PENGARUH STABLE SHAREHOLDING, PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
PERATAAN LABA
(Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Arif Setiawan NIM 1111082000079
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ii PENGARUH STABLE SHAREHOLDING, PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
PERATAAN LABA
(Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
ARIF SETIAWAN NIM: 1111082000079
Dibawah Bimbingan
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Nur Wachidah SE., MS., Ak.
NIP.196902032001121003 NIP.
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 11 Agustus 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Arif Setiawan 2. NIM : 1111082000079 3. Jurusan : Akuntansi Manajemen
4. Judul Skripsi : Pengaruh Stable Shareholding, Profitabilitas, Financial Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Agustus 2015
1. M Nur Rianto Al Arif, M.Si ( _______________________ ) NIP. 198110132008011006
2. Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak ( _______________________ ) NIP. 198004162009012006
iv LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 24 November 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Arif Setiawan 2. NIM : 1111082000079 3. Jurusan : Akuntansi Manajemen
4. Judul Skripsi : Pengaruh Stable Shareholding, Profitabilitas, Financial Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan lulus dan skripsi diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 November 2015
1. Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA. ( _______________________ ) NIP. 197207112005011007 Ketua
2. Yessi Fitri SE, Ak., M.Si. ( _______________________ ) NIP. 197609242006042002 Sekertaris
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( _______________________ ) NIP. 196902032001121003 Pembimbing 1
4. Nur Wachidah SE., MS., Ak. ( _______________________ ) Pembimbing 2
v LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Arif Setiawan
Nomor Induk Mahasiswa : 1111082000079
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggung jawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan saya telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 November 2015
Yang Menyatakan
vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama : Arif Setiawan
Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 9 November 1994
Alamat : Jl. PDAM Gang Hibah 1 No. 828 RT. 70 RW. 03
Bukit Lama Kec. Ilir Barat 1 Palembang 30139
Email : arifsetiawan.as@outlook.com
II. Riwayat Pendidikan
TK Aisyiyah Palembang (1999 – 2000)
SD Muhammadiyah 1 Palembang (2000 – 2006)
SMP Negeri 1 Palembang (2006 – 2009)
MAN 3 Palembang (2009 – 2011)
S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2011 – 2015)
III. Latar Belakang Keluarga
Nama Ayah : Sutima
Nama Ibu : Sulistiani
Alamat Orang Tua : Jl. PDAM Gang Hibah 1 No. 828 RT. 70 RW. 03
Bukit Lama Kec. Ilir Barat 1 Palembang 30139
Anak ke/ dari : ke-2 dari 2 bersaudara
IV. Pengalaman Organisasi
1. Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (2013 – 2014)
vii
THE INFLUENCE OF STABLE SHAREHOLDING, PROFITIBILITY, FINANCIAL LEVERAGE, AND FIRM SIZE ON INCOME SMOOTHING
(EMPIRICAL STUDY ON REAL ESTATE AND PROPERTY COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE 2011-2014)
By: Arif Setiawan
Abstract
This research aims to examine the influence of stable shareholding, profitability, financial leverage, and firm size toward income smoothing practice among real estate and property listed companies at Indonesian Stock Exchange. This research is using 37 real estate and property companies listed in Indonesia Stock Exchange, with a period between 2011-2014. The hypothesis was tested using binary logistic regression. The result of this study showed that profitability and firm size have positive significant influence on income smoothing. Financial leverage has negative significant influence on income smoothing. Stable shareholding has no significant influence on income smoothing
Keywords: profitability, stable shareholding, firm size, financial leverage, income smoothing.
viii PENGARUH STABLE SHAREHOLDING, PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
PERATAAN LABA
(Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014)
Oleh: Arif Setiawan
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh stable shareholding, profitabilitas, financial leverage, dan ukuran perusahaan terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan 37 perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, periode 2011-2014. Pengujian hipotesis menggunakan model analisis regresi binari logistik. Hasil penelitian ditemukan bahwa profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap tindakan perataan laba. Financial leverage menunjukkan hasil berpengaruh signifikan negatif terhadap tindakan perataan laba. Stable Shareholding tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba.
