• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI DAYA ANTIOKSIDAN FRAKSI AIR, KLOROFORM, DAN ETIL ASETAT SARI BUAH KERSEN (Muntingia calabura L.) MENGGUNAKAN METODE DPPH SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UJI DAYA ANTIOKSIDAN FRAKSI AIR, KLOROFORM, DAN ETIL ASETAT SARI BUAH KERSEN (Muntingia calabura L.) MENGGUNAKAN METODE DPPH SKRIPSI"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

UJI DAYA ANTIOKSIDAN FRAKSI AIR, KLOROFORM, DAN ETIL ASETAT SARI BUAH KERSEN (Muntingia calabura L.)

MENGGUNAKAN METODE DPPH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Augustiyani Novie Imoliana

NIM : 088114179

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

UJI DAYA ANTIOKSIDAN FRAKSI AIR, KLOROFORM, DAN ETIL ASETAT SARI BUAH KERSEN (Muntingia calabura L.)

MENGGUNAKAN METODE DPPH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Augustiyani Novie Imoliana

NIM : 088114179

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

“Kasih itu menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” (I Kor. 13 : 7)

“LOVE IS A POWER”

Skripsi ini aku persembahkan kepada :

Papa dan Mama serta Adik-adikku tersayang,

Sahabat dan teman-temanku terkasih,

serta Almamaterku yang ku banggakan.

“Segala perkara dapat ku tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”

(6)
(7)

v PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Daya Antioksidan Fraksi Air, Kloroform, dan Etil Asetat Sari buah Kersen (Muntingia calabura L.) Menggunakan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil)” sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farnasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Keseluruhan dari proses penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas

dari bantuan dan dukungan dari semua pihak sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan serta ilmu selama penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

2. Prof. Dr. CJ. Soegihardjo, Apt. atas kesempatan yang telah diberikan untuk berdiskusi bersama dan sebagai Dosen Penguji atas pengarahan dan

kesediaannya menguji skripsi ini.

3. Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. sebagai Dosen Penguji atas pengarahan dan kesediaannya menguji skripsi ini.

4. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

(8)

vi

6. Papa, Mama, Joice, dan Samuel atas kasih sayang, doa, serta dukungan baik moril maupun materiil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Saudari-saudariku di “Depends on God” Cell Group (Cik Elizabeth C. Parsono, Claudia T. Parsono, Feliciany Eva Natalia, Laurina Silvianty Dewi, Matrianofa

Gadau, Jenny Siagian, Natalia Wulandari, dll) atas dukungan doa dan semangat

dari kalian yang sangat luar biasa.

8. Saudari-saudariku di “Ester” Cell group (Novia Sarwoningtyas, Bertha Trifina Mardani, Juliana Gona, Johana Gunawan, Mayke Prasastia, dan Elsa Rosdiana)

atas dukungan doa dan semangat yang selalu menguatkanku.

9. Sahabat-sahabatku Mauryn, Cece, Sasa, Inang, Opung, Anna, Ike, dan Budhe karena telah memberikan motivasi dan menjadi inspirasi bagiku.

10.“Gadis-gadis yang selalu bahagia di kala susah selalu bersama” (Keluargaku di kos) Ade Mauryn Marpaung, Devi Y. Sinaga, E.L.Sari Tambunan, Mariana,

Melissa Darmawan, Rotua W.Silitonga, dan Yoestenia atas kebersamaan,

kekeluargaan, dan keceriaan selama ini.

11. Meiske Munda sebagai partner skripsi saya atas kerjasama yang telah dilewati bersama dalam penelitian ini.

12. Cicik2 dan Koko dosen : L.E.Sari Tambunan, Melissa Darmawan, Rolando, Aldo Sahala, Angela N.M.Karvitasari, L.C. Yuni Rogan, dan Octo R. Pius atas

informasi, saran, serta kritik yang membangun selama proses penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

(9)

vii

Setya Dharma, Anastasia Filipa, Alfonsus Heppy, dan Adi Wirasaputra atas

kerja sama, kebersamaan dan keceriaan di lab selama proses penelitian ini.

14. Mas Bimo, Mas Kunto, Pak Ketul, Pak Parlan, dan Pak Wagiran atas bantuannya di lab selama ini.

15. Bu Jum dan Seorang bapak yang luar biasa baik di daerah Klitren Lor atas bantuannya selama ini.

16. Cik Widya, Cik Fenny, Siana, Fella, Yovinda, dan segenap keluarga besar Creative Ministry GKA Yogyakarta atas pengertian dan perhatiannya sehingga

penelitian ini dapat berjalan lancar.

17.Teman-teman Farmasi kelas C angkatan 2008 dan FST 2008.

18.Indonesian ICEE Team khususnya Miss Karina McDonald dan Miss Melisa Entienza karena telah membuat bahasa inggris menjadi semakin

menyenangkan untukku.

19.Semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan yang tidak dapat desebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini banyak kekurangan dan

jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan saran dan kritik guna perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

Harapan penulis semoga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat

bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.

Yogyakarta, Juni 2012

(10)
(11)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iv

PRAKATA...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...viii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

INTISARI... xv

ABSTRACT... xvi

BAB I PENGANTAR... 1

A. Latar Belakang...1

1. Permasalahan... 4

2. Manfaat yang diharapkan... 4

3. Keaslian penelitian... 5

B. Tujuan... 6

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 7

A. TanamanKersen... 7

(12)

x

2. Kandungan kimia... 8

3. Kegunaan dan khasiat... 9

4. Penelitian antioksidan...9

B. Radikal dan Antioksidan...10

C. 2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH)...…...……… 14

D. Spektrofotometri UV-Vis……… 16

E. Validasi Metode Analisis... 18

F. Landasan Teori... 21

G. Hipotesis... 23

BAB III METODE PENELITIAN...24

A. Jenis dan Rancangan Penelitian...24

B. Variabel dan Definisi Operasional... 24

C. Bahan Penelitian... 25

D. Alat Penelitian... 25

E. Tata Cara Penelitian... 26

1. Determinasi tanaman... 26

2. Pengumpulan bahan………... 26

3. Penyiapan bahan uji... 26

4. Pengujian dengan metode DPPH... 29

5. Validasi metode uji aktivitas antioksidan…... 30

6. Analisis data………... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 32

(13)

xi

B. Hasil Pengumpulan Bahan... 32

C. Hasil Preparasi Sampel... 33

D. Hasil Optimasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan... 38

1. Penentuan operating time (OT)...40

2. Penentuan panjang gelombang maksimum... 43

E. Hasil Validasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan... 45

1. Akurasi... 47

2. Presisi... 50

3. Linearitas... 51

4. Spesifitas... 52

F. Hasil Uji Daya Antioksidan dengan Radikal DPPH…………... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 63

A. Kesimpulan... 63

B. Saran... 63

DAFTAR PUSTAKA... 64

LAMPIRAN... 67

(14)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rentang akurasi yang dapat diterima (Harmita, 2004)…………...20

Tabel.II. Rentang CV yang masih dapat diterima (Harmita, 2004)………20

Tabel III. Hasil % recovery dan %CV uji aktivitas antioksidan vitamin C……..48

Tabel IV. Hasil % recovery dan %CV uji aktivitas antioksidan fraksi air...48

Tabel V. Hasil % recovery dan %CV uji aktivitas antioksidan f.etil asetat…...49

Tabel. VI. Hasil % recovery dan %CV uji aktivitas antioksidan f.kloroform...49

Tabel VII. Hasil %IC vitamin C menggunakan radikal DPPH………....56

Tabel VIII. Hasil %IC fraksi air menggunakan radikal DPPH...57

Tabel IX. Hasil %IC f.etil asetat menggunakan radikal DPPH………..58

Tabel X. Hasil %IC f.kloroform menggunakan radikal DPPH………...…..59

Tabel XI. Hasil IC50 vitamin C dan f.air,kloroform, dan etil asetat………60

(15)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur DPPH dan reaksinya dengan antioksidan

(Prakash et al, 2007)………...15

Gambar 2. Hasil grafik penentuan OT Vitamin C……….40

Gambar 3. Hasil grafik penentuan OT fraksi air………41

Gambar 4. Hasil grafik penentuan OT fraksi etil asetat…….………41

Gambar 5. Hasil grafik penentuan OT fraksi kloroform………...……..42

Gambar 6. Spektra λ maksimum DPPH pada konsentrasi 0,022 mg/mL……..44

Gambar 7. Spektra λ maksimum DPPH pada konsentrasi 0,043 mg/mL……...44

Gambar 8. Spektra λ maksimum DPPH pada konsentrasi 0,085 mg/mL…...44

Gambar 9. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan vitamin C...45

Gambar 10. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan fraksi air...46

