• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL SOSIALISASI PUSAT PEMBELIAN BERSAMA MELALUI KOPERASI

1. Provinsi Jawa Tengah

Dalam melakukan sosialisasi terhadap konsep tentang pusat pembelian bersama melalui koperasi, maka pendekatan yang dilakukan tim adalah dengan dua tahap. Tahap pertama yaitu menyampaikan gagasan-gagasan tentang perlunya pembentukan pusat pembelian bersama secara langsung ke koperasi-koperasi yang dinilai memenuhi syarat dan mampu untuk melakukan pembelian bersama, sedangkan tahap yang kedua yaitu melakukan presentasi tentang perlunya didirikannya pusat pembelian bersama. Sosialisasi terhadap konsep tentang pusat pembelian bersama melalui koperasi ini dilaksanakan di Jawa Tengah pada bulan Agustus 1999.

Pada tahap pertama tim melakukan observasi terhadap tiap-tiap toko koperasi sampel dan kemudian melakukan evaluasi terhadap performan toko koperasi sampel tersebut. Hasil observasi dan evaluasi tim kemudian didiskusikan dengan pengurus ataupun manajernya. Hal selanjutnya yang dilakukan tim adalah memberikan blanko isian feed back/ masukan untuk diisi dan mengundang para pengurus/ pengelola koperasi untuk berdiskusi secara aktif pada acara presentasi mengenai pembelian bersama dengan tim peneliti.

Dalam memaparkan konsep-konsep mengenai pembelian bersama, maka materi yang dipresentasikan meliputi hal-hal sebagai berikut. Pertama dalam memaparkan latar belakang tim membahas mengenai tujuan pertemuan dengan gerakan koperasi yaitu untuk berbagai informasi mengenai temuan tim Balitbangkop dan PKM dalam hal pembelian bersama, tujuan kedua yaitu untuk menampung masukan-masukan dari pengurus gerakan koperasi terutama mengenai pembelian bersama, sedangkan tujuan ketiga yaitu untuk menyamakan persepsi mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk menindak lanjuti usulan dari tim Balitbangkop dan PKM. Dalam latar belakang juga dipaparkan tentang situasi koperasi konsumsi di provinsi sampel serta

!#

alasan-alasan kurang berkembangnya koperasi konsumen. Kemudian bahasan selanjutnya yaitu pemaparan hal-hal sebagai berikut :

- Hasil evaluasi mengenai strategi pengadaan barang yang dilakukan oleh toko

koperasi pada saat ini;

- Hasil identifikasi best practice yang dilakukan oleh koperasi maupun pemain

lainnya;

- Pengembangan alternatif-alternatif perbaikan strategi pengadaan barang;

- Memaparkan penentuan strategi secara komprehensif, dan

- Memaparkan hasil pengembangan rencana implementasi termasuk rencana

teknisinya.

Acara sosialisasinya/diskusi mengenai pengembangan pusat pembelian bersama di Kabupaten Kudus ini dihadiri oleh tujuh belas pengurus/manajer koperasi, ditambah dengan para pejabat dari Kantor Wilayah Departemen Koperasi, PK dan M Provinsi Jawa Tengah dan Kantor Departemen Koperasi, PK dan M Kabupaten Kudus. Koperasi yang berpatisipasi tersebut terdiri dari empat KPRI, satu Koppas, delapan KUD, tiga Kopkar, dan satu Primkopti. Pada diskusi ini dibahas juga mengenai kekhawatiran pengurus bila pusat pembelian bersama ini dapat merusak pasar apabila harga yang ditawarkan berbeda (jauh lebih murah) dengan harga jual anggota. Namun kekhawatiran bahwa pusat pembelian bersama tersebut akan merusak pasar tidak perlu dirisaukan. Justru tujuan dari pembelian bersama ini adalah untuk memberdayakan para anggotanya, dan konsumen dari pusat pembelian bersama ini adalah koperasi, bukan konsumen dari pusat pembelian bersama ini adalah koperasi, bukan konsumen akhir. Kekhawatiran kedua yang dilontarkan oleh para peserta adalah sulitnya menerapkan pembelian bersama tersebut karena hal ini perlu adanya kekompakan dan komitmen bersama. Memang dalam mendirikan pusat pembelian bersama ini diperlukan adanya komitmen tersebut dapat digalang apabila diantara pendiri/ anggota tersebut mempunyai kepentingan yang sama dan merasakan perlu adanya aliansi strategis diantara mereka.