Kata kunci : profitabilitas, stable shareholding, ukuran perusahaan, financial leverage, perataan laba
ix KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Stable Shareholding, Profitabilitas, Financial Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba”. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sebagai
uswatun khasanah yang telah menuntun umatnya dari kegelapan munuju jalan yang
terang benderang.
Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana
Ekonomi di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan atas izin Allah
SWT skripsi ini dapat selesai. Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis
menyadari telah banyak mendapat arahan, bimbingan, bantuan, dan dukungan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, yang dengan ikhlas dan penuh kasih sayang selalu
mencurahkan perhatian, cinta, kasih sayang, nasihat, dan dukungan moril
maupun materil serta doa tiada henti kepada penulis.
2. Kakakku Agung yang telah menyemangati dan memberikan banyak motivasi serta do’a terbaiknya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan SE, Ak, M.M, selaku Sekertaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah bersedia menyediakan waktunya yang sangat bergarga untuk
x membimbing penulis selama menyusun skripsi. Terima kasih atas segala
masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat
yang telah diberika selama ini.
7. Ibu Nur Wachidah SE, M.S.Ak.,selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan
dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas segala bimbingan dan
konsultasi yang telah diberikan selama ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan
yang sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu
yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
9. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
10.Alaena Saroya yang selalu menemani dan memberikan semangat selama ini.
11.Sahabat-sahabat luar biasa CORE-I7 Wahyu, Irvan, Andi, Rizki, Opi, dan
Fahmi. Terimakasih atas kegilaan selama ini sahabat. Tetap kompak selalu.
12.Teman-teman kosan Kausar selama empat generasi Bang Adi, Bang Manto,
Bang Ali, Bang Faqih, Bang Bagus, Bang Isnan, Imam, Zezen, Altaf, Rian,
Inez, Afwa, Otul, Karima, Zunah, Ato, Ilham, Putra dan lain-lain.
13.Teman-teman band Bang Eki, Bang Fajri, Hans, Ibem, Irul, Wildan, Refli,
dan Ari. Terimakasih atas pengalaman bermusik selama ini.
14.Teman-teman rantau dari Palembang Rois, Bahtiar, Aji, Raka, dan lain-lain.
15.Teman-teman AKUKECE (Akuntansi Kelas C) yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu. Semoga kita semua bisa sukses selalu.
16.Teman-teman konsentrasi Audit 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu. Semangat dan sukses untuk kita semua.
17.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
di karenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
xi karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 12 November 2015
Penulis
xii DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF...iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI...iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...vi
ABSTRACT......vii
ABSTRAK...viii
KATA PENGANTAR...ix
DAFTAR ISI...xii
DAFTAR TABEL...xiv
DAFTAR GAMBAR...xv
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Perumusan Masalah...14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...16
A. Landasan Teori...16
1. Teori Agensi...16
2. Stable Shareholding...20
3. Profitabilitas...21
4. Tingkat Hutang (Financial Leverage)...26
5. Ukuran Perusahaan...29
6. Perataan Laba...32
B. Penelitian terdahulu...39
C. Kerangka Pemikiran...45
D. Hipotesis...46
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...49
A. Ruang Lingkup Penelitian...49
B. Metode Pemilihan Sampel...49
C. Metode Pengumpulan Data...50
D. Metode Analisis...51
1. Statistik Deskriptif...51
2. Analisis Regresi Logistik...51
E. Operasional Variabel Penelitian...52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...58
A. Deskripsi Objek Penelitian...58
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian...59
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif...59
2. Hasil Uji Statistik Regresi Logistik...62
a. Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)...63
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Negelkerke R. Square)...63
c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi...64
d. Hasil Matriks Klasifikasi...64
e. Hasil Uji Regresi Logistik...66
BAB V PENUTUP...74
A. Kesimpulan...74
B. Saran...75
DAFTAR PUSTAKA...76
LAMPIRAN...80
xiv DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Tabel Penelitian Terdahulu...39
3.1 Tabel Operasionalisasi Variabel...57
4.1 Proses Seleksi Sampel...59
4.2 Statistik Deskriptif...60
4.3 Fit Model...63
4.4 Koefisien Determinasi...64
4.5 Kelayakan Model regresi...64
4.6 Matriks Klasifikasi...65
4.7 Hasil Uji Regresi Logistik...66
xv DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1 Grafik Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial...7
1.2 Fase Perkembangan Properti Residensial...8
1.3 Kota Asia-Pasifik Dengan Prospek Investasi Terbaik...9
2.1 Kerangka Pemikiran...45
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan salah satu indikator dalam menilai kinerja
suatu perusahaan. Dengan laporan keuangan diharapkan dapat membantu para
investor dalam menentukan keputusan akan investasi mereka. Adanya
kecenderungan perhatian dari stakeholders yang hanya tertuju pada informasi laba,
memaksa manajer meningkatkan citra perusahaan dengan melakukan dysfunctional
behavior (perilaku tidak semestinya) melalui tindakan perataan laba (Budiasih,
2009).
