• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PADA PEMBANGUNAN PROYEK APARTEMEN GUNA WANGSA SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PADA PEMBANGUNAN PROYEK APARTEMEN GUNA WANGSA SURABAYA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PADA

PEMBANGUNAN PROYEK APARTEMEN

GUNA WANGSA SURABAYA

Nama Mahasiswa : Angger Wijayanto

NRP : 3109.106.018

Jurusan : Teknik Sipil Lintas Jalur

FTSP - ITS

Dosen Pembimbing : Ir. Retno Indryani, M.S.

ABSTRAK

Perencanaan persediaan material merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu proyek konstruksi.

Keterlambatan dan kehabisan persediaan material

mengakibatkan pekerjaan akan tertunda sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi waktu pelaksanaan dan biaya proyek. Dalam perencanaan persediaan material terdapat

beberapa teknik lotsizing. Masing-masing teknik akan

menghasilkan jumlah pesanan dan frekwensi pesan yang

berbeda-beda, yang mengakibatkan perbedaan biaya

persediaan yang berbeda pula. Diperlukan penelitian unruk

mengetahui teknik lotsizing mana yang menghasilkan biaya

persediaan paling mínimum.

Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui teknik lotsizing mana yang menghasilkan biaya persediaan paling mínimum pada proyek Aprtemen Guna Wangsa Surabaya.

Metode persediaan material yang digunakan adalah Material

Requirement Planning (MRP), dimana metode ini digunakan

untuk kebutuhan item-item yang bersifat saling bergantung

(dependent). Input data yang digunakan adalah berupa data

volume material, schedule proyek, dan biaya persediaan.

Teknik lotsizing yang digunakan adalah teknik Lot For Lot

(LFL), Economic Order Quantity (EOQ), Period Order

Quantity(POQ), dan Part Period Balancing(PPB).

Berdasarkan hasil analisa didapat teknik lotsizing

yang menghasilkan biaya persediaan minimum untuk material multipleks 12mm uk 4’x8’, kayu klas III borneo, besi beton Ø10, besi beton D13, besi beton D16, besi beton D19, dan

beton K-300 adalah teknik Part Period Balancing. Teknik

lotsizing dengan biaya minimum untuk material besi beton

D13 adalah teknik Part Period Balancing atau Period Order

Quantity. Teknik lotsizing dengan biaya minimum untuk

material besi beton D22 adalah teknik Lot for Lot.

Kata kunci : Lotsizing, Material Requirement Planning,

Persediaan

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Keberadaan sektor bidang pembangunan fasilitas hunian di wilayah Surabaya Timur mempunyai potensi

dan peranan yang sangat strategis dalam hal

pengembangan usaha properti. Dimana sektor tersebut merupakan salah satu sektor yang mampu memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap pembangunan daerah setempat. Salah satu wujud dari pembangunan fasilitas hunian tempat tinggal yang sedang dilaksanakan adalah Proyek Pembangunan Apartemen Gunawangsa Surabaya.

Proyek Pembangunan Apartemen Gunawangsa

Surabaya merupakan salah satu program untuk

mengembangkan fasilitas hunian tempat tinggal di wilayah Surabaya Timur. Apartemen Gunawangsa ini terdiri dari 25 lantai dan membutuhkan biaya total sebesar Rp.118.747.000.000. Karena waktu pelaksanaan proyek yang terbatas serta biaya proyek yang tidak sedikit maka diperlukan perencanaan manajemen pelaksanaan proyek

yang baik agar proyek dapat berjalan lancar, selesai tepat waktu, dan biaya tidak membengkak.

Pengendalian pengadaan persediaan perlu

diperhatikan karena berkaitan langsung dengan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat adanya persediaan. Oleh sebab itu, persediaan yang ada harus seimbang dengan kebutuhan, karena persediaan yang terlalu banyak akan mengakibatkan perusahaan menanggung resiko kerusakan dan biaya penyimpanan yang tinggi di samping biaya investasi yang besar. Tetapi jika terjadi kekurangan persediaan akan berakibat terganggunya kelancaran dalam proses produksinya. Oleh karenanya diharapkan terjadi keseimbangan dalam pengadaan persediaan sehingga biaya dapat ditekan seminimal mungkin dan dapat memperlancar jalannya proses produksi.

Pada suatu proyek konstruksi, perencanaan untuk persediaan material merupakan bagian terpenting, karena sumber daya material menyerap hampir sebagian besar dari total biaya proyek. Penanganan pengadaan persediaan material tidaklah mudah, pada pelaksanaan pembangunan suatu proyek masih sering dijumpai masalah-masalah yang berkaitan dengan manajemen persediaan material. Kegagalan menggunakan dan menjaga sistem manajemen yang sesuai untuk material konstruksi akan berakibat pada

terlambatnya jadwal pelaksanaan proyek dan

membengkaknya biaya total . Salah satu sebab dan akibat dari permasalahan tersebut adalah tidak tersedianya bahan atau material pada saat diperlukan.

Dengan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan analisa persediaan material pada proyek ini dengan

menerapkan metode Material Requirement Planning

(MRP), dimana metode ini digunakan untuk kebutuhan

item-item yang bersifat saling bergantung (dependent).

Metode Material Requirement Planning (MRP) didesain

untuk menentukan jumlah material yang benar-benar dibutuhkan, sehingga tingkat persediaan material yang berlebihan dapat dihindari. Selain itu, metode ini juga menunjukkan jumlah, jadwal, ketersediaan material, serta tindakan pengadaan yang dibutuhkan untuk memenuhi waktu penyerahan sehingga dapat menghindarkan penundaan pekerjaan. Dalam metode MRP ada 4 tahap yang harus dilakukan salah satunya adalah tahap lotting

yang bertujuan untuk menentukan jumlah pesanan (lot

size) yang optimum dan dapat memberikan biaya total

(total cost) persediaan material yang paling minimum.

Terdapat beberapa tekniklotsizing, antara lain teknik Lot

For Lot (LFL), Economic Order Quantity(EOQ), Period

Order Quantity(POQ), dan Part Period Balancing(PPB).

Teknik Lot For Lot (LFL) merupakan teknik

lotsizing yang bertujuan untuk meniadakan ongkos

simpan, yaitu material yang dipesan adalah sama dengan

material yang digunakan. Teknik Economic Order

Quantity(EOQ) adalah teknik lotsizingyang mempunyai

ciri yaitu besar ukuran lot dan lead time tiap periode

adalah sama. Untuk teknik Period Order Quantity(POQ)

merupakan modifikasi dari teknik EOQ akan tetapi perbedaannya adalah teknik ini mempunyai besar ukuran

lot yang berbeda tiap pesannya. Teknik Part Period

Balancing (PPB) adalah teknik lotsizing yang cukup

dinamis yaitu dengan menyeimbangkan biaya pemesanan

dan biaya penyimpanan. Masing-masing teknik lotsizing

tersebut membutuhkan biaya pesan dan biaya simpan yang berbeda-beda.

I.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini

adalah teknik lotsizing apakah yang menghasilkan biaya

(2)

I.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk

mengetahui teknik lotsizing yang menghasilkan biaya

persediaan paling minimum.

I.4 Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya topik pembahasan dari masalah yang akan ditinjau, maka permasalahan dibatasi sebagai berikut:

1) Material yang dihitung meliputi material yang

saling bergantung pada pekerjaan struktur

bangunan atas lantai 18 saja (pekerjaan kolom, balok, plat), yaitu material besi beton, bekisting

dan beton K-300 (ready mix).

2) Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan per unit

diasumsikan tetap.

3) Jadwal proyek dianggap tidak mengalami

perubahan dari jadwal rencana semula.

4) Diasumsikan proyek tidak memiliki persediaan di

awal.

5) Diasumsikan penggunaan bekisting adalah satu

kali pemakaian.

6) Diasumsikan supplier dapat menyediakan material

dengan segera sesuai dengan jumlah yang dipesan.

7) Diasumsikan kondisi lapangan atau lokasi proyek

dapat menampung semua kebutuhan material yang akan dipesan.

8) Teknik lotsizingyang akan dibandingkan adalah :

a) Lot For Lot (L4L)

b) Economic Order Quantity(EOQ)

c) Period Order Quantity(POQ)

d) Part Period Balancing(PPB)

I.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari membuat perencanaan persediaan material adalah mendapatkan pengetahuan

tentang teknik lotsizing yang menghasilkan biaya

persediaan paling minimum dalam persediaan material khususnya pada proyek Apartemen Guna Wangsa Surabaya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persediaan (Inventory)

2.1.1 Definisi Persediaan (Inventory)

Persediaan adalah sumber daya yang

menganggur (idle resources) yang menunggu proses

lebih lanjut (Ginting, 2007 : 121). Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur dan kegiatan pemasaran pada sistem distribusi (lihat Gambar 2.1.).

Gambar 2.1. Keterkaitan bentuk persediaan (Widia, 1996 : 48)

Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi, dan persediaan barang jadi (Ristono, 2008 : 1) .

