• Tidak ada hasil yang ditemukan

F A K U L T A S FARMAS1 U N IV E R S IT A S A IR L A N G G A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "F A K U L T A S FARMAS1 U N IV E R S IT A S A IR L A N G G A"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

S K RI PS I

SRI M ULYAN IN GTYAS

ISOLASI STEROL DAN TRITERPEN

DARI TANAMAN EUPHORBIA HIRTA L

F A K U L T A S FARMAS1 U N IV E R S IT A S A IR L A N G G A

(2)

ISOLASI STEROL DAN TRITERPEN DARI TANAMAN EUPHORBIA HIRTA L

SKRIPSI

DIBUAT UNTUK MEMBNUHI SYARAT

MENCAPAI GELAR SARJANA PARMASI

PADA FAKULTAS PARMASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA 1989

oleh

SRI MULYANINGTYAS 0584-10648

(3)

PRAKATA

Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Ku-

asa, atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan kepada kami

sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi ini untuk meme-

nuhi tugas akhir dalam mencapai gelar sarjana farmasi pa­

da Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

Kami yakin bahwa penelitian yang dilakukan masih ja-

uh dari sempurna serta banyak kekurangannya. Harapan kami

semoga penelitian yang sangat sederhana ini, bermanfaat -

bagi peneliti selanjunya*

Pada kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan te-

rima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

' 1* Bapak Prof.DR.Sutarjadi dan Bapak Drs.Wahjo Dyatmiko

yang telah banyak memborikan bimbingan, pengarahan ser

saran dari awal hingga selesainya tugas menyusun skiip

si ini.

2. Bapak DR.Gunawan Indrayanto dan Bapak DR.Mulya Hadi

Santosa yang telah memberikan bantuannya sehingga skrip

si ini dapat terselesaikan.

3* Bapak Kepala Laboratorium Kimia Sintesis beserta karya

wan yang telah berkenan memberikan bantuan peralatan

yang menunjang terselesaikannya skripsi ini.

4. Seluruh karyawan Laboratorium Fitokimia Jurusan Biolo-

gi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

5* ttapak dan Ibu docen serta rckan-rekan yang telah mcmban

(4)

6* Ayah dan Ibu serta saudara-saudara kami yang tercinta

yang telah memberikan bantuan moril dan materiil, sehi

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan rakhmatNya

atas semua kebaikan yang telah kami terima. Amin.

Surabaya, Juli 198 9

(5)

DAFTAR 1ST

1. Tinjauan tentang tanaman Eunhor.bia . . _ hirta L ... .3

2. Tinjauan tentang steroid ...5

2.1. Uraian tentang sterol ...6

4* Tinjauan cara isolasi ...12

4.1. Isolasi steroid ...12

4.2. isolasi triterpen ... .14

(6)

5*2. Kromatografi lapisan tipis ... 16

5-3* Kromatografi gas ... 17

6. Tinjauan tentang spektrometri massa .... .19

7. Tinjauan tentang kombinasi kromatografi gas/ spektrometri massa (GC/MS) ...21

8. Tinjauan tentang spektrofotometri infra merah ... .21

3.3.5. Spektrofotometri .infra merah . 27 IV HASIL PENELITIAN ... .30

1. Identifikasi ekstrak dengan kromatografi lapisan tipis ... .50

2. Identifikasi hasil pemurnian...3^

2.1. Reaksi warna ... .30

2.2. Kromatografi lapisan tipis ... .31

2.3. Titik leloh ... .32

(7)

2.5. fiC/MS ... ... 33

V. PFMBAHASAN ... ... if6 VI. KFSIMPULAN ... ... 51

VII. SARAN ... ... 52

VIII. RINGKASAN ... ... ... 53

tjaftar p u s t a k a ... . 55

LAMPIRAN ... '60 Halaman

(8)

B A B I

P E N D AH U LU AN

Dewasa ini perkembangan kefarmasian menunjukkan ada-

nya kemajuan yang menggembir^kan, terutama dalrm pengada-

an obat jadi, Perkembangan semacam ini dapat juga ditemui

pada perkembangan pencarian bahan-bahan bnru,

Tumbuh-tumbuhan merupakan salah satu sumber bahan o-

bat. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebngai obat sudah dike-

nal masyarakat luas, dengan cora mencoba^coba satu atau

ramuan beberapa m;-cnm tumbuhon, yang sekcvrang telah menja

di warisan secara turun-temutun. Keberhasilan dalam meng-

isolasi zat kandungan yang berkhasiat dari tanaman akan

merupakan faktor pendorong munculnya produk obat baru, ka

rena hal ini akan merupakan lembaran baru dalam dunia me-

dlk> khususnya kemungkinan pemanfaatan isolat menjadi ba-

han obat baru.

Salah satu jenis tanaman yang sering digunakan seba-

gai obat tradisional adalah Euphorbia hirta L yang dike-

nal dengan patikan kebo (Jawa). Tanaman ini ditemukan ham

pir diseluruh Indonesia yang umuranya tumbuh liar dan mem-

punyai nama daerah yang berbeda,

Kandungan Euphorbia hirta L adalah : zat menyerupai

damar, zat yang menyerupai lilin (1) flavonoid, tanin,

triterpen (2,3) d'iterpcn (3) eufol, euforbol,eufosterol

tirukalol (2), tarakseron, tarakserol (4), alkaloid, gli-

(9)

2

Dewasa ini pencarian dan penggunaan senyawa steroid

raasih terus dilakukan terutama hormon-hormon steroid. Ke

butuhan akan hormon steroid untuk keperluan pengobatan

roaupun untuk pembatasan kelahiran makin meningkat dafci ta

tahun ketahun.

Salah satu sumber steroid adalah senyawa sterol. Di-

mana sterol merupakan zat antara dalam biosintesa hormon’

steroid (Fessenden 1984 )•

Sumber sterol banyak dijumpai ba&k dalam tanaman ma­

upun hewan. Dengan adanya usahaountuk mencari sumber ste­

rol, skan dapat membantu dalam pcngadaan kebutuhan steroid

terutama dalam pembuatan obat-obatan yang berhubungan de­

ngan hormon steroid.

Dari penelitian yang pernah dilakukan,khasiat triter

pen sudah banyak.diketahui, antara lain diduga sebagai

anti diabetes (.9)., zat spermisida (7), zat anti kanker

f8)* Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa tri-

terpen banyak mempunyai khasiat, sehingga adanya usaha ug

tuk mendapatkan sumber triterpen akan membantu dalam pe-

ngadaan bahan obat .

Berdasarkan hal diatas maka penelitian ini bertujuan

untuk mengisolasi steroldan triterpen dari tanaman Euphor

bia hirta L

Dengan selesa-inya penelitian ini diharapkan dapat

(10)

BAB I I

TI NJ AUAN PUSTAKA

1. Tinjauantentang tanaman Euphorbia hirta L

1.1. Klasifikasi (6,10)

Devisi : Spermatophyta

Anak devisi : Angiospurmae

Kelas : Dicotyledoneae

Anak kelas : Archichlamidae

Bangsa •: Euphorbiales

Suku : Euphorbiaceae

Marga : Euphorbia

Jenis : Euphorbia hirta L

Sinonira : Euphorbia pilulifera L (11).

1.2. Nama daerah

Euphorbia hirta L dibeberapa daerah dikenal de­

ngan nama«: Jawa : patikan, patikan kebo, patikan ja­

wa, kukon-kukon (1,2,11,12)>Madura : kak-sekakan (1,

2,11,12),Sunda : nanangkaan, nangkaan, gelang susu

(1,2,6,1 1,12),Jakarta : gendong anak, gelang susu (1,

2,J2) Sumatra: daun biji kacang (2,12),Halmahera :

sosonongo, lobi-.lobii2,12) ,'L'ernate : isu ma gibi (2,12

Tidore : isu gibi (,2,12>.