Gambar 11. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan fraksi etil asetat………....46

Gambar 12. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan fraksi kloroform………... 47

Gambar 13. Spektra vitamin C pada λ maksimum DPPH... 52

Gambar 14. Perubahan warna DPPH disertai dengan penurunan absorbansi (Molyneux, 2004)... 54

Gambar 15. Gugus kromofor dan auksokrom DPPH (Prakash et al., 2001).. 54

Gambar 16. Reaksi reduksi dan oksidasi asam askorbat (Szent-Györgyi, 1937)………..……….……55

(16)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat pengesahan determinasi tanaman kersen…...67

Lampiran 2. Gambar tanaman kersen, bunga, dan buah dari daerah Klitren (Yogyakarta)………...68

Lampiran 3. Data penimbangan bahan...69

Lampiran 4. Data perhitungan konsentrasi DPPH, larutan pembanding dan larutan uji... 70

Lampiran 5. Scanning pengkoreksi... 73

Lampiran 6. Optimasi metode uji aktivitas antioksidan... 77

Lampiran 7. Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal DPPH... ..81

Lampiran 8. Hasil nilai IC50 vitamin C, fraksi air, kloroform, dan etil asetat sari buah kersen...85

(17)

xv INTISARI

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menghambat reaksi radikal bebas dalam tubuh sehingga kerusakkan sel dapat dicegah. Buah kersen (Muntingia calabura L.) adalah salah satu buah dengan kandungan berbagai senyawa antioksidan seperti vitamin C, flavonoid, dan senyawa fenolik lainnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antioksidan fraksi air, kloroform, dan etil asetat sari buah kersen menggunakan metode (DPPH). Daya antioksidan ketiga fraksi sari buah Kersen dinyatakan dalam nilai IC50 yang

merupakan konsentrasi yang menyebabkan penurunan 50% dari konsentrasi DPPH awal. Ketiga fraksi tersebut diperoleh melalui proses partisi dalam corong pisah dengan perbandingan masing-masing pelarut 1 : 1.

Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan, DPPH akan tereduksi, dan warnanya akan berubah menjadi kuning dan disertai penurunan absorbansi. Absorbansi DPPH dibaca dengan menggunakan spektrofotometer pada λ maksimum 515 nm. Daya antioksidan ketiga fraksi ini kemudian dibandingkan dengan daya antioksidan dari larutan pembanding vitamin C.

Hasil uji daya antioksidan fraksi air, etil asetat dan kloroform sari buah kersen menunjukkan bahwa masing-masing fraksi tersebut memiliki nilai IC50

berturut-turut sebesar 0,363 (mg/mL); 2,664 (mg/mL); dan 159,397 (mg/mL). Daya antioksidan ketiga fraksi ini lebih lemah dari vitamin C.

(18)

xvi

ABSTRACT

Antioxidants are compounds that obstruct many free radical reactions in our body so that the cell damages can be inhibited. Jamaican cherry (Muntingia calabura L.) is a fruit contains many compounds that potential to be used as antioxidants like ascorbic acid, flavonoid, and other phenolic compounds.

This research was conducted to determine the antioxidant activity in the fractions of Muntingia calabura L. fruits by DPPH method. The fractions are gotten by a partition with the solvent comparison 1 : 1.

After reacting to the antioxidant compounds, DPPH will be reducted, and the colour will change to yellow as the absorbance lowering. Absorbance was read with spectrophotometry at the maximum wavelength 515 nm. The antioxidant activity of the fractions is expressed as IC50 value, the concentration

that causes a decrease of 50% of early DPPH concentration. The IC50 value of the

fractions then compared with the IC50 value of ascorbic acid.

The result shows that IC50 of the aqueous, chloroform, and ethyl acetate

fractions respectively are 0,363 (mg/mL); 2,664 (mg/mL); and 159,397 (mg/mL). The antioxidant activity of the fractions are weaker than the antioxidant activity of ascorbic acid.

(19)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Pada saat ini semakin banyak ditemukan penyakit-penyakit yang

diakibatkan karena adanya kerusakan sel oleh reaksi radikal bebas seperti kanker,

penyakit kardiovaskular, katarak, penurunan sistem imun dan kerusakkan otak

(Pervical, 1998). Radikal bebas adalah molekul oksigen yang dalam interaksinya

dengan molekul lain kehilangan sebuah elektron di lingkaran terluar orbitnya

sehingga jumlah eletronnya ganjil. Jumlah elektronnya yang ganjil menyebabkan

molekul ini menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mencari pasangan elektron

baru dengan cara mengambil elektron molekul lain yang berdekatan

(Kusumadewi, 2002). Reaksi radikal ini berlangsung secara berantai sehingga

akan menghasilkan radikal bebas baru yang jumlahnya terus bertambah. Radikal

bebas yang berlebihan akan menyerang bagian tubuh yang sehat maupun yang

sakit sehingga dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan timbulnya

berbagai macam penyakit (Saurisari, 2006).

Untuk mencegah efek negatif radikal bebas terhadap tubuh diperlukan

senyawa yang disebut antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa yang mampu

menghambat reaksi berantai radikal bebas dalam tubuh manusia (Kumalaningsih,

2007). Secara alami, tubuh mampu menghasilkan antioksidan namun ada batasan

tertentu, tidak semua radikal bebas mampu dinetralisasi. Oleh karena itu,

(20)

dihasilkan dalam tubuh. Berbagai antioksidan eksternal alami dapat ditemukan

dalam sayur-sayuran dan buah-buahan (Ismail dkk, 2007). Adanya kekhawatiran

akan kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari antioksidan sintetik

menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan

(Sunarni, 2005).

Kersen (Muntingia calabura L.) adalah sejenis tanaman pohon yang

berbuah bulat kecil, jika masak buah berwarna merah dan jika masih muda

berwarna hijau. Tanaman kersen banyak ditemui di daerah tropis seperti di

Indonesia. Akan tetapi selama ini tanaman kersen belum banyak diolah atau

dimanfaatkan di Indonesia (Ekasari, 2009).

Buah kersen memiliki efek antibakteri terhadap sejumlah bakteri gram

negatif seperti Salmonella enteriditis, Citrobacter fruendii, Enterobacter

aerogenes, Klebsiella pneumoniae, Vibrio cholerae, Vibrio parahemolyticus,

Pseudomonas aeruginosa and Salmonella typhi (Zakharia, 2007). Selain itu, buah

kersen juga memiliki efek menurunkan kadar gula dalam darah sehingga

berpotensi juga untuk dimanfaatkan sebagai antidiabetes (Verdayanti, 2009).

Buah kersen (Muntingia calabura L.) yang telah masak dapat digunakan

sebagai obat sakit kuning. Buah kersen (Muntingia calabura L.) juga berkhasiat

sebagai penyembuh asam urat.(Istikhomah, 2010).

Menurut penelitian Balikrishnan (2007) ditemukan bahwa ekstrak

aquadest dan etanol buah kersen memiliki aktivitas antioksidan.

Senyawa-senyawa yang bersifat sebagai antioksidan alami, yaitu Senyawa-senyawa-Senyawa-senyawa fenolik

(21)

buah kersen per 100 g, yaitu air, protein, lemak, serat, kalsium, fosfor, besi,

karoten, tianin, riboflavin, niacin, dan vitamin C (Morton, 1987). Pada penelitian

Kolar et al. (2010), diketahui bahwa buah kersen mengandung flavonoid dan

senyawa-senyawa fenolik lainnya. Adanya berbagai senyawa antioksidan alami

dalam buah kersen ini memungkinkan pemanfaatan buah kersen sebagai bahan

baku pembuatan antioksidan alami. Oleh karena itu, peneliti melakukan uji daya

antioksidan sari buah kersen untuk mengetahui seberapa besar potensi daya

antioksidan yang dimiliki oleh sari buah kersen.

Glikosida flavonoid merupakan senyawa polar sehingga dapat larut

dalam pelarut polar seperti air. Akan tetapi, senyawa flavonoid aglikon (flavonoid

tanpa gula terikat) umumnya lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan

kloroform (Markham, 1998). Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa

sejumlah flavonoid juga dapat terlarut dalam pelarut semi polar seperti etil asetat.