Para ahli ekonomi banyak yang membahas masalah konsep laba menurut
ilmu ekonomi. Misalnya Adam Smith menjelaskan bahwa income adalah kenaikan
dalam kekayaan. Kemudian pada awal abad XX Fischer, Lindahl, dan Hick
menjelaskan sifat-sifat laba ekonomi mencakup tiga tahap. Pertama Physical
Income yaitu konsumsi barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan
kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan, laba jenis ini tidak dapat diukur. (1)
Real Income adalah ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan terhadap
kesenangan fisik. Ukuran yang dapat digunakan yaitu biaya hidup (cost of living).
Dengan kata lain, kepuasan timbul karena kesenangan fisik yang timbul dari
keuntungan yang diukur dengan pembayaran uang yang dilakukan untuk membeli
barang dan jasa sebelum dan sesudah dikonsumsi. (2) Money Income merupakan
hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk konsumsi dalam memenuhi
2 kebutuhan hidup. Kedua adalah Laba menurut konsep akuntansi (accounting
income). Menurut akuntansi yang dimaksud dengan laba akuntansi itu adalah
perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode
tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut.
Menurut Belkaoui definisi tentang laba ini mengandung lima sifat, yaitu (1) Laba
akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi, yaitu timbulnya hasil
dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut. (2) Laba akuntansi didasarkan pada
postulat “periodik” laba itu, artinya merupakan prestasi perusahaan itu pada periode
tertentu. (3) Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan
batasan tersendiri tentang apa yang termasuk hasil. Laba akuntansi memerlukan
perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan
perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu. (4) Laba akuntansi didasarkan pada
prinsip matching, artinya hasil dikurangi biaya yang diterima/dikeluarkan dalam
periode yang sama.
Perhatian investor sering kali hanya terpusat pada informasi laba yang
diberikan oleh perusahaan, sehingga tidak jarang memberikan kesempatan bagi
manajemen untuk melakukan tindakan manipulasi laba dengan salah satu caranya
adalah melakukan perataan laba. Perataan laba dilakukan manajemen untuk
memperbaiki citra perusahaan dimata pihak eksternal. Selain itu, perataan laba
dilakukan manajemen untuk memberi informasi yang relevan dalam melakukan
prediksi terhadap laba dimasa yang akan datang. Perataan laba dilakukan untuk
meningkatkan relasi- relasi usaha, meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap
3 Memahami kondisi keuangan perusahaan, diperlukan analisis terhadap
laporan keuangan perusahaan. Disamping pihak intern perusahaan, beberapa pihak
di luar perusahaan juga perlu memahami kondisi keuangan perusahaan.
Pihak-pihak tersebut antara lain (calon) pemodal dan kreditur. Praktik Perataan laba
merupakan fenomena yang umum dan dilakukan banyak negara. Namun demikian,
praktik perataan yang dilakukan dengan sengaja dan dibuat-buat dapat
menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai atau menyesatkan. Sebagai
akibatnya, investor mungkin tidak memperoleh informasi yang akurat, dan
memadai mengenai laba untuk mengevaluasi hasil dan risiko dari portofolio
mereka.
