertama. Setelah itu menghitungCardiac Output(CO) dengan menggunakan rumus :

(6)

Pulsus atau denyut nadi merupakan tekanan darah yang menekan dinding arteri dan merambat di sepanjang arteri. Pada umumnya pulsus merupakan akibat dari tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi ventrikel kiri. Pulsus umumnya diperiksa pada arteri radialis pada manusia, arteri ekor pada sapi atau kerbau, arteri femuralis pada kucing, dan arteri jugularis (leher) pada kuda.

Hasil yang diperoleh dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok laki-laki yang terdiri atas 7 orang dan kelompok perempuan yang terdiri atas 17 orang. Pada kelompok laki-laki, rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 87 dengan rata-rata cardiac output(CO) yaitu 6,090. Denyut nadi terendah pada kelompok laki-laki sebelum dilakukan kegiatan berolahraga diperoleh dari Hasbi dan Bayu yaitu 80. Sedangkan, denyut nadi tertinggi diperoleh dari Opik yaitu 95.

Kemudian melakukan kegiatan berolahraga selama 10 menit berlari-lari atau menuruni

tangga. Selanjutnya menghitung kembali banyaknya denyut nadi dan cardiac output (CO) seperti pada kegiatan pertama. Hasil yang diperoleh yaitu rata-rata banyak denyut nadi pada kelompok laki-laki setelah melakukan kegiatan berolahraga yaitu 125,14 dengan jumlahcardiac output (CO) yaitu 8,760. Denyut nadi terendah pada kelompok laki-laki setelah dilakukan kegiatan berolahraga diperoleh dari Hasbi yaitu 85. Sedangkan, denyut nadi tertinggi diperoleh dari Hening yaitu 150.

Dari kelompok perempuan, rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 84 dengan rata-rata

cardiac output(CO) sebanyak 5,880. Dengan banyak denyut nadi terendah diperolah dari Vyta yaitu 65 dan denyut nadi tertinggi diperolah dari Galuh sebanyak 105. Kemudian hasil setelah melakukan kegiatan berolahraga, rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 93,588 dengan cardiac output (CO) sebanyak 5,551. Dengan banyak denyut nadi terendah diperolah dari Sari yaitu 67 dan denyut nadi tertinggi diperolah dari Vyta sebanyak 132.

Dari analisis diatas, diperoleh bahwa selalu terjadi peningkatan dari sebelum berkegiatan olahraga hingga setelah berkegiatan olahraga. Hal ini dikarenakan kerja jantung meningkat dalam memompa darah guna memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh. Dengan kata lain, semakin lama dan keras kegiatan kegiatan olahraga maka semakin banyak denyut nadi ditimbulkan.

F. KESIMPULAN

1. Pada kelompok laki-laki, rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 87 dengan rata-rata cardiac

(7)
(8)

DAFTAR PUSTAKA

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY.

Pearce, Evelyn. 1983.Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia.

Soedjono, Basuki M.Pd. 1988. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soewolo, dkk. 2003.Fisiologi Manusia. Malang : Universitas Negeri Malang Press.

(9)

PENGARUH TEKANAN OSMOTIK TERHADAP ERITROSIT

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan. 2. Mengetahui presentase hemolisis eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan.

B. DASAR TEORI

Pada hewan multiseluler, sel-sel yang menyusun organisme berada dalam suatu lingkungan yang disebut lingkungan interna (melieu interieur). Lingkungan interna tersebut tidak lain adalah ruang antar sel (intercelluler space). Ruang antar sel bukan merupakan suatu ruang kosong, melainkan ruangan yang dipenuhi cairan, demikian juga ruang dalam sel

(sitoplasma).

Cairan tubuh hakekatnya merupakan pelarut zat-zat yang terdapat dalam tubuh, dengan demikian mengandung berbagai macam zat yang diperlukan oleh sel dan sisa-sisa metabolisme yang dibuang oleh sel. Selain itu, cairan tubuh juga pemberi suasana pada sel, sebagai contoh kehangatan (suhu), kekentalan (viskositas), dan keasaman (pH) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik maupun kimiawi dari dalam dan luar tubuh. Zat-zat yang diperlukan oleh sel antara lain:

1. Oksigen untuk pembakaran dan menghasilkan energi serta panas.

2. Makanan dalam bentuk sari-sari makanan (glukosa, asam lemak, dan asam amino) untuk membentuk energi, dinding sel dan sintesis protein.

3. Vitamin.

4. Mineral sebagai katalisator proses enzimatis. 5. Air sebagai media pelarut di dalam sel.

(10)

Tekanan osmotic adalah daya dorong air yang dihasilkan oleh partikel-partikel zat terlarut di dalamnya. Molekul air mempunyai sifat umum yaitu bergerak secara difusi sesuai dengan gradient (laju pertambahan) konsentrasi. Air cenderung berdifusi dari daerah zat terlarut yang sedikit (konsentrasi pelarut tinggi) ke tempat jumlahzat yang terlarut banyak (konsentrasi pelarut rendah).

Keseimbangan osmotik merupakan kekuatan yang besar untuk memindahkan air agar dapat melintasi membran sel. Bila cairan interseluler dan ekstraseluler dalam keseimbangan osmotic, maka perubahan yang relative kecil pada konsentrasi zat terlarut impermeable dalam cairan ekstraseluler dapat menyebabkan perubahan luar biasa dalam volume sel.

1. Cairan isotonik.

Jika suatu sel diletakkan pada suatu larutan dengan zat terlarut impermeabel (tidak

dapat dilewati) maka sel tidak akan mengerut atau membengkak karena konsentrasi air dalam cairan intraseluler tidak dapat masuk atau keluar dari sel sehingga terdapat keseimbangan antara cairan intraseluler dan ekstraseluler.

2. Cairan hipotonik.

Jika suatu sel diletakkan dalam larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut impermeabel lebih rendah, air akan berdifusi ke dalam sel menyebabkan sel membengkak karena mengencerkan cairan intraseluler sampai kedua larutan mempunyai osmolaritas yang sama.

3. Cairan hipertonik.

Jika suatu sel diletakkan dalam larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut impermeable lebih tinggi, air akan mengalir keluar dari sel ke dalam cairan ekstraseluler. Pada keadaan ini sel akan mengerut sampai kedua konsentrasi menjadi sama.

Osmosis memainkan peranan yang sangat penting salah satunya pada membran sel darah merah saat mengalami peristiwa hemolisis dan krenasi. Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis), medium tersebut (plasma dan larutan) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah.

Lisis merupakan istilah umum untuk peristiwa menggelembung dan pecahnya sel akibat

(11)

eritrosit akibat masuknya air ke dalam eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari dalam eritrosit menuju ke cairan sekelilingnya. Membran eritrosit bersifat permeabel selektif, yang berarti dapat ditembus oleh air dan zat-zat tertentu, tetapi tidak dapat ditembus oleh zat-zat tertentu yang lain. Hemolisis ini akan terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang hipotonis terhadap isi sel eritrosit. Peristiwa sebaliknya dari hemolisis adalah krenasi, yaitu peristiwa mengkerutnya membran sel akibat keluarnya air dari dalam eritrosit. Krenasi dapat terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang hipertonis terhadap isi eritrosit.

