• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. HASIL UJI STATISTIK

a. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Test of Normality Shapiro-Wilk karena jumlah subjek keseluruhan ada dibawah 50 orang subjek (Santoso A, 2010). Uji normlitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data dalam populasi ini normal atau tidak. Pengujian dilakukan terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan gain score pada tiap kelompok. Gain score adalah hasil skor pretest dengan posttest.

Tabel 3. Tabel Uji Normalitas

Shapiro-Wilk gain Statistic .961 Df 32 Sig. .295

a. Lilliefors Significance Correction

Uji normalitas Shapiro-Wilk dengan data gain score kelompok eksperimen dan kontrol menghasilkan z score sebesar 0,961 dengan p=0,295 (p>0,05). Maka dapat diambil kesimpulan bahwa data dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berdistribusi normal.

b.Uji Homogenitas

Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan Levene’s Test. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki varian yang sama.

Tabel 4.

Tabel Uji Homogenitas

Levene’s Test for Equality of

Variances

F Sig.

gain

Equal variances assumed

Equal variances not assumed

Uji Levene’s Test yang telah dilakukan menghasilkan nilai F sebesar 4,046 dengan signifikansi 0,053 (sig. F>0,05). Hal ini memberikan kesimpulan bahwa data daam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen homogen.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji beda atau uji t dari data subjek dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Data yang digunakan untuk uji t adalah gain score dari masing-masing subjek dalam setiap kelompok.

Tabel 5. Tabel Uji t

Gain score total Equal variances

assumed

Equal variances not assumed Levene’s Test for

Equality of Variances

F

Sig.

4.046

.053

t-test for Equality of Means t df Sig.(2-tailed) Mean Difference 5.263 30 .000 18.62500 5.263 27.041 .000 18.62500 95% Confidence Interval of Difference Std. Error Difference Lower Upper 3.53892 11.39756 25.85244 3.53892 11.36254 25.88575

Uji Independent sample t-test yang dilakukan menghasilkan nilai t sebesar 5,263 dengan p=0,000 (p<0,05). Pengambilan kesimpulan dari uji hipotesis ini menggunakan perbandingan nilai probabilitas atau signifikansi, yaitu p=0,000 (p<0,05). Kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat perbedaan yang sangat signifikan pada gain score antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

E.Pembahasan

Hasil uji beda terhadap gain score kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menghasilkan nilai p=0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan perubahan tingkat depresi antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Perubahan tingkat depresi pada kelompok eksperimen jauh lebih besar dibandingkan perubahan tingkat depresi pada kelompok kontrol. Selanjutnya, apabila dilihat dari mean score masing-masing kelompok, mean gain score kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan mean gain score kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa subjek dalam kelompok eksperimen mengalami penurunan tingkat depresi.

Penurunan tingkat depresi yang terjadi dipengaruhi oleh metode terapi yang digunakan dan karakteristik terapis yang membawakan terapi. Terkait metode, terapis memberikan gerakan-gerakan ekspresif yang dilakukan subjek dimana ini membantu subjek mengalami pertumbuhan personalnya, karena terdapat hubungan antara gerak dan emosi seseorang (Payne, 1992). Contohnya, ketika subjek membuat gerakan yang mengekspresikan kemarahannya, kemudian

subjek berteriak. Dalam gerakan itu, subjek melepaskan emosinya dan menerima bahwa ia sedang marah. Setelah itu, subjek merasa bahwa ia harus “melangkah” dari rasa marahnya dengan meakukan sesuatu agar masalahnya teratasi. Perasaan dan kemauan subjek untuk “melangkah” dari masalahnya mnjadi salah satu indikator adanya pertumbuhan personal dalam diri subjek.

Depresi yang diangkat dari para perempuan dengan HIV/AIDS ini adalah depresi eksogen yang disebabkan oleh adanya sebuah kejadian menyakitkan atau menyedihkan yang dialami subjek. Kejadian menyakitkan atau menyedihkan ini adalah adanya diagnosa bahwa subjek positif mengidap HIV/AIDS. Peristiwa ini menjadi stressor yang membuat subjek memiliki cara pandang atau pola pikir yang keliru mengenai dirinya dan masa depannya. Adanya kesalahan cara pandang yang cenderung negatif ini menyebabkan subjek kehilangan penghargaan diri (self-esteem) yang mengarah pada munculnya simtom-simtom depresi (Carr, 2001).