1..31* Tempat tumbuh dan penycbarannya

Tanaman ini berasal dari Amerika (2,13) , terdapat

juga di India, Cina, Malaysia, Australia, Mexico (2).

Di Indonesia tanaman ini banyak dijumpai ditempat ter

(11)

k

ketinggian 1 - l/ ]00 ra diatf’.s permukaan laut (1,2,1 1)

Morfologi’"tanaman

Berupa herba tegak atau memanjat dengan tinggi

6 - 60 cm dan bcrumur pendek. Batang berambut berv/ar

na merah coklat atau keunguan tidak rata, bentuk bu-

lat, kecil dsn panjang. Percabangan keluar dari dekat

pangkal batang dan tumbuh lurus keatas, jarang yang

tumbuh mandator dengan tanah (2) .

Daun berbentuk jorong meruncing sampai turapul a*

tau bundar panjang, tepi daun bergigi, warna hijau tu

a sampai hijau kelabu, sering terdapat noda ungu, per

mukaan atas dan bawah daun berambut. Letak daun berha

dapan, umuranya rapuh dan mudah patah. Panjang helai

daun 0 , 5 - 5 cm, lebar 0 , 5 - 2 , 5 cm, panjang tangkai

daun 0 , 2 - 0 , 4 cm (.2).

Bunga kecil bergerombol, tersusun dalam karangan

berbentuk bola dengan garis tengah + 1 cm, keluar da­

ri ketiak daun, warna pucat atau merah kecoklatan.

Tangkai bunga 0 , 4 - 1,5 cm (2).

rupai damar, zat menyerupai lilin(X), flavonoid, ta­

nin, triterpen (2,3) > diterpen (3), eufol, euforbol,

eufosterol, tirukalol ( 2), tarukserol, tarakseron ( b)

(12)

1.6. Kegunaan

Masyarakat secara empiris menggunakan tanaman

Euphorbia hirta L untuk menyembuhkan penyakit an.tara

lain : dekok tanaman digunakan sebagai obat bronchi­

tis, radang usus, asthma, antidiuretik (1,12,14*15)»

influenza (1,12,14*15) > antidiabctes (li+,15), antidi

diarrhea (3), ekspektoran (3)§ Getah tanaman dapat di

gunakan sebagai obat radang selaput mata, luka digi -

git ular (1,14,15)* Untuk obat koreng, kurap, bisul

tanaman ditumbuk halus digunakan untuk bobok (1,14,15)

Selain itu simplisia tanaman juga berkhasiat sebagai

sedatif (2),

2. Tin.jauan tentang steroid

.Steroid merupakan senyawa berinti siklopentanoper-

hidrofenantren, dengan tiga cincin atom C enam dan satu

cincin atom C lima, Keempat cincin tersebut diberi nota

si huruf A,B,C,D. Atom karbon dari sistem cincin senyavja

steroid diberi nomor l.sampai 17 (16,17,18,19).

Struktur steroid digambarkan sebagai berikut :

Meskipun sebagian besar senyawa steroid yang berperan

tetapi anggota dari sterol mompunyai rantai samping

yang cukup panjang, yang terikat pada atom karbon 17 penting dalam biokimia tidak m^nunjukkan rantai samping

(13)

6

Secara sederhana senyawa steroid dapat diklasifikasikan da­

lam dua kelas :

a. Steroid yang mengandung tidak lebih dari 21 atom karbon

yang biasanya disebut sebagai senyawa steroid.

b. Steroid yang mengandung lebih dari 21 atom karbon, ter -

masuk didalamnya : sterol-sterol, asam empedu, vitamin D,

glikosida jantung, sapogenin, dan alakaloid.

2.1'i‘Uraian tentang sterol

Sterol alam biasanya mempunyai inti kholestan, ergos

tan atau stigmastan dengan gugus hidroksi pada C-3 dan i-

katan rangkap pada C-5. Selain itu beberapa sterol mempu­

nyai ikatan rangkap pada C-7 dan C-22.

^erdasarkan asal, sterol dibagi empat golongan

(17,1^19)

a. Zoosterol, sterol yang berasal dari hewan, terutama

dari vertebrata, misal : kholesterol

b* Fitosterol, sterol yang berasal dari tanaman , raisal :

stigmasterol, sitosterol.

c, Mikosterol, sterol,.yang berasal dari jamur,.-misal : $r

gosterol, zimosterol.

d. Marinesterol, sterol yang berasal dari invertebi’ata

yang hidup di laut, misal : kalinesterol, stellasterol,

demosterol.

Stigmasterol penting sebagai bahan untuk sintesa hoc

mon seks dan kortikosteroid, dimana stigmasterol dengan

melalui beberapa tahap reaksi kimia akan disintesa men-

(14)

oppenauer menghasilkan stigmastadion, yang kemudian di

an direaksikan dengan ozon mengakibatkan rantai samping

pecah dan menghasilkan bisnor-aldehid yang lebih lan -

jut menghasilkan progesteron (2 0)* Rangkaian reaksi ter

sebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

oksidasi

Bisnor-aldehid

Sintesa progesteron dari stigmasterol

Sitosterol umumnya banyak terdapat dalam tanaman

misal pada minyak gandum, minyak jagung, minyak biji

kapas, tetapi yang paling umum dijumpai dalam tanaman

adalah beta sitosterol (21). Sitosterol, dengan melalui '

beberapa tahap reaksi kimia atau proses mikrobiologis

akan diperoleh noretisteron dan etinil estradiol •

Rangkaian reaksi tersebut dapat dijelaskan sebagai be­

(15)

8

Sitosterol

OH

Noretisteron

Estron

L--C

17-etinil estradiol

Sintesa etinil estradiol dan noretisteron dari

sitosterol

*CH

3* Tin.jauan tentang sen.yawa terpen

Terpen merupakan suatu persenyawaan hidrokarbon

(16)

3*1* Humus molekul

Satu satuan isopren mempunyai bangun molekul se­

bagai berikut :

3.2. Struktur terpen '

Ditinjau dari struktur rantai raolekulnya, ada

dua bentuk terpen yaitu (1 7,19) :

a. Terpen alifatik

Contoh : Osimen

b. Triterpen siklik

Contoh : Limonen

Umumnya terpen yang terkandung dalam tanaman adalah

dalam bentuk.siklik.

3*3* Macam-macam terpen

Ditinjau dari jumlah satuan isopren penyusunnya

terpen d&pat aibedakan menjadi (1 7*18)19,22):

Suatu senyawa terpen yang terdiri dari beberapa

unit isopren mempunyai rumus molekul ( C^Hg )n

Jumlah satu Kama Contoh\

an isopren

1 - isopren/ - ditemukan pada tanama

(17)

10

2 - monoterpen - mentol, geraniol ,

(10 atom C) limonen, dll

3 - seskuiterpen - zingiberin, santo

(15 atom C) nin, farnesol, dll

4 - diterpen - fitol, vitamin A,

(20 atom C) asam agitat, dll

- triterpen - skualen, lupeol,

atom C) amirin, dll .

8 - tetraterpen

(.4-0 atom C)

- karbten

n - politerpen - jenis-jenis karet

yang ditemukan pa.. ■*.

da tanaman Hevea

- brasiliensis

3.3*1. Uraian tentang triterpen

Triterpen adalah senyawa hidrokarbon tidak

jenuh yang tersusun dari enam unit Isopren.

Triterpen banyak terdapat dalam tanaman baik dalam

bentuk bebas raaupun dalam bentuk glikosida.