Oleh karena itu, untuk mengetahui potensi antioksidan dari sari buah kersen ini,

peneliti melakukan uji daya antioksidan pada fraksi air, kloroform, dan etil asetat

sari buah kersen. Diharapkan dengan diketahuinya potensi buah kersen sebagai

antioksidan, dapat meningkatkan kegunaan buah kersen sebagai bahan pangan

fungsional.

Salah satu uji untuk menentukan aktivitas antioksidan adalah metode

DPPH (1,1Diphenyl-2-picrylhidrazyl). Pada metode ini senyawa antioksidan akan

bereaksi dengan radikal DPPH sehingga DPPH akan tereduksi dan warnanya

berubah dari ungu menjadi kuning. Berkurangnya intensitas warna ungu DPPH

(22)

konsentrasi. Nilai aktivitas antioksidan diketahui melalui nilai IC50 yang

merupakan konsentrasi yang menyebabkan penurunan 50% dari konsentrasi

DPPH awal (Sunarni, 2005). Salah satu keuntungan uji aktivitas antioksidan

dengan metode DPPH adalah dapat dikerjakan dengan cepat dan sederhana

dibanding metode lain. Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

aktivitas antioksidan buah kersen dengan metode DPPH.

Vitamin C merupakan antioksidan yang larut dalam air (aqueous

antioxidant). Senyawa ini adalah salah satu anti oksidan kuat yang memiliki efek

biologis untuk menghambat kerusakan oksidatif oleh radikal bebas. Peranan

vitamin C sebagai antioksidan sudah dikenal oleh masyarakat luas. Karena inilah

maka vitamin C digunakan sebagai pembanding dalam penelitian ini.

B. Permasalahan

1. Berapa nilai IC50 fraksi air, kloroform, dan etil asetat sari buah kersen?

2. Bagaimana nilai IC50 fraksi air, kloroform, dan etil asetat sari buah kersen

dibanding nilai IC50 vitamin C?

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi penelitian lebih

lanjut maupun masyarakat mengenai potensi buah kersen sebagai antioksidan

(23)

2. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada

perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang farmasi, khususnya penggunaan

metode DPPH dalam pengujian daya antioksidan.

D. Keaslian Penelitian

Adapun sejumlah penelitian yang telah dilakukan terkait dengan tanaman

Kersen adalah sebagai berikut :

1. “Anthocyanin antioxidant from edible fruits” (Einbond et al, 2002)

Pada penelitian ini, diperoleh hasil bahwa fraksi air sari buah kersen tanpa

kandungan gula dan vitamin C memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai

IC50sebesar 6,5 µg/ml.

2. “Free Radical Scavenging Activity of Some Plants Available in Malaysia

(Zakharia, 2006)

Pada penelitian ini, diperoleh hasil bahwa ekstrak air daun kersen memiliki

aktivitas antioksidan dengan % scavenging sebesar 94.80 ± 1.14. Hasil

penelitian ini juga menunjukkan bahwa ekstrak air daun kersen mengandung

flavonoids, triterpenes, saponins, tannin, dan steroid.

3. “Antioxidant activity and estimation Of Total Phenolic Content Of Muntingia

calabura by Colorimetry”. (Siddiqua, 2010)

Pada penelitian ini, diperoleh hasil bahwa bahwa ekstrak metanol daun kersen

memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC 50 sebesar 22 µg/mL dan total

(24)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai IC50 fraksi air,

kloroform, dan etil asetat sari buah kersen (Muntingia calabura L.) dan

bagaimana nilai IC50 fraksi air, kloroform, dan etil asetat sari buah kersen

(25)

7 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tanaman Kersen 1. Keterangan Botani

Kersen (Muntingia calabura L.) termasuk dalam familia Tiliaceae.

Tanaman ini dikenal dengan beberapa nama yaitu : talok (Jawa), kerukup siam

(Malaysia), takhop farang (Thailand), mât sâm (Vietnam); datiles, aratiles,

manzanitas (Filipina); khoom sômz, takhôb (Laos); krâkhôb barang (Kamboja).

Buah kersen juga dikenal sebagai sebagai capulin blanco, cacaniqua, nigua,

niguito (bahasa Spanyol) dan jamaican cherry, panama berry, singapore

cherry (Inggris). Dalam bahasa belanda, buah kersen dikenal dengan nama

japanse kers (Belanda), yang lalu dari nama itu diambil menjadi kersen dalam

bahasa Indonesia. (Iskak, 2010).

Tanaman kersen merupakan tanaman perdu yang tingginya sampai 12

m, meski umumnya hanya sekitar 3-6 m saja. Selalu hijau dan terus menerus

berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Cabang-cabang mendatar,

menggantung di ujungnya membentuk naungan yang rindang. Ranting-ranting

berambut halus bercampur dengan rambut kelenjar, demikian pula daunnya.

Daun-daun terletak mendatar , berseling ,helaian daun tidak simetris , bundar

telur lanset , tepinya bergerigi dan berujung runcing, 1-4 x 4-14 cm sisi bawah

(26)

kuntum, terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun , bertangkai

panjang, berkelamin dua dan berbilangan lima, kelopak berbagi dalam , taju

meruncing bentuk benang, berambut halus, mahkota bertepi rata, bundar telur

terbalik, putih tipis gundul lk 1 cm. Benang sari berjumlah banyak, 10 sampai

lebih dari 100 helai. Bunga yang mekar menonjol keluar, ke atas helai-helai

daun, namun setelah menjadi buah menggantung ke bawah, tersembunyi di

bawah helai daun. Umumnya hanya satu-dua bunga yang menjadi buah dalam

tiap berkasnya. Bertangkai panjang, bulat hampir sempurna, diameter 1-1,5

cm, hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak, bermahkota sisa tangkai

putik yang tidak rontok serupa bintang hitam bersudut lima. Berisi beberapa

ribu biji yang kecil-kecil, halus,putih dan kekuningan, terbenam dalam daging

dan sari buah yang manis sekali ( Purwonegoro, 1997).

2. Kandungan Kimia

Daun kersen mengandung flavonoids, triterpenes, saponins, tannin,

dan steroid. (Zakharia, 2007). Buah kersen mengandung air, protein, lemak,

serat, kalsium, fosfor, besi, karoten, tianin, riboflavin, niacin, dan vitamin C.

(Morton, 1987).

Kandungan setiap 100 g bagian buah kersen yang dapat dimakan yaitu

: air (76,3 g), protein (2,1 g), lemak (2,3 g), karbohidrat (17,9 g), abu (1,4 g),

(27)

3. Kegunaan dan khasiat

Buah kersen memiliki efek antibakteri terhadap beberapa bakteri gram

negatif seperti Corneybacterium diphtheria, Staphylococcus aureus (ATCC

25923), Bacillus cereus, Proteus vulgaris, Staphylococcus epidermidis,

Kosuria rhizophila, Shigella flexneri, Escherichia coli (O 157), Aeromonas

hydrophila dan Salmonella typhi (Zakharia et all, 2006). Selain itu, buah kersen

juga dapat digunakan untuk mengobati asam urat denga cara mengkonsumsi

bauh kersen sebanyak 9 butir 3 kali sehari. Hal ini terbukti dapat mengurangi

rasa nyeri yang ditimbulkan dari penyakit asam urat (Ekasari, 2010).

Buah kersen yang telah masak dapat digunakan sebagai obat sakit

kuning. (Istikhomah, 2010). Selain itu, buah kersen tanpa kandungan gula dan

vitamin C juga diketahui memiliki efek antioksidan (Einbond et al, 2004)).

4. Penelitian antioksidan

Balikrishnan (2007) telah melakukan penelitian uji aktivitas

antioksidan ekstrak aquadest dan etanol buah kersen dengan metode DPPH,

Lipid peroxidation by Ferric thiocyanate dan Skin whitening assay

Antityrosinase assay. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa

ekstrak aquadest dan etanol buah kersen memiliki aktivitas antioksidan dan

ekstrak aquadest memiliki daya antioksidan yang lebih besar dari daya

antioksidan ekstrak etanol.

Kolar et al (2006) telah melakukan penelitian terhadap ekstrak

(28)

reducing antioxidant power (FRAP) assay dan ferrous ion chelating activity

assay. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa mengandung ekstrak metanol,

aquadest, dan aseton buah Kersen memiliki aktivitas antioksidan dan memiliki

kandungan senyawa-senyawa fenolik serta flavonoid.