!$

Pada akhir diskusi dengan gerakan koperasi tersebut kemudian disepakati untuk membentuk promotor yang bertugas untuk mengolah pendirian pusat pembelian bersama di Kabupaten Kudus. Ada 5 orang promotor yang bersedia, kelima promotor tersebut yaitu :

1. Ir. Suryo Dwidoto dari Kopkar Pusaka Raya (Pura) Group 2. Faried dari Kopkar PT Djarum

3. Abdullah Fanani dari Koppas Kliwon 4. Roemain F.Y. dari KUD Undaan

5. Bambang Suprapto dari PKPRI Kab. Kudus.

Dalam waktu satu bulan setelah dibentuknya tim kecil sebagai promotor pembentukan pusat pembelian bersama tersebut, maka tim kecil tersebut telah dua kali mengadakan rapat. Rapat tersebut membahas mengenai perjanjian kerjasama dan struktur organisasi dari pusat pembelian bersama, dalam hal ini tim peneliti dari Balitbangkop, PK dan M sebagai fasilitator telah memberikan acuan berupa konsep pola/model pusat pembelian bersama dan konsep perjanjian kerjasama pusat tersebut. Maksud dari acuan tersebut yaitu untuk memudahkan tim kecil dalam membuat perjanjian-perjanjian yang mereka perlukan. Kemudian pada rapat kedua telah disepakati tentang pembentukan struktur organisasi. Keputusan rapat kedua tersebut adalah lima promotor yang tergabung dalam tim kecil tersebut duduk dalam struktur yang ada namun demikian dalam hal pendanaan maka biaya-biaya yang diperlukan dalam pembentukan dan operasi pusat pembelian bersama dipikul oleh Koperasi Karyawan PT Pura Group. Tentunya hal ini tidak akan dapat terlaksana dengan baik. Pusat pembelian bersama akan berjalan dengan baik apabila masing-masing koperasi anggota pusat tersebut bersama-sama memikul beban biaya yang ditimbulkan dengan adanya pusat tersebut dan masing-masing anggota bersedia membeli barang-barang yang sudah disepakati untuk dibeli secara bersama-sama. Oleh karena itu tim peneliti dari Balitbangkop, PK dan M menyarankan kepada tim kecil hal-hal sebagai berikut :

1. Apabila koperasi-koperasi konsumen lain selain Kopkar Pura Group berkeberatan untuk menyisihkan biaya guna keperluan permodalan pusat

!%

pembelian bersama dikarenakan adanya kesulitan uang, maka sebaiknya koperasi-koperasi tersebut tidak mendirikan pusat pembelian bersama.

2. Karena Kopkar Pura Group mempunyai omzet yang jauh lebih besar dari koperasi-koperasi konsumen lain di Kabupaten Kudus, maka Kopkar Pura Group tersebut disarankan untuk menjadi pusat perkulakan yang melayani koperasi-koperasi lainnya di Kab Kudus.

3. Untuk KUD Undaan, karena toko barang-barang konsumsinya cukup laris yaitu dengan menjual barang konsumsi sebanyak 700 item dan omzet pembelian pertahun sebanyak 120 juta rupiah maka disarankan bagi KUD tersebut untuk menjadi outletnya ABSA (Pusat Perkulakan Abdulrahman Saleh milik PUSKUD Jawa Tengah)

Saran tim peneliti diterima oleh Kopkar Pura Group dan mendapatkan dukungan dari pihak Kanwil Depkop, PK dan M provinsi Jawa Tengah. Pada waktu itu (bulan Oktober 1999), koperasi yang bersedia untuk bekerjasama/ membeli barang-barang di Pura Group adalah PKPRI Kabupaten Kudus yang mempunyai anggota sekitar 20 KPRI. Disamping itu Kopkar Pura telah mempunyai tiga outlet dan telah bekerjasama dengan anggotanya di Pasar Dawe yaitu dengan melayani 7 warung anggota. Sedangkan saran KUD Undaan masih perlu ditindak lanjuti.

