Zat L - B
.. ■ - -i
Salkowski
Isolat I warna merah warna merah pada lapi
ungu san asam
Isolat II warna hijau warna merah pada lapi
biru san asam
Pembanding warna hijau warna merah pada lapi
biru san asam
2*2. Kromatografi lapisan tipis Fasa diam
Fasa gerak
Penampak noda Pembanding
: Silika gel 60 F 25k E Merck
tebal 0 , 2 mm
: n-heksana j-.etil Asetat = 8 : 2
kloroform.: etil adetat = 9 : 1
kloroform : n-heksana = 7 : 3
: Anife aldehid sulfat
: ft -sitosterin (Merck)
Hasil seperti terlihat pada gambar 4, gambar 3, gam
32
Hasil kromatografi lapisan tipis TABFL II
Fasa gerak
Isolat I Isolat II Pembanding
Wn [ I Rf Wn j Rf Wn Rf n-heksana:etil asetat = 8 : 2 i l ungu ] merah i 1 0,36 ungu ' 0,19 ungu 0,19 kloroform:• n-heksana=7: 3 i ungu J merah * 1 0,32 ungu | 0,19 ungu 0,19 kloroformsetil asetat = 9 : 1 i ungu f merah 1 1 i 0,55 ungu i 0,45 ungu 0,43
Keterangan : Wn s Warna noda.
2.3. Titik leleh
Pada pengamatan titik didapatkan : Isolat I : 80 - 81°C
79 - 80°C 80 - 81°C
Isolat II : 131 - 132°c 131 - 132°C 130 - 132°C
Titik leleh rata-r&ta 131°C
2.4» Spektrofotometri infra merah
Hasil serapan spektrofotometri infra merah dari
Isolat I : 3300 cm--1-* 2920 cnT*, 2850 cm 1475 cm"1 ,
l/f65 cm-1, 1^ 15 cm"1 , 13 75 cm- 1 , 130 5 cm-1,
1270 cra-1, 12 10 cm"1 , 1180 cm" 1 , 112 0 cm"1 ,
1070 cm'1, 10 3 5 cm"1, 10 0 0,-cm- 1 , 970 cm" 1 ,
925 cm- 1 , 770 cm- 1 , 730 cm- 1 , 720 cm-1.
Hasil terlihat pada gambar 10.
2.5* Kromatografi gas/spektrometri massa ( GC/MS ). Pada analisis dengan GC/MS dipakai kondisi :
helium 280°C 2200 _ 280°C 1 ml/menit pan jang 10 m diameter 0 , 3 2 mm
Hasil analisis dengan GC/MS dapat dilihat pada gambar 11
, gambar 1 2, gambar 13, gambar 14o
gas
suhu injeksi suhu kolom kecepatan alir ukuran kolom
34
• Gambar 3 : Hasil KLT ekstrak dengan fasa gerak
i
*
Gambar Ly : Hasil KLT isolat I dengan fasa gerak
36
Gambar,5 • Hasil KLT isolat I dengan fasa gerak
Gambar 6
*
: Hasil KLT isolat I dengan fasa gerak
38
Gambar 7 : Hasil KLT isolat II dengan fasa gerak
n-heksana : etil asetat = 8 : 2
Catatan : S = isolat 11
Gambar Q i Hasil KLT isolat II dengan fasa gerak
kloroform ; n-heksana = 7 : 3
Catatan : S = isolat II
bO
Gambar 9 : Hasil KL'r isolat IX dengan fasa gerak
klorpform : etil asetat = 9 : 1
Catatan : S = isolat II
Bambar^.0 : Spektrogram hasil spektrofotomctri infra merah isolat I
42
TIC Data File: SRI 26-JUN-09 1Z;32
Sample* LABORATORIUM DflSftR BERSAMA
Scan* i to 520(520) RT 0'00" to 5'16"(5'16”) El(Pot.) Iv 0.00 Operator: MH.SRNTOSA
Gambar 11 : Kromatogram hasil Kromatografi gas/Spektro-metri massa isolat II
n « 4 b S H t C I K U M Data M l e : SKI 2b-Jlrt~U* 1£:3Z Sa m p l e t L f l B O R A TO R I U n D f lSf lR BER S f lf lA RT 3'29" El (Po*.) GC 279.7c BP: m/z B6.0000 Int. 0.0557 Lv0.00 Scan* (320 to 380) 109 100 200 300 llll,IItil li lll|< 400 500 600 M / Z
Gambar .12 : Spektrogram hasil spektrometri massa isolat XT dengan waktu retensi 3*29*!