Terapi tari yang menggunakan sudut pandang psikodinamika, behavioral, dan humanistik memfasilitasi subjek meningkatkan penghargaan diri yang dimilikinya sehingga pola pikir dan cara pandang yang negatif dapat dirubah dan simtom depresi dapat diminimalisir kehadirannya. Terapi tari yang bertujuan melepaskan emosi yang selama ini “membeku” dalam diri subjek membantu subjek melakukan katarsis melalui tari (Chodrow, 2008). Contohnya, dalam terapi ini terapis memberikan pengertian kepada subjek untuk melakukan gerakan sesuai dengan afek yang ingin mereka tunjukkan; bisa afek marah, kecewa, menangis, senang, berbunga-bunga, dan berbagai

afek lain. Subjek diberi kebebasan untuk mengungkapkan gerak sesuai afeknya (Jung, 1969) baik melalui gerakan tangan saja, kaki, tubuh, kepala, atau ekspresi wajah saja.

Terapis menerapkan metode active mirroring movement atau kinesthetic empathy dimana subjek diajak meniruka gerakan terapis atau gerakan rekan- rekannya. Metode ini menumbuhkan empati dan perasaaan positif terhadap rekan-rekannya yang mengarah kepada dirasakannya dukungan sosial, perasaan dimana mereka merasa tidak sendirian. Lebih dari itu, metode ini membuat mereka seperti mengingat sesuatu di masa lampau dimana mereka ingin menjadi seperti orang yang dikaguminya dengan menirukannya. Disinilah apa yang disebut Martin (1939) sebagai “jejak” dari ingatan masa lalu muncul melalui pengalaman sensori-motor mereka.

Pada akhirnya, dengan menyadari apa yang mereka alami di masa lalu, subjek dapat belajar menerima masa lalu dan menyadari bahwa hal tersebut tidak dapat diubah. Selanjutnya, mereka terdorong untuk “melangkah” melanjutkan masa kini dengan lebih baik untuk masa depan tanpa harus menyalahkan atau menolak apa yang terjadi di masa lalu. Tari, sebagai salah satu bentuk latihan fisik sendiri membantu meningkatkan mood atau suasana hati subjek (Mead, 2010) karena efek relaksasi yang dihasilkan latihan tari ini, sehingga mereka lebih mudah menerima penguatan-penguatan dari terapis terkait masa lalu yang mereka ingat. Latihan fisik ini juga meningkatkan kekebalan tubuh subjek setelah mengikuti sesi terapi, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya hasil tes kekebalan tubuh salah satu subjek.

Dari proses penyadaran dan penerimaan ini, subjek mengalami peningkatan kepercayaan diri yang mengarah kepada meningkatnya penghargaan diri (self- esteem) mereka. Meningkatnya penghargaan diri subjek memberikan pengaruh terhadap pola pikir mereka sehingga subjek terbantu untuk merubah pola pikir atau cara pandang yang negatif terhadap diri dan masa depan mereka. Dimulai dari sinilah, simtom-simtom depresi mengalami penurunan.

Lebih dari itu, subjek yang melakukan terapi ini secara berkelompok mengalami dan menjalani waktu-waktu terapi dengan rekan-rekannya. Subjek juga secara tidak langsung mengenal dan memahami rekan-rekannya melalui gerak yang mereka tirukan atau lihat. Hal ini membantu subjek mencapai pemahaman empatik terhadap dirinya sendiri dan terhadap orang lain (Karkou, Meekums, & Nelson, 2012). Dari munculnya pemahaman empatik inilah subjek menyadari adanya dukungan sosial dari rekan-rekannya.

Dari hasil observasi, peneliti dapat melihat bahwa subjek secara keseluruhan mengikuti setiap proses terapi, tampak menerima penguatan-penguatan yang diberikan terapis ketika mereka bergerak dan tampak menikmati setiap proses yang ada dalam sesi terapi. 2 (dua) orang subjek yang pada sesi awal tampak enggan bergerak merasakan adanya kebutuhan untuk berinteraksi dengan rekan-rekannya melalui gerak dan pada akhirnya tampak mulai menikmati sesi- sesi terapi. Hal ini menjadi indikator bahwa setiap subjek yang mengalami depresi memiliki kebutuhan akan dukungan sosial sehingga mereka merasa memiliki arti dan bahwa hidup mereka tidak berhenti hanya sampai saat ini mereka didiagnosis HIV/AIDS.