Prospek pusat/ sentral perkulakan Pura Group cukup baik karena pada saat ini Kopkar Pura tersebut telah menjadi distributor susu bendera, yaitu stock untuk daerah Kudus. Adapun target jangka pendek pusat perkulakan ini adalah mempunyai outlet sebanyak 60 (enam puluh), sedangkan target jangka panjang yang ingin dicapai olah Kopkar Pura Group adalah menjadi pusat perkulakannya koperasi-koperasi yang ada di Kabupaten Kudus. Pada tanggal 19 Oktober 1999 Pusat Perkulakan Kopkar Pura Group ini telah diresmikan secara simbolik di Kabupaten Pemalang oleh Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah.

!&

A. ANALISA INTERNAL KOPERASI SAMPEL

Diatas telah disebutkan bahwa Kopkar PT Pura Group disarankan untuk menjadi pusat perkulakan dari koperasi-koperasi konsumen yang ada di Kabupaten Kudus. Saran tim peneliti tersebut didasari atas pertimbangan antara lain bahwa omset pembelian barang-barang konsumsi di toko tersebut jauh lebih besar dari pada omset pembelian toko-toko koperasi sampel lainnya. Pada Tabel 4 telihat bahwa omset pembelian per tahun Kopkar Pura Group sebesar Rp. 1.611.000.000,- sedangkan koperasi-koperasi sampel lainnya omsetnya relative kecil yaitu berkisar antara Rp. 937.000,- sampai dengan Rp. 450.000.000,-. Sedangkan nilai tengah omzet per tahun koperasi sampel tersebut adalah Rp. 70.000.000,-. Dengan kondiasi volume usaha yang sangat bervariasi seperti ini yang artinya bahwa kondisi keuangan yang dimiliki oleh koperasi-koperasi tersebut sangat bervariasi, maka akan sulit terlaksana apabila mereka mendirikan pusat pembelian bersama, karena salah satu factor sukses dari pendirian pusat tersebut adalah bahwa masing-masing anggota harus mempunyai komitmen untuk membayar iuran dan besarnya iuran tersebut sebaiknya sama. Oleh karena itu menjadikan Kopkar Pura Group sebagai pusat perkulakan bagi koperasi-koperasi kecil lainnya akan lebih cocok dari pada membentuk pusat pembelian bersama.

Pusat perkulakan yang ada diharapkan dapat bersaing ataupun memberikan penawaran harga yang lebih murah dari pada dengan para distributor disekitar lokasi. Untuk koperasi-koperasi yang telah melakukan perdagangan langsung dengan distributor (lihat Tabel 4), tentunya diperlukan adanya komitmen agar koperasi tersebut mau membeli barang-barangnya ke Kopkar Pura Group sebagai sentral perkulakannya. Dipihak lain, Kopkar Pura Group juga harus memberikan fasilitas dan pelayanan lebih dibandingkan dengan distributor yang ada. Hal ini sangat penting untuk dilaksanakan karena hampir semua koperasi sampel telah berhubungan langsung dengan distributor utama, artinya koperasi-koperasi tersebut akan membandingkannya. Namun demikian, perlu juga diingat bahwa pusat perkulakan akan berjalan dengan baik

!'

dan mempunyai omzet besar apabila didukungoleh koperasi-koperasi kecil disekitarnya. Kita semua tahu bahwa untuk menjadi distributor utama dan agar dapat berhubungan langsung dengan pabrikan maka biasanya ada batas pembelian minimal.

Agar terjadi jaringan kerjasama dan terbentuk aliansi strategis diantara koperasi-koperasi di Kabupaten Kudus, maka pelu dibuat perjanjian kerjasama antara koperasi dengan pusat perkulakan. Perjanjian tersebut dapat berupa perjanjian seperti halnya antara frachisor dengan franchiseenya (system waralaba).

Tabel 4. Omzet Pembelian Toko Koperasi Sampel Per Tahun dan Prosentase Pembelian Barang Yang Dilakukan Melalui Distributor di Kabupaten Kudus, 1999.