hk
MASS SPECTRUM Data File: SRI 26-JUS-69 12:32
Sample! LABOR ATORILfl DASAR BERSAT1A
RT 3'29" El (Pot.) GC 279.7c BP: m/x 86.0000 Int. 0.0557 Lv 0.00 Scan* (320 to 380)
Gambar 13 • Spektrogram hasil spektrometri massa
HHbb bPLCIKUl Uata file: bKl Jfe-JUri-tt* Vdi’Sd
S w n p le t LflBORATORIUM DflSflR BERSPMA
RT Z’AV' El (Pot.) GC 265.0c BP; ro/z 396.0000 Int. 0.1171 Lv 0.00 Scan* (230 to 290)
Gambar 14 • Spcktrogtarn hasil spektrometri massa isolat II
BAB V PEMBAHASAN
Pada penelitian ini telah dilakukan isolasi kandung- an sterol dan triterpen dari tanaman Euphorbia hirta L • Salah satu faktor pengganggu dalam isolasi ini adalah adanya klorofil dan lemak. Maka pada tahap isolasi akan dilakukan usaha untuk menghilangkan gangguan tersebut.
Ditinjau dari berbagai cara isolasi steroid dan tri terpen, selalu digunakan pelarut organik non polar, meng- ingat sifat dari sterol dan triterpen mudah larut. dalam pelarut organik non polar. Pada isolasi ini digunakan pelarut penyari n-heksana. Pemilihan n-heksana sebagai pe pelarut penjrari selain sifatnya yang non polar, juga har- ganya lebih murah.
Pada tahap ekstraksi, pemanasan tiga kali selama ti- ga jam diperkirakan bahwa kandungan yang diinginkan sudah tersari seluruhnya. Selanjutnya ekstrak disabunkan dengan
KOH 15% dalam metanol, diharapkan lemak dapat disabunkan
seluruhnya, sehingga hanya didapat sterol yang tidak ter- sabunkan dan triterpen. Kemudian diencerkan dengan air lima kali volumenya, dimaksudkan untuk melarutkan sabun yang terbentuk, sehingga pemisahan dapat sempurna. Hasil penyabunan yang didapat kemudian disari dengan eter. Pe milihan eter sebagai pelarut penyari dimaksudkan agar penyarian kandungan dapat lebih sempurna, sebab pada pe- nyarian pendahuluan dengan menggunakan n-heksana ekstrak tidak dapat memisah sempurna.
Dari hasil penyarian ditiapat ekstrak kental berwarna ku- ning kecoklatan.
Tahap awal identifikasi zat kandungan yang paling mudah dilakukan adalah reaksi warna dan kromatografi la pisan tipis. Dari analisis yang dilakukan pada ekstrak dengan kromatografi lapisan tipis didapatkan adanya tiga noda (.gambar 3). Untuk memisahkan komponen-komponen ter- sebut, kemudian dilakukan kromatografi kolom dan ditam - pung beberapa fraksi. JTraksi-fraksi yang didapat kemudian dilakukan kromatografi lapisan tipis, fraksi yang mempu- nyai noda yang sama dikumpulkan dan dari hasil kromato - grafi kolom ini didapatkan dua isolat yang menunjukkan adanya satu noda dengan kromatografi lapisan tipis. Pada setiap isolat kemudian dilakukan kromatografi lapisan ti pis preparatif, dan hasilnya dilakukan identifikasi. 1. Identifikasi dengan reaksi warna
Pada identifikasi dengan reaksi warna didapatkan : - Isolat I, dengan pereaksi Liebermann-Burchard mengha-
silkan warna merah ungu, dengan pereaksi Salkowski menunjukkan warna merah pada lapisan asam (tabel I). Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh senyawa triterpen yaitu dengan pereaksi Liebermann-Burchard menghasilkan
warna merah ungu { 9,22 ), sedang dengan pereaksi Sal
kowski menunjukkan warna merah pada lapisan asam ( 22).
