BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
C. Hasil Preparasi Sampel
Preparasi sampel ini dilakukan untuk mendapatkan fraksi air, kloroform,
dan etil asetat sari buah kersen yang diduga dalam ketiga fraksi tersebut terdapat
senyawa antioksidan. Sampel yang digunakan merupakan buah kersen segar.
Digunakan sampel segar karena bertujuan untuk menjaga kestabilan senyawa
fenolik di dalam tanaman karena senyawa fenolik cenderung mengalami
perubahan susunan dengan adanya pengeringan atau pemanasan. Perubahan suhu
yang terjadi dapat menurunkan aktivitas antioksidan dari senyawa fenolik
(Markam, 1988). Adanya pemanasan yang dikatalisis oleh enzim fenol oksidase
atau polifenol oksidase dapat menyebabkan senyawa fenolik berubah menjadi
quinon dan kemudian dipolimerasi menjadi pigmen melaniadin. Senyawa fenolik
dalam bentuk polimer inilah yang tidak memiliki aktivitas antioksidan
(Handayani, 2011).
Buah kersen segar dicuci untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang
terdapat pada permukaan buah. Buah kersen dipisahkan dari bagiannya yang tidak
dapat dimakan seperti Buah kersen dipisahkan dari bagiannya yang tidak dapat
digunakan agar kondisi sampel dapat disesuaikan dengan aplikasi penggunaannya
dimana hanya bagian buah yang dimakan yang digunakan sebagai sampel untuk
uji daya antioksidan sari buah kersen.
Buah kersen yang telah bersih diitambah aquadest dengan jumlah yang
sesuai dengan jumlah buah (1 : 1). Penambahan aquadest ini bertujuan untuk
mempermudah proses penghancuran buah menggunakan blender. Hasil penghancuran buah kersen yang diperoleh dari proses menggunakan blender ini masih sangat keruh dan cukup kental sehingga dilakukan penyaringan
menggunakan penyaring biasa dengan ukuran pori yang lebih besar dari pori-pori
kain tetron. Tujuan penyaringan ini adalah untuk mengurangi keberadaan
partikel-partikel besar dari larutan sari buah kersen agar diperoleh sari yang lebih jernih.
Setelah penyaringan tersebut, dilakukan penyaring lagi menggunakan penyaring
vakum evaporator dengan melalui kain tetron. Prinsip kerja yang digunakan
dalam penyaringan ini yaitu dengan meminimalisir suatu tekanan didalam sistem,
sehingga tekanan diluar sistem (lingkungan) menjadi lebih besar. Dan hal ini
kemudian akan mempercepat proses penyaringan ketika digunakan untuk
menyaring larutan pada suatu senyawa tertentu. Hasil dari penyaringan
menggunakan penyaring vakum evaporator dengan kain tetron ini masih keruh
akan tetapi sudah lebih jernih dari penampakkan visual sari sebelumnya.
Pada penelitian Kolar et al (2010), diketahui bahwa buah kersen mengandung senyawa-senyawa fenolik dan flavonoid. Adapun kandungan kimia
buah kersen per 100 g, yaitu 77,8 g air; 0,384 g protein; 1,56 g lemak; 124,6 mg
riboflavin; 0,554 g niacin; dan 80,5 mg vitamin C (Morton, 1987). Terdapat
berbagai macam kandungan senyawa antioksidan dalam buah Kersen.
Masing-masing senyawa antioksidan tersebut tentu memiliki kelarutan yang berbeda-beda
pula, misalnya flavonoid. Senyawa-senyawa flavonoid adalah senyawa-senyawa
polifenol yang mempunyai 15 rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon.
Penyarian flavonoid dari dalam simplisia tumbuhan dapat dilakukan dengan
menggunakan pelarut polar, semi polar, maupun non polar sesuai dengan
kelarutan flavonoid yang diekstraksi. Kelarutan flavonoid berbeda-beda sesuai
golongan dan substitusinya (Robinson, 1995). Glikosida flavonoid merupakan
senyawa polar sehingga dapat larut dalam pelarut polar seperti air. Tetapi senyawa
flavonoid aglikon (flavonoid tanpa gula terikat) umumnya lebih mudah larut
dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Markham, 1998). Karena itu, tidak
menutup kemungkinan adanya senyawa fenolik yang terlarut dalam air maupun
etil asetat yang bersifat semi polar. Berdasarkan hal tersebut, maka untuk
mengetahui potensi antioksidan dari sari buah kersen ini, peneliti melakukan uji
daya antioksidan pada fraksi air,kloroform,dan etil asetat sari buah kersen.
Digunakan 3 jenis pelarut dengan kepolaran yang berbeda dimaksudkan agar
dapat diketahui aktivitas dan daya antioksidan dari keseluruhan senyawa-senyawa
antioksidan yang terkandung dalam buah kersen. Dari ketiga fraksi sari tersebut, diharapkan pada fraksi air sari buah kersen dapat diuji daya antioksidan dari
kandungan sari buah kersen seperti vitamin C, glikosida flavonoid, dan
kandungan senyawa antioksidan lainnya yang terlarut di dalam pelarut polar
diuji daya antioksidan dari kandungan senyawa antioksidan dalam buah kersen
yang lebih larut dalam pelarut non polar (kloroform) seperti flavonoid aglikosida
atau pelarut semi polar (etil asetat) seperti senyawa-senyawa karotenoid.