No Nama Koperasi Nama Pembelian

Toko (Rp) Pembelian Melalui Distributor (%) 1. Kopkar PT Noyorono 450.000.000,- - 2. KUD Muria 12.544.000,- 20

3. KPRI Karya Sejahtera 100.000.000,- 50

4. Koppas Kliwon 375.000.000,- 45,8

5. KPRI Kudus 1 15.000.000,- 50

6. KPRI Bintara, Gebog 135.000.000,- 75

7. PKPRI Kab. Kudus 35.000.000,- 0

8. KUD makmur Jaya 24.000.000,- na

9. KUD Undaan 120.000.000,- 65

10. KUD Budi Karya 937.000,- na

11. KUD Rukun Agawe Santoso 5.350.000,- na

12. KUD Sendang Jaya 39.993.315,- 9

13. KUD Bae 116.000.000,- 60

!(

Tabel 5. Prosentase Penjualan Sepuluh Produk Terlaris Terhadap Seluruh Produk Yang Dijual Toko Koperasi Sampel di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, 1999

No Nama Koperasi Nama Pembelian

Toko (Rp) Pembelian Melalui Distributor (%) 1. Kopkar PT Noyorono 477,000,000 20 2. KUD Muria 13,798,400 925

3. KPRI Karya Sejahtera 110,000,000

275

4. Koppas Kliwon 389,250,000

na

5. KPRI Kudus 1 15,600,000

na

6. KPRI Bintara, Gebog 148,500,000

na

7. PKPRI Kab. Kudus 38,500,000

907

8. KUD makmur Jaya 25,200,000

952

9. KUD Undaan 128,400,000

841

10. KUD Budi Karya 103,070,000

612

11. KUD Rukun Agawe Santoso 5,885,000

na

12. KUD Sendang Jaya 41,993,315

249

13. KUD Bae 124,700,000

221

14. Kopkar Pura Group 1,707,660,000

456

Total Volume Usaha/Th 3,327,556,715

")

Dari data pada tabel 5 terlihat bahwa jumlah omzet penjualan per tahun pada 14 koperasi sampel adalah mencapai 3,3 milyar. Hal ini merupakan peluang usaha bagi koperasi-koperasi tersebut apabila mereka berkeinginan untuk beraliansi. Apabila koperasi-koperasi primer tersebut bersedia membeli barang-barang dagangannya dari Pusat Perkulakan Kopkar Pura Group, diharapkan hal ini akan terjadi sinergi yang baik. Mengingat pada Tabel 6 terlihat bahwa pada umumnya koperasi-koperasi sampel tersebut mempunyai banyak kesamaan terhadap produk yang dijual. Sebagai contoh, dari sejumlah koperasi sampel tersebut, pada waktu ditanyakan mengenai sepuluh produ terlarisnya maka ada 64,3 % koperasi yang menjual keperluan dapur dan merupakan salah satu dari sepuluh produk terlarisnya. Dan 64,3 % koperasi sampel juga menjual produk kecantikan yang sama dan juga merupakan produk terlarisnya. Disamping itu ada 50 % koperasi sampel yang menjual alat-alat tulis kantor.

Perlu disimak bahwa prosentase penjualan sepuluh produk terlaris terhadap seluruh produk yang dijual toko sangat besar (lihat Tabel 5). Rata-rata omset penjualan sebesar 56,41 % merupakan omset dari sepuluh produk terlaris yang dijual koperasi-koperasi tersebut.

"*

2. Provinsi Lampung

Dengan kesadaran bahwa sampai saat ini koperasi masih dalam keadaan lemah, perlu dilakukan konsolidasi koperasi agar sejajar dengan kekuatan pelaku ekonomi lainnya yang terlebih dahulu menikmatkan kesempatan pembangunan. Menyatukan kekuatan koperasi harus dilakukan secara bertahap dan sistematis berkesinambungan agar dapat berlangsung mulus tanpa menimbulkan konflik baru dan kepentingan masing-masing jajaran koperasi yang telah berkembang sesuai dengan arah kehendak anggotanya. Untuk itulah sosialisasi mengenai pembelian bersama yang dilakukan oleh tim Balitbangkop & PKM dilakukan dengan dua kali mengadakan pertemuan atau diskusi. Dan mengadakan observasi ke koperasi sampel di Kodya Bandar Lampung. Tujuan dari pertemuan dan diskusi tersebut adalah untuk menyampaikan ide-ide dan informasi-informasi yang berhubungan dengan kegiatan pembelian bersama dan sekaligus menganalisa kemampuan dari koperasi-koperasi yang nantinya akan melakukan kegiatan pembelian bersama.