Suwito dan Arleen (2005) mendefinisikan perataan laba sebagai cara yang
digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai
dengan target yang diinginkan baik melalui metode akuntansi atau transaksi.
Perataan laba (income smoothing) menjadi hal yang penting terutama karena
praktek ini dapat menimbulkan disfunctional behaviour (perilaku yang tidak
semestinya) yang muncul sebagai akibat dari konflik yang timbul diantara
pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan laporan keuangan perusahaan.
Untuk meratakan laba, manajer mengambil tindakan yang meningkatkan
laba yang dilaporkan ketika laba tersebut rendah dan mengambil tindakan yang
menurunkan laba ketika laba tersebut relatif tinggi. Manajer perusahaan ingin
meratakan laba yang dilaporkan untuk memberikan persepsi pemegang saham atas
variabilitas earnings karena tindakan seperti itu dapat memberi pengaruh yang
4 laba ini berkaitan dengan teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa
manajemen memiliki informasi yang lebih banyak mengenai perusahaan
dibandingkan dengan pemilik perusahaan yang sering terdorong untuk melakukan
tindakan yang dapat memaksimalkan keuntungan dirinya sendiri (dysfunctional
behavior) dan atau perusahaannya.
Menurut Suwito dan Arleen (2005) perataan laba dapat melalui beberapa
dimensi perataan laba, yaitu: (1) perataan laba melalui kajadian atau pengakuan
suatu peristiwa, (2) perataan laba melalui alokasi selama satu periode tertentu, (3)
perataan laba melalui klasifikasi. Dilakukanya tindakan perataan laba ini biasanya
untuk mengurangi pajak, meningkatkan kepercayaan investor yang beranggapan
laba yang stabil akan mengurangi kebijakan deviden yang stabil dan menjaga
hubungan antara manajer dan pekerja untuk mengurangi gejolak kenaikan laba
dalam pelaporan laba yang cukup tajam.
Investor atau calon investor yang ingin menanamkan dananya dalam surat
berharga perlu melakukan analisis surat berharga dan kondisi yang berkaitan
dengan pihak yang menerbitkan surat berharga tersebut. Sebagai dasar pengambilan
keputusan investor, maka informasi yang disajikan harus dapat dipahami,
dipercaya, relevan dan transparan. Hal tersebut disebabkan kegiatan investasi
merupakan suatu kegiatan yang mengandung resiko ketidakpastian. Karena resiko
yang melekat ini, maka informasi yang disajikan oleh perusahaan diharapkan dapat
5 Usaha untuk mengurangi fluktuasi laba adalah suatu bentuk manipulasi laba
agar jumlah laba suatu periode tidak terlalu berbeda dengan jumlah laba periode
sebelumnya. Oleh karena itu perataan laba meliputi penggunaan teknik-teknik
tertentu untuk memperkecil atau memperbesar jumlah laba suatu periode sama
dengan jumlah laba periode sebelumnya. Namun usaha ini bukan untuk membuat
laba periode sebelumnya, karena dalam mengurangi fluktuasi laba itu juga
dipertimbangkan tingkat pertumbuhan normal yang diharapkan pada periode
tersebut. Situasi ini didasari oleh manajemen terutama dari kalangan manajemen
yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi tersebut, sehingga mendorong
timbulnya disfunctional behaviour.
Manfaat dari informasi laba yaitu untuk menilai perubahan potensi sumber
daya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan
arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang
efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. Informasi laba
juga dapat membantu pemilik atau pihak lain dalam melakukan penaksiran earning
power perusahaan di masa yang akan datang. Bagi kreditor laporan laba rugi
digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas di
masa yang akan datang yang diperlukan untuk membayar utang-utang perusahaan.
Investor memiliki kecenderungan untuk memperhatikan laba yang terdapat dalam
laporan laba rugi. Hal inilah yang menjadikan informasi earnings memainkan suatu
peranan yang signifikan dalam proses pengambilan keputusan oleh pengguna
laporan keuangan. Artinya, manajemen berusaha untuk mengelola earnings dalam
6 Perataan laba baik dilakukan jika dalam pelaksanaannya tidak melakukan
fraud. Ada yang berpendapat bahwa income smoothing bukanlah suatu masalah
dalam pelaporan keuangan karena memperbaiki kemampuan laba untuk
mencerminkan nilai ekonomi suatu perusahaan dan dinilai oleh pasar tidak efisien.