B. Radikal bebas dan Antioksidan

Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang mempunyai satu

elektron atau lebih yang tak berpasangan, bersifat sangat labil, sehingga

senyawa ini sangat reaktif untuk memperoleh pasangan elektron dan merusak

jaringan (Karyadi, 2004 cit Da’i et al, 2005).

Elektron yang tidak berpasangan cenderung untuk membentuk

pasangan dengan menarik elektron dari senyawa lain sehingga terbentuk

radikal baru. Radikal bebas memiliki dua sifat sebagai berikut.

1) Reaktivitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2) Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal lain (Sjabana

dan Bahalwan, 2002).

Reaksi pembentukan radikal bebas merupakan mekanisme biokimia

tubuh normal yang terjadi melalui reaksi yang langsung memutuskan ikatan

atau melalui transfer elektron (Halliwel and Gutridge, 2000). Radikal bebas

lazimnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah menjadi

substansi yang tidak lagi membahayakan bagi tubuh. Namun, apabila radikal

bebas bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda, maka

(29)

dari suatu molekul disekitarnya. Pengaruh radiasi ionisasi terhadap materi

biologi akan menghasilkan radikal bebas hidroksil dan radikal bebas lainnya,

seperti radikal hidrogen yang siap berinteraksi dengan biomolekul-biomolekul

lain yang saling berdekatan (Middleton et al., 2000).

Reaksi oksidasi lipid berlangsung dalam tiga tahap, yang pertama

adalah inisiasi yang mana suatu radikal lipid terbentuk dari molekul lipid

menurut reaksi RH→R

+H

. Pengurangan atom hidrogen oleh spesies reaktif

seperti radikal hidroksil berperan dalam inisiasi oksidasi lipid.

Setelah inisiasi, reaksi propagasi (perambatan) terjadi yang mana

dalam reaksi propagasi ini radikal lipid diubah menjadi radikal lipid yang

berbeda. Reaksi ini umumnya melibatkan pengurangan atom hidrogen dari

molekul lipid atau penambahan atom oksigen pada radikal alkil.

R

+ O₂→ ROO

ROO

+ RH → ROOH + R

Tahap terakhir adalah reaksi terminasi. Dalam reaksi ini radikal bebas

bergabung untuk membentuk molekul dengan elektron berpasangan.

ROO

+ ROO

→ ROOR + O2

ROO

+ R

→ ROOR

R

+ R

→ RR

Prekusor molekular untuk memulai proses tersebut umumnya

(30)

reaksi rantai dengan berbagai efek yang potensial merusak sel-sel tubuh

(Pokorni et al., 2001).

ROS (Reactive Oxygen Species) adalah senyawa pengoksidasi

turunan oksigen yang bersifat sangat reaktif yang terdiri atas kelompok radikal

bebas dan kelompok nonradikal. Kelompok radikal bebas antara lain

superoxide anion (O2

-), hydroxyl radicals (OH

), dan peroxyl radicals

(RO2

). Yang nonradikal misalnya hydrogen peroxide (H2O2), dan organic

peroxides (ROOH) (Halliwell and Whiteman, 2004). Bentuk radikal bebas

yang lain adalah hydroperoxyl (HO2

), alkoxyl (RO

), carbonate (CO3

),

carbon dioxide (CO2

), atomic chlorine (Cl

), dan nitrogen dioxide (NO2

)

Senyawa oksigen reaktif ini dihasilkan dalam proses metabolisme oksidatif

dalam tubuh misalnya pada proses oksidasi makanan menjadi energi

(Halliwell and Whiteman, 2004).

Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk

menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh

radikal bebas terhadap sel normal, protein, dan lemak. Antioksidan

menghambat oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif

membentuk radikal bebas yang relatif lebih stabil (Kumalaningsih, 2008).

Tubuh manusia sebenarnya memiliki sistem pertahanan endogen

(31)

normal dan peradangan. Sistem pertahanan tersebut dapat dikelompokkan

menjadi tiga golongan sebagai berikut (Niki et al, 1995 cit Hertianti 2000):

a. Antioksidan primer yaitu antioksidan yang dapat menghalangi

pembentukkan radikal bebas baru. Termasuk golongan ini adalah

superoksida dismutase (SOD) dan katalase. SOD akan mengkatalisis

dismutase radikal anion superoksida (O2·) menjadi (O2) dan hydrogen

peroksida (H2O2), sedangkan katalase akan mengubah hydrogen

peroksida menjadi oksigen dan air (Wilmsen Iet al, 2005).

b. Antioksidan sekunder atau penangkap radikal (radical scavenger)

yaitu antioksidan yang dapat menekan terjadinya reaksi berantai baik

pada awal pembentukkan rantai maupun pada fase elongasi. Termasuk

golongan ini adalah vitamin E, ß-karoten, dan kurkuminoid.

c. Antioksidan tersier adalah antioksidan yang emmperbaiki

kerusakan-kerusakan yang terjadi. Termasuk golongan ini adalah enzim yang

memperbaiki DNA dan metionin sulfoksida reduktase.

Sumber antioksidan dalam sistem biologi, yaitu :

a) Enzim (superoksid dismutase, glutation peroksidase dan katalase),

b) molekul besar (albumin, seruloplasmin, ferritrin dan protein lain),

c) molekul kecil (asam askorbat, glutation, asam urat, tokoferol,

karetenoid, dan polifenol), dan

d) hormon (estrogen, angiotensin, melatonin) (Prior et al., 2005).

Berdasarkan tipenya antioksidan dibagi menjadi 2 yaitu Antioksidan

(32)

dan Antioksidan alami (Vitamin C, karnosin, flavonoid, polifenol, dan

lain-lain) (Owusu, 2004).

Senyawa-senyawa yang mempunyai potensi sebagai antioksidan

umumnya merupakan senyawa flavonoid, fenolat dan alkaloid. Antioksidan

polifenol seperti flavonoid, vanilin, eugenol,dan antioksidan rosemary

memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik daripada antioksidan golongan

vitamin (Reynertson, et al. 2007).

Kebanyakan senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami

adalah berasal dari tumbuhan. Kingdom tumbuhan, Angiosperm memiliki

kira-kira 200.000 sampai 300.000 spesies dan dari jumlah ini kurang lebih 400

spesies yang telah dikenal dapat menjadi bahan pangan manusia. Isolasi

antioksidan alami telah dilakukan dari tumbuhan yang dapat dimakan, tetapi

tidak selalu dari bagian yang dapat dimakan. Antioksidan alami terbesar di

beberapa bagian tanaman, seperti pada kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, biji,

dan serbuk sari (Pokorni et al., 2001).

C. (DPPH) 2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl

DPPH adalah radikal bebas yang stabil dalam larutan berair atau

larutan metanol serta memiliki serapan yang kuat pada panjang gelombang

515 nm dalam bentuk teroksidasi. DPPH mampu menerima elektron atau

radikal hidrogen dari senyawa lain sehingga membentuk molekul diamagnetik

yang stabil (Hatano et al 1998). Uji aktifitas antioksidan dilakukan pada

(33)

beberapa metode untuk menentukan aktifitas antioksidan, diantaranya DPPH

(2,2-difenil-1-pikrilhidrazil), Cupric Ion Reducing Antioxidant (CUPRAC)

dan Ferric Reducing Ability of Plasma (FRAP).

Metode 2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) adalah sebuah

metode sederhana yang telah dikembangkan untuk menentukan aktivitas

antioksidan dari makanan. Elektron pada radikal bebas DPPH memberikan

serapan maksimum pada 517 nm dengan warna ungu. Setelah bereaksi dengan

senyawa antioksidan, DPPH tersebut akan tereduksi, dan warnanya akan

berubah menjadi kuning. Berkurangnya intensitas warna ungu DPPH inilah

yang dapat diukur dengan spektrofotometer, dan diplotkan terhadap

konsentrasi. Elektron bebas radikal DPPH berpasangan dengan hidrogen dari

elektron antioksidan untuk membuat DPPH berkurang-H (gambar 1) (Prakash

et al, 2007). Adapun struktur DPPH dan reaksinya dengan antioksidan sebagai

berikut:

(34)

Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas antioksidan

adalah harga konsentrasi efisien atau efficient concentration (EC50) atau

inhibitory concentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang

dapat menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi

suatu zat antioksidan yang memberikan persen peredaman sebesar 50%. Zat

yang mempunyai aktivitas antioksidan tinggi, akan mempunyai harga EC50

atau IC50 yang rendah (Molyneux, 2004).