Membran sel eritrosit seperti halnya membran sel lainnya tersusun atas lipid bilayer dan bersifat semipermeabel. Membran sel yaitu selaput yang membatasi sel dengan lingkungan disekitarnya (melieu interieur) dan berfungsi sebagai pelindung, penyaring dan pengatur

kelur-masuknya zat-zat dari luar ke dalam maupun sebaliknya. Pada kondisi cairan hipertonis, maka air akan berpindah dari dalam eritrosit sehingga eritrosit akan mengalami penyusutan (krenasi). Sebaliknya pada kondisi hipotonis, maka air akan masuk ke dalam eritrosit sehingga eritrosit

akan mengalami pengembungan yang selanjutnya akan pecah (lisis).

Zat-zat yang didapat dari hasil metabolisme diangkut melalui sirkulasi darah kemudian melalui kapiler pindah ke ruang antar sel (intercelluler space) selanjunya berpindah ke sitoplasma melalui membran sel.

C. METODE PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan

• Mikroskop

Blood lancetsteril (disposable)

• Kapas

• alkohol

Object glass

• Larutan NaCl dengan berbagai konsentrasi 2. Cara Kerja

• Mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering.

• Menusuk ujung jari menggunakanblood lancetsteril sehingga darah keluar.

• Meneteskan darah pada 3object glassyang berbeda.

(12)

D. HASIL PRAKTIKUM

8 Kurnia Imalasari - 350 140 - 35

9 Hanifudi Bayu F. 400 192 94 -

-19 Sari Trisnaningsih - 361 165 - 36

20 Shintya Galuh N.S. - 260 120 - 25

21 Ayu Dien I. 368 213 103 -

-Rata-rata 335 172 95 46 30

E. PEMBAHASAN

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan dan mengetahui presentase hemolisis eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan. Alat dan bahan yang digunakan yaitu mikroskop, sampel darah,blood lancet

steril (disposable), kapas, alkohol,objectglass, dan larutan NaCl dengan berbagai konsentrasi. Prosedur kerja yang dilakukan antara lain mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering. Kemudian enusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar. Meneteskan darah pada 3

object glass yang berbeda, setelah itu engamati menggunakan mikroskop dan mencatat waktu hemolisis eritrosit.

(13)

bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl makan waktu krenasinya semakin cepat. Hal ini dikarenakan konsentrasi larutan pada lingkungan interna (melieu interieur) semakin pekat, sehingga waktu krenasi sel juga akan semakin cepat.

Tekanan osmotic adalah daya dorong air yang dihasilkan oleh partikel-partikel zat terlarut di dalamnya. Molekul air mempunyai sifat umum yaitu bergerak secara difusi sesuai dengan gradient (laju pertambahan) konsentrasi. Air cenderung berdifusi dari daerah zat terlarut yang sedikit (konsentrasi pelarut tinggi) ke tempat jumlahzat yang terlarut banyak (konsentrasi pelarut rendah).

Keseimbangan osmotik merupakan kekuatan yang besar untuk memindahkan air agar dapat melintasi membran sel. Bila cairan interseluler dan ekstraseluler dalam keseimbangan

osmotic, maka perubahan yang relative kecil pada konsentrasi zat terlarut impermeable dalam cairan ekstraseluler dapat menyebabkan perubahan luar biasa dalam volume sel.

Cairan di lingkungan interna (melieu interieur) memiliki tekanan atau konsentrasi sama dengan cairan dalam sel disebut isotonis (osmotic equilibrium), lebih tinggi daripada cairan dalam sel disebut hipertonis, dan lebih rendah dari cairan dalam sel disebut hipotonis. Cairan hipertonis akan menarik air secara osmosis dari sitoplasma ke luar sehingga eritrosit akan mengalami penyusutan atau yang disebut krenasi atauplasmolysis. Sebaliknya, cairan hipotonis akan menyebabkan air berpindah ke dalam sitoplasma sehingga eritrosit akan menggembung yang kemudian pecah (hemolisis).

F. KESIMPULAN

1. Waktu krenasi

• Konsentrasi 0.3 % = 335 detik

• Konsentrasi 0.5 % = 172 detik

• Konsentrasi 0.7 % = 95 detik

• Konsentrasi 1 % = 46 detik

• Konsentrasi 3 % = 30 detik

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Frandson, R. D. 1992.Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY.

(15)

MENGHITUNG SEL DARAH MERAH (ERYTHROCYTE)

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Menghitung jumlah sel darah merah (SDM).

B. DASAR TEORI

Darah pada semua hewan vertebrata tersusun atas plasma, sel darah merah (SDM), sel darah putih (SDP), keping-keping darah (trombosit). Plasma berfungsi sebagai medium cair yang di dalamnya terlarur protein (albumin, fibrinogen, dan globulin) sehingga disebut protein plasma. Selain itu, juga terlarut nutrien lainnya (glukosa, asam lemak, dan kolesterol), vitamin, mineral, garam anorganik terutama sodium klorida (NaCl), limbah metabolisme dan gas.

Erotrosit pada manusia berbentuk diskus bikonkav, diameternya 6-9 µm, bagian tengah memiliki ketebalan 1 µm, bagian tepi mamiliki ketebalan 2 - 2.5 µm dan tidak memiliki inti. Membran eritrosit tersusun atas fosfolipid (lipid bilayer) layaknya membran sel lainnya. Sitoplasma tersusun atas hemoglobin (Hb) sekitar 34%, tidak terdapat mitokondria, lisosom, ribosom, retikulum endoplasma, dan badan Golgi. Sehingga metabolisme sangat terbatas dengan menggunakan enzim-enzim metabolisme yang telah ada. Kation yang terdapat dalam sitoplasma eritrosit antara lain yaitu K+, Na+, Ca2+, Mg2+ dan anion dalam bentuk Cl-, HCO3-, Hb, fosfat anorganik dan 2,3-DPG.

Eritrosit secara umum terdiri dari hemoglobin, sebuah metaloprotein kompleks yang mengandung gugus heme, dimana dalam golongan heme tersebut, atom besi akan tersambung secara temporer dengan molekul oksigen (O2) di paru-paru dan insang, dan kemudian molekul oksigen ini akan di lepas ke seluruh tubuh. Oksigen dapat secara mudah berdifusi lewat membran sel darah merah. Hemoglobin di eritrosit juga membawa beberapa produk buangan seperti CO2 dari jaringan-jaringan di seluruh tubuh. Hampir keseluruhan molekul CO2tersebut dibawa dalam bentuk bikarbonat dalam plasma darah. Myoglobin, sebuah senyawa yang terkait dengan hemoglobin, berperan sebagai pembawa oksigen di jaringan otot.

(16)

Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa berkisar antara 4.500.000 –6.000.000 sel per mm3 (pada laki-laki) dan 4.000.000 – 5.500.000 sel per mm3 (pada perempuan). Polisitemia (polycythemia) adalah suatu kondisi jumlah eritrosit meningkat sangat nyata di dalam sirkulasi. Anemia adalah kondisi kemampuan tubuh mengangkut oksigen berkurang karena berkurangnya jumlah SDM atau Hb. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah eritrosit yaitu : 1. Fisiologis karena adaptasi terhadap lingkungan lokal, misalnya adaptasi pada tempat tinggi

(pegunungan), maka jumlah SDM dapat mencapai 8 juta sel per mm3, hal ini disebut

physiological polycythemia.

2. Patologis karena adanya tumor pada sumsum tulang, maka jumlah SDM dapat mencapai 10-11 juta sel per mm3, hal ini disebutpolycythemia vera.

