• Tidak ada hasil yang ditemukan

S A N T I E. P U R N A M A S A R I, M. S I, P S I K O L O G F A K U L T A S P S I K O L O G I U M B Y

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "S A N T I E. P U R N A M A S A R I, M. S I, P S I K O L O G F A K U L T A S P S I K O L O G I U M B Y"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

S A N T I E . P U R N A M A S A R I , M . S I , P S I K O L O G

F A K U L T A S P S I K O L O G I U M B Y

(2)

Pendahuluan

 Saat kita melihat anak-anak bermain maka akan

tampak bagaimana perilaku anak-anak tersebut

 Perilaku yang ditunjukkan bermacam-macam. Ada

anak yang dapat bermain bersama, ada anak yang mau berbagi dengan temannya, ada anak yang

bermain sendiri, ada pula yang mengejek atau menggangggu temannya yang lain

 Perilaku tersebut muncul karena pengaruh dari nilai

(3)

Perkembangan moral

 Berbicara tentang perkembangan moral maka kita

akan membahas hal-hal yang etis dan tidak etis, perilaku yang baik dan tidak baik, nilai, aturan dan sistem sosial yang berlaku dalam masyarakat

 Jika anak melakukan kesalahan maka akan

menimbulkan rasa bersalah dan jika melakukan hal yang benar akan menimbulkan rasa bangga

 Konsep ini ditanamkan oleh orangtua melalui proses

(4)

Perkembangan moral

 Proses penanaman atau internalisasi moral

ditentukan oleh 3 komponen, yaitu kognitif, perilaku dan emosi

 Komponen kognitif berkaitan dengan : pengetahuan

mengenai aturan tentang hal yang baik dan buruk

 Komponen perilaku : yaitu perilaku nyata individu

saat berada dalam situasi yang membutuhkan pertimbangan etis

 Komponen emosi : fokusnya pada perasaan individu

tentang situasi atau perilaku yang melibatkan pertimbangan dan keputusan etis/moral

(5)

Teori Perkembangan Moral (Piaget)

Menurut Piaget ada 3 tahap yaitu :

a. Pre moral stage (0-5 tahun)

b. Stage of moral realism (6-10 tahun)

(6)

Pre moral stage (0-5 tahun

 Adalah tahap dimana anak menunjukkan minat yang

sedikit terhadap aturan

 Terjadi pada masa prasekolah

 Saat bermain anak cenderung melakukannya dengan

tidak sistematis dan belum ada niat untuk

memenangkan suatu permainan. Anak hanya

bermain untuk mencari kesenangan dan mereka akan mencoba berbagai macam cara untuk melihat efeknya terhadap permainan tersebut.

(7)

Stage of moral realism (6-10 tahun)

 Anak sudah mengembangkan perhatian terhadap

aturan yang ada dan penerapannya cenderung kaku (tidak fleksibel)

 Menurut anak, aturan berasal dari sesuatu yang

berkuasa (misalnya dari orangtua) dan aturan sifatnya tetap (tidak berubah) sepanjang waktu, serta tidak dapat dipertanyakan

 Biasanya disebut dengan moral absolutism

 Jika bermain dengan teman, sering terdengar

(8)

Lanjutan ….

 Pada tahap ini anak juga memiliki sesuatu yang

disebut dengan immanent justice (yaitu segala

sesuatu yang menyimpang atau menyalahi aturan akan mendatangkan hukuman)

 Hukuman dapat datang dari orang lain atau Tuhan  Contohnya : anak yang telah berbohong pada ibunya

kemudian jatuh dari sepeda sehingga terluka. Yang ada dalam pikiran anak tersebut adalah “ini yang kudapat karena telah berbohong pada ibu.”