Pada awalnya tim menentukan kegiatan pembelian bersama melalui koperasi ini dilakukan di Kabupaten Lampung Selatan. Dari hasil diskusi dengan Kakanwil dan Kabag Perkotaan Kanwil Lampung tim memperoleh gambaran bahwa keadaan koperasi serta kondisi koperasi yang bergerak dalam bidang kosumsi dan yang memiliki toko yang besar tidak memenuhi persyaratan untuk kegiatan pembelian bersama. Selain itu juga jarak antar koperasi cukup berjauhan. Berdasarkan keadaan tersebut tim berinisiatif bahwa sosialisasi pembelian bersama oleh koperasi tahap pertama yang dilakukan pada bulan September 1999, tim mengadakan pertemuan dan diskusi dengan 22 koperasi terdiri dari KDU dan KPN dari 3 kabupaten (Lampung Selatan, Lampung Utara, Kodya Bandar Lampung) yang mempunyai unit pertokoan. Pertemuan tersebut dihadiri oleh pengurus dan manajer koperasi diadakan diruang rapat Kanwil Depkop dan PKM Lampung. Pemillihan 22 koperasi tersebut dipilih berdasarkan hasil diskusi dengan Bagian Koperasi Perkotaan Kanwil Lampung.

"!

Bahan presentasi yang di sampaikan sebagai berikut. Pertama menyampaikan berbagai informasi mengenai temuan dari Balitbangkop dan PKM dalam pembelian bersama. Tujuan kedua adalah menerima masukan-masukan dari pengurus dan manajer koperasi terutama mengenai pembelian bersama serta permasalahan yang dihadapi oleh koperasi mengenai pembelian barang pertokoan dari supplier. Tujuan ketiga adalah untuk mengetahui peta dan kemampuan koperasi dari 3 kabupaten tersebut sekaligus menentukan kabupaten/kodya untuk kegiatan pembelian bersama oleh koperasi.

Dari hasil temuan dan diskusi pada tahap pertama tersebut disepakati bahwa kegiatan pembelian bersama melalui koperasi di provinsi Lampung dipilih Kodya Bandar Lampung. Juga disepakati untuk mengadakan pertemuan dan diskusi pada bulan Oktober 1999 untuk koperasi konsumen di Kodya Bandar Lampung sebagai kordinator awal adalah KSU sempurna.

Pada kegiatan sosialisasi yang kedua mengenai pusat pembelian bersama melalui koperasi di kodya Bandar Lampung tim melakukan observasi terhadap koperasi 8 koperasi sampel calon promotor yaitu : KPRI Saptawa Penwilda Tk 1, Kopti Kodya Bandar Lampung, KPRI Handayani, KUD Sukarame, KPN Ragon Gawi, KPRI Tiga Sehat Kanwil Depkop. Selanjutnya tim memberikan formulir isian umpan balik (feed back) untuk diisi oleh pengurus atau menajer koperasi sampel. Sekaligus mengundang pengurus/manajer untuk hadir pada pertemuan dan berdiskusi pada acara persentasi mengenai pembelian bersama dengan tim Balitbang yang diadakan di ruang rapat kanwil Lampung.

Materi presentasi yang disampaikan dalam pertemuan mengenai pembelian bersama menyampaikan informasi hasil temuan tim Balitbangkop dan PKM dalam hal pembelian bersama. Selain menyampaikan tentang gambaran koperasi konsumsi di Provinsi Lampung serta alasan kurang berkembangnya koperasi konsumen. Selain itu juga dibahas salah satunya adalah hasil identifikasi best practice yang dilakukan maupun pemain lainnya (bahan presentasi dilampirkan pada laporan ini).

""

Tujuan dari pertemuan dan diskusi tersebut adalah untuk menampung masukan-masukan dari pengurus dan manajer koperasi mengenai pembelian bersama, dan untuk menyamakan persepsi mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk menindak lanjuti usulan tim Balitbangkop dan PKM.