2.1.2 Permasalahan Persediaan

Dua masalah umum yang dihadapi suatu sistem di dalam mengolah persediaannya adalah sebagai berikut:

1) Masalah kualitatif, yaitu hal-hal yang berkaitan

dengan sistem pengoperasian persediaan yang

meliputi antara lain pengorganisasian,

mekanisme, prosedur, administrasi dan sistem informasi persediaan. Permasalahan ini akan

dijjumpai secara rutin pada waktu

pengoperasian sistem persediaan. Penyelesaian permasalahan ini akan sangat menjamin kelancaran pengelolaan sistem persediaan sehingga pertanyaan sederhana seperti, jenis barang apa yang dimiliki, simana barang tersebut berada, berapa jumlah barang yang sedang dipesan, siapa saja yang menjadi pemasok dan sebagainya akan mudah dan cepat dijawab.

2) Masalah kuantitatif, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan penentuan jenis, jumlah barang yang akan dipesan atau dibuat, kapan pemesanan atau pembuatan barang dilakukan, serta seberapa

besar persediaan pengaman yang harus

disediakan. Permasalahan ini sering dikenal

dengan penentuan kebijakan persediaan

(inventory policy), yaitu pemilihan metode

pengendalian persediaan yang terbaik.

Dengan adanya dua permasalahan

persediaan di atas, maka persediaan tanpa

menggunakan sistem pengoperasian yang memadai

akan mengakibatkan persediaan tidak dapat

berfungsi seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu

terciptanya sistem pengoperasian yang baik

merupakan persyaratan agar tercipta kinerja yang optimal (Widia, 1996 : 49).

2.1.3 Manajemen Material

Manajemen Material didefinisikan sebagai

suatu pendekatan organisasional untuk

menyelesaikan permasalahan material yang

memerlukan kombinasi kemampuan manajerial dan teknis (Ervianto, 2004 : 110).

Pemakaian material merupakan bagian terpenting yang mempunyai presentase cukup besar dari total biaya proyek.Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa biaya material dapat menyerap hingga 50% – 70% dari biaya proyek. Oleh karena itu penggunaan teknik manajemen yang baik dan tepat untuk membeli, menyimpan, mendistribusikan, dan menghitung material konstruksi menjadi sangat penting (Ervianto, 2004 : 107).

2.1.4 Jenis Persediaan

Dilihat dari jenisnya (Ristono, 2008 : 7), ada 4 macam persediaan secara umum yaitu :

1. Bahan baku (raw materials) adalah

barang-barang yang dibeli dari pemasok (supplier) dan

akan digunakan atau diolah menjadi produk jadi yang akan dihasilkan oleh perusahaan.

2. Bahan setengah jadi (work in-process) adalah

bahan baku yang sudah diolah atau dirakit menjadi komponen namun masih membutuhkan langkah-langkah lanjutan agar menjadi produk jadi.

BAHAN BAKU

BARANG

DALAM PROSES BARANGJADI

(3)

3. Barang jadi (finished goods) adalah barang jadi yang telah selesai diproses, siap untuk disimpan

di gudang barang jadi, dijual, atau

didistribusikan ke lokasi-lokasi pemasaran.

4. Bahan pembantu atau penolong (supplies)

adalah barang-barang yang dibutuhkan untuk

menunjang produksi, namum tidak akan

menjadi bagian pada produk akhir yang dihasilkan perusahaan.

2.1.5 Biaya Persediaan

Ada beberapa biaya – biaya yang relevan

digunakan dalam manajemen persediaan

(Ginting, 2007 : 129-131), yaitu :

1. Biaya pemesanan (Ordering cost) adalah

semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini

meliputi biaya untuk menentukan

pemasok, biaya telepon, pengeluaran surat menyurat, fotokopi dan perlengkapan administrasi lainnya.

2. Biaya penyimpanan(Carrying cost)adalah

biaya yang ditimbulkan oleh penyimpanan suatu item persediaan dalam gudang, termasuk pula di dalamnya biaya asuransi, penyusutan, bunga dan lain-lainnya.

3. Biaya pembelian : adalah biaya yang harus

dikeluarkan untuk pembelian barang

berdasarkan harga per unit.

2.2 Model Persediaan Menurut Jenis Permintaan Model persediaan mengasumsikan bahwa

permintaan untuk suatu barang bersifat independent

atau dependentterhadap permintaan barang lainnya.

2.2.1 Permintaan Independent

Apabila suatu permintaan

(demand) diketahui dengan pasti, bersifat

bebas, dikelola saling tidak bergantung

(independent) dan pola kebutuhannya tidak

bervariasi dari waktu ke waktu maka

kondisi ini disebut Independent Demand

System. Metode Pengendalian Persediaan

yang digunakan adalah Metode Economic

Order Quantity (Nasution, 2006 : 261).

Menurut (Ginting, 2007 : 126) metode ini menggunakan matematika dan statistik sebagai alat bantu utama dalam memecahkan masalah kuantitatif dalam sistem persediaan.

Pada dasarnya Metode ini berusaha mencari jawaban yang optimal dalam menentukan:

1) Jumlah ukuran pemesanan ekonomis (EOQ).

2) Titik pemesanan kembali (reorder point).

3) Jumlah cadangan pengaman (safety stock)

yang diperlukan. Tujuan dari model

persediaan ini adalah untuk menentukan

jumlah yang ekonomis setiap kali

pemesanan (EOQ) sehingga meminimasi biaya total persediaan (Nasution, 2006 : 263), dimana :

Total Cost Inventory = Ordering Cost + Holding Cost + Purchasing Cost Parameter – parameter yang dipakai dalam model ini adalah :

D = jumlah kebutuhan barang selama satu periode (misalnya 1 tahun).

k = ordering costsetiap kali pesan.

h = holding cost per-satuan nilai

persediaan per satuan

waktu.

c = purchasing costper-satuan nilai

persediaan.

t = waktu antara satu kali pemesanan ke pemesanan berikutnya.

TC atau TVC sebagai fungsi biaya terhadap Q dapat digambarkan pada Gambar 2.2 berikut :

Gambar 2.2 Kurva TC minimum (Nasution, 2006 : 267)

Gambar 2.3 Model Persediaan EOQ Sederhana (Nasution, 2006 : 264)

Gambar 2.3 model dasar persediaan

diatas dapat membantu memahami

pembentukan model matematisnya.

Sejumlah Q unit barang dipesan secara periodik. Order point merupakan saat siklus persediaan (inventory cycle) yang baru dimulai dan yang lama berakhir karena pesanan diterima. Setiap siklus persediaan berlangsung selama siklus waktu t, artinya setiap t hari (atau

mingguan, bulanan dsb) dilakukan

pemesanan kembali. Lamanya t sama dengan proporsi kebutuhan satu periode D yang dapat dipenuhi oleh Q, sehingga dapat ditulis

D

Q

t

. Gradien negatif Dt

(-Dt) dapat dipakai untuk menunjukkkan jumlah persediaan dari waktu ke waktu. Karena barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia (instaneously), maka setiap siklus persediaan dapat digambarkan dalam bentuk segitiga dengan alas t dan tinggi Q.

t = Q

D Titik saat pesanan

Waktu ( t ) Rata-rata persediaan = Q/2

(4)

2.2.2 Permintaan Dependent

Kebutuhan disebut tergantung

(dependent demand) bila ada hubungan

langsung antara suatu item (komponen) dengan item-item lain pada level yang

lebih tinggi (parent item). Kebutuhan

untuk item-item yang bersifat dependent

merupakan hasil dari kebutuhan yang disebabkan oleh penggunaan item-item tersebut dalam memproduksi item yang lain, seperti dalam kasus di mana bahan baku dan komponen assembling yang digunakan dalam membuat produk jadi (Nasution, 2006 : 261).

Menurut Ginting (2006) metode yang digunakan adalah metode MRP

(Material Requirement Planning), dimana

tujuan dari metode ini adalah :

1) Menjamin tersedianya material, item

atau komponen pada saat

dibutuhkan untuk memenuhi skedul/ jadwal yang ada.

2) Mengontrol tingkat persediaan.

3) Menentukan kebutuhan pengiriman,

penjadwalan, dan aktivitas

pembelian.

2.3 Metode-metode Pengendalian Persediaan

Di dalam mencari jawaban atas

permasalahan umum dalam pengendalian persediaan, seperti yang telah diuraikan sebelumnya pada bagian 2.1.2. Secara kronologis metode pengendalian persediaan dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Metode pengendalian tradisional.

2. Metode Material Requirement Planning

(MRP).

3. Metode persediaan Just In Time(JIT).

2.3.1 Metode Persediaan Tradisional

Metode ini menggunakan ilmu

matematika dan statistik sebagai alat bantu

utama dalam memecahkan masalah

kuantitatif dalam persediaan. Metode pengendalian persediaan ini biasanya digunakan untuk mengendalikan barang yang permintaannya hanya dipengaruhi oleh mekanisme pasar sehingga bebas dari fungsi operasi produk (Ginting, 2007 : 126).

Menurut Ristono (2008) secara umum asumsi untuk penggunaan persediaan tradisional adalah :

1. Permintaan continue.

2. Permintaan independent.

3. Permintaan pada suatu

periode dan lama waktu pengadaan bersifat random dan berdidtribusi.