(9)

Morality of reciprocity/autonomous morality

(11 tahun ke atas)

 Pada tahap ini, anak sudah memahami bahwa aturan

yang ada dapat dipertanyakan, dapat berubah

 Untuk memutuskan apakah seseorang bersalah atau

tidak, anak tahu ada pertimbangan yang dilakukan berdasarkan perasaan dan sudut pandang dari orang lain

 Anak juga percaya bahwa keadilan berlaku untuk

(10)

Teori perkembangan Moral (Kolhberg)

 Ada 3 tahap perkembangan moral dan tiap tahapnya terbagi

dua sehingga total keseluruhan ada 6 tahapan perkembangan moral, yaitu :

a. Level 1 : pre conventional morality

1. Obedience & punishment orientation

2. Naïve hedonistic & instrumental orientation

b. Level 2 : conventional morality (conventional rules & conformity)

3. Good boy morality

4. Authority & morality that maintain the social order

c. Level 3 : post conventional morality (self-accepted moral principles)

5. Morality of contract, individual rights & democratically

accepted law

(11)

Pra conventional level

 Pada tahap ini, perilaku anak hanya didasarkan pada

ingin mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman

 Pada tahap 1 : anak akan setuju dengan pihak

pembuat aturan agar terhindar dari hukuman. Hukuman dimaknai sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan fisik

 Tahap 2 : anak masih berusaha untuk mendapatkan

hadiah. Mulai ada pemahaman mengenai saling berbagi namun sifatnya manipulatif (belum tulus atau bukan karena murah hati)

(12)

Conventional level

 Pada tahap ini, perilaku anak diarahkan atau dibentuk

untuk mendapatkan persetujuan dari orang lain dan diarahkan agar dapat menjaga hubungan baik dengan orang lain

 Anak menerima aturan sosial tanpa banyak bertanya dan

menilai bahwa suatu perilaku dikatakan baik jika sesuai dengan aturan yang ada

 Tahap 3 : perilaku baik dipertahankan anak untuk

menjaga hubungan baik dengan pihak lain. Anak masih menilai perilaku orang lain. Anak juga lebih perhatian pada persetujuan atau ketidak-setujuan dari orang lain bukan karena kekuatan fisik yang dimiliki orang lain

(13)

Lanjutan

 Anak mulai dapat menerima aturan sosial dan

menilai apakah perilaku orang lain baik atau buruk berdasarkan niat seseorang melakukan hal itu

 Tahap 4 : anak (tanpa bertanya) menerima segala

aturan sosial yang ada dan yakin bahwa jika masyarakat menerima aturan yang ada maka masyarakat akan terhindar dari kritik

 Anak menerima tidak hanya standar dari orang lain

namun juga standar dari masyarakat. Individu akan menerima aturan yang ada tanpa banyak tanya dan perilakunya akan dianggap baik jika sesuai dengan aturan tersebut  law and order

(14)

Post conventional level

 Penilaian anak bersifat rasional

 Perilakunya dikendalikan secara internal dengan kode

moral yang dimiliki

 Pengambilan keputusan untuk berperilaku cukup

mandiri dan tidak tergantung pada persetujuan atau ketidak-setujuan dari lingkungan

 Tahap 5 : individu memiliki fleksibilitas dalam keyakinan

moralnya. Menurutnya, moralitas adalah didasarkan pada persetujuan dari masyarakat untuk mengikuti aturan yang ada agar tercipta keteraturan dan dapat

menjaga hak tiap individu. karena bersifat kesepakatan maka dapat saja diubah oleh masyarakat itu sendiri saat mereka berpikir jika perubahan tersebut akan

mendatangkan keuntungan yang lebih besar bagi anggotanya

(15)

Lanjutan

 Tahap 6 : individu akan mengikuti standar sosial dan

nilai pribadinya senidiri. Individu cenderung akan lebih menghindari ekspresi penolakan yang keras daripada memberikan kritik pada orang lain

 Keputusan moral yang diambil berdasarkan pada

prinsip abstrak mengenai keadilan, rasa welas asih pada sesama dan kesetaraan.

 Konsep moral yang dimiliki berdasarkan pada rasa

menghormati sesama manusia

 Individu dengan konsep moral ini kerapkali akan

mengalami konflik dengan aturan yang berlaku dalam masyarakat

(16)

Batasan usia ????