D. Spektrofotometri UV-Vis

Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis fisika-kimia

yang mengamati tentang interaksi antara atom atau molekul dengan radiasi

elektromagnetik (REM). Spektrofotometer UV-Vis adalah spektrofotometer

yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan sinar

tampak. Spektrofotometer UV-Vis terdiri dari suatu sistem optik dengan

kemampuan menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang

gelombang 200-800 nm.

Tahapan-tahapan dalam analisis spektrofotometri secara garis besar

adalah :

a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-VIS

b. Waktu operasional (operating time)

c. Pemilihan panjang gelombang

d. Pembuatan kurva baku

(35)

(Gandjar dan Rohman, 2007).

Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis adalah dimana sinar/cahaya

dilewatkan melewati sebuah wadah (kuvet) yang berisi larutan, dimana akan

menghasilkan spektrum. Alat ini menggunakan hukum Lambert Beer sebagai

acuan (Ewing, 1975). Panjang gelombang untuk sinar ultraviolet antara

200-400 nm sedangkan panjang gelombang untuk sinar tampak/visible antara 200-

400-750 nm (Rohman, 2007).

Apabila cahaya mengenai suatu senyawa, maka sebagian dari cahaya

tersebut akan diserap oleh molekul-molekul sesuai dengan struktur molekul.

Apabila besarnya perbedaan energi antara keadaan tingkat dasar dengan

keadaan tereksitasi suatu senyawa dengan besarnya energi cahaya yang

mengenainya sama, maka elektron-elektron pada keadaan dasar akan

tereksitasi ke tingkat energi eksitasi dan sebagian energi cahaya yang sesuai

dengan panjang gelombang ini diserap. Perbedaan energi antara tingkat dasar

dan tingkat tereksitasi untuk setiap senyawa besarnya berbeda-beda sehingga

frekuensi yang diserap juga akan spesifik untuk tiap-tiap senyawa

(Sastrohamidjodjo, 1991).

Senyawa yang mempunyai gugus kromofor apabila mengalami

interaksi dengan radiasi elektromagnetik pada daerah UV-Vis (200-800 nm)

maka akan menghasilkan transisi elektromagnetik dan spektra absorbansi

elektromagnetik. Spektra absorbansi tersebut dapat digunakan untuk analisis

(36)

sebanding dengan jumlah molekul penyerapnya. (Fessenden dan Fesenden,

1995).

Cara kerja spektrofotometer UV-Vis sebagai berikut.

a. Sinar dari sumber radiasi diteruskan menuju monokromator,

b. Monokromator sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah

cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya

monokromatis,

c. cahaya monokromatis kemudian dilewatkan pada sampel. Digunakan

kuvet untuk meletakkan sampel, kuvet biasa terbuat dari gelas atau

kuarsa transparan,

d. detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan

mengubahnya menjadi arus listrik, dan

e. meter/pencatat akan menangkap besarnya isyarat listrik yang berasal dari

detektor (Sastrohamidjodjo, 2001).

E. Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis merupakan ukuran untuk membuktikan

bahwa metode yang digunakan memberikan hasil seperti yang diharapkan

dengan kecermatan dan ketelitian yang memadai (Mulja dan Hanwar,

2003).

Parameter validasi metode meliputi 10 parameter, yaitu :

(37)

selektivitas, atau spesifisitas, sensitivitas, uji ketangguhan (ruggednes), uji

ketegaran (robustness) dan ketidakpastian (uncertainty) (Sumardi, 2002).

Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam

validasi metode analisis diuraikan dan didefinisikan sebagaimana cara

penentuannya.

1. Kecermatan (accuracy)

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat

kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya.

Kecermatan dinyatakan sebagaipersen perolehan kembali (recovery)

analit yang ditambahkan. Kecermatan hasil analisis sangat bergantung

kepada sebaran galat sistematik di dalam keseluruhan tahapan analisis.

Oleh karena itu untuk mencapai kecermatan yang tinggi hanya dapat

dilakukan dengan cara mengurangi galat sistematik tersebut seperti

menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi

dan pelarut yang baik, pengontrolan suhu, dan pelaksanaannya yang

(38)

Tabel I. Rentang akurasi yang dapat diterima (Harmita, 2004)

2. Keseksamaan (precision)

Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat

kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil

individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada

sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Harmita,

2004).Presisi dinyatakan dalam standar deviasi atau koefisien variasi

(Mulja dan Hanwar, 2003).

Tabel II. Rentang CV yang masih dapat diterima (Harmita, 2004)

Analit pada matrik sampel (%) CV (%)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah

(39)

dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam

matriks sampel (Harmita, 2004)

4. Linearitas

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang

memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan

transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi

analit dalam sampel. Rentang metode adalah batas terendah dan

tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan

kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima (Harmita,

2004).

Linieritas pada suatu metode analisis dari suatu prosedur

analisis merupakan kemampuannya untuk mendapatkan hasil uji yang

secara langsung proporsional dengan konsentrasi (jumlah) analit di

dalam sampel. Persyaratan data linieritas yang bisa diterima jika

memenuhi nilai koefisien korelasi ( r ) > 0,999 (Mulja dan Hanwar,

2003).

F. .Landasan Teori

Penggunaan senyawa antioksidan saat ini semakin meluas

seiring dengan semakin besarnya pemahaman masyarakat tentang

peranannya dalam menghambat penyakit degeneratif seperti penyakit

jantung, arteriosklerosis, kanker, serta gejala penuaan. Kekhawatiran

(40)

alami menjadi alternatif yang terpilih. Senyawa-senyawa antioksidan

umumnya merupakan senyawa-senyawa seperti vitamin C, flavonoid,

fenolat dan alkaloid dan dapat ditemukan pada batang, daun, bunga dan

buah dari tanaman.

Buah kersen memiliki kandungan berbagai senyawa

antioksidan alami seperti flavonoid, senyawa fenolik, karotenoid, dan

vitamin C sehingga memungkinkan bagi buah kersen untuk dapat

dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan antioksidan alami. Oleh

karena itu, peneliti melakukan uji daya antioksidan sari buah kersen

untuk mengetahui seberapa besar potensi daya antioksidan yang

dimiliki oleh sari buah kersen.

Senyawa-senyawa yang bersifat antioksidan pada buah kersen

memiliki kelarutan yang berbeda dalam pelarut organik. Oleh sebab itu,

perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui daya antioksidan dari

fraksi air, kloroform, dan etil asetat sari buah kersen.

Pengujian aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan

metode DPPH. DPPH merupakan suatu radikal bebas ketika

elektronnya menjadi berpasangan oleh karena adanya senyawa

antioksidan maka akan terjadi peluruhan warna larutan DPPH dari ungu

menjadi kuning dan menyebabkan penurunan absorbansi secara

(41)

G. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori di atas dapat dihipotesiskan bahwa nilai IC50

fraksi air, kloroform, dan etil asetat sari buah kersen (Muntingia calabura L.)

(42)

24 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental.

B. Variabel

1. Variabel bebas berupa konsentrasi fraksi air, kloroform, dan etil asetat

sari buah kersen.

2. Variabel tergantung berupa % inhibisi fraksi air, kloroform, dan etil

asetat sari buah kersen (Muntingia calabura L.).

3. Variabel pengacau terkendali berupa tempat tumbuh tanaman, waktu

panen, bahan kimia dan alat yang digunakan.

4. Variabel pengacau tidak terkendali berupa cahaya matahari dan cuaca.

C. Definisi Operasional

1. Sari buah kersen adalah larutan yang diperoleh dari penghancuran buah

kersen menggunakan blender yang telah disaring menggunakan kain

tetron.

2. Fraksi air,kloroform, dan etil asetat sari buah kersen adalah hasil

fraksinasi sari buah kersen menggunakan pelarut aquadest, kloroform,

(43)

3. Persen inhibisi adalah persen yang menyatakan kemampuan fraksi air,

kloroform, dan etil asetat sari buah kersen untuk menangkap radikal

DPPH.

4. Inhibition concentration 50 adalah nilai konsentrasi fraksi air, kloroform,

dan etil asetat sari buah kersen yang yang menghasilkan penangkapan

50% radikal DPPH, dinyatakan dalam satuan µg/ml.

D. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan

Buah kersen; 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) (Sigma),

metanol p.a (Merck), kloroform p.a. (Merck), dan etil asetat p.a (Merck)

dan aquadest.