Pada pertemuan dan diskusi yang dilaksanakan oleh tim Balitbangkop dan PKM dihadiri oleh 23 pengurus/manajer/stap dan para pejabat Kanwil Depkop & PKM Provinsi Lampung serta pejabat Kandepkop & PKM Kodya Bandar Lampung. Koperasi yang berpartisipasi pada pertemuan tersebut terdiri dari 4 KPRI, 1KUD, 2 KSU, 3 KPN dan 1Kopti. Pada pertemuan ada beberapa koperasi yang menginformasikan barang konsumsi yang dapat dikerjasamakan. Seperti KPN Tiga Sehat menginformasikan mempunyai order untuk mendapatkan gula dari PT Gunung Madu sebanyak 40 ton perbulan dengan harga pabrik tetapi tidak dapat ditebus karena, kurangnya modal. Begitu juga dengan KPN Saptawa Penwilda TK 1 yang telah mempunyai hubungan baik dengan supplier unilever tetapi sampai saat ini belum bisa menjadi distributor karena belum memenuhi target pembelian. Hasil dari pertemuan sosialisasi mengenai pusat pembelian bersama disepakati :

- Koperasi yang hadir dalam pertemuan merencanakan membentuk pusat

pembelian bersama yang dimiliki oleh koperasi (dipilih dari tiga alternatif yang ditawarkan oleh tim)

- Koperasi peserta diskusi sepakat untuk mengadakan pertemuan bulanan

untuk menyamakan persepsi dan mengadakan komitmen bagi anggota pusat pembelian bersama agar dapat memenuhi kepentingan dan kebutuhan yang sama dari anggota.

- Agar terealisasinya Pusat pembelian bersama tersebut koperasi peserta

membentuk tim yang anggotanya berasal dari KSU Sampurna, Kopti Kodya Bandar Lampung, KUD Sukarame, dan KPN Bina Dharma dan KPRI Saptawa Penwilda TK 1. Tugas dari tim ini adalah sebagai penghubung dan menyampaikan informasi serta mengadakan pertemuan untuk membahas pembentukan pusat pembelian bersama.

"#

- Ada 2 Koperasi yaitu KPRI Saptawa Penwilda TK 1 dan KUD Sukarame yang

siap menjadi koordinator untuk kegiatan pusat pembelian bersama.

Tim pembentukan pusat pembelian bersama berencana mengadakan pertemuan yang pertama bulan November 1999. Pada pertemuan tersebut akan dibahas juga kordinator dan tempat pusat pembelian bersama, serta membahas dan menentukan pendanaan. Dalam hal ini tim peneliti dari balitbangkop & PKM sebagai fasilitator telah mengirimkan melalui facsimile, acuan berupa konsep/pola/ model pusat dan perjanjian kerjasama untuk pusat pembelian bersama kepada tim di provinsi Lampung.

Berdasarkan pantauan tim peneliti Balitbangkop & PKM yang dilakukan melalui telepon diperoleh informasi dari tim pembentukan pusat pembelian bersama. Rapat yang diadakan pada bulan November 1999 tersebut hanya membicarakan mengenai pendanaan dari pusat pembelian bersama yan gakan didirikan itupun belum tuntas dan akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.

"$

A. ANALISA INTERNAL KOPERASI SAMPEL

Pada tabel dibawah terlihat omset pembelian dari tiap toko koperasi sampel sangat bervariasi. Omset pembelian tertinggi adalah Kopti Kodya Bandar lampung sebesar Rp. 1.683.467.960,- sedangkan koperasi-koperasi sampel lainnya omsetnya hanya berkisar antara Rp. 15.000.000,- sampai dengan Rp. 741.151.437,-. Dari Tabel dibawah dapat terlihat bahwa omset dari koperasi sampel tersebut sangat bervariasi. Keadaan seperti ini yang artinya bahwa kondisi keuangan yang dimiliki koperasi-koperasi tersebut sangat bervariasi, maka akan sulit terlaksana apabila mereka mendirikan pusat pembelian bersama, karena salah satu factor yang sangat menentukan dari pendirian pusat tersebut adalah masing-masing anggotanya harus mempunyai komitmen untuk membayar iuran dan besarnya iuran tersebut sebaiknya sama. Dengan kondisi seperti diatas sebaikanya pusat pembelian bersama yan gakan didirikan ada dua. Pertama adalah pusat pembelian bersama kerjasama dari tiga koperasi yang omsetnya besar, seperti kerjasama Kopti Kodya Bandar Lampung, KUD Sukarame, dan KPRI Saptawa Penwilda TK 1 yang omzetnya diatas 500 juta.