Selain dari metode terapi tari yang diterapkan, karakteristik kepribadian terapis juga menjadi hal yang mempengaruhi keberhasilan terapi. Karakteristik yang mendukung tercapainya tujuan terapi adalah terapis yang friendly, helpful, dan positif. Hal ini tampak dari kesan awal subjek bertemu dengan terapis. Pada awalnya, subjek masih tampak diam dan pasif, namun setelah terapis menyapa dan mengajak subjek berkenalan dengan pembawaan diri yang friendly dan ceria, subjek mulai menunjukkan penerimaan yang positif seperti bertanya atau sekedar tersenyum kepada terapis.

Selain itu terapis yang helpful ketika subjek mengeksplorasi diri mereka membuat subjek menjadi lebih berani mengungkapkan diri dan bergerak bahkan tidak segan bertanya kepada terapis. Lebih dari itu, sifat positif terapis yang memberikan berbagai penguatan (reinforcement) kepada subjek untuk dapat bergerak sesuai perasaan jiwa mereka menjadi salah satu faktor bagi subjek dapat secara lepas dan bebas mengeluarkan berbagai emosi yang sudah lama membeku.

Dalam hasil penelitian ini, ditemukan adanya 1 (satu) subjek dalam kelompok eksperimen yang tidak mengalami perubahan tingkat depresi dan 1 (satu) subjek mengalami peningkatan. Jika dilihat kembali pada data observasi, 2 (dua) subjek yang mengalami peningkatan dan tidak mengalami perubahan adalah subjek yang kurang aktif pada pertemuan pertama dan kedua. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor yang mebuat subjek resisten terhadap treatment yang diberikan sehingga tingkat depresinya meningkat atau tidak mengalami perubahan.

Di luar sesi terapi, kedua subjek tersebut sempat menyatakan pendapatnya bahwa kegiatan menari dirasa terlalu berat dan sulit dilakukan bagi mereka. Ini terkait dengan perasaan dan pandangan subjek terhadap tubuhnya. Subjek merasa tubuhnya terlalu gemuk dan terlalu berat untuk digerakan dan menari. Subjek merasa tidak percaya diri dengan melihat tubuhnya sendiri menari di dalam ruang cermin. Karena ketidak percayaan diri inilah subjek menjadi malas bergerak.

Di sisi lain, subjek mengungkapkan bahwa lingkungan dimana ia tinggal tidak supportif seperti lingkungan dimana ia menari. Subjek meyatakan bahwa ia merasa stress ketika berada di rumah, sehingga ia enggan untuk bergerak karena perasaan lega dan senang yang ia rasakan hanya bertahan sementara ketika ia berada bersama rekan-rekannya saja.

Berdasarkan penjelasan di atas, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa pemberian terapi tari terbukti dapat mengurangi tingkat depresi pada perempuan dengan HIV/AIDS. Hal ini terlihat dari penurunan tingkat depresi secara keseluruhan pada kelompok yang diberi perlakuan. Meskiun kelompok kontrol juga mengalami perubahan, kelompok eksperimen mengalami penurunan tingkat depresi yang lebih besar.

Berkaitan dengan tujuan dari penelitian, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat menjelaskan bagaimana terapi tari mempengaruhi subjek dalam berbagai faktor yang menggambarkan depresinya. Terapi tari memberikan efek positif mulai dari sisi biologis yaitu menekan laju hormon kortisol dan meningkatkan sistem endokrin. Dari sisi psikologis, terapi tari

membantu subjek membawa kembali apa yang mereka tekan dari masa lalu kedalam kesadaran, menerimanya, dan membangkitkan keinginan untuk melangkah. Selanjutnya dari sisi sosial, subjek terbantu merasakan adanya dukungan sosial. Dari kesemuanya itu, subjek mengaami pertumbuhan dalam aspek kognitif yang ditunjukkan dengan perkembangan pola pikir dan perubahan pandangan terhadap dirinya menjadi lebih positif.