Disisi lain, perataan laba dianggap tindakan yang harus dicegah. Perataan laba
merupakan sesuatu yang rasional yang didasarkan atas asumsi dalam Agency
Theory.
Rasionalitas yang mendasari studi ini adalah adanya hubungan antara laba
dengan stable shareholding, profitabilitas, financial leverage, dan ukuran
perusahaan. Bila laba dimanipulasi maka rasio keuangan dalam laporan keuangan
juga akan dimanipulasi. Pada akhirnya, bila pengguna laporan keuangan
menggunakan informasi yang telah dimanipulasi untuk tujuan pengambilan
keputusannya, maka keputusan tersebut secara tidak langsung telah termanipulasi.
Disisi lain, laporan keuangan dimanfaatkan oleh investor dalam pengambilan
keputusan ekonominya. Pengaruh kepada investor tersebut diperoleh dari informasi
yang ada di laporan keuangan dan laporan lainnya yang mencakup stable
shareholding, profitabilitas, financial leverage dan ukuran perusahaan
Dengan alasan ini penulis akan meneliti lebih lanjut mengenai praktik
perataan laba. Penulis menggunakan data laporan keuangan dari 2011-2014.
Dengan menggunakan data laporan keuangan terbaru selama empat tahun terakhir
penulis berharap penelitian ini bisa menggambarkan kondisi sesungguhnya dan
seakurat mungkin. Penulis juga memilih perusahaan real estate dan properti sebagai
7 dalam masa perkembangan yang meskipun sekarang mulai memasuki perlambatan
di Indonesia sehingga berharap dapat mewakili sampel penelitian ini.
Gambar 1.1
Grafik Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial
sumber:survey Bank Indonesia
Tren perlambatan properti di Indonesia juga diungkap oleh data Jones Lang
Lasalle (JLL) yang terangkum dalam Asia Pacific Property Digest Q1 2015. Data
tersebut menunjukan bahwa perkembangan properti residensial di Jakarta bersama
8 Gambar 1.2
Fase perkembangan Properti Residensial
sumber: JLL Real Estate Intelegence Service 1Q2015
Presiden Joko Widodo menghembuskan angin segar bagi bisnis properti
yang belakangan mengalami perlambatan. Presiden dalam pertemuannya dengan
Asosiasi Real Estate Indonesia (REI) memberi lampu hijau untuk kepemilikan
asing atas produk properti di Indonesia.
Pemerintah berencana merevisi PP No 41/1996 untuk membolehkan
investor asing melakukan pembelian properti di Indonesia. Tetapi dalam kajiannya
perubahan ini tetap memiliki batasan diantaranya kepemilikan masih hanya
berdasar pada hak menggunakan dan kepemilikan terbatas pada apartemen mewah
dengan minimum harga jual tertentu. Tetapi, ternyata perlambatan yang saat ini
sedang terjadi tidak membuat investor asing berpandangan negatif terhadap
9 Coopers (PWC) terhadap sejumlah profesional di bidang properti menunjukan
bahwa Jakarta berada di urutan ke-2 sebagai kota dengan prospek investasi dan
pengembangan real estate terbaik di wilayah asia pasifik.
Perlambatan yang saat ini sedang terjadi tidak membuat investor asing
berpandangan negatif terhadap prosopek investasi properti di Indonesia. Survei
yang dilakukan Prince Waterhouse Coopers (PWC) terhadap sejumlah profesional
di bidang properti menunjukan bahwa Jakarta berada di urutan ke-2 sebagai kota
dengan prospek investasi dan pengembangan real estate terbaik di wilayah Asia
Pasifik.