Sedangkan pusat pembelian bersama yang kedua adalah kerjasama dari koperasi-koperasi lainnya yang berada di Kodya Bandar Lampung omsetnya dibawah 100 juta. Dari bervariasinya omset koperasi sampel di Kodya Bandar Lampung dapat juga membentuk pusat pembelian bersama dengan jalan, bagi koperasi yang omset penjualan barang konsumsinya sangat besar seperti KPRI Saptawa Penwilda TK1 dibandingkan waserda koperasi-koperasi lain disekitarnya, maka KPRI Saptawa Penwilda TK 1 dapat bertindak sebagai pusat pembelian (pusat perkulakan) bagi toko-toko koperasi yang omsetnya kecil.

"%

Tabel 6. Omzet per Bulan Sepuluh Produk Terlaris Toko Koperasi Sampel di Kabupaten Kudus, 1999

1 Kopkar PT Noyorono 37.5 - 24 - - 36 - - - - - - 97.5

2 KUD Muria - - - 10.5 - - - 2.268 na - - - 12.77

3 KPRI Karya Sejahtera - - 9 - - 9.6 2.4 - 2.4 1.2 6 - 30.6 4 Koppas Kliwon 432 - 705.6 - 1,641.6 - - - - na -

-5 KPRI Kudus I - - - - na na na - - na na

-6 KPRI Binatara, Gbog - - - - - - - - na na na na

7 PKPRI Kab. Kudus - - 0.84 0.84 0.84 - - 24 3.6 - 4.8 - 34.92 8 KUD Makmur Jaya - - - 4.8 - - - 6.6 3.6 4.8 1.8 2.4 24

9 KUD Undaan - 48 - - - - - 6 24 2.4 24 3.6 108

10 KUD Budi Karya 16.44 - - - - - - - 21.88 6.468 18.276 - 63.06

11 KUD Rukun Agawe S - - - - - - - - - - -

-12 KUD Sendang Jaya - - - - - 10.4388 - - - - - - 10.44

13 KUD Bae 4.2 3.6 - - - 3.6 - 6 - 6 4.2 - 27.6

14 Kopkar Pura Group - - - - - 222 50.4 10.812 - 67.2 19.2 - 369.61 58.14 51.6 33.84 16.14 16.14 281.64 52.8 55.68 55.48 88.07 78.28 6 778.5

28.6 14.3 28.6 21.4 21.4 42.9 21.4 42.9 50 64.3 64.3 21.4

Total ATK Kepl. Dapur Kecantikan Alat Listrik M. Goreng Pembersih Susu S.Drink & Snack

Total

Juml. Kop. Yg. Menjual (%)

Omzet per Tahun Sepuluh Produk Terlaris Toko (Rupiah juta,-) No Koperasi

"&

Tabel 7. Omset Pembelian Toko Koperasi Sampel dan Prosentase Pembelian Yang Dilakukan Melalui Distributor di Kodya Bandar Lampung 1999

No Nama Koperasi Omset Pembelian Toko (Rp. ) Pembelian Melalui Distributor (%)

1. KPRI Saptawa Penwilda TK I 741.151.437 20

2. KOPTI Kodya Bandar Lampung 1.683.467.960 10

3. KSU Sampurna 86.891.20. 4

4. KPRI Handayani 30.000.000 4

5. KUD Sukarame 528.456.300 12

6. KPRI Tiga Sehat Kanwil Depkop & PKM 35.000.000 2

7. KSU Mawar Indah 75.123.005 4

8. KPRI Betik Gawi 67.456.700 6

9. KPN Ragom Gawi 45.606.000 3

10. KPN Bina Dharma 30.000.000 4

"'

Tabel 8. Prosentase Penjualan Sepuluh Produk Terlaris Terhadap Seluruh Produk yang Dijual Toko Koperasi Sampel di Kodya Bandar Lampung, 1999. No Nama Koperasi Omset Penjualan Pertahun Prosentase Penjualan 10 Produk Terlaris Terhadap Seluruh Produk yang Dijual Toko

1. KPRI Saptawa Penwilda TK I 815,266,581

1,827

2. KOPTI Kodya Bandar Lampung 1,767,641,358

7,099 3. KSU Sampurna 91,235,762 343 4. KPRI Handayani 33,000,000 - 5. KUD Sukarame 581,301,930 2,794

6. KPRI Tiga Sehat Kanwil Depkop & PKM 35,875,000 984

7. KSU Mawar Indah 78,879,155

-

8. KPRI Betik Gawi 70,829,535

Dokumen terkait