2. Alat

Spektrofotometer UV-Vis OPTIMA SP-3000 plus; timbangan

SBC 22 (Scaltec) dan precision balance model GB-3002 (Mettler

Toledo); mikropipet 50 µl-200 µl, 200-1000 µl (Socorex), makropipet

1-10 ml; tabung reaksi (Pyrex-Germany); flakon bertutup, blender; statif,

klem, corong pisah, corong Buchner, penyaring vakum, hot plate, hair

dryer, kertas aluminium foil, kain tetron, termometer dan alat-alat gelas

(44)

E Tatacara Penelitian 1. Determinasi tumbuhan

Determinasi tanaman kersen yang digunakan dilakukan

berdasarkan pemngamatan ciri morfologinya di Laboratorium

Farmakognosi-Fitokimia, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2. Pengumpulan bahan

Tanaman Kersen diperoleh dari daerah Klitren Lor, GK III,

Yogyakarta. Buah yang diambil adalah buah matang berwarna merah dan

segar dengan diameter sekitar 1,5 cm. Pemanenan tanaman dilakukan

pada waktu dan hari yang sama.

3. Penyiapan bahan uji

a. Pembersihan dan sortasi

b. Persiapan uji penangkapan radikal bebas DPPH

1) Pembuatan sari buah kersen

Sebanyak 50 gram buah kersen dan aquadest dengan volume

tertentu (1:1) dihancurkan dengan blender lalu sari disaring

menggunakan penyaring teh. Setelah itu, sari disaring lagi

menggunakan pompa vakum dengan melalui kain tetron.

2) Pembuatan fraksi air, kloroform, dan etil asetat sari buah kersen

Sari yang telah diperoleh kemudian dipartisi dengan kloroform

dalam corong pisah dengan perbandingan (1 : 1). Partisi dengan

(45)

sebanyak 30 kali. Selanjutnya fraksi air dipartisi lagi dengan etil

asetat 4x dengan penggojogan lemah sebanyak 30 kali. Maka

diperoleh fraksi air, kloroform, dan etil asetat sari buah kersen.

3) Pembuatan larutan induk fraksi air dan etil asetat sari buah kersen

Pada fraksi kloroform tidak dilakukan pengenceran sari

sedangkan pada fraksi air dan etil asetat dilakukan pengenceran.

Pengenceran fraksi air dan etil asetat dilakukan dengan

mengambil sebanyak 1,25 ml sari dan dimasukkan ke dalam labu

ukur 25,0 ml, lalu ditambahkan pelarut masing-masing (air atau

etil asetat) hingga tanda. Maka diperoleh larutan induk fraksi air

dan etil asetat sari buah kersen. Dilakukan replikasi sebanyak 5x

untuk masing-masing sampel yang dimulai dari tahap

penimbangan.

4) Pembuatan larutan seri konsentrasi fraksi air, kloroform, dan etil

asetat sari buah kersen

a) Fraksi Air

Pembuatan seri konsentrasi fraksi air buah kersen

dilakukan dengan memipet cairan sebanyak 50 µl; 62,5 µl; 75

µl; 87,5 µl; 1000 µ dari larutan induk fraksi air sari buah

kersen dan ditambahkan dengan aquadest hingga volume 5,0

ml. Diperoleh konsentrasi akhir 0,203 mg/mL; 0,254 mg/mL;

(46)

replikasi sebanyak 5x untuk masing-masing sampel yang

dimulai dari tahap penimbangan.

b) Fraksi Kloroform

Fraksi sari hasil partisi tadi digojog selama 1 menit

kemudian didiamkan selama 15 menit hingga terbentuk

endapan. Pembuatan larutan seri konsentrasi dilakukan dengan

mengambil cairan (bagian atas) dari fraksi kloroform sari buah

kersen sebanyak 7,0 ml; 7,5 ml; 8,0 ml; 8,5 ml; 9,0 ml dan

ditambahkan kloroform hingga volume 10,0 ml. Diperoleh

konsentrasi akhir 284,060 mg/mL; 304,350 mg/mL; 324,640

mg/mL, 344,930 mg/mL, dan 365,220 mg/mL. Dilakukan

replikasi sebanyak 5x untuk masing-masing sampel yang

dimulai dari tahap penimbangan.

c) Fraksi etil asetat

Pembuatan seri konsentrasi fraksi air buah kersen

dilakukan dengan mengambil cairan sebanyak 50 µl; 62,5 µl;

75 µl; 87,5 µl; 1000 µ dari larutan induk fraksi air sari buah

kersen dan ditambahkan dengan aquadest hingga volume 5,0

ml. Diperoleh konsentrasi akhir 11,368 mg/mL; 11,571 mg/mL; 11,774 mg/mL; 11,977 mg/mL; dan 12,180 mg/mL.

Dilakukan replikasi sebanyak 5x untuk masing-masing sampel

(47)

5)Pembuatan larutan kontrol

Dipipet sebanyak 0,2 ml metanol dan dimasukan ke dalam vial.

Ditambahkan 3,8 ml larutan DPPH 57,62 µM dan digojog selama 1

menit lalu dibiarkan selama 30 menit di tempat gelap. Serapan diukur

dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 515 nm.

6)Pembuatan larutan DPPH 0,227 mM

Larutan DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) ditimbang sebanyak

22,4 mg DPPH dan dilarutkan dengan metanol di dalam labu ukur

sampai 250,0 ml.

7)Pembuatan larutan vitamin C 1 mM

Sebanyak lebih kurang 17,61 mg vitamin C ditimbang seksama dan

dilarutkan dengan aquadest dalam labu ukur 10,0 mL lalu diencerkan

dengan aquadest hingga tanda. Larutan harus selalu dibuat baru.

(Arini, 2007)

4. Pengujian dengan metode DPPH

a. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum dan operating

time. Sebanyak 0,95 ; 1,9 ; 3,8 ml larutan DPPH ditambahkan

metanol hingga volume akhir 4,0 ml. Larutan dikocok 30 detik lalu

dibiarkan 30 menit di tempat gelap. Serapan larutan diukur dengan

spektrofotomer UV-Vis pada panjang gelombang 400-600 nm.

Penentuan operating time sampel sari buah kersen dengan memipet

sebanyak 0,95 ml larutan DPPH dan 900 µl sari uji buah kersen lalu

(48)

dan Risnawati, 2007). Serapan diukur pada panjang gelombang 515

nm selama 1 jam dengan interval waktu tiap 2 menit.

b. Uji penangkapan radikal bebas dari fraksi air, kloroform, dan etil

asetat sari buah Kersen. Masing-masing seri konsentrasi fraksi sari uji

buah Kersen diambil sebanyak 900 µl dan ditambah dengan 0,95 ml

larutan DPPH 0,227 mM, lalu ditambah metanol hingga volume akhir

4 ml.Serapan diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada

panjang gelombang 515 nm selama operating time untuk

masing-masing fraksi sari buah kersen.

5. Validasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan

Hasil dari proedur 4a dan 4b divalidasi akurasi (%

recovery), presisi (%CV) spesifisitas (spektra kontrol), dan linearitas

(nilai r).

% Recovery = 100% (1)

% CV = ( ) x 100% (2)

6. Analisis Data

Besarnya aktivitas antioksidan dihitung dengan

menggunakan rumus :

% ℎ = (3)

Data absorbansi senyawa uji dan senyawa kontrol digunakan

untuk menghitung IC50 yaitu konsentrasi larutan sampel yang

dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal bebas DPPH dengan

(49)

konsentrasi sari buah kersen (sumbu x) dengan % inhibisi (sumbu y).

Persamaan regresi linier : y = bx + a. Selanjutnya, data diuji

secara statistik untuk menentukan ada atau tidak adanya perbedaan

(50)

32 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman kersen dilakukan di Laboratorium

Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta menurut buku

acuan Flora Untuk Sekolah di Indonesia (van Steenis,1992). Determinasi ini

dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas tanaman yang akan diuji

sehingga kesalahan pengambilan sampel dalam suatu analisis fitokimia dapat

dihindari.

Dari hasil determinasi (Lampiran 1) dapat dinyatakan bahwa sampel

buah kersen yang digunakan dalam penelitian ini memang benar-benar diambil

dari tanaman Muntingia calabura L. (kersen).