Umur (lifespan) eritrosit dalam sirkulasi berkisar antara 120 hari pada laki-laki dan 100 hari pada perempuan. Setelah melampaui batas tersebut, eritrosit akan kehilangan kemampuan

metabolisme yang kemudia akan dihancurkan oleh limfa, hati, sumsum tulang dan sel retikuloendothelial. Sebagian besar komponennya akan dimanfaatkan kembali seperi Fe dari heme dan asam amino dari globin.

C. METODE PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan

Blood lancetsteril (disposable)

• Alkohol

• Kapas

• Larutan Hayem 2. Cara Kerja

• Mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering.

• Menusuk ujung jari menggunakanblood lancetsteril sehingga darah keluar.

• Mengambil darah dengan pipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian membersihkan ujungnya dengan kapas. Kemudian menghisap larutan Hayem sampai tanda 101, lalu dikocok secara perlahan.

(17)

A

B

C

Jumlah SDM/mm3= jumlah SDM x 10.000

D. HASIL PRAKTIKUM Perempuan

No Nama Umur Kotak Jumlah Jumlah eritrosit

(18)
(19)

Total 373

Total 48.860.000 SDM/mm3

Rata-rata 4.071.667 SDM/mm3

Standar Deviasi (SD) 581968,9672

Laki-laki

No Nama Umur Kotak Jumlah Jumlah eritrosit

(20)

7 Hening Triandika membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahaui jumlah sel darah merah (erytrosit). Alat dan bahan yang digunakan yaitublood lancetsteril (disposable), alkohol, kapas dan larutan Hayem. Langkah kerja yang dilakukan yaitu mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering. Kemudian Menusuk ujung jari menggunakanblood lancetsteril sehingga darah keluar. Mengambil darah dengan pipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian membersihkan ujungnya dengan kapas. Kemudian menghisap larutan Hayem sampai tanda 101, lalu dikocok secara perlahan. Meneteskan cairan diatas dengan pipet lewat tepi kaca penutup hingga merata dan menghitung jumlah SDP dengan mikroskop pada kotak bagian tengah (E) kemudia dilanjutkan pada kotak yang berada di atas (B), bawah

(H), kanan(F) dan kiri (D) dari kotak tengah. enghitung dengan rumus :

Jumlah SDM/mm3= jumlah SDM x 10 x 5 x 200 Atau

Jumlah SDM/mm3= jumlah SDM x 10.000

(21)

Untuk kelompok perempuan rata-rata jumlah SDM yaitu 4.071.667 SDM/mm3, sedangkan rata-rata SDM dalam kelompok laki-laki yaitu 4.190.000 SDM/mm3.

Berdasarkan teori, jumlah eritrosit normal pada orang dewasa berkisar antara 4.500.000– 6.000.000 sel per mm3 (pada laki-laki) dan 4.000.000 – 5.500.000 sel per mm3 (pada perempuan). Pada kelompok perempuan terdapat 5 orang yang memiliki jumlah SDM dibawah standar yaitu Noviana Hapsari, Vyta Andri Setyo Utami, Citra Ayuliasari, Kurnia Irmalasari dan Shintya Galuh Nindy Sagita. Sedangkan untuk kelompok laki-laki terdapat 5 orang yaitu Muhamad Hasbi Ashshidiqi, Rendra Darari Fakhrin Ikranagara, Muhammad Reza Pahlevi, Hanifudin Bayu Firmansyah, dan Hening Triandika Rahman yang memiliki jumlah SDM dibawah standar. Sedangkan Andi Joko Purnomo memiliki jumlah SDM yang berlebih yaitu

6.360.000 SDM/mm3.

Kerungan jumlah SDM menyebabkan penyakit anemia, yaitu berkurangnya kemampuan darah mengangkut oksigen karena kurangnya jumlah SDM. Sedagkan polisistemia adalah

kondisi dimana jumlah SDM meningkat secara nyata atau dalam kata lain jumlah SDM yang melampui standar. Dari data diatas, diketahui bahwa 10 orang diduga menderita anemia dan 1 orang diduga menderita polisitemia dari total 19 orang yang melakukan penghitungan SDM.

F. KESIMPULAN

1. Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa berkisar antara 4.500.000–6.000.000 sel per mm3 (pada laki-laki) dan 4.000.000–5.500.000 sel per mm3(pada perempuan).

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Guyton A. C., Hall J. E. 1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY.

Pearce, Evelyn. 1983.Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia.

(23)

MENGHITUNG SEL DARAH PUTIH (LEUCOCYTE)

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Menghitung sel darah putih (SDP).

B. DASAR TEORI

Sel darah putih (SDP) atau leukosit berasal dari myeloblast (stem cell). Pembentukan SDP di dalam sumsum tulang, kecuali limfosit yakni di kelenjar thymus dan bursa ekuivalen. Jumlah leukosit pada orang dewasa normal berkisar 5.000–9.000/mm3. Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit ini sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit, monosit dan sedikit limfosit) dan sebagian lagidi jaringan limfe (limfosit dan sel-sel

plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Kebanyakan sel darah putih ditranspor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius (Guyton, 1997). Fungsi sel darah putih ini adalah untuk melindungi badan dari infeksi penyakit serta pembentukan antibodi di dalam tubuh. Jumlah sel darah putih lebih sedikit daripada sel darah merah dengan perbandingan 1:700.

Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain . Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000-30.000/mm3. Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000-38.000/mm3. Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4.500-11.000/mm3. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5.000-9.0004/mm3. Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/mm3.

Penyakit yang disebabkan akibat kelebihan sel darah putih yaitu leukemia atau kanker darah yang merupakan sekelompok penyakit neoplastik yang beragam, ditandai oleh perbanyakan secara tak normal dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita. Pada leukemia, sel darah putih membelah diri tidak terkendali dan sel darah muda yang normalnya hanya hidup di sumsum tulang dapat keluar dan bertahan hidup.

Kondisi sel darah putih yang turun di bawah normal disebut leukopeni. Pada kondisi ini

(24)

Apabila tidak, maka orang tersebut dapat meninggal dunia. Pada orang yang terkena kanker darah atau leukemia, sel darah putih bisa mencapai 20 ribu butir/mm3 atau lebih. Kondisi di mana jumlah sel darah putih naik di atas jumlah normal disebut leukositosis

Jenis-jenis SDP berdasarkan bentuk intinya dapat dibedakan menjadi granulosit dan agranulosit. Granulosit karena mamiliki granula di dalam sitoplasmanya. Granulosit dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

1. Neutrofil (62%), memiliki granula yang berukuran kecil dan berwarna merah muda serta dapat meningkat jumlahnya pada infeksi akibat bakteri.

2. Eosinofil (2,3%), memiliki granula berwarna kemerahan dan jumlahnya dapat meningkat pada infeksi parasit.

3. Basofil (0,4%), memiliki granulosa berwarna ungu dan biru dan jumlahnya dapat meningkat pada reaksi alergi.

Agranulosit karena tidak memiliki granulosa di dalam sitoplasmanya. Agranulosit dapat

dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :

1. Monosit (5,3%), memiliki nukleus tunggal, berukuran besar, motil, bercat biru dan berfungsi sebagai fagosit.

2. Limfosit (30%), memiliki nukleus tunggal, berukuran besar, nonmotil, berbentuk bulat, bercat biru, dan berfungsi memproduksi antibodi.