4. Fluktuasi permintaan atau

waktu pengadaan berdifat random disekitar rata-rata.

5. Kesalahan perkiraan

berdifat random dan

berdistribusi normal.

2.3.2 Metode Material Requirement Planning

(MRP)

Metode MRP ini bersifat oriented,

yang terdiri dari sekumpulan prosedur,

aturan-aturan keputusan dan seperangkat mekanisme pencatatan yang dirancang untuk menjabarkan Jadwal Induk Produksi (JIP). Sengan demikian, kehadiran MRP

sangat berarti dalam meminimalisasi

investasi persediaan, memudahkan

penyusunan jadwal kebutuhan setiap

komponen yang dibutuhkan dan sebagai alat pengendalian produksi dan persediaan (Ginting, 2007 : 128).

2.3.3 Metode Just In Time (JIT)

Menurut Ginting (2007) metode ini merupakan metode persediaan material untuk produksi masal dalam jumlah kecil, tersedia untuk segera digunakan. Dalam

JIT digunakan teknik pengendalian

persediaan yang dinamakan Kanban.

Dalam sistem ini, jenis dan jumlah unit yang diperlukan oleh proses berikutnya, diambil dari proses sebelumnya pada sat diperlukan. Dan ini merupakan tanda bagi proses sebelumnya untuk memproduksi unit yang baru saja diambil. Pada dua metode persediaan sebelumnya, dilakukan proyeksi permintaan yang akan datang, dan

selanjutnya penjadwalan produksi

dilakukan untuk memenuhi permintaan tersebut, penjadwalan mendorong produksi

(pull system). Sedangkan dalam metode

JIT, jadwal produksi diatur sesuai dengan permintaan actual (pull system).

2.4 Material Requirement Planning (MRP)

Menurut Nasution (2006) MRP adalah prosedur logis, aturan keputusan dan teknik pencatatan terkomputerisasi yang dirancang untuk menterjemahkan Jadwal Induk Produksi atau MPS

(Master Production Schedulling) menjadi kebutuhan

bersih atau NR (Net Requirement) untuk semua item.

Sistem MRP juga dikenal sebagai perencanaan

kebutuhan berdasarkan tahapan waktu (time phases

requirements planning).

Dasar – dasar penyusunan MRP yaitu :

1. MRP menurunkan permintaan terikat untuk

bahan – bahan baku, bahan – bahan pembantu, dan barang – barang setengah jadi berdasarkan jadwal pengolahan barang jadi.

2. MRP menetapkan jadwal pengadaan (seperti

jadwal pengolahan atau pembelian) tidak jauh menyimpang dari jadwal penggunaannya.

2.4.1. Manfaat Sistem MRP

Manfaat penggunaan sistem MRP (Astana, 2007), antara lain adalah:

1. Meminimalkan persediaan.

MRP menentukan kapan dan berapa jumlah bahan atau bagian barang yang benar – benar dibutuhkan untuk setiap satuan waktu sesuai dengan Jadwal Induk Produksi (JIP), sehingga tingkat

sediaan yang berlebihan dapat

dihindarkan.

2. Mengurangi resiko keterlambatan

produksi atau pengiriman.

MRP mengidentifikasi banyaknya

bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi jumlah dan waktunya

(5)

tenggang produksi maupun pengadaan komponen.

3. Komitmen yang realistis.

Dengan MRP, diharapkan jadwal produksi dapt terpenuhi sesuai dengan rencana, sehingga komitmen terhadap pengiriman barang dilakkukan secara lebih realistis.

4. Meningkatkan efisiensi.

MRP juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi dan waktu pengiriman barang dapat derencakan lebih baik sesuai dengan Jadwal Induk Produksi (JIP).

2.4.2. Kemampuan Sistem MRP

MRP memiliki empat kemampuan yang menjadi ciri utamanya (Nasution, 2006 : 272), yaitu:

1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat, maksudnya adalah menentukan secara tepat kapan suatu pekerjaan harus diselesaikan atau kapan material harus tersedia untuk memenuhi suatu pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. 2. Membentuk kebutuhan minimal untuk

setiap item, dengan diketahuinya bahan baku dalam suatu pekerjaan, MRP dapat menentukan secara tepat sistem penjadwalan (berdasarkan prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan minimal setiap item komponen.

3. Menentukan pelaksanaan rencana

pemesanan, maksudnya adalah

memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan terhadap pesanan harus dilakukan.

4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan

2.4.3. Masukan Sistem MRP

Berbagai data dan keterangan yang diperlukan sebagai Input dari MRP adalah :

1. Jadwal Induk Produksi (JIP), yaitu

jadwal yang didasarkan pada

peramalan atas permintaan dari setiap produk akhir yang akan dibuat.

Gambar 2.4 Contoh Jadwal Induk Produksi (Ginting, 2007 : 169 )

Hasil peramalan (perencanaan jangka panjang) dipakai untuk membuat rencan produksi (perencanaan jangka sedang) yang pada akhirnya dipakai untuk membuat JIP (perencanaan

jangka pendek) yang berisi

perencanaan secara mendetail

mengenai jumlah produksi yang dibutuhkan untuk setiap produk akhir beserta periode waktunya untuk suatu

jangka perncanaan dengan

memperhatikan kapasitas yang

tersedia (Ginting, 2007 : 168).

2. Catatan Keadaan Persediaan

Berisi tentang informasi tentang catatan keadaan persediaan yang menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan (Ginting, 2007 : 169). Dimana catatan tersebut berkaitan dengan :

a) Jumlah persediaan yang

dimiliki pada setiap periode

(onhand inventory).

b) Jumlah barang yang sedang

dipesan dan kapan pesanan

tersebut akan datang (on

order inventory).

c) Waktu ancang-ancang (lead

time) dari setiap bahan.

3. Struktur produk.

Yaitu berisi informasi tentang

hubungan antara

komponen-komponen dalam suatu proses

asembling. Informasi ini dibutuhkan dalam menentukan kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih suatu komponen Selain iru, struktur produk juga berisi informasi tentang jumlah kebutuhan

komponen pada setiap tahap

assembeling dan jumlah produk akhir yang harus dibuat (Ginting, 2007 : 170). Adapun contoh struktur produk dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Contoh Struktur Produk (BOM) (Ervianto, 2004 : 119 )

2.4.4. Keluaran Sistem MRP

Menurut Nasution (2006) secara umum outptut dari sistem Material Requirement Planning (MRP) terdiri dari laporan mengenai:

1. Memberikan catatan tentang

jadwal pemesanan material yang

harus dilakukan atau harus

direncanakan baik dari pabrik maupun dari supplier.

2. Memberikan indikasi bila perlu

penjadwalan ulang.

3. Memberikan indikasi untuk

pembatalan atas pesanan.

4. Memberikan indikasi untuk

keadaan persediaan.

2.4.5. Tahapan Proses Pengolahan MRP

Menurut Ginting (2007), proses pengolahan MRP dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

Produk Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 A 50 40 75 90 75 50 60 50 B 45 70 - 35 60 - 30 -C - 60 45 50 - - 70 80 D 80 60 - - 90 65 50 65

Unit Ruang Beton

Plat Atap Pracetak Plat Atap Pracetak Level 0 Level 1

(6)

1. Netting (Perhitungan Kebutuhan Bersih)

Proses netting adalah proses

perhitungan kebutuhan bersih untuk

setiap periode selama horizon

perencanaan. Kebutuhan bersih (NR) dihitung sebagai nilai dari kebutuhan

kotor (GR) minus jadwal

penerimaan (SR) minus persediaan ditangan (OH). Kebutuhan bersih dianggap nol bila NR lebih kecil dari atau sama dengan nol.

2. Lotting(Penentuan Ukuran Lot)

Proses lotting adalah

suatu proses untuk menentukan besarnya kuantitas pesanan, yang

dimaksudkan untuk memenuhi

beberapa periode kebutuhan bersih

sekaligus. Besarnya ukuran

kuantitas pesanan tersebut dapat ditentukan berdasarkan pada jumlah pemesanan yang tetap, periode

pemesanan yang tetap atau

keseimbangan antara ongkos

pengadaan (set-up cost) dengan

ongkos simpan (carrying cost).

Ketiga pendekatan ini melahirkan Sembilan buah teknik yang masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihan, tergantung dari kondisi yang dihadapi.

3. Offsetting (Penentuan Waktu

Pemesanan)

Offsetting adalah suatu

proses penentuan saat atau periode dilakukannya pemesanan sehingga kebutuhan bersih dapat dipenuhi.

Dengan kata lain offsetting

bertujuan untuk menentukan kapan kuantitas pesanan yang dihasilkan

proses lotting harus dilakukan.

Penentuan rencana saat

pemesananan ini diperolah dengan cara mengurangkan saat kebutuhan bersih harus tersedia dengan waktu

ancang-ancangnya (lead time).