Gambar 1.3
Kota Asia-Pasifik Dengan Prospek Investasi Terbaik Tahun 2015
10 Jakarta hanya kalah 0,06 poin dari Tokyo yang berada di urutan teratas,
Sementara unggul 0,09 poin dari Osaka. Jakarta yang merupakan ibukota Indonesia,
bahkan mengalahkan beberapa kota besar lain di kawasan Asia Pasifik seperti
Sydney, Shanghai, Seoul, Manila, dan Kuala Lumpur. Sehingga, prospek positif
Jakarta bagi sejumlah investor asing dan dukungan kebijakan pemerintah dapat
mendorong bisnis properti yang sudah melambat sejak setahun yang lalu.
Dalam hal ini, penulis melihat potensi dan kemungkinan yang dapat terjadi
dalam lingkup real estate dalam melakukan penerapan praktik perataan laba. Oleh
karena itu peneliti akan melakukan penelitian bagaimana keterkaitan stable
shareholding, profitabilitas, financial leverage dan ukuran perusahaan terhadap
tindakan praktik perataan laba yang dilakukan oleh pihak managemen perusahaan.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fengju, et al (2013) yang
meneliti pengaruh financial leverage dan proitabilitas terhadap perataan laba,
diperoleh 60 sampel perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock Exchange selama
periode 2006-2010. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa financial
leverage dan profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap perusahaan yang
tidak melakukan perataan laba, sedangkan tidak terdapat pengaruh signifikan antara
financial leverage dan profitabilitas terhadap perusahaan yang tidak melakukan
perataan laba.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Zulia, dkk (2014) yang meneliti
pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage dan kepemilikan
11 yang terdapat di Bursa Efek Indoneisa selama periode 2009-2013. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa profitabilitas dan kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap perataan laba sedangkan ukuran perusahaan dan financial
leverage tidak mempengaruhi income smoothing.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ginantra dan Wijana (2015) yang
meneliti pengaruh profitabilitas, financial leverage, ukuran perusahaan,
kepemilikan publik, dividend payout ratio dan net profit margin pada perataan laba,
diperoleh 17 sampel perusahaan manufaktur yang teradapat di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2008-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwavariabel
NPM berpengaruh positif terhadap perataan laba sedangkan variabel profitabilitas,
financial leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan publik dan DPR tidak
berpengaruh positif terhadap perataan laba.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Murtini dan Aditya (2012) yang
meneliti ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dividend payout ratio
dan kecenderungan perataan laba, diperoleh 56 sampel perusahaan manufaktur
yang terdapat di Bursa Efek Indonesia selama periode 2000-2009. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan profitbilitas berpengaruh terhadap
perataan laba sedangkan variabel financial leverage dan devidend pay out ratio
tidak berpengaruh terhadap perataan laba.
Pada penelitianyang dilakukan oleh Taufik, dkk (2014) yang meneliti
profitabilitas, financial leverage, dan ukuran perusahaan terhadap perataan laba
12 selama periode 2009-2012. Hasil penelitian ini menunjukkan profitabilitas
berpengaruh signifikan negatif terhadap perataan laba dan financial leverage dan
ukuran perusahaan berpengaruh siginfikan positif terhadap perataan laba.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yustiari dan Sujana (2014) yang
meneliti ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap praktik perataan laba dengan
jenis industri sebagai variabel pemoderasi diperoleh 56 sampel perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2010-2012. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh terhadap
perataan laba sedangkan jenis industri tidak dapat memoderasi ukuran perusahaan
dan profitabilitas pada praktik perataan laba.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Dewantari dan Badera (2015) yang
meneliti good corporate governance, ukuran perusahaan dan financial leverage
terhadap perataan laba diperoleh 11 sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2010-2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa good
corporate governance dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada probabilitas
perataan laba, sedangkan financial leverage berpengaruh negatif dan signifikan
pada probabilitas praktik perataaan laba.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Benny (2014) yang meneliti
faktor-faktor perataan laba di Indonesia di peroleh 10 perusahaan perankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009-2013. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan financial leverage berpengaruh
13 Penelitian merupakan replikasi dari penelitian Ginantra (2015) dan
penelitian Shotu (2014). Adapun yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah penelitian ini menggunakan stable shareholding,
profitabilitas, financial leverage,dan ukuran perusahaan sebagai variabel
independen sedangkan peraataan laba sebagai variabel dependen. Periode pada
penelitian ini menggunakan periode data dari tahun 2011 sampai 2014 yang
merupakan data terbaru saat ini. Penelitian ini menggunakan perusahaan real estate
dan properti sebagai sampel penelitian yang saat ini Indonesia sedang berada di
urutan ke-2 dengan propek investasi dan pengembangan real estate terbaik di
wilayah Asia Pasifik.