Dari aspek emosi, subjek menunjukkan adanya usaha mengelola dan mengeksplorasi emosi-emosi negatifnya agar dapat memiliki gambaran diri positif. Dari aspek motivasi, subjek menyatakan adanya keinginan menjadi anggota masyarakat yang produktif. Sedangkan dari aspek fisik dan vegetatif subjek mengalami peningkatan yang dibuktikan oleh meningkatnya hasil tes kekebalan tubuhnya.

Keterbatasan-keterbatasn pada penelitian ini perlu diperhatikan agar dapat menjadi catatan bagi peneliti selanjutnya. Contohnya, kondisi-kondisi yang dialami subjek yang digambarkan oleh kedua subjek yang mengalami peningkatan dan tidak mengalami perubahan tingkat depresi pada kelompok eksperimen, sehingga hasil penelitian selanjutnya dapat menjawab rumusan masalah sebuah penelitian.

53 BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Hasil perhitungan statistic dalam penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada gain score kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Gain score pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa terapi tari memiliki pengaruh terhadap tingkat depresi perempuan dengan HIV/AIDS. Meskipun setiap subjek menunjukkan adanya perubahan yang berbeda-beda, bahkan ditemukan subjek yang tingkat depresinya tetap atau meningkat.

B.Saran

1. Saran Berkaitan dengan Kelanjutan Penelitian

Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan perluasan data dengan memperbanyak jumlah subjek atau mencoba memberikan treatment ini terhadap subjek yang memiliki karakteristik khusus. Karakteristik khusus yang dimaksud misalnya subjek difabel, tuna netra, tuna wicara, atau tuna rungu. Karena penelitian ini hanya meneliti subjek perempuan, penelitian selanjutnya mungkin dapat dilakukan pada subjek dengan jenis kelamin laki-laki sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada banyak populasi.

2. Saran Berkaitan dengan Manfaat Penelitian a. Saran bagi LSM

Program terapi tari terbukti berhasil menurunkan tingkat depresi pada perempuan dengan HIV/AIDS sehingga baik bagi LSM untuk dapat meneruskan program ini mengingat bahwa masih banyak perempuan yang tergabung dalam LSM ini belum mendapatkan informasi mengenai adanya terapi tari yang akan memberikan efek positif bagi dirinya.

b. Saran bagi subjek

Program terapi tari ini dapat membantu subjek mengekspresikan dirinya, mengungkapkan emosinya, dan mempererat persaudaraan antara rekan sesame ODHA sehingga sebaiknya dilanjutkan secara mandiri oleh subjek.

55

DAFTAR PUSTAKA

Aditomo A. & Retnowati S. 2004. Perfeksionisme, Harga Diri, dan Kecenderungan Depresi Pada Remaja Akhir. Jurnal Psikologi (1), 1-15

American Dance Therapy Association (ADMT) official webasite –http://adta.org

American Psychology Association (APA) official website –

http://apa.org/topics/depress/index.aspx diakses 30 Oktober 2013

American Psychiatric Association. 2003. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder 4th Ed. (DSM-IV). Washington DC: APA

Benson N., Collin C., Ginsburg J., Grand V., Lazyan M., Weeks M. 2012. The Psychology Book. London: Dorling Kindersley Limited

Behrends A., Müller S., Dziobek I. 2012. Moving In And Out Of Synchrony: A Concept for A New Intervention Fostering Empathy Through Interactional Movement And Dance. The Arts in Psychotherapy (39), 107-116

Boeree CG. 2009. Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. Yogyakarta: Primasophie

Burger B., Thompson MR., Saarikallio S., Luck G., Toiviainen. 2003. On Happy Dance: Emotion Recognition in Dance Movements. Jyväskylä: Geoff Lucl & Oliver Brabant (Eds)

Carr A. 2001. Abnormal Psychology: Psychology Focus. Philadelphia: Taylor and Francis, 77-104

Chaiklin S., Wengrower H. 2009. The Art and Science of Dance/Movement Therapy: Life is Dance. New York: Routledge

Chodorow J. 2008. Dance Therapy and Depth Psychology. New York: Routledge

Cohen SO, Walco GA. 1999. Dance/Movement Therapy for Children and Adolescents with Cancer. American Cancer Society January/February Vol.7 No.1

Cohen GE & Shamus E. 2009. Depressed, Low Self-Esteem: What Can Exercise Do For You?. United States: The Internet Journal of Allied Health Sciences and Practice