Ditinjau dari strukturnya, triterpen dibagi

menjadi (18,19, 22) :

a. Triterpen asikli'iif

Contoh : skualen C^qH^q

banyak terdapat dalam minyak tumbuhan

(18)

b. Triterpen trisiklik

Contoh : arabrein ^30^52^

c. Triterpen tetrasikli^

Merupakan triterpen yang mengandung inti steroid

Contoh : lanosterol C^qH^qO

Contoh lain triterpen tetrasiklik (k) :

- Eufol

- iiiuforbol

- Tirukalol

(19)

12

d. Triterpen pentasiklik

Triterpen jenis ini bsnyak terdapat dalam tanam

an, terutamo tanaman dikotol.

Contoh Iain triterpen pentasiklik (i±) :

- Tarakserol

a. Isolasi^-sitosterol dari tanaman Ziziphus spina

christi .. ..

50 0 g serbuk daun kering diekstraksi secara

menerus dengan kloroform selama 72 jam* dalam so-

xhlet ekstraktor . Ekstrak yang didapat dipekat-

kan sampai menghasilkan residu kurong lebih.ii+O g

Residu yang dihasilkan ( 10 g) kemudian dilarutkan

Contoh :©£-amirin C-,AHCA0

(20)

dalam polarut eter dan dikromatografi kolom de­

ngan fasa diam silika gel G dan fasa gerak digu-

nakan berturut-turut petroleum eter , petroleum

eter : bensen (25 75 ), bensen : kloroform

talkan dengan metanol akan didapatkan kristal

berbentuk jarum dengon titik leleh lifl - lif3°c »

Kristal ini dengon Liebermann-Burchord akan raom-

berikan test yang posotip dan diidentifikasi se­

bagai ^-sitosterol (2 3) •

b. Isolasi ^-okso-jT^-hidroksi- dan 7^-hidroksiste-

rol dari tanaman Euphorbia fischeriana .

Serbuk kc-ring akar tanaman diekstraksi ber-

turut-turut .dengan petroleum eter, dietil eter

kemudian metanol, diinana komposisi dari petrole­

um eter don dietil eter dibuat saraa. Ekstrak pe­

troleum eter - dietil eter kemudian dipekatkan

sampai kurang lebih 1, 6 g dan dikromatografi ko-

lom dengan fasa diam silika gel. Fasa gerak yang

digunakan adalah sikloheksatoa : etil asetat dan

kemudian metanol, Fraksi yang didapat akan meng­

andung et;ter sterol, sterol bebas dan steroid

lar ( yang dieluasi dengan metanol). Sedang frak

(21)

dimurnikan dengan cara .;kromntografi lapisan ti -

pis pfceparatif, dan fraksi metanol yang mengan­

dung sterol polar selanjutnya dilakukan pemurni

an dengan kromatografi kolom dengan fasa diam si

lika gel dan fasa geraknya campuran toluen - di-

metilketon. Dua fraksi akan diperoleh yakni sua*

tu campuran 7-oksosterol dan campuran 7°( -hidrok

sisterol. Untuk memisahkan 7^-hidroksisterol (Rf

0,47 ) dan 7<*.-hidroksisterol (0,28) dengan kroma

tografi lapisan tipis preparatif dengan fasa ge­

rak kloroform : metanol ( 9 5 : 5) (24)*

4*2. Isolasi triterpen

a. Serbuk kering diekstraksi dengan petroleum eter

untuk menghilangkan lemak. Setelah itu serbuk di

sari dalam metanol panas dengan jalan.'s.merefluk

selama dua jam, kemudian disaring panas. Sari me

tanol diuapkan sampai kental, kemudian disari de

n-heksana berulang-ulang sampai sari n-heksan

terakhir tidak memberi reaksi positip terhadap

reaksi Liebermann-Burchard. 6ari n-heksana kemu

dian diuapkan sampai kental (Sari I), fcisa pe -

nyarian dengan n-heksana ditambah asam klorida

2 N dalam metanol dan dipanaskan selama tiga jam

kemudian disaring panas. ^ari metanol dinetral-

kan dengan ammonium hidroksida, diuapkan sampai

kental, kemudian disari denga n n-heksana bebera

pa kali sampai sari n-heksana tidak menunjukkan

hasil positip dengan reaksi Liebermann-Burchard.

(22)

Sari n-heltsana diuajpkan sampai kental (Sari II).

Sari I dan sari II adalah triterpen (. 25) •

b. Bahan serbuk kering diekstraksi dengan petroleum

eter (i|.0-60°C), kemudian direfluks dengan asam klo

rida 2 N dalam metanol. Dipekatkan, kemudian disa-

bunkan dengan kalium hidroksida 5% dalam metanol,

kemudian diuapkan, diencerkan dengan air sama ba­

nyak d^n campuran diekstraksi dengan kloroform be-

berapa kali. Fasa kloroform diuapkan , didapatkan

sari dari triterpen ( 26) •

c. Serbuk diekstraksi dengan eter beberapa kali, kemu

dian hasil ekstraks inya dipekatkan, dilakukan kro

matografi kolom dengan fasa gerak bensena dan cam­

puran bensen dengan etil asetat akan didapatifrak­

si triterpen(27).

d. Serbuk halus dan kering dimasukkan dalam soxhlet

yang telah dilapisi kertas saring, direndam satu

malam menggunakan pelarut n-heksana. Kemudian di -

tambah lagi dengan n-heksana sampai sejuralah ter.^r

tentu, dipanaskan sampai n-heksana yang tersirkula

si dalam soxhlet tidak memberiknn reaksi positip

terhadap reaksi Liebermann-burchard. bari n-heksa

na yang diperoleh diuapkan sampai kental dan akan

diperoleh triterpen ('9)t

Tin.iauari tentang kromatografi

Kromatografi adalah mctode analisis untikk pemisahan

/

komponen zat-zat dari campurannya dengan melewatkan cam

(23)

16

han dan fasa gerak sebagai pembawa).

Mekanisme yang terjadi pada fasa diam

a. Adsorbsi

b. Partisi

c. Pertukaran ion

d., Penyaringan molekul / Permiasi gel

e. Ejektroforesis

Berdasarkan teknik pelaksanaannya

1, Kromatografi kolom

2. Kromatografi kertas

3* Kromatografi lapisan tipis

/+• Kromatografi gas

5. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

5.1. Kromatografi kolom

Pada kromatografi kolom umumnya digunakan kolom

dari gelas. Tekanan pada permukaan sebesar tekanan

atmosfer, sehingga senyawa yang dipisahkan akan ber*-

gerak karena gaya beratnya. Fasa diam yang digunakan

bermacam-macam tergantung sifat komponen yang akan

dipisahkan (28,29,30).

^ 5*2. '.Kromatografi lapisan tipis

Merupakan salah satu teknik kromatografi, dimana

fasa diam yang dipakai umumnya berupa lapisan tipis

penjerap yang tersebar rata dalam suatu pendukung. dan

fasa gerak berupa cairan yang merambat sepanjang lapi

• san tipis fasa diam,

Peristiwa pada kromatografi lapisan tipis umum­

(24)

masing-masing zat pada fasa diam dan fasa gerak seca

ra terus menerus selama eluasi

Kiomponen zat terpisahkan karena :

a. Daya larutnya zat pada fasa diam dan fasa gerak

secara spesifik.

b. Daya hambatan penjerap yang spesifik komponen zat

Pada fasa diam.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kromatografi lapisan

tipis :

a. kualitas penjerap

b* aktifitas

c. tebal lapisan penjerap

d. macam pelarut yang digunakan

e. kejenuhan pelarut dalam bejana kromatografi

Kromatografi lapisan tipis dapat digunakan seba

gai reaksi pendahuluan untuk menetapkan suatu zat ya

itu dengan cara menghitung harga Rf, sebab masing-ma

sing zat mempunyai Rf tertentu pada keadaan yang te-

■ tap 1 29,30)';!