4. Eksploding

Proses exploding adalah proses

perhitungandari ketiga

langkah-langkah sebelumnya, yaitu netting,

lotting dan offsetting, yang

dilakukan untuk komponen atau item yang berada pada level

dibawahnya. Perencanaan

kebutuhan material memerlukan

struktur produk yang biasanya

digambarkan dengan diagram

pohon. Dalam melakukan proses

exploding, diperlukan adanya

perkalian dan penjumlahan yang

berulang-ulang antara jumlah

material induk dengan faktor

penggunaan (usage factor) dari

material pada level dibawahnya. Proses tersebut diulangi kembali sampai pada material level terakhir. Agar dapat memahami proses MRP dengan lebih jelas, maka dibawah ini akan

dijelaskan langkah – langkah dasar

mengenai sistem MRP. Adapun langkah

dasar tersebut secara sistematis dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Langkah – langkah proses MRP (Ginting, 2007 : 181)

2.4.6. Asumsi - asumsi Sistem MRP

Asumsi – asumsi dari system MRP yang standard menurut Wibisono (2008) adalah sebagai berikut :

1. Tersediannya Jadwal Induk Produksi

(JIP).

2. Waktu ancang untuk semua item

diketahui.

3. Setiap item persediaan harus

mempunyai indentifikasi yang

khusus.

4. Tersedianya struktur produk pada saat

perencanaan.

5. Tersedianya catatan tentang

persediaan untuk semua item yang

menyatakan status persediaan

sekarang dan yang akan datang.

2.4.7. Teknik Penentuan Ukuran Lot

Teknik penentuan ukuran lot (lot

size) adalah suatu teknik yang digunakan

untuk menentukan ukuran kuantitas

pesanan. Ada dua cara pendekatan dalam

menyelesaikan masalah lotsizing, yaitu

pendekatan period by period dan level by

level. Satu-satunya teknik lotsizing yang

menggunakan pendekatan period by period

yang ada sekarang adalah pendekatan

koefisien. Pendekatan koefisien ini

mempunyai kinerja yang lebih baik dari

pada teknik-teknik lotsizing yang

menggunakan pendekatan level by level.

Akan tetapi pendekatan koefisien ini sangat sulit untk diterapkan dalam MRP,

sebab proses MRP yang sekarang

dilaksanakan dengan level by level. Oleh

karena itu teknik-teknik lotsizing yang

menggunakan pendekatan level by level

masih tetap digunakan dalam menentukan

tidak ya Pelaksan aan MRP Eksploding Ulang Untuk level berikutnya LOTTING Penentuan Jumlah Pesanan NETTING Perhitungan Kebutuhan Bersih Masukkan MRP : - JIP - Struktur Produk OFFSETTING Penentuan Waktu Pesan ada perubahan Level terakhir

(7)

ukuran kuantitas pemesan pada MRP (Ginting, 2007 : 189).

Berikut metode yang akan

digunakan dalam penentuan ukuran

pemesanan diantaranya sebagai berikut :

a) Lot for Lot(L4L)

Teknik ini merupakan teknik

lotsizing yang paling sederhana dan

mudah dimengerti. Pada teknik ini,

pemenuhan kebutuhan bersih

dilaksanakan di setiap periode yang membutuhkannya, sedangkan besar

ukuran kuantitas pemesanannya

adalah sama dengan jumlah

kebutuhan bersih yang harus dipenuhi pada periode yang bersangkutan. Penggunaan teknik ini bertujuan

untuk meminimumkan ongkos

simpan, sehingga dengan teknik ini ongkos simpan menjadi nol (Ginting, 2007 : 194).

b) Economic Order Quantity(EOQ)

Dalam teknik ini besarnya

ukuran lot adalah tetap. Namun

perhitungannya sudah mencakup

biaya-biaya pesan serta biaya-biaya simpan. Perumusan yang dipakai dalam teknik ini adalah sebagai berikut :

EOQ =

Dimana : D = Demand / kebutuhan rata

k = Order cost / biaya pesan per pesan

h = Holding cost / biaya simpan per periode

Metode EOQ ini biasanya digunakan untuk horizon perencanaan selama 1 tahun. Sedangkan keefektifan dari metode ini akan terlihat apabila pola

permintaan kebutuhan bersifat

kontinu dan tingkat kebutuhan

bersifat konstan (Nasution, 2006 : 266).

c) Period Order Quantity(POQ)

Teknik POQ ini interval

pemesanan ditentukan dengan suatu perhitungan yang didasarkan pada

logika EOQ klasik yang telah

dimodifikasi sehingga dapat

digunakan pada permintaan yang berperiode waktu diskrit. Kesulitan

teknik POQ ini terletak pada

kemungkinan bahwa diskontinuitas

permintaan kebutuhan bersih

terdistribusi sedemikian rupa

sehingga interval pemesanan yang telah ditentukan sebelumnya tidak berlaku lagi. Kasus ini dapat terjadi

jika pada periode-periode yang

bertepatan dengan saat pemesanan, besar kebutuhan bersihnya adalah nol (Ginting, 2007 : 193).

d) Part Period Balancing(PPB)

Part Period Balancing (PPB) merupakan teknik yang menggunakan

pengalokasian pemesanan yang

dilakukan dengan melihat kebutuhan bersih periode yang ada di depan dan periode yang ada di belakang (look

ahead/look back) dari periode yang

bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penyimpangan item persediaan dalam jumlah yang terlalu besar dan menghindari kuantitas

pemesanan yang terlalu sedikit

(Ginting, 2007 : 199).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Konsep Penelitian

Konsep dasar dari penelitian ini adalah

membandingkan empat teknik lotsizing yang berbeda,

dimana dari empat teknik lotsizing tersebut diambil

teknik lotsizing yang menghasilkan biaya paling

minimum. Input data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data volume material, schedule proyek, dan biaya persediaan. Input data tersebut kemudian

dianalisa dengan menggunakan empat teknik lotsizing

yang berbeda. Output dari penelitian ini adalah berupa jadwal pemesanan material, besarnya volume material yang dipesan tiap satuan waktu, dan biaya total yang

dihasilkan dari empat teknik lotsizingyang berbeda.

3.2 Data Penelitian

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari dokumen proyek yang bersangkutan. Data-data yang diperlukan dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah :

1. Data umum proyek

Berisi kondisi umum proyek meliputi nama proyek, spesifikasi proyek, owner, perencana, kontraktor, waktu pengerjaan dan biaya proyek.

2. Data material

Berisikan jenis-jenis material yang

diperlukan dalam item pekerjaan, spesifikasi material, dan lokasi pengambilan material (supplier).

3. Data permodelan MRP

Data permodelan adalah data-data yang diperlukan untuk menjalankan proses MRP, yaitu:

a. Schedule proyek, digunakan untuk

mengetahui kapan suatu material

dibutuhkan dan menentukan jadwal

pemesanannya.

b. Gambar perencanaan, digunakan untuk

mengetahui volume pekerjaan yang

ditinjau sehingga dapat diketahui volume kebutuhan material yang diperlukan dalam tiap item pekerjaan.

c. Struktur produk (Bill of Material),

struktur pekerjaan berisikan informasi tentang hubungan antar komponen dalam suatu proses produksi.

d. Biaya persediaan, adalah semua

pengeluaran yang timbul akibat adanya persediaan. Biaya persediaan meliputi

biaya pembelian material, biaya

pemesanan material, dan juga biaya simpan material.

(8)

e. Lead time, adalah periode pengadaan material pada saat dikeluarkannya surat pesanan sampai dengan waktu penyerahan material untuk pertama kalinya.

3.3 Identifikasi Objek Penelitian

Pelaksanaan pembangunan Apartemen Guna Wangsa Surabaya secara umum dilaksanakan bertahap per lantai dengan beberapa item pekerjaan yang utama seperti pekerjaan persiapan, struktur bawah, lantai basement, struktur atas, dan arsitektur. Apartemen Guna Wangsa ini terdiri dari 25 lantai, dimana untuk lantai 3 sampai dengan lantai 25 mempunyai bentuk dan ukuran yang sama (tipikal).

Progres pembangunan Apartemen Guna

Wangsa pada saat awal penelitian adalah sampai dengan pekerjaan struktur lantai 8. Pekerjaan yang ditinjau dalam penelitian ini adalah pekerjaan struktur lantai 18 (balok, kolom, plat), hal ini dikarenakan waktu untuk memulai penelitian ini adalah sebelum dilaksanakannnya pekerjaan struktur lantai 18.