 Menurut Kolhberg, ekspresi konsep moral ini tidak

memiliki batasan usia, namun dari hasil penelitian tampak bahwa :

a. Anak usia 7 tahun banyak berada di level 1 (tahap 1

& 2) dan sedikit di level 3

b. Anak padausia 10 tahun sering menggunakan level

1, 2 dan 3

c. Anak dengan usia 16 tahun lebih sering berada di

(17)

Moral – laki-laki & perempuan

 Konsep moral pada perempuan sifatnya lebih

menekankan pada caring orientation dan

pendekatan interpersonal pada masalah yang sifatnya dilematis

 Konsep moral pada laki-laki : menekankan pada

nilai pribadi sebagai hak pribadi dan prinsip keadilan

(18)

Efek perkembangan moral terhadap kemampuan

sosialisasi anak

 Anak menjadi lebih populer di kalangan guru dan

peer nya

 Penilaian moral yang dimiliki anak menjadi lebih

matang karena ia lebih aktif dalam aktivitas sosialnya

 Hal tersebut dapat diraihnya karena anak memiliki

kesempatan yang lebih banyak untuk melakukan role-taking

(19)

Perkembangan moral & perilaku

 Dengan adanya konsep moral maka individu akan

mengembangkan regulasi diri (kemampuan untuk mengendalikan perilaku dan emosinya tanpa harus diingatkan oleh orang lain)

 Ada 3 tahap untuk mengembangkan regulasi diri,

yaitu ;

a. Control phase (12-18 bulan) b. Self-control phase

(20)

Control phase

 Anak memiliki kesadaran sosial dan tuntutan

terhadap tugas yang ditentukan oleh caregivers-nya

 Anak masih memiliki ketergantungan yang tinggi

pada caregivers untuk mengingatkan mereka

mengenai perilaku-perilaku yang boleh dilakukan

 Untuk itu, anak mulai menunjukkan kepatuhannya

(21)

Self control phase

 Anak mulai mematuhi aturan yang diberikan oleh

caregivers meskipun tanpa kehadiran caregivers

 Hal ini karena pola berpikirnya mulai berkembang

begitu juga dengan kemampuan memorinya. Hal ini membuat anak mampu mengingat aturan yang

dibuat dalam keluarga berikut dengan aktivitas rutin yang biasa ia lakukan di rumah

(22)

Self regulation phase

 Anak mulai menggunakan strategi dan rencana

untuk mengarahkan perilakunya dan untuk membantu anak untuk menghindari atau

menghadapi godaan dan dalam menjalani delay of gratification

(23)

Faktor yang mempengaruhi

 Anak itu sendiri

 Disiplin dari orangtua yang sifatnya konsisten  Temperamen anak

 Anak dengan kontrol diri yang baik akan lebih

mudah diterima dan beradaptasi serta mengatasi stress saat ia masuk usia remaja

(24)

Perilaku prososial dan altruisme

 Perilaku prososial adalah perilaku yang sifatnya

sukarela dan diarahkan pada adanya keuntungan di pihak orang lain. Dilakukan dengan berbagai macam motif (termasuk egoistik) dan dengan pertimbangan praktis

 Altruisme adalah perilaku yang ditujukan untuk

kesejahteraan orang lain

 Perilaku altruistik : perilaku yang dikendalikan dari

motivasi internal yang tujuannya untuk menolong orang lain tanpa adanya pengharapan akan dikenal atau mendapat imbalan

(25)

Perkembangan perilaku prososial

 Lahir – 6 bulan : memberikan respon positif

terhadap orang lain (tersenyum atau tertawa pada orang lain); berpartisipasi dalam permaian sosial (peak a boo); bereaksi secara emosi terhadap

tekanan yang diberikan orang lain (menangis)

 6 – 12 bulan : mengambil peran aktif dalam

permainan sosial; menunjukkan perilaku berbagi; menunjukkan rasa sayang pada orang-orang yang ia kenal

(26)

