BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
C. Hasil Preparasi Sampel
Proses preparasi sampel dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan sari buah markisa ungu dan sari buah markisa kuning yang diduga mengandung senyawa antioksidan. Pemilihan sari buah sebagai objek penelitian ini disesuaikan dengan aplikasi pemanfaatan buah markisa oleh masyarakat sebagai bagian yang dikonsumsi. Pada beberapa penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan metode spray dryer dan freeze dryer untuk membuat serbuk dari sari buah markisa. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan stabilitas penyimpanan sampel agar tidak mudah rusak. Pada metode spray dryer, pembuatan sari buah menjadi serbuk menggunakan aplikasi panas pada rentang suhu yang cukup tinggi, padahal dalam penelitian ini akan meneliti aktivitas antioksidan dari senyawa yang rentan terhadap pengaruh suhu sehingga ditakutkan dapat mempengaruhi stabilitas fisik dan kimiawi kandungan senyawa dalam sari buah. Pada penggunaan metode spray dryer maupun freeze dryer juga diperlukan penambahan bahan-bahan lain seperti bahan pengisi, bahan penyalut dan masih banyak lagi yang memungkinkan adanya interaksi dengan senyawa antioksidan dalam sari yang akan diteliti. Oleh karena itu, peneliti lebih memilih sampel dalam berupa sari buah untuk mengetahui aktivitas antioksidan pada buah markisa dan untuk memperkecil kemungkinan kerusakan sampel, sari buah selalu dibuat baru.
Sampel yang digunakan dalam preparasi merupakan buah segar untuk menjaga kestabilan kandungan kimia dalam buah. Buah markisa digolongkan kedalam buah klimaterik karena pola respirasi markisa meningkat seiring dengan perubahan akibat pematangan seperti pelunakan daging buah atau perubahan pigmen warna, oleh karena itu penting untuk langsung melakukan preparasi setelah buah diperoleh untuk meminimalkan pola respirasi tersebut yang dapat mempengaruhi kandungan kimia sari buah.
Buah yang diperoleh kemudian dicuci dengan air mengalir untuk membersihkan dari pengotor-pengotor yang mungkin menempel setelah proses pemanenan. Isi buah markisa ungu dan markisa kuning kemudian ditimbang seberat 50 g dan dilakukan 5x replikasi untuk markisa ungu dan markisa kuning. Untuk memperoleh sari dari buah segar, kemudian dilakukan proses blenderisasi pada isi buah yang berupa biji dan cairan berwarna kuning yang merupakan bagian yang dikonsumsi oleh masyarakat. Proses blender dipilih karena disesuaikan dengan proses yang biasanya dilakukan oleh masyarakat untuk memperoleh sari buah markisa selain itu proses ini lebih mudah dan sederhana serta memperoleh sari yang cukup banyak. Proses penghancuran isi buah menggunakan blender dapat menghancurkan dinding sel khususnya pada biji markisa sehingga dari proses ini tidak diperoleh sari murni melainkan sari dengan ampas biji markisa, untuk itu masih diperlukan poses penyaringan agar yang diperoleh adalah sari buah tanpa ampas. Pada proses blender dilakukan penambahan aquades sesuai dengan volume buah yang ditimbang untuk masing-masing replikasi agar mempermudah blenderisasi dan proses penyaringan karena
sari yang diperoleh tidak terlalu kental. Alat-alat yang digunakan dipastikan kering sebelum digunakan kembali oleh karena itu digunakan hair dryer untuk mempercepat proses pengeringan.
Proses penyaringan dilakukan 2 kali menggunakan alat yang berbeda, yaitu pertama menggunakan alat penyaring tepung yang terbuat dari bahan tertentu dengan diameter lubang yang cukup besar. Penyaringan pertama ini bertujuan untuk menyaring terlebih dahulu biji-biji markisa yang yang masih berdiameter besar sehingga diharapkan dapat mempermudah proses penyaringan kedua dan memperoleh sari yang bebas dari ampas. Proses penyaringan kedua menggunakan corong Buchner yang disambungkan dengan pompa vacuum dan dilapisi dengan kain tetron untuk mempercepat proses penyaringan dan memperoleh hasil yang lebih banyak dengan sari bebas ampas. Sari yang diperoleh mempunyai warna yang cukup berbeda yaitu pada sari markisa ungu mempunyai warna sari lebih orange dibandingkan dengan sari markisa kuning (Gambar. 5). Pemilihan penggunaan kain tetron karena jenis kain ini hanya sedikit menyerap sari pada saat penyaringan sehingga volume sari yang diperoleh tidak berkurang. Sebelumnya peneliti telah mencoba menggunkan kertas saring dalam proses penyaringan tetapi proses penyaringan tidak berjalan dengan baik karena sari yng diperoleh cukup kental sehingga proses penyarian menggunakan kertas saring memakan waktu yang sangat lama. Terdapat perbedaan perolehan sari pada markisa ungu dan markia kuning (Tabel VI). Sari pada markisa ungu diperoleh lebih sedikit dibandingan sari pada markisa kuning. Hal ini dapat disebabkan
karena kandungan TSS (Total Soluble Solid) pada markis kuning lebih banyak dibandingkan pada markisa ungu (Karsinah et al., 2007).
Gambar 5. Perbedaan warna sari pada markisa ungu (MU) dan markisa kuning (MK)
Tabel VI. Volume sari buah markisa ungu dan sari buah markisa kuning Replikasi I Replikasi II Replikasi III Replikasi IV Replikasi V Markisa Ungu (mL) 64,6 65,0 63,4 66,0 62,1 Markisa Kuning (mL) 72,3 74,5 70,6 73,0 73,4
Sari yang diperoleh diasumsikan merupakan berat markisa, yaitu 25 g karena pada proses blenderisasi dilakukan penambahan aquades sesuai volume penimbangan yang diperoleh. Dari sari yang diperoleh kemudian dilakukan pengenceran dengan tujuan agar ketika direaksikan dengan DPPH, sari memiliki rentang absorbansi sesuai persyaratan menurut hukum Lambert-Beer 0,2-0,8. Pada proses pembuatan larutan induk, yaitu dengan memasukan masing-masing 0,5 mL sari markisa ungu dan sari markisa kuning ke dalam labu ukur 10,0 mL yang ditambahkan metanol hingga tanda, terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan atas yang berupa cairan bening berwarna kekuningan dengan lapisan bawah yang
MU MK
berupa endapan (Gambar. 6). Endapan yang terbentuk merupakan protein dan patih yang terkandung dalam buah markisa. Tanpa penambahan metanol sekalipun senyawa-senyawa ini tetap akan mengendap namun secara perlahan dan dalam waktu yang cukup lama. Hal ini dapat dibuktikan dengan melakukan penyimpanan pada sari buah dalam jangka waktu tertentu yang juga telah dilakukan oleh peneliti. Akan terlihat adanya endapan yang terbentuk setelah sari disimpan selama 1 hari tanpa penambahan metanol. Untuk itu metanol yang digunakan dalam penelitian ini, selain sebagai pelarut untuk mengencerkan sari juga berperan dalam mempercepat pengendapan protein dan pektin sehingga diperoleh cairan sari yang bening dan tidak mengganggu proses pengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometer visibel.
Gambar 6. Pengendapan protein, pati, dan pektin yang terkandung dalam isi buah Ket: markisa Ungu (MU) dan markisa kuning (MK)