Community-University Partnership for The Study of Children, Youth, and Families. 2011. Review of The Beck Depression Inventory 2nd Edition (BDI-II). Edmonton, Alberta, Canada

Cruz RF., Sabers DL. 1998. Dance/Movement Therapy is More Effective Than Previously Reported All Effect Sizes are not Created Equally: Response to Ritter and Low. The Arts in Psychotherapy, 25(2), 101-104

Ditjen PP & Kemenkes RI – Departemen Kesehatan Republik Indonesia

 http://www.kemenkes.go.id/index.php?vw=2&id=394 diakses 30 Oktober 2013  http://spiritia.or.id/Stats.StatCurr.pdf diakses 22 Juni 2014

Forever Young Dance Studio –http://goodtherapy.org

Gussak D. 2007. The Effectiveness of Art Therapy in Reducing Depression in Prison Population. International Journal of Offender Therapy and Comparative Criminology, 51(4), 444-460

Hasanat NU. 1994. Apakah Wanita Lebih Depresif Daripada Pria?. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Karkou V., Sanderson V. 2006. Art Therapies: A Research-Based Map of The Field. Edinburgh: Elsevier

Karkou V., Meekums B., Nelson EA. 2012. Dance/Movement Therapy for Depression. Cochrane Depression, Anxiety, and Neurosis Group, Issue 6

Kavanagh S. 2009. Mapping Our Way Through The Arts. International Art Therapy Association, UK

Kobayashi M., Sugimoto T., Matsuda A., Matsushima E., Kishimoto S. 2008. Association Between Self-Esteem and Depression Among Patients With Head and Neck Cancer: A Pilot Study. Wiley InterScience

Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia –http://aidsindonesia.or.id

 http://www.aidsindonesia.or.id/news/223/4/12/02/2010/People-with-HIV-fight- ignorance-discrimination#sthash.zyMeWotr.dpbs diakses pada 19 Juni 2014  http://www.aidsindonesia.or.id/contents/37/78/Info-HIV-dan-

AIDS#thash.cPsrIE5d.dpbs

Komisi Penanggulangan AIDS Yogyakarta –http://aidyogya.or.id

 http://aidsyogya.or.id/2014/data-hiv-aids/data-kasus-hiv-dan-aids-diy-s-d-des- 2013/ diakses pada 19 Juni 2014

Lynch JR., Kilmartin C. 2013. Overcoming Masculine Depression: The Pain Behind The Mask. Routledge

Mead GE., Morley W., Campbell P., Grieg CA., McMurdo M., Lawlor DA. 2010. Exercise for Depression (review). Cochrane Database of Systematic Review

Mello VA & Malbergier A. 2006. Depression in Women Infected with HIV. Sao Paulo: Rev Bras Psiquiatr, 28(1) 10-17

Nolen-Hoeksema S. 2010. Abnormal Psychology 5th Edition. New York: McGraw-Hill

Nonacs, R. 2006. A Deeper Shade of Blue: A Woman’s Guide to Recognizing and Treating Depression in Her Childbearing Years Paperback. New York: Simon & Schuster Paperback

Payne H. 1992. Dance/Movement Therapy: Theory and Practice. New York: Routledge

Penzak S., Reddy Y., Grimsley S. 2000. Depression in Patients with HIV Infection. American Society of Health-System Pharmacists, 57; 376-386

Ritter M & Graff-Low K. 1996. Effects of Dance/Movement Therapy: A Meta - analysis. The Arts in Psychotherapy 23(3), 249-260

Salmans, S. 1995. Depression: Questions You Have-Answered You need.

Allentown: People’s Medical Society

Santoso A. 2010. Statistik Untuk Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Press

Santrock JW. 1998. Adolescence (7th ed). USA: McGraw-Hill

Seide MP. 1986. American Journal of Dance Therapy. Vol.9 (83)

Seniati L., Setiadi B., Yulianto A. 2005. Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT. Indeks

Soanes C & Stevenson A. 2003. Oxford Dictionary of English. New York: Oxford University Press

Sue D., Sue DW., Sue S. 2008. Understanding Abnormal Behavior. Boston: Wadsworth

Wessels-Bloom, S. 2004. Dancing for Life: An Exploration of The Effectiveness of Dance/Movement Therapy as an Intervention for HIV. Rand Afrikaans University