3.4 Metode Analisa

Metode analisa untuk menentukan jumlah pemesanan yang optimum yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Lot for Lot (L4L)

Teknik ini merupakan teknik lotsizing

yang paling sederhana dan mudah

dimengerti. Pada teknik ini, pemenuhan kebutuhan bersih dilaksanakan di setiap

periode yang membutuhkannya,

sedangkan besar ukuran kuantitas

pemesanannya adalah sama dengan

jumlah kebutuhan bersih yang harus dipenuhi pada periode yang bersangkutan. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan, sehingga dengan teknik ini ongkos simpan menjadi nol.

b. Economic Order Quantity (EOQ)

Dalam teknik ini besarnya ukuran lot adalah tetap. Namun perhitungannya sudah mencakup biaya-biaya pesan serta biaya-biaya simpan. Perumusan yang dipakai dalam teknik ini adalah sebagai berikut :

EOQ =

Dimana : D = Demand / kebutuhan rata

k = Order cost / biaya pesan per pesan

h = Holding cost / biaya simpan

Metode EOQ ini biasanya digunakan untuk horizon perencanaan selama 1 tahun. Sedangkan keefektifan dari metode ini akan terlihat apabila pola permintaan kebutuhan bersifat kontinu dan tingkat kebutuhan bersifat konstan.

c. Period Order Quantity (POQ)

Teknik POQ ini interval pemesanan ditentukan dengan suatu perhitungan yang didasarkan pada logika EOQ klasik yang

telah dimodifikasi sehingga dapat

digunakan pada permintaan yang

berperiode waktu diskrit. Kesulitan teknik POQ ini terletak pada kemungkinan

bahwa diskontinuitas permintaan

kebutuhan bersih terdistribusi sedemikian rupa sehingga interval pemesanan yang telah ditentukan sebelumnya tidak berlaku lagi. Kasus ini dapat terjadi jika pada periode-periode yang bertepatan dengan

saat pemesanan, besar kebutuhan

bersihnya adalah nol. Dimana perbedaan teknik ini dengan teknik EOQ adalah besar ukuran lotnya tidak tetap. Frekwensi pemesanan masing-masing material dapat dihitung yaitu jumlah pemesanan per tahun dibagi dengan nilai EOQ masing-masing material.

d. Part Period Balancing (PPB)

Part Period Balancing (PPB) merupakan

teknik yang menggunakan pengalokasian pemesanan yang dilakukan dengan melihat kebutuhan bersih periode yang ada di depan dan periode yang ada di belakang

(look ahead/look back) dari periode yang

bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penyimpangan item persediaan dalam jumlah yang terlalu besar dan menghindari kuantitas pemesanan yang

terlalu sedikit. Untuk menentukan

besarnya ukuran lot yang digunakan,

teknik ini menggunakan Economic Part

Period (EPP). Pemilihan ukuran lot yang

akan dilaksanakan adalah berdasarkan

ukuran lot yang mempunyai nilai

mendekati atau sama dengan nilai EPP. EPP dihitung secara sederhana dengan membagi ongkos pengadaan (s) dengan ongkos simpan per unit per periode (Ip.C)

3.5 Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Studi literatur mengenai perencanaan persediaan material.

2. Pengumpulan data-data yang berkaitan dengan tugas akhir

3. Membuat break down pekerjaan sebagai hasil

indentifikasi pada objek penelitian. Dalam hal ini objek penelitian adalah pekerjaan struktur lantai 18.

4. Menyusun struktur produk / Bill of Material

(BOM) dari hasil break down pelaksanaan

pekerjaan struktur lantai 18 dan menentukan

material penyusun yang akan dianalisa

kebutuhannya.

5. Menghitung biaya persediaan untuk setiap jenis material. Dalam hal ini biaya persediaan material terdiri dari biaya pembelian material, biaya pemesanan material, dan biaya biaya penyimpanan material.

6. Menghitung kebutuhan material total dari

material-material penyusun yang telah ditentukan pada struktur produk.

7. Menyusun jadwal induk. Jadwal induk produksi ini diperoleh dengan membagi volume total Frekwensi pemesanan per tahun = pemesanan per tahun EOQ

(9)

material dengan waktu atau durasi yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan (diperoleh dari master schedule project).

8. Menentukan ukuran pemesanan (lotting) pada

material yang dihitung kebutuhan totalnya dengan

menggunakan 4 teknik lotsizing yang telah

ditetapkan.

9. Menentukan waktu rencana pemesanan

(offsetting).

10. Menentukan biaya total pengadaan tiap material

dari semua teknik lot sizeyang dilakukan.

11. Menghitung biaya total yang diakibatkan dari pengadaan material.

12. Menarik kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Bagan alur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Proyek

4.1.1 Data Proyek

Data proyek untuk tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

Nama Proyek : Apartemen Guna Wangsa

Surabaya

Lokasi Proyek : Jalan Menur Pumpungan

62 Surabaya

Konsultan Perencana : PT. MEGATIKA

INTERNATIONAL Kontraktor Pelaksana : PT. WASKITA KARYA

Jumlah Lantai : 25 Lantai

Spesifikasi Teknis :

Pondasi = Tiang pancang

Struktur Atas = Beton Bertulang ( K300, K350, K400) Besi beton = Ø10, D13, D16,D19, D22

Beskesting = Multipleks 12mm uk 4'x8', Kayu 6x12cm Klas III (borneo)

Pembangunan proyek Apartemen Guna

Wangsa Surabaya ini mempunyai design dengan bentuk yang asimetris, serta apartemen ini dibagi menjadi 2 buah bangunan utama yaitu tower A dan tower B. Untuk lebih lebih jelasnya, gambar proyek terdapat pada lampiran 1.

4.1.2 Jadwal Proyek

Proyek pembangunan Apartemen Guna

Wangsa dimulai pada Januari 2011 dan

direncanakan selesai pada bulan Maret 2012, sehingga lama waktu penyelesaian proyek adalah 1 tahun 3 bulan. Pekerjaan struktur lantai 18 dimulai pada minggu ke-31dan direncanakan selesai pada minggu ke-34, jadwal proyek lengkap dapat dilihat pada lampiran 2.

4.2 Struktur Produk (Bill of Material)

Struktur Produk (Bill of Material) berisi tentang informasi yang mengidentifikasikan semua kebutuhan komponen dan sub komponen yang akan digunakan untuk menghasilkan produk akhir dari suatu pekerjaan. Untuk membuat struktur produk (Bill of Material) pada Tugas Akhir ini didasarkan pada break down pekerjaan struktur lantai 18. Material yang digunakan pada pekerjaan struktur lantai 18 adalah beton K-300, besi beton (Ø10, D13, D16, D19, D22), dan bekisting (multipleks 12mm uk 4'x8', kayu 6x12cm klas III borneo). Data-data yang digunakan untuk membuat struktur produk yaitu berupa gambar proyek dan

daftar analisa harga satuan pekerjaan. Bill of Material

pekerjaan struktur lantai 18 Apartemen Guna Wangsa Surabaya dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 menunjukkan hubungan antara setiap item pekerjaan dengan material yang dibutuhkan. Setiap item pekerjaan membutuhkan dua jenis material atau lebih.

Dari struktur produk (Bill of Material) yang dibuat,

diperoleh jenis material yang dibutuhkan seperti terdapat dalam Tabel 4.1.

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian

Total Biaya Persediaan Kesimpulan dan Saran

Menghitung Kebutuhan Total Material

LOTTING (Penentuan Jumlah Pesanan) 1. Lot for Lot

2. Economic Order Quantity 3. Periodic Order Quantity 4. Part Period Balancing

OFFSETTING (Menentukan Waktu Pemesanan)

Menyusun Struktur Produk (BOM) Membuat Break Down Pekerjaan

Menyusun Jadwal Induk Produksi

Pengumpulan data : Gambar proyek, schedule proyek,

struktur produk Studi Literatur Perumusan Masalah Latar belakang Menghitung Biaya-biaya Persediaan

(10)

Bill of Material (BOM) Struktur Lantai 18 Gambar 4.1 1 2 3 4 5 Besi Beton D19 6 Besi Beton D22 7 Multipleks 12mm uk 4'x8' 8 Kayu 6x12cm Klas III (borneo)

Rp. 250 / 2 menit 1.250,00 Rp Rp. 250 / 2 menit Besi Beton D13 1.250,00 Rp Rp. 250 / 2 menit Rp 1.250,00 Rp. 250 / 2 menit Rp 1.250,00 Rp. 250 / 2 menit Rp 1.250,00 Besi Beton D16 Rp. 250 / 2 menit Rp 1.250,00 Beton K-300 Rp. 250 / 2 menit Rp 1.250,00 No Jenis Material Tarif Telepon Total Biaya (10 menit)

Besi Beton Ø10 Rp. 250 / 2 menit Rp 1.250,00

LEVEL 0

LEVEL 1

LEVEL 2

LEVEL 3

1 Struktur Balok

a Besi Beton Polos Ø10

b Besi Beton Ulir D13,D16, D19, D22

c Beton Beton K-300

d Bekesting Multipleks 12mm uk 4' x 8'

Kayu 6x12cm Klas III (borneo)

2 Struktur Kolom

a Besi Beton Polos Ø10

b Besi Beton Ulir D22

c Beton Beton K-300

d Bekesting Multipleks 12mm uk 4' x 8'

Kayu 6x12cm Klas III (borneo) 3 Struktur Plat

a Besi Beton Polos Ø10

b Beton Beton K-300

c Bekesting Multipleks 12mm uk 4' x 8'

Kayu 6x12cm Klas III (borneo)

No. ITEM PEKERJAAN JENIS MATERIAL

1 m³ Rp 517.000,00 2 lonjor Rp 51.363,40 3 lonjor Rp 86.762,50 4 lonjor Rp 131.879,00 5 lonjor Rp 187.407,00 6 lonjor Rp 249.876,00 7 lembar Rp 167.200,00 8 batang Rp 59.112,63 Multipleks 12mm uk 4'x8' Kayu 6x12cm Klas III @4m Besi Beton D22 @36kg Besi Beton D19 @27kg Besi Beton D13 @12,5kg Besi Beton D16 @19kg Besi Beton Ø10 @7,4kg Beton K-300