B. Hasil Pengumpulan Bahan

Buah kersen diperoleh dari daerah Klitren Lor, Kecamatan

Gondokusuman III, Kota Yogyakarta. Pemanenan buah dilakukan pada waktu,

hari, dan tempat yang sama. Hal ini untuk menghindari variasi kandungan

senyawa aktif tanaman terkait kondisi lingkungan, waktu, dan umur panen yang

dapat mempengaruhi kandungan senyawa aktif tanaman Umur panen adalah

kondisi dimana tanaman sudah mencapai masak optimum dan siap untuk diambil

hasilnya. Pemanenan dapat dilakukan setiap musim. Pengambilan (pemanenan)

(51)

adalah buah yang secara visual menunjukkan ciri-ciri buah masak optimum. Buah

yang diambil adalah buah matang, segar, berwarna merah dan memiliki diameter

sekitar 1,5 cm. Buah yang diperoleh adalah sebanyak 50 g dan masing-masing

memiliki ukuran diameter sekitar 1,5 cm. Tanaman, buah, dan bunga kersen dapat

dilihat pada lampiran 2.

C. Hasil Preparasi Sampel

Preparasi sampel ini dilakukan untuk mendapatkan fraksi air, kloroform,

dan etil asetat sari buah kersen yang diduga dalam ketiga fraksi tersebut terdapat

senyawa antioksidan. Sampel yang digunakan merupakan buah kersen segar.

Digunakan sampel segar karena bertujuan untuk menjaga kestabilan senyawa

fenolik di dalam tanaman karena senyawa fenolik cenderung mengalami

perubahan susunan dengan adanya pengeringan atau pemanasan. Perubahan suhu

yang terjadi dapat menurunkan aktivitas antioksidan dari senyawa fenolik

(Markam, 1988). Adanya pemanasan yang dikatalisis oleh enzim fenol oksidase

atau polifenol oksidase dapat menyebabkan senyawa fenolik berubah menjadi

quinon dan kemudian dipolimerasi menjadi pigmen melaniadin. Senyawa fenolik

dalam bentuk polimer inilah yang tidak memiliki aktivitas antioksidan

(Handayani, 2011).

Buah kersen segar dicuci untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang

terdapat pada permukaan buah. Buah kersen dipisahkan dari bagiannya yang tidak

dapat dimakan seperti Buah kersen dipisahkan dari bagiannya yang tidak dapat

(52)

digunakan agar kondisi sampel dapat disesuaikan dengan aplikasi penggunaannya

dimana hanya bagian buah yang dimakan yang digunakan sebagai sampel untuk

uji daya antioksidan sari buah kersen.

Buah kersen yang telah bersih diitambah aquadest dengan jumlah yang

sesuai dengan jumlah buah (1 : 1). Penambahan aquadest ini bertujuan untuk

mempermudah proses penghancuran buah menggunakan blender. Hasil

penghancuran buah kersen yang diperoleh dari proses menggunakan blender ini

masih sangat keruh dan cukup kental sehingga dilakukan penyaringan

menggunakan penyaring biasa dengan ukuran pori yang lebih besar dari pori-pori

kain tetron. Tujuan penyaringan ini adalah untuk mengurangi keberadaan

partikel-partikel besar dari larutan sari buah kersen agar diperoleh sari yang lebih jernih.

Setelah penyaringan tersebut, dilakukan penyaring lagi menggunakan penyaring

vakum evaporator dengan melalui kain tetron. Prinsip kerja yang digunakan

dalam penyaringan ini yaitu dengan meminimalisir suatu tekanan didalam sistem,

sehingga tekanan diluar sistem (lingkungan) menjadi lebih besar. Dan hal ini

kemudian akan mempercepat proses penyaringan ketika digunakan untuk

menyaring larutan pada suatu senyawa tertentu. Hasil dari penyaringan

menggunakan penyaring vakum evaporator dengan kain tetron ini masih keruh

akan tetapi sudah lebih jernih dari penampakkan visual sari sebelumnya.

Pada penelitian Kolar et al (2010), diketahui bahwa buah kersen

mengandung senyawa-senyawa fenolik dan flavonoid. Adapun kandungan kimia

buah kersen per 100 g, yaitu 77,8 g air; 0,384 g protein; 1,56 g lemak; 124,6 mg

(53)

riboflavin; 0,554 g niacin; dan 80,5 mg vitamin C (Morton, 1987). Terdapat

berbagai macam kandungan senyawa antioksidan dalam buah Kersen.

Masing-masing senyawa antioksidan tersebut tentu memiliki kelarutan yang berbeda-beda

pula, misalnya flavonoid. Senyawa-senyawa flavonoid adalah senyawa-senyawa

polifenol yang mempunyai 15 rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon.

Penyarian flavonoid dari dalam simplisia tumbuhan dapat dilakukan dengan

menggunakan pelarut polar, semi polar, maupun non polar sesuai dengan

kelarutan flavonoid yang diekstraksi. Kelarutan flavonoid berbeda-beda sesuai

golongan dan substitusinya (Robinson, 1995). Glikosida flavonoid merupakan

senyawa polar sehingga dapat larut dalam pelarut polar seperti air. Tetapi senyawa

flavonoid aglikon (flavonoid tanpa gula terikat) umumnya lebih mudah larut

dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Markham, 1998). Karena itu, tidak

menutup kemungkinan adanya senyawa fenolik yang terlarut dalam air maupun

etil asetat yang bersifat semi polar. Berdasarkan hal tersebut, maka untuk

mengetahui potensi antioksidan dari sari buah kersen ini, peneliti melakukan uji

daya antioksidan pada fraksi air,kloroform,dan etil asetat sari buah kersen.

Digunakan 3 jenis pelarut dengan kepolaran yang berbeda dimaksudkan agar

dapat diketahui aktivitas dan daya antioksidan dari keseluruhan senyawa-senyawa

antioksidan yang terkandung dalam buah kersen. Dari ketiga fraksi sari tersebut, diharapkan pada fraksi air sari buah kersen dapat diuji daya antioksidan dari

kandungan sari buah kersen seperti vitamin C, glikosida flavonoid, dan

kandungan senyawa antioksidan lainnya yang terlarut di dalam pelarut polar

(54)

diuji daya antioksidan dari kandungan senyawa antioksidan dalam buah kersen

yang lebih larut dalam pelarut non polar (kloroform) seperti flavonoid aglikosida

atau pelarut semi polar (etil asetat) seperti senyawa-senyawa karotenoid.

Setelah penyaringan sebanyak 2 kali tersebut, didapatkan sari buah

kersen berwarna coklat muda. Sari buah kersen hasil penyaringan kemudian

dipartisi menggunakan kloroform dan dilanjutkan dengan partisi menggunakan

etil asetat. Partisi dilakukan dengan perbandingan volume larutan 1 : 1. Partisi sari

dengan pelarut aquadest menggunakan kloroform dan etil asetat ini merupakan

ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair adalah proses untuk memisahkan analit

yang dituju dari pengganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut

tidak saling campur. Partisi sari dilakukan menggunakan corong pisah dengan

penggojogan lemah sebanyak 30kali. Penggojogan lemah pada proses ekstraksi

dimaksudkan agar tidak terbentuk emulsi yang dapat menyebabkan proses

pemisahan menjadi lebih lama (Matsuda, 2001).

Partisi sari (pelarut aquadest) dengan kloroform dilakukan

sebanyak 2x. Setelah digojog akan terjadi dua fase, yaitu fase atas adalah fase air

dan fase bawah adalah fase klorofom. Ini dikarenakanberat jenis kloroform lebih

besar (1,49 g/cm3) dari berat jenis air (1 g/cm3). Selanjutnya, fase kloroform ini dipisahkan dan fraksi air kembali disari dengan campuran yang sama sampai 3

kali. Pemilihan pelarut kloroform ini dikarenakan kloroform merupakan pelarut

organik bersifat non polar sehingga dengan partisi menggunakan kloroform ini

maka senyawa-senyawa antioksidan seperti flavonoid aglikon dan lainnya dapat

(55)

mengukur daya antioksidan fraksi kloroform sari buah kersen dapat diuji daya

antioksidan dari senyawa-senyawa antioksidan yang larut dalam kloroform

(misalnya : flavonoid aglikosida). Adapun perhitungan konsentrasi fraksi dan

perhitungan lainnya dapat dilihat pada lampiran 4.

Partisi sari (pelarut aquadest) dengan etil asetat dilakukan sebanyak 4x.