World Health Organization (WHO) –http://www.who.int

 http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs369/en/index.html diakses 30

Oktober 2013

 http://www.who.int/topics/depression/en diakses 30 Oktober 2013

 http://www.who.int/mental_health/management/depression/who_paper_depresi

60

LAMPIRAN 1

THE BECK DEPRESSION INVENTORY II

(BDI-II)

BDI

Nama (inisial): Status Perkawinan: Usia:

Pekerjaan: Pendidikan Terakhir: Jenis Kelamin:

Instruksi:

Kuisioner ini terdiri dari 21 pernyataan. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama, kemudian lingkarilah satu pernyataan yang paling menggambarkan perasaan anda selama ± 2 minggu ini, termasuk hari ini. pastikan anda hanya memilih satu saja pernyataan dari tiap-tiap nomor.

1.

a. Saya tidak merasa sedih b. Saya merasa sedih

c. Saya selalu sedih dan saya tidak dapat mengatasinya

d. Saya merasa sangat sedih dan tidak bahagia, yang membuat saya tidak tahan lagi

2.

a. Secara khusus saya tidak merasa kecil hati terhadap masa depan saya b. Saya merasa kecil hati terhadap masa depan saya

c. Saya merasa tidak punya apapun untuk melihat masa depan

d. Saya merasa tidak ada harapan untuk masa depan saya dan tidak ada hal yang dapat memperbaikinya

3.

a. Secara tidak merasakan adanya kegagalan

b. Saya merasa gagal lebih dari yang dirasakan orang lain

c. Jika saya melihat ke belakang, yang saya lihat adalah banyaknya kegagalan d. Saya merasa sepenuhnya gagal sebagai seorang manusia

4.

a. Saya dapat merasakan kepuasan atas hal-hal yang saya lakukan b. Saya tidak menikmati hal-hal yang saya lakukan

c. Saya tidak dapat merasakan kepuasan lagi atas banyak hal d. Saya tidak puas dan bosan dengan segala sesuatu

5.

a. Saya tidak secara khusus merasa bersalah b. Saya kadang-kadang merasa bersalah c. Saya sering merasa bersalah

d. Saya selalu merasa bersalah 6.

a. Saya tidak merasa bahwa saya dihukum b. Saya merasa saya bisa saja dihukum c. Saya berharap saya dihukum

d. Saya merasa saya dihukum 7.

a. Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri b. Saya kecewa dengan diri saya sendiri

c. Saya muak dengan diri saya sendiri d. Saya membenci diri saya sendiri 8.

a. Saya tidak merasa bahwa saya lebih buruk dari orang lain b. Saya bersikap kritis terhadap kelemahan dan kesalahan saya

c. Saya selalu menyalahkan diri saya sendiri atas kesalahan-kesalahan saya d. Saya menyalahkan diri sendiri untuk semua hal buruk yang terjadi 9.

a. Saya tidak mempunyai pikiran sedikitpun untuk bunuh diri

b. Saya mempunyai pikiran untuk bunuh diri, tetapi saya tidak akan melakukannya

c. Saya akan bunuh diri

d. Saya akan bunuh diri begitu ada kesempatan 10.

a. Saya tidak menangis melebihi biasanya b. Saya menangis lebih dari biasanya c. Saya selalu menangis sekarang

d. Saya biasanya menangis, tetapi sekarang saya tidak dapat menangis walaupun saya ingin

11.

a. Saya tidak lebih mudah kesal akan hal-hal dibandingkan sebelumnya b. Saat ini saya agak lebih mudah kesal dibandingkan biasanya

c. Saya sering merasa kesal d. Saya selalu merasa kesal

12.

a. Saya tidak kehilangan minat terhadap orang lain

b. Saya kurang berminat terhadap orang lain dibandingkan biasanya c. Saya kehilangan sebagian besar minat saya terhadap orang lain d. Saya tidak ada minat sama sekali terhadap orang lain

13.

a. Saya membuat keputusan sebaik biasanya

b. Saya lebih sering menunda membuat keputusan dibanding sebelumnya c. Saya merasa lebih sulit membuat keputusan dibandingkan biasanya d. Saya tidak dapat membuat keputusan lagi

14.

a. Saya tidak merasa lebih buruk dibandingkan biasanya b. Saya khawatir jika saya terlihat lebih tua dan tidak menarik

Dokumen terkait