5.3* Kromatografi gas

p'rinstp. an'alisis- adalah didasarkan pada perbedg

an affinitas uap solut terhadap fasa'diam atau dis-

tribusi komponen dalam fasa diam dan fasa gerak yang

berupa gas.

Menurut proses terjadinya pemisahan komponen di-

' bedakan'.men jadi kromatografi adsorbsi, dimana fasa di

am dalam bentuk padat. Peristiwa terjadinya pemisahan

(25)

ad-18

sorben, oleh aliran fasa gerak komponen tersebut akan

terlarut sedikit demi sedikit. Komponen yang paling

lemah diadsorbsi oleh fasa diam dan paling mudah ter

larut dalam fasa gerak akan terpisahkan lebih dahulu.

Kemudian diikuti oleh komponen lain yang/lemah. diad­

sorbsi dan makin lemah terlarut dalam fasa gerak, Da­

lam kromatografi gas dikenal dengan istilah "Gas So­

lid Chromatography” (GSC). Proses yang lain adalah

partisi, dimana fasa diam berupa cair. Pemisahan kom

ponen terjadi karena perbedaan kelarutan raasing-masing

komponen pada fasa diam dan fasa gerak, Dalam kromato

grafi gas dikenal dengan istilah MGas Liquid Chromato

graphy " (GLC), Kromatografi gas yang banyak diguna-

kan adalah dengan sistem GLC / gas-cair, dimana fasa

diamnya berbentuk cair yang tidak mudah menguap yang

berupa lapisan tipis pada medium padat sebagai pendu-

kungnya, kemudian dimasukkan kedalam kolom. Gas akan

mengalir dari ujung yang satu dan keluar pada ujung

kolom yang lain. Sedangkan komponen yang akan dipisah

kan harus mudah menguap pada suhu dimana pemisahan di

lakukan(31»32).

Pada prinsipnya dalam penggunaan analisa, sampel

diubah menjadi uap dalam ruang contoh karena pengaruh

pemanasan. Uap komponen akan terbawa oleh aliran gas

dan seterusnya *:akan terbagi dalam fasa diam dan fasa

sa gerak yang ada didalam kolom. Karena gas terus meng

alir, maka komponen yang terjerap pada fasa diam akan

ikut terbawa alirari gas dan akan dicatat sebagai fung

(26)

tuk kromatogram. Waktu yang diperlukan mulai dari pe

nyuntikan sampai dicapai puncak maksimum, bila diukur

akan didapatkan harga waktu retensi. Parameter inilah

yang diukur dalam kromatografi gas. Dengan pengendali

an suhu dan aliran yang tepat, waktu retensi dapat di

gunakan untuk mengidentifikasi tiap puncak, Beberapa

senyawa mungkin mempunyai waktu retensi yang sama atau

u berdekatan, tetapi tiap senyawa hanya mempunyai sa­

tu harga waktu retensi, karena waktu retensi tidak

terpengaruh oleh adanya komponen lain (32).

Gas pembawa yang dipakai harus inert dan murni,

sebab dengan adanya sedikit pengotoran sudah akan tim

bul sinyal pada detcktor dan hal ini akan menyesatkan

pada analisis hasil.kromatografi. Gas yang biasa digu

nakan adalah : .helium, nitrogen, argon, hidrogen,.

Pemilihan gas pembawa-tergantung pada sifat contoh,

alat.detektor yang digunakan, dan mudah untuk menda-

Patkannya (31,32)*

Keuntungan digunakannya kromatografi gas dalam

analisis adalah seluruh analisis dapat diselesaikan

dalam waktu singkat, daya pisahnya tinggi, peka untuk

contoh dalam jumlah kecil, sederhana (32)'*

v

£-• Tin.jauan tentang spektrometri massa

Pada spektrometri massa , molekul ditembak de*-

ngan elektron berenergi',akan mengalami. ionisasi' dan

terbentuk ion molekul yang mempunyai internal energi

yang cukup untuk mengadakan pernecahan lebih lanjut ,

(27)

le-20

bih kecil. Ion-:i.on tersebut akan dipisahkan berdasar

kan harga perbandingsn massa/muatan (m/e), yang jum-

lahnya karakteristik untuk setiap komponen atau iso-

mernya. Harga m/e sebagai absis digambarkan terhadap

intensitas relatif. Puncak dengan bilangan massa ter

besar disebabkan oleh ion molekul biasanya merupakan

berat molekul senyawa (33*34).

Kuantitas relatif ion digambarkan dengan kuanti

tas puncak. Puncak tertinggi ditetapkan sebagai pun­

cak dasar dengan intensitas relatif 10 0 %. Sedangkan

intensitas puncak yang lain dinyatakan dalam prosen

dan diperhitungkan terhadap puncak dasar (33).«

Jadi paaa prinsipnya perlakuan yang terjadi da­

lam spektrometri massa dibagi bebepa tahap yaitu :

a. ionisasi molekul

b. fragmentasi ion molekul

c. pemisahan gugus-gugus bermuatan positip sesuai

massanya.

d. pencatatan gugus-gugus yang bermuatan positip me-

nurut urutan massanya yang bertambah dan menurut ■

intensitasnya dalam spektrum.

. Sedangkan macam cara ionisasiantara lain " elec­

tron impact ionization-, "chemical ionizatiorf, "field

ionization', 'spark source ionization", "thermal (surfa­

ce) ionization". Cara "electron impact ionizatiorf*

(28)

7 . Tinjauan tentang kombinasi kromatografi gas dengan

spektrometri massa (GC/MS)

Prinsip kerja GC/MS merupakan gabungan dari cara

kerja kromatografi gas dengan spektrometri massa.

Dalam GC/MS fasa gerak membawa uap solut melalui ko­

lom kromatografi pada tekanan, kecepatan alir dan tern

peratur yang ditentukan oleh sifat senyawa yang diana

lisis. Uap molekul yang mcnghasilkan puncak pada GC

dimasukkan sumber ion, selanjutnya mengalami ionisasi

dan proses pemecahan. Dengan bantuan alat pengukur,

maka jumlnh ion positip yang Tneninggalkan sumber ion

(TIC) dspat

diukur(31)«-8« Tin.jauan tenting spektrofotometri infra merah

Radiasi sinar infra merah merupakan radiasi yang

berenergi relatif rendah. Daerah infra merah meliputi

panjang gelombang 0 , 7 5 - 30 0 mikrometer, tetapi kebanya

kan penggunaannya terbatas pada daerah antara 2 , 5 - 15

mikrometer atau pada bilangan gelombang 4-000 - 667 cm-^

Prinsip dari spektrofotometri infra merah adalah

terjadinya perubahan tingkat energi dalam molekul bila

molekul menyerap energi elektromagnet (3 5).