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa isolat I me rupakan senyawa triterpen .
- Isolat II, dengan; pereaksi Liebermann-Burchard menun - jukkan hasil dengan warna hijau biru, demikian juga
48
senyawa pembanding -sitosterin (sterol; dengan pe-
reaksi Liebermann-ijurchard menunjukkan warna hijau biru. Sedangkan dengan pereaksi Salkowski isolat II dan senyawa pembanding menunjukkan hasil yang sama yaitu warna merah pada lapisan asam (tabel I').
Ilasil yang sama juga ditunjukkan oleh senyawa sterol apabila direaksikan dengan pereaksi liebermann-mir - chard menghasilkan warna hijau biru, dengan pereaksi Salkowski menunjukkan warna merah pada lapisan asam
( 22 ).
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa isolat II menunjukkan senyawa sterol,
2, Identifikasi dengan kromatografi lapisan tipis.
jjari hasil analisisidengan KLT pada ekstrak di - dapatkan adanya tiga noda (gambar 3;. Dari hasil pe misahan didapatkan dua isolat yang menunjukkan satu noda dengan harga Kf yang berbeda.(tabel II).
- Isolat l, dengan tiga macam 1'asa gerak menunjukkan adanya satu noda dengan harga Rf yang lebih besar di banding isolat II.
- Isolat II, dengan tiga macam fasa gerak menunjukkan adanya satu noda yang menunjukkan harga Rf yang sama
(hampir sama; dengan senyawa pembanding.
Dilihat dari harga Rf yang didapat pada hasil kromatografi lapisan tipis dapat diduga bahwa isolat I merupakan senyawa triterpen dan isolat II merupakan
- Isolat I menunjukkan harga titik leleh 80°C. - Isolat II menunjukkan harga titik leleh 121°C.
Identifikasi dengan titik leleh tidak banyak mem bantu apabila zat tidak dalam keadaan murni dan kering, 4, Identifikasi dengan spektrofotometri infra merah.
Pada penelitian ini hanya isolat I saja yang di lakukan identifikasi dengan spektrofotometri infra me rah, Dari hasil serapan (gambar 10; didapatkan harga
puncak serapan pada bilangau gelombang : 5300 cm" 1 yang
menunjukkan adanya gugus 0-H, vibrasi ulur dari C-H pada CH^ (2950 cm ** sampai 2850 cm-1;, ikatan C-OH fe-
—1
nol (1070 cm ;. Namun hasil identifikasi dengan spek trofotometri infra merah tidak dapat digunakan untuk menentukan struktur suatu senyawa, tetapi hanya digu nakan untuk mengetahui gugus fungsi suatu senyawa, Seperti halnya isolat I yang dinyatakan sebagai seba gai senyawa triterpen dapat diketahui adanya gugus 0-H yang merupakan gugus fungsi yang spesifik.
5, Identifikasi dengan GC/MS.
Dari hasil identifikasi isolat II dengan GC/MS
didapatka kromatogram dengan dua puncak (gambar 1 1;.
Pada analisis puncak dengan daerah pencatatan
(scan; 320 - 380 dengan waktu retensi 3*29", dengan
spektrometri massa menunjukkan spektrogram dengan pun
cak dasar pada m/e 8 6 i^gambar 12). Dari spektrogram
ini menunjukkan harga limpahan ion terbesar pada m/e
50
sitisterol. Selain itu juga menunjukkan adanya puncak puncak'.yang merupakan fragmentasi spesifik dari sito sterol, yaitu puncak dengan m/e 329, 303, 275 yang
termasuk sterol (lampiran 1).