Sel-sel darah putih merupakan suatu komponen dalam mekanisme pertahanan tubuh yang penting. Sebagian besar darinya melakukan fagositosis, suatu proses inegasi dan digesi (memasukan dan mencerna makanan) mikroorganisme dan partikel asing lainnya. Netrofil dan monosit paling giat berfagositosis sedangkan eosinofil hanya sedang saja. Semua leukosit adalah sel motil, suatu sifat yang memungkinkannya menerobos kapiler darah melalui ruang interseluler dinding kapiler darah dan migrasi gerakan amuboid kearah luka karena ertikel menyerbu jaringan. Netrofil dan limfosit sengat motil, sementara eunosofil sangat lamban. Lekosit melindungi tubuh terhadap penyakit. Netrofil dan monosit menghancurkan bakteri dengan memakannya. Bakteri yang dimakan dicerna oleh enzim yang dikeluarkan lekosit. Lekosit terus melakukakan ingesi partikel sampai mereka terbunuh sehingga terkumpul hasil pemecahnnya. Netrofil mampu memakan 5 sampai 35 bakteri, monosit mampu memangsa sebanyak 100 bakteri sebelum kematiannya.

(25)

pada jaringan kcil atau terbatas sekali dan digantikan oleh jaringan ikat yang mensekresikan serabut-serabut untuk membentuk jaringan parut. (Basoeki, 1988)

C. METODE PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan

• Pipet khusus bertanda “11”

• Bilik hitung

Blood lancetsteril (disposable)

• Kapas

• Alkohol

• Reagen Turk 2. Cara Kerja

• Mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering.

• Menusuk ujung jari menggunakanblood lancetsteril sehingga darah keluar.

• Mengambil darah dengan pipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian membersihkan ujungnya dengan kapas. Kemudian menghisap reagen Turk sampai tanda 11, lalu dikocok secara perlahan.

• Meneteskan cairan diatas dengan pipet lewat tepi kaca penutup hingga merata dan menghitung jumlah SDP dengan mikroskop pada kotak A, C, G dan I.

A

B

C

D

E

F

G

H

I

(26)

Jumlah SDP/mm3= (jumlah total SDP x 20 x 10)/4 atau

Jumlah SDP/mm3= jumlah rata-rata SDP x 20 x 10

D. HASIL PRAKTIKUM Perempuan

No Nama Umur Kotak Jumlah Jumlah SDP/

(27)

Kiri Bawah (G) 25 = 8.550 SDP/mm3

No Nama Umur Kotak Jumlah Jumlah SDP/

(28)

Total 164

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jumlah sel darah putih (SDP). Penghitungan jumlah SDP ini sangat diperlukan untuk mengetahui fungsi fisiologis pada manusia. Alat dan bahan yang digunakan yaitu pipet khusus bertanda “11”, bilik hitung, blood lancet steril (disposable), kapas, dan alkohol. Pada praktikum ini, kesterilan sangan diperlukan untuk mengurangi potensi penularan penyakit tertentu.

Prosedur kerja yang dilakukan yaitu mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering. Kemudian menusuk ujung jari menggunakanblood lancetsteril sehingga darah keluar. Setelah itu mengambil darah dengan pipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian membersihkan ujungnya dengan kapas.

Kemudian menghisap reagen Turk sampai tanda 11, lalu dikocok secara perlahan. Meneteskan cairan diatas dengan pipet lewat tepi kaca penutup hingga merata dan menghitung jumlah SDP dengan mikroskop pada kotak A, C, G dan I. Kemudian menghitung dengan rumus :

Jumlah SDP/mm3= (jumlah total SDP x 20 x 10)/4 atau

Jumlah SDP/mm3= jumlah rata-rata SDP x 20 x 10

(29)

Berdasarkan teori, jumlah leukosit pada orang dewasa normal berkisar 5.000–9.000/mm3. Dalam kelompok laki-laki, Hening Triandika Rahman memiliki SDP lebih dari standar yaitu 10.850 SDP/mm3, sedangkan Andi Joko Purnomo memiliki SDP dibawah standar yaitu 4.800 SDP/mm3. Sedangkan pada kelompok perempuan, terdapat 2 orang yang memiliki SDP yang lebih dari standar yaitu Agustina Budi Lestari dan Shintya Galuh Nindy Sagita yang masing-masing memiliki jumlah SDP sejumlah 9.750 SDP/mm3dan 10.200 SDP/mm3. Juga terdapat 2 orang yang SDP-nya kurang dari standar yaitu Sari Trisnaningsih dan Asri Fathianihayati yang masing-masing memiliki jumlah SDP, 4.500 SDP/mm3dan 3.950 SDP/mm3.

Jumlah SDP rendah dibawah standar mengindikasikan bahwa orang tersebut memiliki kelainan dalam proses penyembuhan dikarenakan kadar SDP yang sedikit. Sedangkan bagi orang yang memiliki SDP berlebih mengindikasikan potensi adanya leukimia, sehingga diharapkan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

F. KESIMPULAN

1. Terdapat 3 orang yang memiliki SDP dibawah standar yaitu Andi Joko Purnomo, Sari Trisnaningsih dan Asri Fathianihayati.

2. Terdapat 3 orang yang memiliki SDP diatas standar yaitu Hening Triandika Rahman, Agustina Budi Lestari dan Shintya Galuh Nindy Sagita.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Frandson, R. D. 1992.Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Guyton A. C., Hall J. E. 1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY.

(31)

PENGARUH SUHU LINGKUNGAN TERHADAP SUHU TUBUH

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Melakukan pengukuran suhu tubuh homeoterm.

2. Mengamati pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh.

B. DASAR TEORI

Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan

mamalia, hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya.

Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu.

Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi. Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.

Organisme berdarah panas (homeoterm) memiliki organ pengatur suhu tubuh yaitu hipothalamus agar suhu tubuh tetap pada kondisi optimal. Pengaturan suhu tubuh (thermoregulasi) bertujuan agar panas yang dihasilkan dari berbagai proses metabolisme dan yang diperoleh dari lingkungan sekitar harus seimbang dengan banyaknya panas yang

(32)

Proses regulasi atau pengaturan panas tubuh yang paling banyak berperan adalah sel-sel saraf hipothalamus yang peka terhadap perubahan suhu tubuh terutama suhu darah. Bila Hypotalamus bagian belakang menerima informasi suhu luar lebih rendah dari suhu tubuh, maka pembentukan panas ditambah dengan meningkatkan metabolisme dan aktivitas otot dengan cara menggigil dan pengeluaran panas dengan pembuluh darah kulit mengecil dan pengurangan produksi keringat. Hal ini menyebabkan suhu tubuh tetap dipertahankan normal. Namun sebaliknya, Hypotalamus bagian depan merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang bertugas mengeluarkan panas. Bila Hypotalamus bagian depan menerima informasi suhu lebih tinggi dari suhu tubuh, maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan pelebaran pembuluh darah kulit dan menambah produksi keringat.

Mekanisme regulasi panas tersebut berlangsung secara cepat karena melibatkan sistem saraf dan hormon sehingga disebut neuro-endokrin. Regulasi panas tubuh menggunakan sistem

feedback (umpan balik negatif) artinya apabila panas tubuh melebihi suhu optimal, maka hipothalamus akan berusaha menurunkan ke suhu optimal dan sebaliknya.