Daerah pada bilangan gelombang 4000 - -1200 cm""

disebut sebagai daerah gugus fungsi. Pada daerah ini gu

gus NH, OH, C=0 mempunyai pita serapan yang khas. Se -

dang pada daerah dengan bilangan gelombang 130 0 - 600

cm“^ disebut sebagai daerah sidik jari. Pita serapan di

daerah ini menunjukkan banyak puncak . Karena pita sera

(29)

22

ikatan tunggal yang hampir sama, sehingga sulit untuk

menafsirkan. Justru karenn kerumitan ini menjadikan

puncak-puncak yang khas'dari suatu senyawa. Bila dua

spektra mempunyai puncak-puncak serapan yang tepat sa

raa didaerah sidik jari , merupakan bukti bahwa dua se

nyawa tersebut adalah identik (35)'»

Ikatan gugus mempunyai pita serapan pada daerah terten

tu, seperti tercantum dibawah ini :

Daerah serapan

vibrasi ulur C-H dari

C=C , C CH‘, Ar-H

vibrasi ulur C H ali

fatik

vibrasi ulur C C, -C N vibrasi ulur -C 0 dari

asam, aldehid, keton,

arnida, ester, anhidrida

(30)

N-BAB III

BAHAN ALAT DAN METODE PENELITIAN

1. Bahan

1#1* Bahan penelitian

Bahan penelitian adalah tanaman Euphorbia hirta L

yang diambil dari daerah Kediri ( Jawa Timur ). Bahan

tanaman.dideterminasi menggunakan kunci determinasi,

Sebagai pembanding digunakan ^-sitdsterin

(C29 -H50 0 Merck ).

1.2. Bahan kimia

n-Heksana p.a (Merck) dan teknis

Kalium hidroksida teknis

Metanol p. a ( JT Baker ), dan teknis

Etil asetat p.a (Merck) dan teknis

Kloroform p.a (Fluka)

Anis aldehid sulfat

Asam asetat anhidrat p.a (Merck)

Asam sulfat p.a (Merck)

2* Alat-alat

Seperangkat alat ekstraksi

Potavapour (Heidolph, Made in W-Germany)

Kolom kromatografi dari gelas dengan kapasitas 50 g

Oven

Spektrofotometri infra merah ( Shimadzu i r - 435 )

(31)

24

3* Metode

3.1* Penyiapan bahan

Seluruh bogian tanaman dicuci bersih, kemudian

dikeringkan. Setel.-'h itu tanamanditumbuk halus, ke­

mudian diayak.

3.2. Isolasi

Serbuk tanaman (200 g ) diruasukkan dalam labu

dengan ditambah pelarut penyari n-heksana. Kemudian

dipanaskan dengan menggunakan pendingin balik

sela-3 jam dengan menggunakan penangas air ( 40 - 60°C ),

Eksfcraksi dilakukan sebanyak 3 kali. Kemudian disar-

ring. Filtrat diuapkan sampai kental, lalu disabun-

kan dengan kalium hidroksida 13 % dalam metanol se-

lama 4 jam . Sel;injutnya hasil penyabunan ditambah

air sebanyak 5 kali volumenya, kemudian diekstraksi

dengan eter beberapa kali,. Ekstraksi dihentikan bi

la pelarut penyari tidak menunjukkan hasil positif

dengan pereaksi Liebermann-Burchard. Selanjutnya fa

sa eter dikumpulkan, kemudian diuapkan.^( 3 ,24,26) •

Dibuat pelarut campuran n-heksana : etil asetat

= 8 : .2 (v/v ). Kemudian dibuat suspensi dari 'silika

gel ukuran 70 - 230 mesh dengan pelarut campuran

n-heksana : etil asetat = ti : 2, kemudian diraasukkan

kedalam kolom kromatografi, biarkan semalam. Ekstrak

dimasukkan, kemudian fraksi ditampung dengan tiap

fraksi 5 ml. Dari masing-masing fraksi dilakukan kro

matograt'i lapisan tipis. Fraksi dengan noda yang sa-

ma dikumpulkan menjadi satu, kemudian diuapkan.

M I L U ;

(32)

Pada fraksi yang dibutuhkan dilakukan pemurnian

secara kromatografi lapisan tipis preparatif, dengan

fasa diam : Silika gel 60 ? 254 (. E Merck)

fasa gerak : n-heksana : etil asetat = tJ • : 2

penampak noda : anis aldehid

Cara kerja :

Bahan yang akan dipisahkan (. dimurnikan ) ditotolkan

memanjang dalam satu garis lurus pada lempeng. ftemu-

dian dieluasi dengan fasa gerak sampai batas eluasi.

Komponen dideteksi dengan jalan sebagian lempeng di-

semprot dengan penampak noda, kemudian noda yang se

garis dikerok. Hasil dari keroknn dilarutkan dalam

kloroform kemudian disaring, filtrat diuapkan. Hasil

pemisahan dilakukan kromatografi lapisan tipis.

3«3* Identifikasi basil' .pemurnian

3«3*1* Reaksi warna

Bahan yang digunakan

- fraksi hasil isolasi yang dimurnikan.

Pembanding

- p -sitQsterin

Reaksi warna yang dilakukan

Reaksi Liebermann-Burchard (’23)#

Kat dilarutkan dalam kloroform, kemudian ditam-

bah asam asetat anhidrat, dibiarkan 15 menit,

■v '

kemudian ditambah 1 tetes asam sulfat pekat.

(33)

26

- Reaksi Salkowski (22)»

Zat dilarutkan dalam kloroform, kemudian ditam -

ban asam sulfat pekat perlahnn-lahan melalui din

aing tabung . Amati warna yang terjadi.

3«3*2. Kromatografi lapisan tipis.

Sedikit kristal hasil pemurnian dilarutkan da

lam kloroform, kemudian ditotolkan melalui pipa kap

piler pada lempeng silika gel 60 F 254 sebagai fasa

diam. Setelah itu lempeng aieluasi dengan fasa ge^:>.

raksampai batas tertentu, ialu dikeringkan. Setelan

itu disemprot dengan penampak noda anis aldehid sul

fat, dilihat warna noda dan dinitung harga Rf

Fasa gerak yang dipakai (36,37) :

- n-heksan : etil asetat = 6 : 2

- Klorororm : n-heksana = 7 : 3

- kloroform : etil asetat = 9 * 1

3 •3«3* Titik leleh

Sedikit kristal hasil pemurnian dimasukkan pi

pa kapiler, kemudian diamati titik lelehnya dengan

Fisher-John Melting Point Apparatus. Suhu dicatat

mulai kristal meleleh sampai meleleh sempurna.

3«3*4* Kromatografi gas/Spektrometri massa (GO/Ms).

Sedikit kristal dilarutkan dalam kloroform

p.a. Dimasukkan kedalam ruang contoh dengan mengguna

nakan jarum suntik ( diinjeksikan ). Alat sebelum-

nya dipersiapkan sedemikian rupa sehingga zat akan

menguap oleh pengaruh pemanasan pada ruang contoh.

(34)

but akan diteruskan masuk sumber ion, kemudian diion

isasi dan kemudian akan mengalami proses fragmentasi

(pemecahan),. Sebagai hasil dapat diamati dalam ben:,

tuk kromatogram*

3*3«5« Spektrofotometri infra merah

Kristal hasil pemurnian dicampur dengan kalium

bromida bebas air, kemudian digerus dalam mortir sam

pai homogen* campuran tersebut kemudian dibuat pellet

dengan cara dicetak dengan tekanan tinggi dalam ham-

pa udara dengan tekanan 8 - 1 0 ton (35)« Kemudian ha­

(35)

■T

nol panaskan if jam

Ekstrak

+ encerkan dengan air

+ eter

Traksi dengan noda sama

(36)
(37)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

1. Identifikasi komponen ekstrak secara kromatografi

lapisan tipis

Hasil ckstraksi tanaman,didapatkan sari 'dalam

eter ekstrak berwarna kuning.

Hasil pemeriksaan dengan kromatografi lapisan tipis :

Fasa diam : Silika gel' 60. F 254 E Merck

2. Identifikasi komponen hnsil isolasi .yang telah

dimurnikan

Dari hasil isolasi dan pemisahan dengan kromato­

grafi kolom, didapatkan dua isolat yang menunjukkan

satu noda. Fraksi 21 - 26 ( Isolat I ) , fraksi 29 -

1 35 t Isolat II )• Kemudian dilakukan pemurnian.