Pada analisis puncak dengan scan 250 - 290 dengan
i ii
waktu retensi 2 41 menunjukkan harga limpahan ion de-
massa terbesar 3 9 6. Namun pada hasil pencatatan (spec
trogram) pada scan ini mungkin senyawa sterol merupa kan isomer sitosterol bila dilihat adanya limpahan . ion pada m/e 414 walaupun sangat rendah, tetapi juga
c
diduga bukan isomer sitosterol ( sterol ^ ) karena tidak didapatkan adanya fragmentasi spesifik dari
ste-5
rol . Jadi masih diperlukan penelitian lebih
lan-jut untuk mengetahui macam sterolnya (gambar 14).
Dari beberapa macam identifikasi yang dilakukan didapat hasil bahwa : Isolat I, berdasarkan reaksi warna, KLT dan spektrofotometri infra merah dapat di- dipastikan sebagai senyawa triterpen, sedangkan iso - lat II berdasarkan hasil reaksi warna,KLT dan diperku^ at oleh hasil G-C/MS dapat disimpulkan sebagai senyawa
sterol yang terdiri dari dua macam senyawa yaitu si tosterol dan senyawa sterol yang belum diketahui.
JjA'B VI KiSblMPULAH
Dari isolasi yang telah dilakukan pada tanaman Euphorbia hirta L diperoleh dua isolat :
- Isolat I merupakan senyawa triterpen yang berupa amorf dan berwarna putih,
- Isolat II merupakan campuran senyawa sterol yang belum diketahui dan sitosterol yang berbentuk kristal jarum berwarna putih*
RINGKASAN
Telah dilakukan isolasi sterol dan triterpen dari ta naman Euphorbia hirta L ,
Tahap isolasi dimulai dari pembuatan ekstrak, dengan
jalan serbuk tanaman dipanaskan selama 3 jam dengan pendi
ngin balik, dengan menggunakan pelarut n-heksana. Ekstrak yang didapat kemudian dipekatkan, kemudian disabunkan de
ngan KOH 15 % dalam metanol dan•dipanaskan selama k jam.
setelah itu diencerkan dengan air 5 kali volumenya.
Ekstrak kemudian disari dengan eter beberapa kali sampai hasil penyarian yang terakhir tidak menunjukkan hasil po
sitip dengan reaksi Liebcrmann-Burchard. \Ha6i'l penyarian
dengan eter ( fasa eter) diuapkan sampai kering, setelah itu dilakukan tes kromatografi lapisan tipis, ternyata di dapatkan adanya 3 noda. Kemudian dilakukan pemisahan de ngan kromatografo kolom, dan ditampung beberapa fraksi, setiap fraksi 5 nil. Setiap fraksi kemudian dilakukan kro matografi lapisan tipis dengan fasa gerak campuran n-hek-
sana : etil asetat = 8 : 2 (seperti eluen pada kromatogra
fi kolom. Fraksi dengan noda yang sama dikumpulkan menja di satu. Untuk mendapatkan fraksi dengan noda yang benar- benar satu , kemudian dilakukan pemurnian dengan kromato grafi lapisan tipis preparatif dengan fasa gerak n-heksa na : etil asetat = 8 : 2 dan fasa diam kieselgel 60 F 254* Hasil pemurnian dilarutkan dalam kloroform kemudian diuap kan. Dari masing-masing isolat yang telah dimurnikan dila
kukan identifikasi. Isolat I :
- Pada reaksi warna menunjukkan warna merah ungu (spesi^ fik ) untuk triterpen.
- Kromatografi lapisan tipis dengan tiga macam eluen me nunjukkan satu noda, dimana harga Rf lebih besar diban ding isolat II .