Suhu tubuh manusia diatur oleh sistem thermostat di dalam otak yang membantu suhu tubuh yang konstan antara 36,5oC dan 37,5oC. Suhu tubuh normal manusia akan bervariasi dalam sehari. Seperti ketika tidur, maka suhu tubuh kita akan lebih rendah dibanding saat kita sedang bangun atau dalam aktivitas. Dan pengukuran yang diambil dengan berlainan posisi tubuh juga akan memberikan hasil yang berbeda. Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan di beberapa tempat yaitu ketiak, mulut, dan anus. Pengambilan suhu di bawah lidah (dalam mulut) normal sekitar 37oC, sedang diantara lengan (ketiak) sekitar 36,5oC sedang di rectum (anus) sekitar 37,5oC

Makanan yang masuk ke dalam tubuh memengaruhi proses metabolisme sel tubuh. Proses tersebut bisa berlangsung cepat jika makanan yang masuk tergolong merangsang. Misalnya, makanan pedas atau makanan bersuhu tinggi. Jika proses metabolisme sel tubuh berlangsung cepat, suhu tubuh meningkat. Sitokin (salah satu protein) pun terpicu muncul. Salah satu bahan yang tergolong sitokin adalah kalikrein. Bahan itu berpengaruh terhadap pelebaran pembuluh darah yang menuju kelenjar keringat di kulit. Dampaknya, keringat pun mengucur keluar. Keringat merupakan mekanisme tubuh untuk mendinginkan diri. Ketika kita melepaskan cairan melalui pori-pori tubuh, maka cairan itu akan menguap. Keseluruhan proses itu menurunkan suhu tubuh.

(33)

1. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C

2. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 –37,5°C 3. Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 –40°C 4. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C

C. METODE PRAKTIKUM volumenya kemudian mengamati suhu tubuhnya setelah 5 menit direndam.

• Mengulangi langkah kedua dengan menggunakan air hangat. D. HASIL PRAKTIKUM

No Kelompok Suhu Katak (

oC) Suhu Praktikan (oC)

Awal Air Dingin Air Hangat Awal Air Dingin Air Hangat

(34)

E. PEMBAHASAN

Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pengukuran suhu tubuh homeoterm dan engamati pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh. Alat dan bahan yang digunakan antara lain katak, termometer batang, air dingin, air hangat, dan stopwatch. Prosedur yang dilakukan yaitu meletakkan termometer ke dalam mulut katak selama ± 5 menit, kemudian mengamati skalanya dan mencatatnya kemudian emasukkan katak ke dalam tabung Erlemeyer 1 L yang

telah terisi air dingin ¾ volumenya kemudian mengamati suhu tubuhnya setelah 5 menit direndam, hal yang sama dilakukan menggunakan air hangat.

Hasil yang diperoleh yaitu suhu awal katak yang diperoleh rata-rata 25.4oC, setelah

perlakuan dengan air dingin rata-rata 23,7oC dan setelah perlakuan dengan air hangat suhunya rata-rata 34.8oC. Katak merupakan hewan yang berdarah dingin, yaitu organisme yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu di lingkungan sekitarnya. Apabila suhu lingkungan rendah maka suhu tubuhnya akan turun, begitu pula sebaliknya jika suhu lingkungan tinggi maka suhu tubuhnya akan naik.

Pada saat tubuh praktikan diperlakukan sama dengan yang diperlakukan pada katak, namum pada tubuh praktikan tidak terdapat perubahan yang signifikan baik sebelum maupun sesudah diberi perlakuan. Suhu tubuh praktikan dipertahankan pada suhu optimal yaitu ± 36oC. Hal ini dikarenakan manusia termasuk berdarah panas karena mampu menghasilkan panas atau suhu tubuhnya tidak dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Panas pada tubuh manusia terutama dihasilkan dari proses metabolisme atau pembakaran zat-zat makanan.

Tubuh diatur oleh suatu organ susunan syaraf pusat yaitu hypotalamus melalui sistem umpan balik yang rumit. Bagian belakang hipotalamus merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi pengeluaran panas. Bila hypotalamus bagian belakang menerima informasi suhu luar lebih rendah dari suhu tubuh, maka pembentukan panas ditambah dengan meningkatkan metabolisme dan aktivitas otot dengan cara menggigil dan pengeluaran panas dengan pembuluh darah kulit mengecil dan pengurangan produksi keringat. Hal ini menyebabkan suhu tubuh tetap dipertahankan normal. Namun

sebaliknya, hypotalamus bagian depan merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang bertugas mengeluarkan panas. Bila hypotalamus bagian depan menerima informasi suhu lebih tinggi dari

11 Kelompok 11 29 25 35 36.7 35.9 36.5

12 Kelompok 12 29 25 35 32.5 35.8 33

(35)

suhu tubuh, maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan pelebaran pembuluh darah kulit dan menambah produksi keringat

Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan norefineprin.

F. KESIMPULAN

1. Organisme berdarah panas (homeoterm) memiliki organ pengatur suhu tubuh yaitu hipothalamus agar suhu tubuh tetap pada kondisi optimal.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Duke, NH. 1995.The Physiology of Domestic Animal. New York : Comstock Publishing.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY.

(37)

MENGUKUR KADAR HEMOGLOBIN (Hb)

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengukur kadar hemoglobin (Hb) darah.

B. DASAR TEORI

Erythrocyte merupakan salah satu sel tubuh manusia yang tidak memiliki inti (nonnucleated cells), tetapi sitoplasma memiliki protein yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen yang disebut hemoglobin. Kadar hemoglobin merupakan salah sati indikator apakah manusia menderita anemia atau tidak. Kadar Hb pada kondisi normal tergantung dari usia masing-masing individu. Kadar hemoglobin dalam darah sangat tergantung pada jenis kelamin

dan umur seseorang, antara lain yaitu :

1. Pria dewasa : 13.2 - 17.3 g/dL darah 2. Perempuan : 11.7 - 15.5 g/dL darah 3. Bayi baru lahir : 15.2 - 23.6 g/dL darah 4. Anak usia 1-3 tahun : 10.8 - 12.8 g/dL darah 5. Anak usia 4-5 tahun : 10.7 - 14.7 g/dL darah 6. Anak usia 6-10 tahun : 10.8 - 15.6 g/dL darah

Hemoglobin merupakan molekul bulat dengan diameter 5.5 nm yang ditemukan pada sel darah merah, dengan fungsi utamanya untuk mentransport oksigen dari paru-paru ke setiap jaringan dalam tubuh. Molekul Hb A (hemoglobin manusia dewasa, A =adult) berisi dua rantai a (masing-masing 141 residu) dan dua rantai b (masing-masing 146 residu). Molekul Hb A umumnya tersusun sebagai a2b2. Kapasitas hemoglobin untuk mengikat oksigen bergantung pada keberadaan gugus prostetik yang disebut heme. Gugus heme yang menyebabkan darah berwarna merah. Gugus heme terdiri dari komponen anorganik dan pusat atom besi.

(38)

menjadi Hb oleh dithionit (Na2S2O4). MetHb dapat bereaksi dengan anion OH- pada H+ basa/alkalis dan Cl-pada pH asam.

Hb + HCl⇒Globin-HCl +Ferroproto-porfirin

Hb A (dewasa) terdiri atas rantai alfa (α) dan beta (β) dengan ikatan non-kovalen. Tiap

rantai mempunyai 80 lebih asam amino dan setiap sub-unit terdiri atas 7 segmen helik yang ditandai A-H. Sifat unik Hb adalah kemampuannya berikatan secara reversibel dengan oksigen dengan membentuk kompleks oksigen yang stabil tanpa terjadi oksidasi Fe2+menjadi Fe3+. Hal ini karena adanya sifat hidrofilik kantung heme.