Setelah digojog akan terjadi dua fase yaitu fase atas adalah fase etil asetat dan fase

bawah adalah fase air. Ini dikarenakan berat jenis air (1 g/cm3) lebih besar dari

berat jenis etil asetat (0,8945 g/cm3). Selanjutnya, fase etil asetat ini dipisahkan dan fraksi air kembali disari dengan etil aetat sampai 3 kali. Pemilihan pelarut etil

asetat ini dikarenakan etil asetat merupakan pelarut organik bersifat semi polar

sehingga dengan partisi menggunakan etil asetat ini maka senyawa-senyawa

antioksidan seperti karotenoid dapat masuk dalam fraksi etil asetat tersebut.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat diuji daya antioksidan dari senyawa-senyawa

antioksidan yang larut dalam fraksi etil asetat sari buah kersen (misalnya :

senyawa-senyawa karotenoid). Proses partisi dilakukan berulang sebanyak lebih

dari sekali (2x pada partisi air-kloroform dan 3x pada partisi air-etil asetat) agar

ekstraksi lebih efektif dan senyawa-senyawa antioksidan terlarut seluruhnya

dalam fraksi air, kloroform, atau pun etil asetat (sesuai kelarutan atau kepolaran

masing-masing senyawa antioksidan tersebut).

Selanjutnya dibuat larutan induk dari fraksi air dan etil asetat. Pada fraksi

kloroform tidak dilakukan pembuatan larutan induk karena berdasarkan hasil

orientasi konsentrasi, ternyata dibutuhkan konsentrasi yang cukup besar untuk

(56)

pengukuran serapan menggunakan spekrofotometer UV-Vis. Untuk fraksi

kloroform, dari larutan stok sari hasil partisi langsung dibuat larutan seri

konsentrasi. Pembuatan larutan induk fraksi air dan etil asetat dilakukan dengan

memipet sebanyak 1,25 ml fraksi air atau etil asetat sari buah kersen hasil partisi

kemudian ditambahkan pelarut masing-masing hingga volume akhir 25 ml. Dari

larutan induk ini kemudian dibuat larutan seri konsentrasi fraksi air dan etil asetat

sari buah kersen. Masing-masing dibuat dalam 5 seri konsentrasi.

Selama proses preparasi sampel, alat-alat gelas yang digunakan sebagai

tempat atau wadah bahan sampel dibungkus dengan alumunium foil agar tidak

terkena cahaya matahari atau sinar matahari langsung. Hal ini dikarenakan ada

beberapa senyawa pada sampel seperti vitamin C, flavonoid, dan

senyawa-senyawa fenolik yang dapat bereaksi oleh adanya cahaya dan juga dapat

mengalami kerusakan oleh sinar ultraviolet matahari.

D. Hasil Optimasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan

Pengujian daya antioksidan fraksi air, kloroform, dan etil asetat sari buah

kersen menggunakan metode DPPH karena diperkirakan pada ketiga fraksi

tersebut terdapat senyawa-senyawa antioksidan yang dapat menangkap radikal

bebas DPPH. Selain itu, pemilihan metode DPPH ini juga dikarenakan metode ini

mudah digunakan, mempunyai tingkat sensitifitas yang tinggi, dan dapat

menganalisis sejumlah besar sampel dalam jangka waktu yang singkat (Kim et al,

(57)

Mekanisme reaksi antara senyawa uji dan DPPH yaitu molekul radikal

bebas DPPH akan bereaksi dengan atom hidrogen yang dilepaskan oleh senyawa

uji sehingga senyawa 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil mengalami pengurangan

intensitas warna ungu atau menjadi warna kuning sampai jernih (Gulcin et al.,

2004). Berkurangnya intensitas warna ungu dari larutan DPPH menunjukkan

potensi aktivitas antioksidan dari senyawa uji. Secara kuantitatif dapat dihitung

dengan berkurangnya absorbansi larutan tersebut.

Pengukuran aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH menggunakan

spektrofotometri. Radikal DPPH yang memiliki elektron bebas memberikan

serapan yang kuat pada panjang gelombang serapan maksimum pada 517 nm.

(Prakash, 2001). Oleh karena itu, dilakukan scanning panjang gelombang serapan

maksimum pada pelarut, sari buah kersen dan vitamin C pada daerah 400-600 nm

untuk memastikan bahwa tidak ada gangguan pengukuran pada daerah λmaks

DPPH tersebut. Adanya gangguan pengukuran pada daerah λmaks DPPH dapat

menyebabkan pengukuran absorbansi DPPH menjadi tidak akurat. Dari hasil

scanningλ maksimum terhadap pelarut (aquadest, kloroform, dan etil asetat), sari

buah kersen, dan vitamin C tidak menunjukkan adanya gangguan pada daerah

λmaks DPPH. Hasil scanning λmaks pada daerah 400-600 nm dapat dilihat pada

lampiran 5.

Sebelum melakukan pengujian aktivitas antioksidan senyawa uji perlu

dilakukan proses optimasi metode DPPH terlebih dahulu. Proses optimasi

(58)

1. Penentuan operating time (OT)

Penentuan OT ini perlu dilakukan untuk memperoleh rentang waktu

dimana sari uji dan vitamin C sudah mereduksi radikal DPPH dengan

sempurna sehingga diperoleh nilai absorbansi yang stabil dengan demikian

kesalahan analisis dapat diminimalkan. Operating time dihitung mulai dari

larutan sampel maupun vitamin C direaksikan dengan DPPH. Penentuan OT

dilakukan terhadap tiga konsentrasi fraksi air, kloroform, dan etil asetat sari

buah kersen serta vitamin C sebagai larutan pembanding yang direaksikan

dengan DPPH dan diukur absorbansinya pada λmaks DPPH yaitu 517 nm.

Pengukuran absorbansi pada fraksi air, kloroform, dan etil asetat sari buah

kersen yang direaksikan dengan DPPH dilakukan setiap 2 menit selama 60

menit sedangkan pengukuran absorbansi pada vitamin C yang direaksikan

dengan DPPH dilakukan setiap 5 menit selama 60 menit.

(59)

Gambar 3. Hasil grafik penentuan OT fraksi air

(60)

Gambar 5. Hasil grafik penentuan OT fraksi kloroform

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada gambar 2 sampai 4, dari menit

ke-5 sampai ke-60 absorbansi larutan pembanding vitamin C, larutan uji fraksi

air dan fraksi etil asetat sari buah kersen semakin stabil. Hal ini menunjukkkan

bahwa reaksi antara vitamin C dan senyawa antioksidan pada fraksi etil asetat

dengan DPPH semakin sempurna. Dari hasil tersebut ditetapkan OT larutan

pembanding vitamin C pada menit 20, larutan uji fraksi air pada menit

ke-30, dan larutan uji fraksi etil asetat pada menit ke-40.

Pada gambar 5, dapat dilihat bahwa absorbansi larutan uji fraksi

kloroform pada waktu tertentu dapat menjadi stabil selama durasi tertentu

tetapi setelah itu menunjukkan adanya peningkatan kembali nilai absorbansi.

Hasil ini dimungkinkan karena lemahnya kemampuan senyawa antioksidan

pada fraksi kloroform untuk berinteraksi dengan DPPH. Berdasarkan hasil

Gambar

Gambar 1. struktur DPPH dan reaksinya dengan antioksidan  (Prakash et al,  2007)
Tabel I. Rentang akurasi yang dapat diterima (Harmita, 2004)
Grafik OT Vitamin C
Grafik OT Fraksi Air
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dari data di atas dapat diketahui bahwa faktor enviromental yang terdiri dari sumberdaya dan pesaing yang mempengaruhi minat berwirausaha mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan

al- Qur‟an diturunkan tidak hanya terbatas pada pemberi pedoman untuk satu aspek kehidupan suatu kelompok tertentu saja, tetapi juga mencakup berbagai aspek kehidupan manusia,

Hal tersebut menunjukkan perubahan perasaan siswa setelah mengikuti layanan konseling individual yang masuk pada kriteria baik, karena perolehan skor lebih dari

-Pupuk yang digunakan dalam pemeliharaan tanaman kakao adalah pupuk organik yang diberikan 1 tahun sekali pada bagian ujung mahkota daun untuk lahan miring

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hipoglikemik kombinasi ekstrak etanol kulit manggis dan ekstrak etanol sarang semut serta peningkatan efek

data sekunder, yaitu sejumlah keterangan dan data yang digunakan seseorang dan diperoleh secara tidak langsung terdiri dari data pendapatan asli daerah, data jumlah

Berdasarkan perhitungan lotsizing dengan menggunakan 4 teknik yang berbeda serta serta perhitungan total biaya pembelian, langkah selanjutnya adalah menghitung biaya

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui, Kepala Daerah atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran