HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
2. Hasil Uji Statistik Regresi Logistik
Karena variabel dependen bersifat dummy (melakukan perataan laba dan tidak melakukan perataan laba), maka pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik. Tahapan dalam pengujian dengan
63 menggunakan uji regresi logistik dapat dijelaskan sebagai berikut (Ghozali, 2013):
a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number=0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number=1). Nilai -2LL awal adalah sebesar 199,842. Setelah dimasukkan keempat variabel independen, maka nilai -2LL akhir mengalami penurunan sebesar 29,342. Penurunan Likelihood (-2LL) ini menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
Tabel 4.3 Fit Model
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig. Step 1 Step 29,342 4 ,000 Block 29,342 4 ,000 Model 29,342 4 ,000
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R. Square)
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai NagelkerkeR Square. Nilai NagelkerkeR Square adalah sebesar 0,243 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 24,3%, sedangkan sisanya sebesar 75,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain
64 di luar model penelitian yang tidak diteliti dipenelitian ini seperti harga saham, umur perusahaan, dan sektor industri.
Tabel 4.4 Koefisien Determinasi Step -2 Log
likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 170,500a ,180 ,243
Sumber: Output SPSS
c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pengujian menunjukkan nilai Chi-square sebesar 9,906 dengan signifikansi (p) sebesar 0,272. Berdasarkan hasil tersebut, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai observasinya.
Tabel 4.5
Kelayakan Model Regresi
Step Chi-square df Sig.
1 9,906 8 ,272
Sumber: Output Spss
d. Hasil Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerapkan tindakan perataan laba.
65 Tabel 4.6 Matriks Klasifikasi Observed Predicted IS Percentage Correct Bukan Perata Perata Laba Step 1 IS Bukan Perata 72 16 81,8 Perata Laba 24 36 60,0 Overall Percentage 73,0 Sumber: Output SPSS
Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba adalah sebesar 60%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan, terdapat sebanyak 36 perusahaan yang diprediksi akan melakukan perataan laba dari total 60 perusahaan yang melakukan perataan laba. Kekuatan prediksi model perusahaan yang tidak melakukan perataan laba adalah sebesar 81,8%, yang berarti bahwa dengan model regresi yang digunakan ada sebanyak 72 perusahaan yang diprediksi tidak melakukan perataan laba dari total 88 perusahaan yang tidak melakukan perataan laba.
66 e. Hasil Uji Regresi Logistik
Model regresi logistik yang terbentuk disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a DER -1,281 ,456 7,899 1 ,005 ,278 ROA 7,643 3,802 4,042 1 ,044 2085,867 LnTA ,427 ,179 5,711 1 ,017 1,532 SS -,895 1,039 ,742 1 ,389 ,408 Constant -11,762 5,507 4,561 1 ,033 ,000 Sumber: Output SPSS
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model berikut ini:
IS = -11,762 - 1,281 DER + 7,643 ROA + 0,427 LnTA - 0,895 SS
Berdasarkan pengujian regresi logistik (logistic regression) sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, interpretasi hasil disajikan dalam empat bagian. Bagian pertama membahas pengaruh stable shareholding (SS) terhadap tindakan perataan laba (IS) (H1). Bagian kedua membahas pengaruh profitabilitas (ROA) terhadap tindakan perataan laba (IS) (H2). Bagian ketiga membahas pengaruh financial leverage (DER) terhadap tindakan perataan laba (IS) (H3). Bagian keempat membahas pengaruh ukuran perusahaan (LnTA) terhadap tindakan perataan laba (IS) (H4). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
67 1. Pengaruh stable shareholding (SS) terhadap tindakan perataan laba (IS) Variabel SS menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar 0,895 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,389, lebih besar dari alpha = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari alpha = 5% maka hipotesis ke-1 (H1) ditolak. Penelitian ini membuktikan bahwa stable shareholding tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Akinobu Shuto dan Takuya Iwasaki (2014) yang menyatakan bahwa stable shareholding berpengaruh terhadap perataan laba. Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ginantra (2015) mengatakan bahwa besar atau kecil proporsi kepemilikan saham oleh publik, pihak agen akan selalu menampilkan kinerja yang terbaik agar selalu bisa menarik perhatian pihak investor untuk menanamkan investasinya.
Pihak agen akan menampilkan kinerja yang terbaik agar selalu bisa mendapatkan keuntungan perusahaan untuk mendapatkan bonus karena perataan laba dilakukan oleh manajer perusahaan. Dalam hal ini praktik perataan laba ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan dalam mendapatkan keuntungannya jangka pendek.
68 2. Pengaruh profitabilitas (ROA) terhadap tindakan perataan laba (IS)
Variabel ROA menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 7,643 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,044, lebih kecil dari alpha = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari alpha = 5% maka hipotesis ke-2 (H2) diterima. Penelitian ini membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap tindakan perataan laba.
Apabila dilihat dari nilai odds rationya yang memiliki nilai sebesar 2085,867, maka dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan satu persen dari ROA maka kecenderungan perusahaan tersebut untuk melakukan perataan laba akan meningkat sebesar 2085,867 kali. Dapat diartikan bahwa semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka semakin besar kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Zulia Oviani, Errin Yani Wijaya, dan Syahruddin (2014) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan positifi terhadap perataan laba. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Ginantra (2015) yang menyatkan bahwa perataan laba tidak dipengaruhi oleh profitabilitas.