- Spektrofotometri infra merah menunjukkan adanya gugus OH. Identifikasi ini melengkapi dua macam identifikai
sebelumn.ya* Isolat II :
- Reaksi warna memberikan hasil warna yang sama dengan pembanding sterol.
- Kromatografi lapisan tipis dengan tiga macam eluen me menunjukkan satu noda yang mempunyai harga Rf yang sa ma dengan pembanding sterol.
- GC/MS didapatkan adanya dua komponen sterol yang meru pakan sitosterol dan satunya diduga isomer sitosterol.
55
1. Seno, A. Sastroamidjojo. 1967 , Obat Asli Indonesia. Cetakan Ketiga. Dian Rakyat. Jakarta, hal, 286.
2. Departemen Kesehatan Republuk Indonesia. 1979 • Mate ria Medika Indonesia. Jilid III, Jakarta, hal, 30-35* 3. Yoshida, T. et al, 1988 • Tannin and Related Polyphe nol of Fuphorbiaceous Plant. IV. Fuphobians A and B Novel Dimeric Dehydroellagitannins from Euphorbia
hirta L. Chemical Pharmaceuthical Bulletin. 36 (8).
hal. 2940 -2949.
4. Hegnauer, R, 1966 • Chemotaxonomie der Pflanzen. Band 4 Birkhauser. Verlag. Bazel und Stuttgart, hal, 103 - 140.
5. Claus, E.P* 1961. Pharmacognosy. 4th Edition, Lea and Febiger : Philadelphia, hal. 267 - 268.
6. Trease, G.F. 1978 . Pharmacognosy. 11th Edition, Ba -
illere-Tindal. London, hal. 108 - 109, 333*
7. Farnsworth, N.R. 1982 . Current Status of Plant Pro ducts Reported to Inhibit Sperm. Research Fronties in Fertility Regulation. 1.2.
8. Connolly,J.D, and Hill, R.A. 1985 . Natural Product
Reports A Journal of Current Development in Bio-orga nic Chemistry. 2 (1). Royal Society of Chemistry, hal. 1, 9, 11.
9. Yunazar Manjang. 1981 . ^enentuan Struktur Terpenoida dalam Alstonia spatulata yang diduga berkhasiat seba gai Antidiabetes. Disertasi . Insitut Teknologi Ban
dung. hal. 93 - 97.
10. Metcalfe, C.R. and Chalk, L. 1979 • Anatomy of Dicoty ledons. Volume 1 . 2nd Edition. The Clarendon Press, hal.
11. Steenis, C.G.G.J. dan kawan-kawan, 1975 . Flora untuk Sekolah di Indonosla. Pradnya Paramita. Jakarta, hal. 275.
12. Heyne,K. 1950 . De Nuttge Pflanzean van Indonesie. Da el 1. 3© Druk, N.V. Uitgeverijw van Hoeveis Gravenha- ge Bandung, hal. 962 - 963.
13* Backer, C,A. and Bakhuizen van Brink, R.C. 1965 • Flo ra of Java. Volume 1. NVP. Noordhoff Groningen. The Netherlands, hal. 500 - 504.
1/f. Sudarman Mardisiswojo dan Harsono Padjak Mangunsudarso 1965 . Cabe Puyang V/arisan Nenek Mpyang, Jilid T
Cetakan Kedua. PiT. Karya Wreda. hal 8l
15. Sudarman Mardisiswijo dan Harsono Radjak Mangunsudarso 1965 • Cabe Puyang V/arisan Nenek Moyang. Jilid III. Cetakan Kedua. P T. Karya Wreda. hal, 7
16. Fessenden, Ralph J, and Fessenden, Joan S. 1984 . Kimi a Organik, Fdisi Dua. Jilid II. terjemahan oleh A. Ha- dyana Pudjaatmaka. Frlangga. Jakarta Pusat. hal. 437 - 450.
17. Fieser, L.F, and Fieser, M. 1963 . topics in Organic Chemistry. N.V. Reinhold Publishing Corporation, Chap man and Hall LTD. London, hal. 168 - 224.