No Jenis Material Satuan Harga material

per unit

Tabel 4.1. Jenis Material

4.3 Biaya Persediaan

Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat dari adanya persediaan. Biaya persediaan meliputi biaya pembelian, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan. Adapun asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Biaya pemesanan adalah tetap setiap kali

melakukan pemesanan.

b. Lead timeadalah tetap setiap kali

pemesanan material. 4.3.1 Biaya Pembelian Material

Biaya pembelian material adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli material. Material yang dianalisa mempunyai karakteristik bermacam– macam sehingga harga material per-unit berlainan. Besarnya biaya ini sesuai dengan jumlah material yang dibeli serta harga satuan material. Data umum biaya material diperoleh dari data harga material proyek yang ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Data Harga Material

4.3.2 Biaya Pemesanan Material

Biaya pemesanan adalah semua biaya

pengeluaran yang timbul dari usaha mendatangkan material dari luar proyek. Biaya pemesanan pada proyek ini meliputi biaya telekomunikasi dan biaya administrasi, yaitu :

a. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan

pemesanan material pada supplier dengan

menggunakan media telepon. Biaya

telekomunikasi ini dipengaruhi oleh faktor durasi percakapan serta lokasi pemesanan

b. material dimana diasumsikan terjadi

percakapan selama 10 menit setiap kali pemesanan material. Biaya – biaya telepon tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3.

c. Biaya Administrasi adalah biaya yang muncul

karena proses pendataan atau pencatatan material pada saat kedatangannya. Biaya Administrasi yang dihitung pada proyek ini meliputi biaya pencetakan. Biaya administrasi ini diasumsikan sama untuk setiap material yang akan dianalisa. Biaya administrasi dapat dilihat pada Tabel 4.4.

d. Total biaya pemesanan adalah penjumlahan

dari biaya telepon dan biaya administrasi per pesan. Data umum total biaya pemesanan tiap material dapat dilihat pada tabel 4.5.

(11)

1 2 3 4 5 Besi Beton D19 6 Besi Beton D22 7 Multipleks 12mm uk 4'x8' 8 Kayu 6x12cm Klas III (borneo)

Besi Beton D13 6 Rp 300,00 Rp 1.800,00 6 Rp 300,00 Rp 1.800,00 6 Rp 300,00 Rp 1.800,00 6 Rp 300,00 Rp 1.800,00 6 Rp 300,00 Rp 1.800,00 Besi Beton D16 6 Rp 300,00 Rp 1.800,00 Besi Beton Ø10 6 Rp 300,00 Rp 1.800,00 Beton K-300 6 Rp 300,00 Rp 1.800,00

No Jenis Material Jumlah Pencetakan

(lembar)

Harga

Pencetakan/lbr Total Biaya

1 Rp 1.800,00 2 Rp 1.800,00 3 Rp 1.800,00 4 Rp 1.800,00 5 Besi Beton D19 Rp 1.800,00 6 Besi Beton D22 Rp 1.800,00 7 Multipleks 12mm uk 4'x8' Rp 1.800,00 8 Kayu 6x12cm Klas III (borneo) Rp 1.800,00

Besi Beton D13 1.250,00 Rp Rp 3.050,00 1.250,00 Rp Rp 3.050,00 1.250,00 Rp Rp 3.050,00 1.250,00 Rp Rp 3.050,00 1.250,00 Rp Rp 3.050,00 Besi Beton Ø10 Rp 1.250,00 Rp 3.050,00 Besi Beton D16 1.250,00 Rp Rp 3.050,00 Beton K-300 Rp 1.250,00 Rp 3.050,00

No Jenis Material Biaya

Telepon

Biaya Administrasi

Total Biaya Pemesanan

a d 1 Rp 517.000,00 2 Rp 51.363,40 3 Rp 86.762,50 4 Rp 131.879,00 5 Rp 187.407,00 6 Rp 249.876,00 7 Rp 167.200,00 8 Rp 59.112,63 9 Rp 23.066,00

Kayu 6x12cm Klas III @4m

No Jenis Material % biaya

penyimpanan/ tahun harga material per unit Biaya simpan/unit/hari b c e =(c/365)*d Beton K-300 8,5% Rp 120,40 Besi Beton Ø10 @7,4kg 8,5% Rp 11,96 Besi Beton D16 @19kg 8,5% Rp 30,71 Besi Beton D19 @27kg 8,5% Rp 43,64 Besi Beton D22 @36kg 8,5% Rp 58,19 Multipleks 12mm uk 4'x8' 8,5% Rp 38,94 8,5% Rp 13,77 Scafolding 8,5% Rp 5,37 Besi Beton D13 @12,5kg 8,5% Rp 20,20 1 m³ 2 lonjor 3 lonjor 4 lonjor 5 lonjor 6 lonjor 7 lembar

8 Kayu 6x12cm Klas III (borneo) batang Jenis Material

Besi Beton Ø10 @7,4kg

No Satuan

per unit

Biaya Pembelian per-unit Biaya Pemesanan per-pesan Biaya Penyimpanan per-unit/ hari Beton K-300 Rp 517.000,00 Rp 3.050,00 Rp 120,40 11,96 Rp 51.363,40 Rp Rp 3.050,00 Besi Beton D13 @12,5kg Rp 86.762,50 Rp 3.050,00 Rp 20,20 30,71 Rp 3.050,00 Rp Besi Beton D16 @19kg Rp 131.879,00 Rp 3.050,00 58,19 Rp Besi Beton D22 @36kg Rp 249.876,00 Rp 3.050,00 43,64 Rp Besi Beton D19 @27kg Rp 187.407,00 167.200,00 Rp Rp 3.050,00 Rp 38,94 13,77 Rp Multipleks 12mm uk 4'x8' 59.112,63 Rp Rp 3.050,00

Tabel 4.4. Biaya Administrasi

Tabel 4.5. Total Biaya Pemesanan Material per-pesan

4.3.3

Biaya Penyimpanan

Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang. Biaya ini dapat meliputi biaya memiliki persediaan (biaya modal) dan biaya kerusakan atau penyusutan. Untuk biaya modal ini diperhitungkan berdasarkan pada biaya modal yang diinvestasikan pada persediaan (inventory), yang dapat diukur dengan suku bunga bank yaitu 6,5% per tahun (berdasarkan suku bunga bank tahun 2011) dari harga material per unit. Sedangkan untuk biaya

penyusutan atau kerusakan dapat dihitung

berdasarkan penyusutan atau kerusakan kuantitas material selama penyimpanan yang diasumsikan sebesar ± 2% dari harga material per unit. Hasil perhitungan biaya penyimpanan material dapat dilihat pada Tabel 4.6 .

Tabel 4.6. Total Biaya Penyimpanan/ unit/ hari

4.3.4 Biaya Persediaan Material

Biaya persediaan material adalah biaya yang terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan dan juga biaya penyimpanan material. Dari perhitungan masing – masing biaya diatas, maka dapat dilihat

perincian biaya persediaan material seperti pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Biaya Persediaan Material

4.4 Analisa Kebutuhan Material

Analisa kebutuhan material meliputi kebutuhan material total, jadwal induk produksi, dan kebutuhan material per periode. Material yang dihitung meliputi material level 2 dan level 3 pada Bill of Materialstruktur lantai 18 (Gambar 4.1).

4.4.1 Analisa Kebutuhan Material Total

Kebutuhan material total dapat dihitung berdasarkan data volume material yang ada (lampiran-3) dan koefisien analisa harga satuan pekerjaan yang diperoleh dari proyek (lampiran-4). Kebutuhan material total yang dihitung adalah material level 2 dan level 3 pada Bill of Material struktur lantai 18 (Gambar 4.1)..Berdasarkan data volume material yang ada (lampiran-3), kebutuhan material pada setiap item pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.8 . 4.4.2 Jadwal Induk Produksi

Jadwal induk produksi merupakan alokasi untuk membuat sejumlah produk yang diinginkan dengan memperhatikan kapasitas yang dipunyai (misal : pekerja,alat dan bahan).

4.4.2.1 Zona Pekerjaan

Dalam pelaksanaan pekerjaan pada proyek dengan denah yang tidak simetris serta memiliki keterbatasan waktu pelaksanaan, maka untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan di lapangan

perlu dilakukan pembagian zona pekerjaan.

Berdasarkan lampiran 1 pembangunan Apartemen Guna Wangsa ini dibagi menjadi beberapa zona pekerjaan, yaitu pada pembangunan tower A dan tower B dibagi menjadi 3 zona (zona 1, zona 2, zona 3). Untuk lebih jelasnya, pembagian zona pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan 4.3.

4.4.2.2 Durasi Item Pekerjaan

Sebelum menyusun jadwal induk produksi perlu diketahui durasi masing-masing item pekerjaan untuk pekerjaan struktur lantai 18 dan jadwal pelaksanaan pekerjaan. Tabel 4.9 menampilkan durasi dari masing-masing item pekerjaan stuktur

lantai 18 yang diperoleh dari data bar chart

pekerjaan struktur lantai 18 (lampiran 2).