Hal ini terjadi diduga karena investor dan kreditor cenderung menggunakan informasi ROA sebagai tolak ukur dalam menilai seberapa efektif perusahaan mengelola sumber-sumber yang
69 dimilikinya. Investor selalu menginginkan perusahaan yang memiliki potensi laba yang besar.
Laba yang besar juga menandakan bahwa performa perusahaan tersebut sedang dalam keadaaan yang sangat baik. Investor berharap dengan berinvestasi ke perusahaan yang mmempunyai ROA yang besar maka mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Bukan hanya tingkat ROA yang tinggi, tetapi investor menginginkan tingkat ROA yang stabil.
Profitabilitas merupakan bahan pertimbangan utama bagi investor dan kreditor dalam mengambil keputusan baik dalam menginvestasikan dana maupun dalam meminjamkan dana pada suatu perusahaan. Karena profitabilitas memberikan gambaran kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan juga memberikan informasi efektifitas Perusahaan dalam mengelola aset yang dimiliki. Apabila perusahaan mempunyai kemampuan mendapatkan labanya sangat kecil dan tidak stabil hak tersebut akan sangat membahayakan kemampuan perusahaan bertahan hidup dalam jangka panjang. Sehingga memacu manajemen untuk melakukan perataan laba guna menarik investor dan kreditor tersebut.
3. Pengaruh financial leverage (DER) terhadap tindakan perataan laba (IS)
Variabel DER menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar 1,281 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,05, lebih kecil dari alpha
70 = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari alpha = 5% maka hipotesis ke-3 (H3) ditolak. Penelitian ini membuktikan bahwa financial leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap tindakan Perataan Laba.
Apabila dilihat dari nilai odds rationya yang memiliki nilai sebesar 0,278, maka dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan satu persen dari DER maka kecenderungan perusahaan tersebut untuk tidak melakukan perataan laba akan meningkat sebesar 0,278 kali. Financial leverage berpengaruh negatif terhadap perataan laba. Hal ini menunjukkan bahwa setiap persen peningkatan financial leverage probabilitas perusahaan melakukan perataan laba semakin kecil.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Mohammad Benny Alexandri dan Winny Karina Anjani (2014) yang menyatakan bahwa financial leverage berpengaruh terhadap perataan laba. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ginantra yang menyatakan bahwa financial leverage tidak dipengaruhi oleh perataan laba.
Financial leverage mengindikasikan proporsi hutang untuk membiayai investasinya atau menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi obligasi jangka pendek maupun jangka panjang (Sartono, 2001). Semakin besar proporsi hutang maka resiko yang akan didapat oleh investor semakin besar. Oleh karena itu, pengaruh negatif dan
71 signifikan financial leverage pada probabilitas perataan laba dapat terjadi karena semakin banyak perusahaan melakukan perjanjian utang, maka perusahaan akan mendapat pengawasan yang lebih ketat dari pihak-pihak pemberi pinjaman tersebut, sehingga perusahaan cenderung tidak melakukan perataan laba.
4. Pengaruh ukuran perusahaan (LnTA) terhadap tindakan perataan laba (IS)
Variabel LnTA menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,427 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,017, lebih kecil dari alpha = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari alpha = 5% maka hipotesis ke-4 (H4) diterima. Penelitian ini membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap tindakan perataan laba.
Apabila dilihat dari nilai odds rationya yang memiliki nilai sebesar 1,532, maka dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan satu nilai dari LnTA maka kecenderungan perusahaan tersebut untuk melakukan perataan laba akan meningkat sebesar 1,532 kali. Dapat diartikan bahwa setiap penigkatan nilai aset yang semakin besar maka kecenderungan perusahaan tersebut untuk melakukan perataan laba menjadi semakin besar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Muhammad Taufik, Haryetti, Ahmad Fauzan
72 Fathoni (2014) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ginantra (2015) yang menyatakaan bahwa perataan laba tidak di pengaruhi oleh ukuran perusahaan.
Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap tindakan perataan laba. Hal ini diduga karena perusahaan besar akan menghindari fluktuasi laba yang besar, karena kenaikan laba yang drastis akan menyebabkan pajak yang bertambah, dan penurunan laba yang drastis akan menimbulkan image kurang baik di mata investor dan kreditur karena investor dan kreditur akan meragukan kemampuan perusahaan tersebut yang memiliki aset atau ukuran perusahaan yang besar namun kemampuan mendapatkan labanya sangat tidak bagus atau tidak stabil.
Perusahaan yang berukuran besar adalah perusahaan dengan nilai aset yang sangat bagus. Dimana perusahaan besar akan mendapat perhatian lebih dari banyak kalangan seperti analis, investor, dan pemerintah (Benny, 2014). Investor lebih melirik kepada perusahaan yang besar dan memiliki laba yang stabil dikarenakan jaminan akan keberlangsungan jangka panjang atas perusahaan tersebut.
Investor mencari perusahaan besar karena investor biasanya tidak ingin mengambil resiko untuk menginvestasikan uangnya ke perusahaan yang masih kecil dan berkembang. Perusahaan besar
73 dianggap sudah memiliki kemapanan yang sangat baik dan pengalaman yang lebih baik sehingga lebih dipercaya.
74 BAB V
PENUTUP