Setelah penyaringan sebanyak 2 kali tersebut, didapatkan sari buah
kersen berwarna coklat muda. Sari buah kersen hasil penyaringan kemudian
dipartisi menggunakan kloroform dan dilanjutkan dengan partisi menggunakan
etil asetat. Partisi dilakukan dengan perbandingan volume larutan 1 : 1. Partisi sari
dengan pelarut aquadest menggunakan kloroform dan etil asetat ini merupakan
ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair adalah proses untuk memisahkan analit
yang dituju dari pengganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut
tidak saling campur. Partisi sari dilakukan menggunakan corong pisah dengan
penggojogan lemah sebanyak 30kali. Penggojogan lemah pada proses ekstraksi
dimaksudkan agar tidak terbentuk emulsi yang dapat menyebabkan proses
pemisahan menjadi lebih lama (Matsuda, 2001).
Partisi sari (pelarut aquadest) dengan kloroform dilakukan
sebanyak 2x. Setelah digojog akan terjadi dua fase, yaitu fase atas adalah fase air
dan fase bawah adalah fase klorofom. Ini dikarenakanberat jenis kloroform lebih
besar (1,49 g/cm3) dari berat jenis air (1 g/cm3). Selanjutnya, fase kloroform ini dipisahkan dan fraksi air kembali disari dengan campuran yang sama sampai 3
kali. Pemilihan pelarut kloroform ini dikarenakan kloroform merupakan pelarut
organik bersifat non polar sehingga dengan partisi menggunakan kloroform ini
maka senyawa-senyawa antioksidan seperti flavonoid aglikon dan lainnya dapat
mengukur daya antioksidan fraksi kloroform sari buah kersen dapat diuji daya
antioksidan dari senyawa-senyawa antioksidan yang larut dalam kloroform
(misalnya : flavonoid aglikosida). Adapun perhitungan konsentrasi fraksi dan
perhitungan lainnya dapat dilihat pada lampiran 4.
Partisi sari (pelarut aquadest) dengan etil asetat dilakukan sebanyak 4x.
Setelah digojog akan terjadi dua fase yaitu fase atas adalah fase etil asetat dan fase
bawah adalah fase air. Ini dikarenakan berat jenis air (1 g/cm3) lebih besar dari berat jenis etil asetat (0,8945 g/cm3). Selanjutnya, fase etil asetat ini dipisahkan dan fraksi air kembali disari dengan etil aetat sampai 3 kali. Pemilihan pelarut etil
asetat ini dikarenakan etil asetat merupakan pelarut organik bersifat semi polar
sehingga dengan partisi menggunakan etil asetat ini maka senyawa-senyawa
antioksidan seperti karotenoid dapat masuk dalam fraksi etil asetat tersebut.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat diuji daya antioksidan dari senyawa-senyawa
antioksidan yang larut dalam fraksi etil asetat sari buah kersen (misalnya :
senyawa-senyawa karotenoid). Proses partisi dilakukan berulang sebanyak lebih
dari sekali (2x pada partisi air-kloroform dan 3x pada partisi air-etil asetat) agar
ekstraksi lebih efektif dan senyawa-senyawa antioksidan terlarut seluruhnya
dalam fraksi air, kloroform, atau pun etil asetat (sesuai kelarutan atau kepolaran
masing-masing senyawa antioksidan tersebut).
Selanjutnya dibuat larutan induk dari fraksi air dan etil asetat. Pada fraksi
kloroform tidak dilakukan pembuatan larutan induk karena berdasarkan hasil
orientasi konsentrasi, ternyata dibutuhkan konsentrasi yang cukup besar untuk
pengukuran serapan menggunakan spekrofotometer UV-Vis. Untuk fraksi
kloroform, dari larutan stok sari hasil partisi langsung dibuat larutan seri
konsentrasi. Pembuatan larutan induk fraksi air dan etil asetat dilakukan dengan
memipet sebanyak 1,25 ml fraksi air atau etil asetat sari buah kersen hasil partisi
kemudian ditambahkan pelarut masing-masing hingga volume akhir 25 ml. Dari
larutan induk ini kemudian dibuat larutan seri konsentrasi fraksi air dan etil asetat
sari buah kersen. Masing-masing dibuat dalam 5 seri konsentrasi.
Selama proses preparasi sampel, alat-alat gelas yang digunakan sebagai
tempat atau wadah bahan sampel dibungkus dengan alumunium foil agar tidak
terkena cahaya matahari atau sinar matahari langsung. Hal ini dikarenakan ada
beberapa senyawa pada sampel seperti vitamin C, flavonoid, dan
senyawa-senyawa fenolik yang dapat bereaksi oleh adanya cahaya dan juga dapat
mengalami kerusakan oleh sinar ultraviolet matahari.