Cont…

 12-24 bulan : jika menginginkan sesuatu dapat

menunjukkannya; dapat melakukan perintah atau permintaan sederhana; adanya pengetahuan

mengenai aturan saat bermain bersama;

menunjukkan pengetahuan mengenai tugas-tugas yang biasa dilakukan oleh caregivers (biasanya akan ikut membantu); menghibur orang lain yang sedang sedih; menunjukkan atau memberikan mainannya pada orang dewasa

(27)

Cont…

 24-36 bulan : dapat menggabarkan perhatian orang

lain terhadap sesuatu melalui kata-kata atau gesture; perilaku merawat dan menolong semakin meningkat dan terencana; secara verbal dapat mengekspresikan niatnya untuk menolong atau ekspresi

pengetahuannya terhadap suatu tugas; memberikan saran secara verbal; mencoba menlindungi orang

(28)

Cont…

 3-7 tahun : sangat senang menunjukkan perilaku

prososial

 3-11 tahun : sudah mulai mengenali kebutuhan

orang lain meskipun kebutuhan tersebut bertentangan dengan diri sendiri

 6-17 tahun : menilai perilaku prososial dan non

prososial dari referensi yang berasal dari

stereotipikal budaya yang dimiliki mengenai perilaku baik dan perilaku buruk. Selain itu penilaian juga

diberikan berdasaarkan dari ada atau tidaknya persetujuan dari pihak lain

(29)

Cont…

 10-17 tahun : dapat berempati terhadap orang lain

dan dapat merasa bangga atau bersalah atas konsekuensi yang muncul dari perilakunya

 14-17 tahun : memutuskan untuk menolong atau

tidak menolong orang lain melalui nilai yang dimiliki dan berdasarkan pada perhatiannya pada hak dan

harkat hidup orang lain; memiliki keyakinan atas tugas individu dan tugas masyarakat; mempercayai adanya kesetaraan antar individu; dan membentuk self respect atas nilai yang dimiliki dirinya sendiri dan dapat menerima norma yang berlaku

(30)

Apakah perempuan lebih prososial daripada laki-laki ?

 Harapan yang berlaku adalah perempuan lebih

prososial, responsif dan empatik daripada laki-laki

 Hasilnya menunjukkan bahwa perilaku prososial

yang ditunjukkan kedua jenis kelamin sangat

bervariasi sehingga untuk menilainya perlu dilihat perilaku prososial mana yang akan dibandingkan

 Perbedaan terbesar terletak pada kindness dan

(31)

Cont…

 Perempuan : lebih suka menolong; membuat orang

lain merasa nyaman dan berbagi; suka memberi sesuatu

 Perempuan juga lebih dapat melakukan empati

(merasakan apa yang orang lain rasakan) dibandingkan laki-laki

(32)

Faktor penyebab

 Munculnya perilaku prososial dan prosocial

reasoning (pemikiran dan penilaian mengenai

masalah-masalah yang berkaitan dengan prososial) diketahui dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan

 Namun bukti penelitian menunjukkan bahwa

pengaruh dari genetik tidak terlalu besar, yang lebih berpengaruh adalah lingkungan untuk membentuk perilaku prososial

(33)

Pengaruh lingkungan

 Lingkungan berupa keluarga, media massa dan

budaya

 Orangtua berperan sebagai model dan sekaligus juga

pendorong untuk memunculkan perilaku prososial. Dimana orangtua sangat berperan dalam

membentuk dan memunculkan perilaku prososial pada anaknya

 Anak prososial terbentuk dari keluarga yang

demokratis, bukan otoriter

 Awal pembentukan perilaku prososial adalah dengan

(34)

Cont…

 Media massa seperti televisi juga memberikan

kontribusi terhadap perkembangan perilaku prososial.