C. METODE PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan

• Hemoglobinometer Sahli

Blood lancetsteril (disposable)

• Kapas

• Alkohol

• Aquadest

• Larutan HCl 0,1 N 2. Cara Kerja

• Mensterilkan ujung jari manis atau jari tengah dengan kapas yang telah ditetesi alkohol.

• Menusuk ujung jari denganblood lancetsteril (disposable) sehingga darah keluar.

• Menghisap darah menggunakan pipet khusus yang telah disediakan hingga tanda garis pada pipet.

• Memasukkan darah kedalam tabung dan menambahkan larutan HCl 0,1 N.

• Mengaduk larutan dalam tabung hingga merata.

• Menambahkan tetes demi tetes aquadest sambil terus diaduk hingga warnanya sesuai dengan warna larutan standar pada Hemoglobinometer Sahli.

• Mencatat angka pada tabung berskala yang menujukkan kadar Hb dalam gr/100 mL darah atau gr/dl.

D. HASIL PRAKTIKUM Laki-laki

No. Nama Umur Kadar Hb (gr/dl)

(39)

2 Opik Prasetyo 19 15

3 Muhammad Reza P. 20 16

4 Rendra Darari F. I. 19 8

5 Hanifudin Bayu F. 20 10.4

6 Andi Joko P. 19 12

7 Hening Triandika R. 20 10

Rata-rata 19,57 11.8

Perempuan

No. Nama Umur Kadar Hb (gr/dl)

1 Noviana Hapsari 20 12

2 Ana Arifatul U. 19 10

3 Vyta Andri S. U. 20 8.4

4 Anna Astuti 20 10

5 Fatharani Yurian W. 19 13

6 Dita Imanasita W. 20 11

7 Agustina Budi I. 20 11

8 Luthfiani P. 20 14

16 Shintya Galuh N.S. 19 13

17 Ayu Dien I. 20 8

18 Luthfiani P. 20 14

Rata-rata 19.6 11.2

E. PEMBAHASAN

(40)

oksigen yang disebut hemoglobin. Kadar hemoglobin merupakan salah sati indikator apakah manusia menderita anemia atau tidak. Kadar Hb pada kondisi normal tergantung dari usia masing-masing individu.

Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosi. Praktikum ini bertujuan untuk mengukur kadar hemoglobin (Hb) dalam darah. Pengukuran kadar hemoglobin dalam darah memerlukan alat dan bahan yaitu hemoglobinometer Sahli, blood lancetsteril (disposable), kapas, alkohol, aquadest, dan larutan HCl 0,1 N.

Prosedur kerja yang dilakukan dalam kegiatan pengukuran kadar hemoglobin yaitu ensterilkan ujung jari manis atau jari tengah dengan kapas yang telah ditetesi alkohol. Kemudian

menusuk ujung jari dengan blood lancet steril (disposable) sehingga darah keluar. Lalu menghisap darah menggunakan pipet khusus yang telah disediakan hingga tanda garis pada pipet. Setelah itu, memasukkan darah kedalam tabung dan menambahkan larutan HCl 0,1 N kemudian dikocok hingga merata. Kemudian menambahkan tetes demi tetes aquadest sambil terus diaduk hingga warnanya sesuai dengan warna larutan standar pada Hemoglobinometer Sahli. Langkah terakhir, mencatat angka pada tabung berskala yang menujukkan kadar Hb dalam gr/100 mL darah atau gr/dl.

Hasil yang diperoleh kemudian dikelompokkan dalam 2 kelompok berdasarkan jenis kelamin. Kelompok laki-laki terdiri atas 7 orang dengan hasil kadar hemoglobin rata-rata 11.8 gr/dL dengan rata-rata usia ± 20 tahun. Sedangkan kelompok perempuan terdiri atas 18 orang dengan kadar hemoglobin rata-rata 11.2 gr/dL dengan usia rata-rata ± 20 tahun. Hasil yang diperoleh diatas menunjukkan bahwa kadar hemoglobin baik dalam kelompok laki-laki maupun perempuan masih dalam keadaan normal. Apabila kadar hemoglobin kurang maka hal ini mengindikasikan sebagai penderita anemia.

Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang ada dalam sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Kegunaan dari pemeriksaan hemoglobin ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan pada pasien, misalnya kekurangan hemoglobin yang biasa disebut anemia. Hemoglobin bisa saja berada dalam keadaan terlarut langsung dalam

(41)

Hemoglobin yang meningkat terjadi karena keadaan hemokonsentrasi akibat dehidrasi yang menurun dipengaruhi oleh berbagai masalah klinis. Hemoglobin merupakan pigmen dari eritrosit yang sangat kompleks. Hemoglobin merupakan persenyawaan antara protein, globin dan zat warna (heme). Keistimewaan dari hemoglobin adalah dapat mengikat O2dan CO2. Pada metode sahli, darah sengan larutan HCl 0,1 N akan membentuk hematin yang berwarna coklat. Setelah itu, warna disamakan dengan warna standar sahli dengan menambahkan aquadest sebagai pengencer. Prinsip hemoglobin diubah mejadi asam hematin, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat itu.

F. KESIMPULAN

1. Kelompok laki-laki dengan hasil kadar hemoglobin rata-rata 11.8 gr/dL dengan rata-rata usia ± 20 tahun.

2. Kelompok perempuan dengan kadar hemoglobin rata-rata 11.2 gr/dL dengan usia rata-rata ± 20 tahun.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Frandson, R. D. 1992.Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Guyton A. C., Hall J. E. 1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY.

(43)

UJI GOLONGAN DARAH DENGAN SISTEM “ABO”

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Menentukan golongan darah dengan sistem “ABO”. 2. Menentukan waktu koagulasi darah.

B. DASAR TEORI

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan tingkat tinggi) yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah

mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.

Sistem penggolongan darah ABO ditentukan oleh antigen A, B dan H/O. Golongan darah A jika mempunyai aglutinogen (antigen) A dan aglutinin beta (β). Golongan darah B jika

mempunyai aglutinogen (antigen) B dan aglutini alfa (α). Golongan darah AB jika mempunyai

aglutinogen A dan B serta tidak memiliki aglutinin. Golongan darah O jika tidak mempunyai aglutinogen dan aglutinin.

Aglutinin dalam plasma merupakan gamma globulin seperti halnya dengan antibodi lainya yang dihasilkan oleh sel-sel sama yang menghasilkan antibodi setiap antigenya. Antigen A dan B dalam jumlah sedikit maasuk ke dalama tubuh melalui makanan, bakteri, atau dengan cara lain. Zat ini mengawali pembentukan aglutinin anti A dan aglutinin anti B. Bayi baru lahir mempunyai aglutinin sedikit, hal ini menunjukan bahwa pembentukan aglutinin terjadi setelah lahir.

Selain itu, masih terdapat sistem penggolongan darah lainnya yaitu Lewis. Antigen Lewis yaitu Le-α, Le-β yang terdapat di dalam plasma darah. MN grup berdasarkan adanya protein glikoporin. Glikoporon A untuk golongan M dan glikoporin B untuk golongan N. Demikian juga golonganRh+danRh-.

(44)

(resipien) yang dapat menimbulkan penggumpalan (aglutinasi). Penggumpalan terjadi bila antigen A bertemu dengan anti-A dan antigen B bertemu dengan anti-B.

Kedua antigen yang telah diuraikan di atas diwariskan oleh satu seri alel. Alel itu diberi simbol I (berasal dari kata Isoaglutinin, suatu protein yang terdapat pada permukaan sel eritrosit). Orang yang membentuk antigen-A mempunyai alel IA, yang mampu membentuk antigen-B mempunyai alel IB, sedangkan yang tidak mampu membentuk antigen sama sekali mempunyai alel resesif ii.