4.4.2.3 Hubungan Antar Aktivitas

Langkah awal dalam menyusun jadwal induk produksi adalah perlu diketahuinya hubungan antar aktivitas guna mengetahui urutan pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Berdasarkan ketergantungan antar aktivitas, maka dapat disusun secara tepat kapan pekerjaan harus selesai atau material harus tersedia di lapangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.10. Urutan pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang sesuai dengan logika berdasarkan ketergantungan antar aktivitas dalah sebagai berikut :

(12)

No Jenis Material Satuan Volume Koefisien Berat/lonjor Volume Akhir Satuan

a b c (axb)/c

I Pekerjaan Balok

a Besi Beton kg 21922,418

1.Besi Beton Ø10 kg 6080,527 1,03 7,4 846,344 lonjor

2.Besi Beton D13 kg 407,987 1,03 12,5 33,618 lonjor

3.Besi Beton D16 kg 2411,453 1,03 19 130,726 lonjor

4.Besi Beton D19 kg 11065,912 1,03 27 422,144 lonjor

5.Besi Beton D22 kg 1956,539 1,03 36 55,979 lonjor

Volume Koefisien Volume/batang Volume Akhir Satuan

a b c (axb)/c

b Bekesting m2 1404,07

1.Multipleks 12mm uk 4'x8' m2 1404,07 0,09 126,366 lembar 2.Kayu 6x12cm Klas III (borneo)/ 4m m3 1404,07 0,02 0,0288 975,049 batang Volume Koefisien Volume Akhir Satuan

a b axb

c Beton m3 138,3

1.Beton K-300 m3 138,3 1,03 142,449 m3

No Jenis Material Satuan Volume Koefisien Berat/lonjor Volume Akhir Satuan

a b c (axb)/c

II Pekerjaan Plat

a Besi Beton kg 22031,26

1.Besi Beton Ø10 kg 22031,26 1,03 7,4 3066,513 lonjor

Volume Koefisien Volume/batang Volume Akhir Satuan

a b c (axb)/c

b Bekesting m2 1828,625

1.Multipleks 12mm uk 4'x8' m2 1828,625 0,09 164,576 lembar 2.Kayu 6x12cm Klas III (borneo)/ 4m m3 1828,625 0,02 0,0288 1269,878 batang Volume Koefisien Volume Akhir Satuan

a b axb

c Beton m3 219,436

1.Beton K-300 m3 219,436 1,03 226,019 m3 No Jenis Material Satuan Volume Koefisien Berat/lonjor Volume Akhir Satuan

a b c (axb)/c

III Pekerjaan Kolom

a Besi Beton kg 24777,866

1.Besi Beton Ø10 kg 6739,53 1,03 7,4 938,070 lonjor

2.Besi Beton D22 kg 18038,336 1,03 36 516,097 lonjor

Volume Koefisien Volume/batang Volume Akhir Satuan

a b c (axb)/c

b Bekesting m2 772,8

1.Multipleks 12mm uk 4'x8' m2 772,8 0,09 69,552 lembar 2.Kayu 6x12cm Klas III (borneo)/ 4m m3 772,8 0,02 0,0288 536,667 batang Volume Koefisien Volume Akhir Satuan

a b axb

c Beton m3 100,8

1.Beton K-300 m3 100,8 1,03 103,824 m3

sebelum pekerjaan bekisting balok selesai. b. Pekerjaan bekisting plat dikerjakan bersamaan

dengan pekerjaan bekisting balok.

c. Pekerjaan pembesian plat dikerjakan setelah semua pekerjaan bekisting plat selesai.

d. Pekerjaan pengecoran pada balok dan plat dimulai setelah seluruh pekerjaan bekisting dan pembesian telah selesai dikerjakan.

e. Pekerjaan pembesian kolom dimulai 1 hari setelah pekerjaan balok dan plat selesai dikerjakan (adanya proses curing pada beton).

f. Pekerjaan bekisting kolom dimulai 1 hari setelah

pekerjaan pembesian kolom dikerjakan.

g. Pekerjaan pengecoran kolom dimulai setelah semua pekerjaan bekisting kolom selesai.

4.4.2.4 Jadwal Pekerjaan

Berdasarkan pembagian zona pekerjaan, durasi, dan hubungan antar aktivitas dapat disusun jadwal pekerjaan struktur lantai 18 seperti pada Tabel 4.11.

4.4.2.5 Perhitungan Volume Material Setiap Zona

Pekerjaan

Berdasarkan perhitungan volume total material level 2 (lampiran 3) serta adanya pembagian zona pekerjaan, maka langkah selanjutnya sebelum menyusun jadwal induk produksi adalah mengetahui volume total material setiap zona pekerjaan. Untuk lebih jelasnya volume total material setiap zona pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.12.

4.4.2.6 Jadwal Induk Produksi

Setelah diketahui jadwal pekerjaan struktur lantai 18, maka dapat disusun jadwal induk produksi. Jadwal induk produksi ini dibuat berdasarakan pada peramalan atas permintaan setiap produk akhir yang akan dibuat. Peramalan tersebut berisi perencanaan secara mendetail mengenai jumlah material yang dibutuhkan beserta periode waktunya, yang dapat disusun dengan membagi total item pekerjaan dengan durasi yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Secara garis besar pembutan Jadwal Induk Produksi (JIP) dilakukan atas tahapan-tahapan berikut :

a) Menghitung jumlah kebutuhan material

(level 2) per hari setiap zona pekerjaan, dengan asumsi kebutuhan material setiap harinya adalah sama. Perhitungannya dilakukan dengan cara membagi volume material setiap zona pekerjaan (Tabel 4.12) dibagi dengan durasi setiap zona pekerjaan (Tabel 4.9). Hasil perhitungan volume material per hari setiap zona pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.13.

b) Menyusun rencana kebutuhan material

berdasarkan Tabel 4.13 dan jadwal

pekerjaan (Tabel 4.11), sehingga akan didapat jadwal produksi setiap material

yang dibuat serta periode waktu

pembuatannya.

Jadwal induk produksi disusun dalam bentuk tabel seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.14 .

Tabel 4.8. Kebutuhan Material Total

Gambar 4.2

(13)

No Aktivitas Durasi (hari)

1 Bekisting balok zona 3A & 3B 4

2 Bekisting balok zona 1A & 1B 4

3 Bekisting balok zona 2A & 2B 4

4 Besi beton balok zona 3A & 3B 4

5 Besi beton balok zona 1A & 1B 4

6 Besi beton balok zona 2A & 2B 4

7 Beton balok zona 3A & 3B 2

8 Beton balok zona 1A & 1B 2

9 Beton balok zona 2A & 2B 2

10 Bekisting plat zona 3A & 3B 4

11 Bekisting plat zona 1A & 1B 4

12 Bekisting plat zona 2A & 2B 4

13 Besi beton plat zona 3A & 3B 4

14 Besi beton plat zona 1A & 1B 4

15 Besi beton plat zona 2A & 2B 4

16 Beton plat zona 3A & 3B 2

17 Beton plat zona 1A & 1B 2

18 Beton plat zona 2A & 2B 2

19 Besi beton kolom zona 3A & 3B 4

20 Besi beton kolom zona 1A & 1B 4

21 Besi beton kolom zona 2A & 2B 4

22 Bekisting kolom zona 3A & 3B 4

23 Bekisting kolom zona 1A & 1B 4

24 Bekisting kolom zona 2A & 2B 4

25 Beton kolom zona 3A & 3B 2

26 Beton kolom zona 1A & 1B 2

27 Beton kolom zona 2A & 2B 2

No Aktivitas Notasi Durasi (hari) Predecessor

1 Bekisting balok zona 3A & 3B A 4

-2 Bekisting balok zona 1A & 1B B 4 D

3 Bekisting balok zona 2A & 2B C 4 E

4 Besi beton balok zona 3A & 3B D 4 A (FS-1)

5 Besi beton balok zona 1A & 1B E 4 G

6 Besi beton balok zona 2A & 2B F 4 H

7 Beton balok zona 3A & 3B G 2 D (FS+1)

8 Beton balok zona 1A & 1B H 2 E (FS+1)

9 Beton balok zona 2A & 2B I 2 F (FS+1)

10 Bekisting plat zona 3A & 3B J 4

-11 Bekisting plat zona 1A & 1B K 4 M (FS-1) 12 Bekisting plat zona 2A & 2B L 4 N (FS-1)

13 Besi beton plat zona 3A & 3B M 4 J

14 Besi beton plat zona 1A & 1B N 4 K

15 Besi beton plat zona 2A & 2B O 4 L

16 Beton plat zona 3A & 3B P 2 M

17 Beton plat zona 1A & 1B Q 2 N

18 Beton plat zona 2A & 2B R 2 O

19 Besi beton kolom zona 3A & 3B S 4 K

20 Besi beton kolom zona 1A & 1B T 4 Y

21 Besi beton kolom zona 2A & 2B U 4 Z

22 Bekisting kolom zona 3A & 3B V 4 S (FS-3) 23 Bekisting kolom zona 1A & 1B W 4 T (FS-3) 24 Bekisting kolom zona 2A & 2B X 4 U (FS-3)