 Anak yang banyak menonton program acara yang

memiliki unsur prososial akan mengembangkan perilaku tersebut dengan lebih baik daripada anak yang tidak menonton acara yang sama

 Budaya yang memberikan tanggung jawab pada

kakak untuk merawat adik akan membentuk perilaku altruistik yang lebih tinggi

(35)

Peranan kognitif dalam melakukan

prosocial reasoning

 Keputusan untuk melakukan perilaku prososial atau

tidak dan bagaimana kualitasnya sangat dipengaruhi oleh tingkat perkembangan kognitif anak

 Menurut Eisenberg, Lennon dan Roth (1983) ada 5

tahap perkembangan prosocial reasoning pada anak, yaitu :

(36)

Level 1 : hedonistic & self focused

 Kelompok anak prasekolah dan younger elementary

school children

 Anak lebih perhatian pada konsekuensi yang akan ia

terima daripada pertimbangan moral yang ia miliki

 Keputusan untuk menolong atau tidak tergantung

pada apa yang akan ia dapatkan, akankah ada

balasan yang sama di masa yang akan datang dan hanya ditujukan pada orang-orang yang dekat

(37)

Level 2 : recognition of needs of others

 Kelompok anak pra sekolah dan sekolah dasar

 Anak menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang

lain yang berkaitan dengan kebutuhan fisik, materi dan psikologis, meskipun kebutuhan tersebut

bertentangan dengan kebutuhannya sendiri

 Tidak ada ekspresi verbal, perhatiannya

(38)

Level 3 : seeking others’ approval and acceptance

 Kelompok anak sekolah menengah pertama dan atas  Anak menggunakan stereotipe yang ada di

sekitarnya untuk menilai orang atau perilaku yang baik dan buruk

 Ia juga mempertimbangkan penerimaan dan

persetujuan dari pihak lain dalam memutuskan sesuatu hal dapat dinilai prososial atau tidak

(39)

Level 4 : emphatic

 Kelompok anak smp yang lebih tua dan anak sma  Anak dapat mengambil keputusan dan melakukan

penilaian berdasarkan evaluasi terhadap role taking, anak mulai perhatian terhadap unsur kemanusiaan terhadap orang lain, mulai muncul rasa bersalah

atau rasa positif atas konsekuensi yang muncul dari perbuatannya

(40)

Level 4 : transitional (emphatic and internalized)

 Kelompok minority of high school age children  Anak memutuskan untuk menolong atau tidak

berdasarkan nilai yang telah terinternalisasi dalam dirinya, juga berdasarkan norma, tugas dan

tanggung jawab

 Mementingkan untuk melindungi hak dan harkat

(41)

Level 5 : strongly internalized

 Only a small minority of high school students and

virtually no elementary school children

 Anak memutuskan untuk menolong atau tidak

bergantung pada nilai, norma dan tanggung jawab yang dimiliki, ia juga memiliki keinginan untuk menjaga

aturan yang telah tertulis mengenai tugas dari individu dan masyarkat

 Anak memiliki keyakinan bahwa adanya kesetaraan, hak

manusia dan harkat manusia

 Anak akan membentuk penghargaan terhadap diri untuk

(42)

Perkembangan perilaku agresif

 Agresi adalah perilaku yang meniatkan dirinya untuk

menyakiti orang lain dengan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan rasa sakit

 Instrumental aggression : menyakiti atau memukul

objek (mainannya atau benda milikinya)

 Hostile aggression : perilaku agresif yang ditujukan

pada orang lain, termasuk di dalamnya adalah mengkritik, mengolok atau mengejek (usia 6-7 tahun)

(43)

Cont…

 0-2 tahun : bayi dapat menunjukkan ekspresi marah dan

frustrasi; mulai menunjukkan perilaku agresif (mendorong)

 Masa pra sekolah 2-5/6 tahun : anak yang mendapat

dukungan dari keluarga untuk menunjukkan perilaku anti sosial akan cenderung mulai menunjukkan perilaku agresif yang serius; bentuknya adalah instrumental

aggression

 Anak perempuan lebih bersikap agresif verbal, termasuk

menggosip dan menunjukkan adanya relational

(44)

Cont …..