1. Golongan darah A mempunyai antigen A, alel IA, genotip IAIAatau IAi 3. Golongan darah B mempunyai antigen B, alel IB, genotip IBIBatau IBi

4. Golongan darah AB mempunyai antigen A dan B, alel IAdan IB, genotip IAIB 5. Golongan darah O tidak mempunyai antigen A dan B, alel i, genotip ii

Salah satu komponen darah yaitu trombosit atau keping-keping darah yang memiliki peran

dalam proses koagulasi darah. Proses koagulasi darah dimaksudkan agar apabila terjadi kerusakan pembuluh darah, maka tidak terjadi kehilangan darah. Pada kondisi tertentu seperti hemofilia, dapat terjadi kelainan atau gangguan koagulasi darah sehingga darah sukar menjedal dan akibatnya tubuh dapat kehilangan darah.

Trombosit berasal dari stem sel di sumsum tulang yang disebut sebagai megakarosit kemudian berkembang menjadi trombosit. Karakteristik trombosit antara lain yaitu berukuran kecil, mudah pecah dan berjumlah ± 250.000.

Teori koagulasi darah menurut Morowitz (1904) yaitu pada peristiwa pendarahan, maka jaringan yang robek (rusak) akan menyebabkan trombosit pecah dan membebaskan tromboplastin kemudian tromboplastin dan ion Ca mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Trombin tersebut akan mempengaruhi perubahan fibrinogen menjadi benang-benang fibrin, sehingga menutup jaringan yang rusak. Protrombin adalah senyawa globulin yang larut dan dihasilkan di hati dengan bantuan vitamin K, perubahan protrombin yang belum aktif menjadi trombin yang aktif dapat dipercepat oleh ion kalsium (Ca). Fibrinogen adalah protein yang larut dalam plasma darah.

Hemostasis merupakan peristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi pembuluh darah rusak atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi) dan melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan maupun yang melarutkan bekuan. Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh

(45)

1. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat luka. Trombosit akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan diaktifkan oleh thrombin yang terbentuk dalam kaskade pristiwa koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh ADP yang dilepaskan trombosit aktif lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk dan dengan adanya fibrinogen, trombosit kemudian mengadakan agregasi terbentuk sumbat hemostatik ataupun trombos.

2. Pembentukan jarring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga terbentuk sumbat hemostatik atau trombos yang lebih stabil.

3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin.

Proses penggumpalan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor intrinsik, misalnya

fibrinogen, protrombin, proconvertin dan lain-laindan ekstrinsik darah, misalnya tromboplastin jaringan, tromboplastin pembuluh, luka, permukaan kasar/halus, suhu lingkungan, pengenceran, dan bahan antikoagulas dan lain-lain. Permukaan kasar, suhu lungkungan panas, dan pengadukan

mempercepat penggumpalan, sedangkan permukaan halus, suhu lingkungan dingin, dan pengenceran menghambat proses koagulasi. Sementara itu antikoagulan seperti EDTA, heparin, natrium sitrat/oxalat akan menghentikan proses koagulasi.

C. METODE PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan

Blood lancetsteril (disposable)

• Kapas

o Mensterilkan ujung jari tengan atau jari manis dengan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga kering.

(46)

o Uji tetes pertama dengan serum anti-A, tetes kedua dengan serum anti-B, kemudian diasuk ketiganya.

o Mengamati apakah terjadi aglutinasi atau tidak, kemudian menentukan jenis golongan darahnya.

• Penggumpalan darah

o Mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis dengan kapas yang etalah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering.

o Menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril (disposable) sehingga darah keluar.

o Meneteskan satu tetes darah pada object glass, kemudian setiap 30 detik lakukan tusukan-tususkan dengan jarum pentul pada tetes darah tersebut.

o Mengamati adanya benang-benang fibrin, kemudian mencatat waktunya.

D. HASIL PRAKTIKUM

1 Noviana Hapsari 20 A 7

2 Ana Arifatul U. 19 B 2

9 Fatharani Yurian W. 19 B 8

10 Kurnia Imalasari 18 B 2

(47)

17 Fatma Ismawati 19 B 7

18 Rizza Untsa N. 19 A 5

19 Andi Joko P. 19 O 2

20 Citra Ayuliasari 20 O 4

21 Hening T.R. 20 O 3

22 Asri F. 20 A 3

23 Sari Trisnaningsih 18 B 2

24 Shintya Galuh N.S. 19 B 3

Praktikum ini bertujuan untuk enentukan golongan darah dengan sistem “ABO” dan

enentukan waktu koagulasi darah. Alat dan bahan yang digunakan yaitu blood lancet steril (disposable), kapas, alkohol,objectglass, tusuk gigi, serum anti-A dan serum anti-B. Prosedur kerja yang dilakukan antara lain mensterilkan ujung jari tengan atau jari manis dengan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga kering. Kemudian menusuk ujung jari dengan blood lancet steril (disposable) sehingga darah keluar dan meneteskan pada object glasssebanyak 3 tetes berbeda. Uji tetes pertama dengan serum anti-A, tetes kedua dengan serum anti-B, kemudian diasuk ketiganya. Untuk tetes ketiga, diamati setiap 30 detik hingga diketahui waktu koagulasinya.

Apabila antigen-A bertemu dengan A, demikian juga antigen-B bertemu dengan anti-B, maka darah akan menggumpal dan terjadi hemolisis atau pemecahan sel darah merah. Sehingga dalam melakukan tranfusi darah baik donor maupun resipien harus diperiksa terlebih

(48)

pada saat yang sama dapat mengikat dua sel darah merah sehingga menyebabkan sel melekat satu sama lain dan menggumpal.

Dari hasil percobaan diperoleh sebanyak 4 orang atau 16 % memiliki golongan darah A. 11 orang atau 44 % memiliki golongan darah B, dan 10 orang atau 40 % memiliki golongan darah O. Tidak satupun dari 25 praktikan yang memiliki golongan darah AB.

Sistem penggolongan darah ABO ditentukan oleh antigen A, B dan H/O. Golongan darah A jika mempunyai aglutinogen (antigen) A dan aglutinin beta (β). Golongan darah B jika

mempunyai aglutinogen (antigen) B dan aglutini alfa (α). Golongan darah AB jika mempunyai

aglutinogen A dan B serta tidak memiliki aglutinin. Golongan darah O jika tidak mempunyai aglutinogen dan aglutinin.

Salah satu komponen darah yaitu trombosit atau keping-keping darah yang memiliki peran dalam proses koagulasi darah. Proses koagulasi darah dimaksudkan agar apabila terjadi

kerusakan pembuluh darah, maka tidak terjadi kehilangan darah. Semakin cepat waktu koagulasi makan semakin cepat pula proses penutupan luka oleh trombin dengan membentuk benang-benang fibrin. Dari hasil percobaan, waktu koagulasi yang diperoleh yaitu 3 orang pada 30 detik pertama, 8 orang pada 30 detik kedua, 6 orang pada 30 detik ketiga, 2 orang pada 30 detik keempat, 2 orang pada 30 detik kelima, 1 orang pada 30 detik keenam, 2 orang pada 30 detik ketujuh dan 1 orang pada 30 detik kedelapan.