25 Beton kolom zona 3A & 3B Y 2 V

26 Beton kolom zona 1A & 1B Z 2 W

27 Beton kolom zona 2A & 2B AA 2 X

Gambar 4.3

Pembagian Zona Pekerjaan Tower B

(14)

Tabel 4.11. Jadwal Pekerjaan

Tabel 4.11 Lanjutan Jadwal Pekerjaan

NOTASI DURASI 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 (HARI) 1 A 4 2 B 4 3 C 4 4 D 4 5 E 4 6 F 4 7 G 2 8 H 2 9 I 2 10 J 4 11 K 4 12 L 4 13 M 4 14 N 4 15 O 4 16 P 2 17 Q 2 18 R 2 19 S 4 20 T 4 21 U 4 22 V 4 23 W 4 24 X 4 25 Y 2 26 Z 2 27 AA 2

NO. URAIAN PEKERJAAN

MINGGU KE-31 MINGGU KE-32

AKTIVITAS Bekisting balok zona 3A & 3B Bekisting balok zona 1A & 1B Bekisting balok zona 2A & 2B Pembesian balok zona 3A & 3B Pembesian balok zona 1A & 1B Pembesian balok zona 2A & 2B Pengecoran balok zona 3A & 3B Pengecoran balok zona 1A & 1B Pengecoran balok zona 2A & 2B Bekisting plat zona 3A & 3B Bekisting plat zona 1A & 1B Bekisting plat zona 2A & 2B Pembesian plat zona 3A & 3B Pembesian plat zona 1A & 1B Pembesian plat zona 2A & 2B Pengecoran plat zona 3A & 3B Pengecoran plat zona 1A & 1B Pengecoran plat zona 2A & 2B Pembesian kolom zona 3A & 3B Pembesian kolom zona 1A & 1B Pembesian kolom zona 2A & 2B Bekisting kolom zona 3A & 3B Bekisting kolom zona 1A & 1B Bekisting kolom zona 2A & 2B Pengecoran kolom zona 3A & 3B Pengecoran kolom zona 1A & 1B Pengecoran kolom zona 2A & 2B

NOTASI DURASI 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 (HARI) 1 A 4 2 B 4 3 C 4 4 D 4 5 E 4 6 F 4 7 G 2 8 H 2 9 I 2 10 J 4 11 K 4 12 L 4 13 M 4 14 N 4 15 O 4 16 P 2 17 Q 2 18 R 2 19 S 4 20 T 4 21 U 4 22 V 4 23 W 4 24 X 4 25 Y 2 26 Z 2 27 AA 2

NO. URAIAN PEKERJAAN

MINGGU KE-33 MINGGU KE-34 MINGGU KE 35

AKTIVITAS Bekisting balok zona 3A & 3B Bekisting balok zona 1A & 1B Bekisting balok zona 2A & 2B Pembesian balok zona 3A & 3B Pembesian balok zona 1A & 1B Pembesian balok zona 2A & 2B Pengecoran balok zona 3A & 3B Pengecoran balok zona 1A & 1B Pengecoran balok zona 2A & 2B Bekisting plat zona 3A & 3B Bekisting plat zona 1A & 1B Bekisting plat zona 2A & 2B Pembesian plat zona 3A & 3B Pembesian plat zona 1A & 1B Pembesian plat zona 2A & 2B Pengecoran plat zona 3A & 3B Pengecoran plat zona 1A & 1B Pengecoran plat zona 2A & 2B Pembesian kolom zona 3A & 3B Pembesian kolom zona 1A & 1B Pembesian kolom zona 2A & 2B Bekisting kolom zona 3A & 3B Bekisting kolom zona 1A & 1B Bekisting kolom zona 2A & 2B Pengecoran kolom zona 3A & 3B Pengecoran kolom zona 1A & 1B Pengecoran kolom zona 2A & 2B

(15)

No Aktivitas Satuan Volume

1 Bekisting balok zona 3A & 3B m2 405,36

2 Bekisting balok zona 1A & 1B m2 580,64

3 Bekisting balok zona 2A & 2B m2 418,072

4 Besi beton balok zona 3A & 3B kg 6535,3

5 Besi beton balok zona 1A & 1B kg 8674,44

6 Besi beton balok zona 2A & 2B kg 6712,688

7 Beton balok zona 3A & 3B m3 39,7898

8 Beton balok zona 1A & 1B m3 57,6

9 Beton balok zona 2A & 2B m3 40,92

10 Bekisting plat zona 3A & 3B m2 546,944

11 Bekisting plat zona 1A & 1B m2 851,824

12 Bekisting plat zona 2A & 2B m2 429,856

13 Besi beton plat zona 3A & 3B kg 6084,916

14 Besi beton plat zona 1A & 1B kg 10598,176

15 Besi beton plat zona 2A & 2B kg 5348,164

16 Beton plat zona 3A & 3B m3 65,634

17 Beton plat zona 1A & 1B m3 102,22

18 Beton plat zona 2A & 2B m3 51,582

19 Besi beton kolom zona 3A & 3B kg 7079,392

20 Besi beton kolom zona 1A & 1B kg 10619,084

21 Besi beton kolom zona 2A & 2B kg 7079,392

22 Bekisting kolom zona 3A & 3B m2 220,8

23 Bekisting kolom zona 1A & 1B m2 331,2

24 Bekisting kolom zona 2A & 2B m2 220,8

25 Beton kolom zona 3A & 3B m3 28,8

26 Beton kolom zona 1A & 1B m3 43,2

27 Beton kolom zona 2A & 2B m3 28,8

Tabel 4.12. Volume Kebutuhan Material Setiap Zona Pekerjaan

Tabel 4.13. Perhitungan Volume Material Per Hari Setiap Zona Pekerjaan

No Aktivitas Satuan Volume Durasi (hari) Volume/ hari

a b a/b

1 Bekisting balok zona 3A & 3B m2 405,36 4 101,34

2 Bekisting balok zona 1A & 1B m2 580,64 4 145,16

3 Bekisting balok zona 2A & 2B m2 418,072 4 104,518

4 Besi beton balok zona 3A & 3B kg 6535,3 4 1633,825

5 Besi beton balok zona 1A & 1B kg 8674,44 4 2168,61

6 Besi beton balok zona 2A & 2B kg 6712,688 4 1678,172

7 Beton balok zona 3A & 3B m3 39,7898 2 19,8949

8 Beton balok zona 1A & 1B m3 57,6 2 28,8

9 Beton balok zona 2A & 2B m3 40,92 2 20,46

10 Bekisting plat zona 3A & 3B m2 546,944 4 136,736

11 Bekisting plat zona 1A & 1B m2 851,824 4 212,956

12 Bekisting plat zona 2A & 2B m2 429,856 4 107,464

13 Besi beton plat zona 3A & 3B kg 6084,916 4 1521,229

14 Besi beton plat zona 1A & 1B kg 10598,176 4 2649,544

15 Besi beton plat zona 2A & 2B kg 5348,164 4 1337,041

16 Beton plat zona 3A & 3B m3 65,634 2 32,817

17 Beton plat zona 1A & 1B m3 102,22 2 51,11

18 Beton plat zona 2A & 2B m3 51,582 2 25,791

19 Besi beton kolom zona 3A & 3B kg 7079,392 4 1769,848

20 Besi beton kolom zona 1A & 1B kg 10619,084 4 2654,771

21 Besi beton kolom zona 2A & 2B kg 7079,392 4 1769,848

22 Bekisting kolom zona 3A & 3B m2 220,8 4 55,2

23 Bekisting kolom zona 1A & 1B m2 331,2 4 82,8

24 Bekisting kolom zona 2A & 2B m2 220,8 4 55,2

25 Beton kolom zona 3A & 3B m3 28,8 2 14,4

26 Beton kolom zona 1A & 1B m3 43,2 2 21,6

Referensi

Dokumen terkait

Banyaknya penawaran program dari berbagai lembaga pendidikan menimbulkan banyak pula pertimbangan bagi peserta didik dalam membuat keputusan. Permasalahan dalam

Empat tahun yang akan datang 2 kali umur ayah sama dengan 5 kali umur Budi ditambah

BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah, disekolah serta dalam kaitannya dengan kontak sosial

Gender misalnya, sebagai sebuah konstruksi sosial telah memberikan peran terhadap konsep penggubahan karya seni rupa sejumlah perempuan perupa Bali.. Peran gender dalam hal

Terbatasnya perubahan tingkat imbal hasil pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh pelaku pasar yang masih menahan diri untuk melakukan transaksi di pasar

Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat ini yaitu team Pengabdian Kepada Masyarakat mewujudkan melaksanakan workshop pelatihan dengan beberapa contoh kasus

bahwa untuk memperbaiki struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha Perusahaan Perseroan (Persero) PT Boma Bisma Indra serta untuk mendukung program

Kegiatan Pembelajaran Tidak Sesuai Sesuai Sebagia n Sesuai Seluru hnya 1.. Menampilkan