Isolat I berupa serbuk (amorf ) ysng berwarna putih,

Isolat II berbentuk kristal jarura berwarna putih.

2.1. Keaksi warna

Pembanding : -sitosterin (Merck).

(38)

TABFL I

Hasil reaksi warna

Zat L - B

.. ■ - -i

Salkowski

Isolat I warna merah warna merah pada lapi

ungu san asam

Isolat II warna hijau warna merah pada lapi

biru san asam

Pembanding warna hijau warna merah pada lapi

biru san asam

: Anife aldehid sulfat

: ft -sitosterin (Merck)

Hasil seperti terlihat pada gambar 4, gambar 3, gam

(39)

32

Hasil kromatografi lapisan tipis TABFL II

Fasa gerak

Isolat I Isolat II Pembanding

Wn [

0,55 ungu i 0,45 ungu 0,43

Keterangan : Wn s Warna noda.

2.3. Titik leleh

Pada pengamatan titik didapatkan :

Isolat I : 80 - 81°C

79 - 80°C

80 - 81°C

(40)

Isolat II : 131 - 132°c

131 - 132°C

130 - 132°C

Titik leleh rata-r&ta 131°C

2.4» Spektrofotometri infra merah

Hasil serapan spektrofotometri infra merah dari

Isolat I : 3300 cm--1-* 2920 cnT*, 2850 cm 1475 cm"1 ,

l/f65 cm-1, 1^ 15 cm"1 , 13 75 cm- 1 , 130 5 cm-1,

1270 cra-1, 12 10 cm"1 , 1180 cm" 1 , 112 0 cm"1 ,

1070 cm'1, 10 3 5 cm"1, 10 0 0,-cm- 1 , 970 cm" 1 ,

925 cm- 1 , 770 cm- 1 , 730 cm- 1 , 720 cm-1.

Hasil terlihat pada gambar 10.

2.5* Kromatografi gas/spektrometri massa ( GC/MS ).

Pada analisis dengan GC/MS dipakai kondisi :

helium

Hasil analisis dengan GC/MS dapat dilihat pada gambar 11

(41)

34

• Gambar 3 : Hasil KLT ekstrak dengan fasa gerak

(42)

i

*

Gambar Ly : Hasil KLT isolat I dengan fasa gerak

(43)

36

Gambar,5 Hasil KLT isolat I dengan fasa gerak

(44)

Gambar 6

*

: Hasil KLT isolat I dengan fasa gerak

(45)

38

Gambar 7 : Hasil KLT isolat II dengan fasa gerak

n-heksana : etil asetat = 8 : 2

Catatan : S = isolat 11

(46)

Gambar Q i Hasil KLT isolat II dengan fasa gerak

kloroform ; n-heksana = 7 : 3

Catatan : S = isolat II

(47)

bO

Gambar 9 : Hasil KL'r isolat IX dengan fasa gerak

klorpform : etil asetat = 9 : 1

Catatan : S = isolat II

(48)

Bambar^.0 : Spektrogram hasil spektrofotomctri infra merah

(49)

42

TIC Data File: SRI 26-JUN-09 1Z;32

Sample* LABORATORIUM DflSftR BERSAMA

Scan* i to 520(520) RT 0'00" to 5'16"(5'16”) El(Pot.) Iv 0.00 Operator: MH.SRNTOSA

Gambar 11 : Kromatogram hasil Kromatografi

(50)

n « 4 b S H t C I K U M Data M l e : SKI 2b-Jlrt~U* 1£:3Z

Sa m p l e t L f l B O R A TO R I U n D f lSf lR BER S f lf lA

RT 3'29" El (Po*.) GC 279.7c BP: m/z B6.0000 Int. 0.0557 Lv0.00 Scan* (320 to 380)

109

100 200 300 400 llll,IItil li lll|<500 600

M / Z

Gambar .12 : Spektrogram hasil spektrometri massa

(51)

hk

MASS SPECTRUM Data File: SRI 26-JUS-69 12:32

Sample! LABOR ATORILfl DASAR BERSAT1A

RT 3'29" El (Pot.) GC 279.7c BP: m/x 86.0000 Int. 0.0557 Lv 0.00 Scan* (320 to 380)

Gambar 13 Spektrogram hasil spektrometri massa

(52)

HHbb bPLCIKUl Uata file: bKl Jfe-JUri-tt* Vdi’Sd

S w n p le t LflBORATORIUM DflSflR BERSPMA

RT Z’AV' El (Pot.) GC 265.0c BP; ro/z 396.0000 Int. 0.1171 Lv 0.00 Scan* (230 to 290)

Gambar 14 Spcktrogtarn hasil spektrometri massa isolat II

(53)

BAB V

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini telah dilakukan isolasi kandung-

an sterol dan triterpen dari tanaman Euphorbia hirta L •

Salah satu faktor pengganggu dalam isolasi ini adalah

adanya klorofil dan lemak. Maka pada tahap isolasi akan

dilakukan usaha untuk menghilangkan gangguan tersebut.

Ditinjau dari berbagai cara isolasi steroid dan tri­

terpen, selalu digunakan pelarut organik non polar, meng-

ingat sifat dari sterol dan triterpen mudah larut. dalam

pelarut organik non polar. Pada isolasi ini digunakan

pelarut penyari n-heksana. Pemilihan n-heksana sebagai pe

pelarut penjrari selain sifatnya yang non polar, juga har-

ganya lebih murah.

Pada tahap ekstraksi, pemanasan tiga kali selama ti-

ga jam diperkirakan bahwa kandungan yang diinginkan sudah

tersari seluruhnya. Selanjutnya ekstrak disabunkan dengan

KOH 15% dalam metanol, diharapkan lemak dapat disabunkan

seluruhnya, sehingga hanya didapat sterol yang tidak ter-

sabunkan dan triterpen. Kemudian diencerkan dengan air

lima kali volumenya, dimaksudkan untuk melarutkan sabun

yang terbentuk, sehingga pemisahan dapat sempurna. Hasil

penyabunan yang didapat kemudian disari dengan eter. Pe­

milihan eter sebagai pelarut penyari dimaksudkan agar

penyarian kandungan dapat lebih sempurna, sebab pada pe-

nyarian pendahuluan dengan menggunakan n-heksana ekstrak

tidak dapat memisah sempurna.

(54)

Dari hasil penyarian ditiapat ekstrak kental berwarna ku-

ning kecoklatan.

Tahap awal identifikasi zat kandungan yang paling

mudah dilakukan adalah reaksi warna dan kromatografi la­

pisan tipis. Dari analisis yang dilakukan pada ekstrak

dengan kromatografi lapisan tipis didapatkan adanya tiga

noda (.gambar 3). Untuk memisahkan komponen-komponen ter-

sebut, kemudian dilakukan kromatografi kolom dan ditam -

pung beberapa fraksi. JTraksi-fraksi yang didapat kemudian

dilakukan kromatografi lapisan tipis, fraksi yang mempu-

nyai noda yang sama dikumpulkan dan dari hasil kromato -

grafi kolom ini didapatkan dua isolat yang menunjukkan

adanya satu noda dengan kromatografi lapisan tipis. Pada

setiap isolat kemudian dilakukan kromatografi lapisan ti­

pis preparatif, dan hasilnya dilakukan identifikasi.

1. Identifikasi dengan reaksi warna

Pada identifikasi dengan reaksi warna didapatkan :

- Isolat I, dengan pereaksi Liebermann-Burchard mengha-

silkan warna merah ungu, dengan pereaksi Salkowski

menunjukkan warna merah pada lapisan asam (tabel I).

Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh senyawa triterpen

yaitu dengan pereaksi Liebermann-Burchard menghasilkan

warna merah ungu { 9,22 ), sedang dengan pereaksi Sal­

kowski menunjukkan warna merah pada lapisan asam ( 22).

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa isolat I me­

rupakan senyawa triterpen .

- Isolat II, dengan; pereaksi Liebermann-Burchard menun -

(55)

48

senyawa pembanding -sitosterin (sterol; dengan pe-

reaksi Liebermann-ijurchard menunjukkan warna hijau

biru. Sedangkan dengan pereaksi Salkowski isolat II

dan senyawa pembanding menunjukkan hasil yang sama

yaitu warna merah pada lapisan asam (tabel I').

Ilasil yang sama juga ditunjukkan oleh senyawa sterol

apabila direaksikan dengan pereaksi liebermann-mir -

chard menghasilkan warna hijau biru, dengan pereaksi

Salkowski menunjukkan warna merah pada lapisan asam

( 22 ).

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa isolat II

menunjukkan senyawa sterol,

2, Identifikasi dengan kromatografi lapisan tipis.

jjari hasil analisisidengan KLT pada ekstrak di -

dapatkan adanya tiga noda (gambar 3;. Dari hasil pe­

misahan didapatkan dua isolat yang menunjukkan satu

noda dengan harga Kf yang berbeda.(tabel II).

- Isolat l, dengan tiga macam 1'asa gerak menunjukkan

adanya satu noda dengan harga Rf yang lebih besar di­

banding isolat II.

- Isolat II, dengan tiga macam fasa gerak menunjukkan

adanya satu noda yang menunjukkan harga Rf yang sama

(hampir sama; dengan senyawa pembanding.

Dilihat dari harga Rf yang didapat pada hasil

kromatografi lapisan tipis dapat diduga bahwa isolat

I merupakan senyawa triterpen dan isolat II merupakan

(56)

- Isolat I menunjukkan harga titik leleh 80°C.

- Isolat II menunjukkan harga titik leleh 121°C.

Identifikasi dengan titik leleh tidak banyak mem­

bantu apabila zat tidak dalam keadaan murni dan kering,

4, Identifikasi dengan spektrofotometri infra merah.

Pada penelitian ini hanya isolat I saja yang di­

lakukan identifikasi dengan spektrofotometri infra me­

rah, Dari hasil serapan (gambar 10; didapatkan harga

puncak serapan pada bilangau gelombang : 5300 cm" 1 yang

menunjukkan adanya gugus 0-H, vibrasi ulur dari C-H

pada CH^ (2950 cm ** sampai 2850 cm-1;, ikatan C-OH fe-

—1

nol (1070 cm ;. Namun hasil identifikasi dengan spek­

trofotometri infra merah tidak dapat digunakan untuk

menentukan struktur suatu senyawa, tetapi hanya digu­

nakan untuk mengetahui gugus fungsi suatu senyawa,

Seperti halnya isolat I yang dinyatakan sebagai seba­

gai senyawa triterpen dapat diketahui adanya gugus

0-H yang merupakan gugus fungsi yang spesifik.

5, Identifikasi dengan GC/MS.

Dari hasil identifikasi isolat II dengan GC/MS

didapatka kromatogram dengan dua puncak (gambar 1 1;.

Pada analisis puncak dengan daerah pencatatan

(scan; 320 - 380 dengan waktu retensi 3*29", dengan

spektrometri massa menunjukkan spektrogram dengan pun­

cak dasar pada m/e 8 6 i^gambar 12). Dari spektrogram

ini menunjukkan harga limpahan ion terbesar pada m/e

(57)

50

sitisterol. Selain itu juga menunjukkan adanya puncak

puncak'.yang merupakan fragmentasi spesifik dari sito­

sterol, yaitu puncak dengan m/e 329, 303, 275 yang

termasuk sterol (lampiran 1).

Pada analisis puncak dengan scan 250 - 290 dengan

i ii

waktu retensi 2 41 menunjukkan harga limpahan ion de-

massa terbesar 3 9 6. Namun pada hasil pencatatan (spec­

trogram) pada scan ini mungkin senyawa sterol merupa­

kan isomer sitosterol bila dilihat adanya limpahan .

ion pada m/e 414 walaupun sangat rendah, tetapi juga c

diduga bukan isomer sitosterol ( sterol ^ ) karena

tidak didapatkan adanya fragmentasi spesifik dari ste-5

rol . Jadi masih diperlukan penelitian lebih

lan-jut untuk mengetahui macam sterolnya (gambar 14).

Dari beberapa macam identifikasi yang dilakukan

didapat hasil bahwa : Isolat I, berdasarkan reaksi

warna, KLT dan spektrofotometri infra merah dapat di-

dipastikan sebagai senyawa triterpen, sedangkan iso -

lat II berdasarkan hasil reaksi warna,KLT dan diperku^

at oleh hasil G-C/MS dapat disimpulkan sebagai senyawa

sterol yang terdiri dari dua macam senyawa yaitu si­

(58)

JjA'B VI

KiSblMPULAH

Dari isolasi yang telah dilakukan pada tanaman

Euphorbia hirta L diperoleh dua isolat :

- Isolat I merupakan senyawa triterpen yang berupa

amorf dan berwarna putih,

- Isolat II merupakan campuran senyawa sterol yang

belum diketahui dan sitosterol yang berbentuk

(59)

RINGKASAN

Telah dilakukan isolasi sterol dan triterpen dari ta

naman Euphorbia hirta L ,

Tahap isolasi dimulai dari pembuatan ekstrak, dengan

jalan serbuk tanaman dipanaskan selama 3 jam dengan pendi

ngin balik, dengan menggunakan pelarut n-heksana. Ekstrak

yang didapat kemudian dipekatkan, kemudian disabunkan de­

ngan KOH 15 % dalam metanol dan•dipanaskan selama k jam.

setelah itu diencerkan dengan air 5 kali volumenya.

Ekstrak kemudian disari dengan eter beberapa kali sampai

hasil penyarian yang terakhir tidak menunjukkan hasil po­

sitip dengan reaksi Liebcrmann-Burchard. \Ha6i'l penyarian

dengan eter ( fasa eter) diuapkan sampai kering, setelah

itu dilakukan tes kromatografi lapisan tipis, ternyata di

dapatkan adanya 3 noda. Kemudian dilakukan pemisahan de­

ngan kromatografo kolom, dan ditampung beberapa fraksi,

setiap fraksi 5 nil. Setiap fraksi kemudian dilakukan kro­

matografi lapisan tipis dengan fasa gerak campuran n-hek-

sana : etil asetat = 8 : 2 (seperti eluen pada kromatogra

fi kolom. Fraksi dengan noda yang sama dikumpulkan menja­

di satu. Untuk mendapatkan fraksi dengan noda yang benar-

benar satu , kemudian dilakukan pemurnian dengan kromato­

grafi lapisan tipis preparatif dengan fasa gerak n-heksa­

na : etil asetat = 8 : 2 dan fasa diam kieselgel 60 F 254*

Hasil pemurnian dilarutkan dalam kloroform kemudian diuap

(60)

kukan identifikasi.

Isolat I :

- Pada reaksi warna menunjukkan warna merah ungu (spesi^

fik ) untuk triterpen.

- Kromatografi lapisan tipis dengan tiga macam eluen me­

nunjukkan satu noda, dimana harga Rf lebih besar diban

ding isolat II .

- Spektrofotometri infra merah menunjukkan adanya gugus

OH. Identifikasi ini melengkapi dua macam identifikai

sebelumn.ya*

Isolat II :

- Reaksi warna memberikan hasil warna yang sama dengan

pembanding sterol.