Golongan darah lebih ditentukan oleh faktor genetis oleh karena itu salah satu manfaat tes golongan darah yaitu menentukan hubungan keluarga, dan tranfusi darah. Dalam trafusi darah dari satu orang ke orang lain, darah donor dengan darah penerima dalam keadaan normal. Klasifikasi golongan darah tergantung pada ada atau tidaknya kedua aglutinogen.

Teori koagulasi darah menurut Morowitz (1904) yaitu pada peristiwa pendarahan, maka jaringan yang robek (rusak) akan menyebabkan trombosit pecah dan membebaskan tromboplastin kemudian tromboplastin dan ion Ca mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Trombin tersebut akan mempengaruhi perubahan fibrinogen menjadi benang-benang fibrin, sehingga menutup jaringan yang rusak.

F. KESIMPULAN

1. Presentase golongan darah dari 25 praktikan

a. Golongan darah A = 100 %= 16 %

b. Golongan darah B = 100 %= 44 %

(49)

d. Golongan darah AB = 100 %= 0 %

2. Koagulasi adalah peristiwa menggumpalnya darah dengan tujuan untuk menghindari kehilangan darah saat terjadi luka.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Frandson, R. D. 1992.Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Guyton A. C., Hall J. E. 1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY.

Soedjono, Basoeki. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(51)

PEMERIKSAAN WARNA, KEJERNIHAN DAN pH URINE

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengamati warna, kejernihan dan derajat keasaman (pH) urine.

B. DASAR TEORI

Ginjal merupakan alat untuk menyaring darah sehingga zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun dan tak berguna dapat dikeluarkan dari dalam tubuh melalui air kencing. Zat-zat tersebut harus dikeluarkan karena dapat mengganggu kesehatan. Selain itu, ginjal juga berperan menjaga keseimbangan air dalam tubuh atau menjaga tekanan osmotik cairan tubuh sehingga perannya sangat penting dalam menjaga kondisi tubuh agar tetap seimbang dan dinamis

(homeostasis) atau terciptanya kondisi sehat. kencing tampak berbuih, berwarna kuning dan berbau, merupakan hasil penyaringan cairan darah yang dilakukan oleh ginjal.

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis.

Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum. Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga

(52)

Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam fipurat, zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah kristal kapur dsb). (Campbell, 2004)

Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok dalam homeostatis karena sistem tersebut membuang limbah metabolisme dan merespons terhadap ketidak seimbangan cairan tubuh dengan cara mengeksresikan ion-ion tertentu sesuai kebutuhan. Sistem ekskresi sangat beraneka ragam, tetapi semuanya mempunyai kemiripan fungsional. Secara umum, sistem eksresi menghasilkan urin melalui dua proses utama yaitu filtrasi cairan tubuh dan penyulingan (reabsopsi) larutan cair yang dihasilkan dari filtrasi itu. (Campbell, 2004).

Proses ekskresi melalui ginjal berfungsi untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dan

menjaga agar jumlah air dan ion yang masuk seimbang dengan yang keluar. Kondisi ini penting agar suasanamalieu interieurtetap sesuai untuk kelangsungan proses fisiologis di dalam sel atau yang disebut homeotasis (steady internal state). Ekskresi oleh ginjal memiliki peranan :

1. Memelihara keseimbangan air.

2. Memelihara keseimbangan elektrolit Na+, K+, Mg2+, Cl- dan Ca2+. Ion Na+, Cl- dan HCO 3-merupakan ion ekstraseluler, sedangkan K+dan Mg2+merupakan ion intraseluler.

3. Memelihara pH darah.

4. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang merupakan racun bagi tubuh, seperti :

• Urea (CO(NH)2) berasal dari katabolisme asam amino pada proses glukoneogenesis menjadi senyawa bukan nitrogen dan senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen kemudian diubah menjadi amonia (bersifat toksik) oleh enzim deaminase. Selanjutnya di sel hati, amonia melalui siklus ornitin akan dikombinasikan dengan karbondioksida menjadi urea (tidak bersifat toksik) dan kemudian dikeluarkan lewat ginjal.

• Asam urat berasal dari nitrogen asam nukleat purine dan pirimidin. Kelebihan asam urat akan ditimbun pada persendian dan dapat menimbulkan nyeri sendi (gout).

(53)

C. METODE PRAKTIKUM

o Memasukkan ± 10 mL urine ke dalam tabung reaksi kemudian mengamati dengan cara menerawang tabung yang berisi urine tersebut.

o Menyatakan warna urine tersebut dalam tidak berwarna, kuning muda, kuning tua, kuning kemerahan, merah, coklat kehijauan dan putih seperti susu.

• Pemeriksaan kejernihan urine

o Melakukan langkah yang sama seperi pemeriksaan warna urine.

o Menyatakan kejernihan urine dalam jernih, agak keruh, keruh dan sangat keruh.

• Pemeriksaan pH urine

o Memasukkan urine pada tabung reaksi kemudian celupkan pH stick. o Mengamati perubahan warnanya dan mencatat pH-nya.

D. HASIL PRAKTIKUM

No. Nama Warna Kejernihan Keasaman (pH)

1 Ana Arifatul U. Kuning Jernih 6

2 Vyta Andri S.U. Kuning Jernih 6

3 M. Hasbi Ash. Kuning Jernih 7

4 Rinaldi Indra S. Kuning Jernih 6

5 Anna Astuti Orange Keruh 5

6 Iis Aida Y. Kuning Jernih 7

7 M. Reza Pahlevi Kuning Jernih 7

8 Rendra Darari F.I. Kuning Jernih 7

9 Fatharani Yurian W. Kuning Keruh 6

10 Kurnia Imalasari Kuning Jernih 6

11 Hanifudi Bayu F. Kuning Keruh 6

12 Agustina Budi I. Kuning Jernih 6

(54)

14 Fatma Ismawati Kuning Jernih 6

15 Rizza Untsa N. Kuning Jernih 6.5

16 Andi Joko P. Orange Jernih 6

17 Citra Ayuliasari Kuning Jernih 6

18 Hening T.R. Kuning Jernih 6

19 Asri F. Kuning Jernih 7

20 Sari Trisnaningsih Kuning Jernih 6

21 Shintya Galuh N.S. Kuning Jernih 6

22 Ayu Dien I. Kuning Jernih 7

Presentase :

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai mana menurut Zonneveld, 1991 (dalam Aristiawan, 2012) bahwa faktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan, yaitu (1) 2012) bahwa faktor yang

Hemoglobin (Hb) adalah salah satu molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transpor karbon dioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru, maka dari

Tujuan dari praktikum leukosit dan pembekuan darah adalah untuk mengetahui jumlah leukosit pada probandus dan mengetahui waktu beku darah serta lama pendarahan terjadi pada

Pada penyakit sel sabit, sel darah merah memiliki hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang bentuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel

Sel darah merah merupakan sel yang berfungsi mengikat oksigen yang dibutuhkan dalam proses oksidasi. Warna merah dalam sel darah merah berasal dari hemoglobin yang

count/RBC) yang menghitung jumlah total sel darah merah; hemoglobin (Hb) yaitu protein dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen dari paru ke bagian tubuh lainnya;

Jantung pada kadal berada lebih posterior dari thoraks dan lebih anterior dari hati, warnanya merah, dan terdiri atas empat ruang yang sekatnya kurang

Hemoglobin adalah suatu protein dalam sel darah merah yang mengantarkan oksigen dari paru-paru ke jaringan di seluruh tubuh dan mengambil karbondioksida dari jaringan tersebut