 6-7 tahun : anak menunjukkan hostile aggression,

mereka juga mulai menilai niat orang lain

 Masa sekolah dasar (7-10 tahun) : laki-laki ke arah

agresi fisik dan perempuan agresi pada hubungan sosial; namun keduanya tidak bersifat fisik tetapi mengarah pada agresi verbal

 Anak agresif adalah yang mengalami kesulitan di

sekolah dan ditolak oleh peer nya

 Pada kelas 4/5, orangtua mulai harus mengawasi

untuk mencegah terjadinya perilaku delinkuen dan vandalisme

(45)

Cont….

 Remaja : anak agresif akan memilih masuk dalam

kelompok anak yang agresif juga

 Mulai terjadi peningkatan perilaku delikuensi dan

vandalisme serta penggunaan senjata  banyak terjadi pada laki-laki

 Berkaitan dengan mulai diproduksinya hormon

(meningkatnya produksi hormon testosteron) akan meningkat pula perilaku agresif anak

(46)

Bentuk agresi

 Reactive aggression : anak yang menunjukkan

respon agresif saat mendapatkan ancaman, diserang atau merasa frustrasi

 Proactive aggression : anak yang menunjukkan

perilaku agresif untuk memaksakan kehendak dan menunjukkan kekuasaaannya pada anak lain,

mengancam anak lain dan melakukan bullying

 Relational aggression : merusak atau mengganggu

hubungan interpersonal yang ada dengan cara mengeluarkan anggotanya, bergosip atau

(47)

Faktor penyebab

 Biologis : pengaruhnya tampak lebih jelas pada usia

remaja. Dimana pada saat itu hormon sudah mulai bekerja.hormon yang bertanggung jawab terhadap

munculnya perilaku agresif adalah hormon testosteron. Pada perempuan, hormon yang bertanggung jawab

adalah estradiol.

 Selain hormon, yang bertanggung jawab adalah

substansi kimiawi yang ada dalam tubuh, yang

berhubungan dengan neurotransmitter. Cairan tersebut adalah serotonin yang bertugas untuk mengendalikan kelenjar endokrin. Tugas dari kelenjar tersebut adalah mengatur fokus perhatian dan kondisi emosi

(48)

Cont….

 Temperamen termasuk faktor biologis yang

memberikan konstribusi terhadap perilaku agresif

 Bayi yang difficult akan berkembang menjadi anak

(49)

Faktor lingkungan

 Keluarga yang menunjukkan tekanan pada anak

dengan kuat; keluarga yang menunjukkan adaya kelekatan yang tidak aman

 Peer, gangs dan lingkungan sekitar juga dapat

membentuk perilaku agresif pada anak

 Lingkungan yang negatif misanya miskin, dan

(50)

Cara mengatasi perilaku agresif

 Melakukan katarsis

 Mengubah perilaku dan kognitif  Mengubah lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

Selaras dengan tujuan yang bermaksud untuk mengetahui kekuatan hukum hasil pemeriksaan Pusat Laboratorium Forensik P O L R I terhadap barang bukti tindak pidana psikotropika

vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Ketika Anda sudah menjadi orang percaya yang benar, bukan KTP, maka Anda menyadari bahwa Anda ingin berbagi dengan keluarga Kristen yang lain.. Itulah mengapa gereja merupakan

Dalam hal ini terdapat hipotesis nol yakni ada pengaruh positif tingkat keagamaan anak terhadap akhlak kepada orang tua pada siswa MI Ngadisepi kecamatan Gemawang

• Apa yang kamu dapatkan mengenai hubungan antara posisi awal keempat anak, besar sudut rotasi dan pusat rotasinya, dan posisi akhir keempat setelah dirotasi.. • Dapatkah kamu

• Sebagian lahan belum bebas • Perubahan metode lelang. akibat perubahan desain dengan nilai yang melebihi

Peserta dapat mengambil kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik klinis yang berhubungan dengan performa atlet.. Kondisi fisiologis atlet dan peran pemeriksaan fisik klinis

 Sebuah proses sosial dimana antar orang perorangan atau antar kelompok saling bersaing untuk mencari keuntungan dalam bidang kehidupan tertentu (ekonomi, kebudayaan, kedudukan