57
• 18. Gilman, H, 1953. Organik Chemistry. Volume IV. John - Wiley and Sons Inc. New York. hal. 688- 701.
19. Noller, P. Carl. 1965 • Chemistry of Organik Compounds 3rd Edition. WB Saunders Company ; Philadelphia. Lon - don. hal. 967 - 968.
20. Berndt. 1982. Sitosterol and Stigmasterol as Precursor for Production of Contraceptions. Sinonsis Seminar Ha sional Produksi Bahan Baku Kontrasepsional. BKKBN. Jakarta, hal 77.
21. Tyler, V.E. et al. 1976 . Pharmacognosy. 7 ^ Edition. Lea and Febiger : Philadelphia, hal. 197 - 198.
22. Finar, I.L. 1975 . Organic Chemistry. Sterechemistry and The Chemistry of Natural Products. Vol.2. 5 ^ Edi- tion. English Language Book Society and Longmann Group
Limited : London, hal, 354 - 4 52 , 518.
23* Aynehchi, Y. and Mahoodian, M. 1973 • Chemical Examing tion of Zizyphus spina-christi ti) willd. Acta Pharm
Suecica. 10. hal. 5 15 - 5 19,
24. Schroeder, G. et al. 1980 . 7-oxo-, 7-hydroxy- and
7-hydroxysterol from Euphorbia fischeriana . Phytoche- mistry. 12 • ^al. 2213 -2215.
25# Donatus, A.I. dan kawan-kawan. 1983 . Risalah Simposium Penelitian Tumbuhan Obat III. Fakultas Farmasi Universi.
tas Gadjah Mada. Yogjakarta. hal. 398 - 399.
26. Hylands, P.J. and Oskono, M.T. 1979 . A New Triterpene ' from Bryonia dioica. Phytochemistry. 18 . hal.1843-1845. 27. Gonzales, A.G. et al. 1975 . A New Quinoid Triterpene
Kursus Instrumental. Bagian Farmasi. Fakultas Kedokter an Universitas Airlangga.
2^. Williams and Fleming. 1973 . Spectroskopic Method in Organic Chemistry. 2nd Edition. Mc-Graw-Hill Book . Com
pany Limited Maidenhead; Berkshire . England, hal.
30. Stahl, E. I960. Thin- Layer Chromatography. A Laboratory Hand Book. 2nd Edition. Toppan Co Limited : Tokyo Japan hal. 311 - 341.
31. Willard, H.H. et al. 1981. Instrumental Methods of Ana-
lysis* 6th Edition. D. Van Nostrand Conpany : New York
Cincinnati * Toronto. London, hal.454-486, 515 - 627. 32. McNair, H.M. and Bonelli, E.J. 1988. Dasar Kromatografi
Gas. Penerbit ITB Bandung.
33. Samhoedi Moch. 1980 . Elusidasi Struktur. Penentuan Struktur Dasar Pertolongan Metode Spektroskopik UV, IR, H-NMR, MS. Universitas Gadjahmada. Jogjakarta.
34. McLafferty, F.W. 1988. Interpcetasi Spektra Massa. Edisi Ketiga. terjemahan oleh Hardjono Sastrohamidjojo.Gadjah Mada University Press.
35. Fasich, Bambang Soekardjo, Ahmad Fuad,H. 1986 . Spektro-*
fotometer Infra Merah. Kursus Analisis Kimia Instrumental Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Surabaya.
36. Indrayanto, G. 1983 . Steroid und Triterpene in Zellkul- turen Untersuchungen mit Zellkulturen von Solanum lacinl atum Ait. Solanum wrightii Bth. und Costus speciosus (Koen) SM. Dissertation. Universitait zu Tubingen .
Amanah, .^iti. 1987 • Isolasi Triterpen dari Daun Min- di ( Melia azedarach Linn ). Skripsi. Fakultas Farma- si Universitas Airlangga* hal. 24.