- Kromatografi lapisan tipis dengan tiga macam eluen me

menunjukkan satu noda yang mempunyai harga Rf yang sa

ma dengan pembanding sterol.

- GC/MS didapatkan adanya dua komponen sterol yang meru

(61)

55

1. Seno, A. Sastroamidjojo. 1967 , Obat Asli Indonesia.

Cetakan Ketiga. Dian Rakyat. Jakarta, hal, 286.

2. Departemen Kesehatan Republuk Indonesia. 1979 • Mate

ria Medika Indonesia. Jilid III, Jakarta, hal, 30-35*

3. Yoshida, T. et al, 1988 • Tannin and Related Polyphe

nol of Fuphorbiaceous Plant. IV. Fuphobians A and B

Novel Dimeric Dehydroellagitannins from Euphorbia

hirta L. Chemical Pharmaceuthical Bulletin. 36 (8).

hal. 2940 -2949.

ducts Reported to Inhibit Sperm. Research Fronties in

Fertility Regulation. 1.2.

8. Connolly,J.D, and Hill, R.A. 1985 . Natural Product

Reports A Journal of Current Development in Bio-orga­

nic Chemistry. 2 (1). Royal Society of Chemistry, hal.

1, 9, 11.

9. Yunazar Manjang. 1981 . ^enentuan Struktur Terpenoida

dalam Alstonia spatulata yang diduga berkhasiat seba­

gai Antidiabetes. Disertasi . Insitut Teknologi Ban­

dung. hal. 93 - 97.

(62)

10. Metcalfe, C.R. and Chalk, L. 1979 • Anatomy of Dicoty­

ledons. Volume 1 . 2nd Edition. The Clarendon Press,

hal.

11. Steenis, C.G.G.J. dan kawan-kawan, 1975 . Flora untuk

Sekolah di Indonosla. Pradnya Paramita. Jakarta, hal.

275.

1/f. Sudarman Mardisiswojo dan Harsono Padjak Mangunsudarso

1965 . Cabe Puyang V/arisan Nenek Mpyang, Jilid T

Cetakan Kedua. PiT. Karya Wreda. hal 8l

15. Sudarman Mardisiswijo dan Harsono Radjak Mangunsudarso

1965 • Cabe Puyang V/arisan Nenek Moyang. Jilid III.

Cetakan Kedua. P T. Karya Wreda. hal, 7

16. Fessenden, Ralph J, and Fessenden, Joan S. 1984 . Kimi

a Organik, Fdisi Dua. Jilid II. terjemahan oleh A. Ha-

dyana Pudjaatmaka. Frlangga. Jakarta Pusat. hal. 437 -

450.

17. Fieser, L.F, and Fieser, M. 1963 . topics in Organic

Chemistry. N.V. Reinhold Publishing Corporation, Chap­

(63)

57

• 18. Gilman, H, 1953. Organik Chemistry. Volume IV. John -

Wiley and Sons Inc. New York. hal. 688- 701.

19. Noller, P. Carl. 1965 • Chemistry of Organik Compounds

3rd Edition. WB Saunders Company ; Philadelphia. Lon -

don. hal. 967 - 968.

20. Berndt. 1982. Sitosterol and Stigmasterol as Precursor

for Production of Contraceptions. Sinonsis Seminar Ha

sional Produksi Bahan Baku Kontrasepsional. BKKBN.

Jakarta, hal 77.

21. Tyler, V.E. et al. 1976 . Pharmacognosy. 7 ^ Edition.

Lea and Febiger : Philadelphia, hal. 197 - 198.

22. Finar, I.L. 1975 . Organic Chemistry. Sterechemistry

and The Chemistry of Natural Products. Vol.2. 5 ^ Edi-

tion. English Language Book Society and Longmann Group

Limited : London, hal, 354 - 4 52 , 518.

23* Aynehchi, Y. and Mahoodian, M. 1973 • Chemical Examing

tion of Zizyphus spina-christi ti) willd. Acta Pharm

Suecica. 10. hal. 5 15 - 5 19,

24. Schroeder, G. et al. 1980 . 7-oxo-, 7-hydroxy- and

7-hydroxysterol from Euphorbia fischeriana . Phytoche-

mistry. 12 • ^al. 2213 -2215.

25# Donatus, A.I. dan kawan-kawan. 1983 . Risalah Simposium

Penelitian Tumbuhan Obat III. Fakultas Farmasi Universi.

tas Gadjah Mada. Yogjakarta. hal. 398 - 399.

26. Hylands, P.J. and Oskono, M.T. 1979 . A New Triterpene '

from Bryonia dioica. Phytochemistry. 18 . hal.1843-1845.

27. Gonzales, A.G. et al. 1975 . A New Quinoid Triterpene

(64)

Kursus Instrumental. Bagian Farmasi. Fakultas Kedokter

an Universitas Airlangga.

2^. Williams and Fleming. 1973 . Spectroskopic Method in

Organic Chemistry. 2nd Edition. Mc-Graw-Hill Book . Com

pany Limited Maidenhead; Berkshire . England, hal.

30. Stahl, E. I960. Thin- Layer Chromatography. A Laboratory

Hand Book. 2nd Edition. Toppan Co Limited : Tokyo Japan

Gas. Penerbit ITB Bandung.

33. Samhoedi Moch. 1980 . Elusidasi Struktur. Penentuan

Struktur Dasar Pertolongan Metode Spektroskopik UV, IR,

H-NMR, MS. Universitas Gadjahmada. Jogjakarta.

34. McLafferty, F.W. 1988. Interpcetasi Spektra Massa. Edisi

Ketiga. terjemahan oleh Hardjono Sastrohamidjojo.Gadjah

Mada University Press.

35. Fasich, Bambang Soekardjo, Ahmad Fuad,H. 1986 . Spektro-*

fotometer Infra Merah. Kursus Analisis Kimia Instrumental

Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Surabaya.

36. Indrayanto, G. 1983 . Steroid und Triterpene in Zellkul-

turen Untersuchungen mit Zellkulturen von Solanum lacinl

atum Ait. Solanum wrightii Bth. und Costus speciosus

(65)

Amanah, .^iti. 1987 • Isolasi Triterpen dari Daun Min-

di ( Melia azedarach Linn ). Skripsi. Fakultas Farma-

Gambar

Gambar Ly : Hasil KLT isolat I dengan fasa gerak
Gambar 6: Hasil KLT isolat I dengan fasa gerak
Gambar 7 : Hasil KLT isolat II dengan fasa gerak
Gambar Q i Hasil KLT isolat II dengan fasa gerak
+6

Referensi

Dokumen terkait

Masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model pembelajaran webbed unttik Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa kelas V I I I pada Materi Fotosintesis di SMP

Berangkat dari kepedulian inilah maka Fakultas Teknobiologi UAJY, sebagai salah satu elemen pendidikan, ingin berperan aktif dalam memajukan bidang Bioteknologi dengan cara

Hasil dari setiap dimensi akan menunjukkan hubungan dengan peformansi individu setiap karyawan di PT Pelabuhan Indonesia I yang kemudian dapat digunakan perusahaan

[r]

Baik jika menunjukkan sudah kritis bertanya dan memberikan pendapat dalam kegiatan kelompok tetapi masih belum ajeg/konsistena. Sangat baik jika menunjukkan sudah kritis bertanya

1.2.2 Selain proses kerja di dalam prosedur ISO di Bahagian / Unit masing-masing, staf juga perlu mematuhi lain-lain garis panduan yang telah disediakan sebagai rujukan

Dengan mengucap Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala limpahan berkat dan rahmat-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Tertulis yang

latar belakang berwarna merah dengan bordir tepi warna kuning, di dalamnya terdapat gambar pohon beringin berwarna hijau dengan corak lengkung warna kuning, batang pohon