Penelitian ini juga memiliki beberapa keterbatasan seperti jenis sampel yang
hanya menggunakan jenis perusahaan real estate dan properti sehingga kurang
mengeralisasikan perusahaan publik di Indonesia. Penelitian ini hanya
menggunakan periode 4 tahun. Penelitian ini menggunakan indeks Model Eckel
yang merupakan model yang ditemukan tahun 1981, hal ini mungkin kurang
sensitif terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan pada tahun 2011-2014.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini mengambil judul
“Pengaruh Stable Shareholding, Profitabilitas, Financial Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba.”
14 B. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
merumuskan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh stable shareholding terhadap praktik perataan
laba?
2. Bagaimana pengaruh profitabilitasterhadap praktik perataan laba?
3. Bagaimana pengaruh financial leverage terhadap praktik perataan laba?
4. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaanterhadap praktik perataan laba?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian
Berdasarkan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisis pengaruh positif stable shareholding terhadap
praktik perataan laba.
b. Untuk menganalisis pengaruh positif profitabilitas terhadap praktik
perataan laba.
c. Untuk menganalisis pengaruh positif financial leverage terhadap
praktik perataan laba.
d. Untuk menganalisis pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap
praktik perataan laba.
2. Manfaat Penelitian
15 a. Bagi Akademisi, diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan
tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba. Serta
untuk penelitian yang akan datang diharapkan penelitian ini dapat
digunakan sebagai acuan bagi penelitian, terutama penelitian yang
berkaitan dengan praktik perataan laba
b. Bagi praktisi penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan mengenai
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba dan
diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan
dalam meningkatkan kualitas dan dapat dijadikan pertimbangan dalam
16 BAB II
Tinjauan Pustaka A. Landasan Teori
1. Teori Agensi
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) hubungan agensi ada
ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk
melaksanakan suatu jasa dan, melakukan hal itu, mendelegasikan
wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Dalam suatu
korporasi, pemegang saham merupakan prinsipal dan CEO adalah agen
mereka. Pemegang saham menyewa CEO agar bertindak sesuai keinginan
mereka.
Topik income smoothing terkait erat dengan konsep manejemen laba
(earnings management). Seperti manejemen laba, penjelasan konsep
income smoothing juga menggunakan pendekatan teori keagenan (agency
theory). Teori ini menyatakan bahwa manajemen laba dipengaruhi oleh
konflik kepentingan antara manjemen (agent) dengan pemilik (principal)
yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran perusahaan.
Salah satu sifat dasar manusia adalah self interest artinya
mementingkan diri sendiri dan tidak mau berkorban untuk orang lain. Pada
teori keagenan yang disebut prinsipal adalah pemegang saham dan yang
disebut agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Prinsipal
diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh
17 dari investasi mereka pada perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan
menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari
tambahan lain yang terlibat dalam hubungan keagenan (Anthony dan
Govindarajan, 2005). Sesuai dengan asumsi tersebut, maka manajer akan
mengambil kebijakan yang menguntungkan dirinya sebelum memberikan
manfaat kepada pemegang saham.
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk
kepentingan mereka sendiri. Agen diasumsikan akan menerima kepuasan
tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan yang
terlihat dalam hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang banyak,
kondisi kerja yang menarik dan jam kerja yang fleksibel. Sedangkan
prinsipal, diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang
diperoleh dari investasi mereka di perusahaan tersebut. Dengan demikian
teori keagenan (agency theory) berkaitan dengan usaha-usaha untuk
memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan keagenan. Masalah
keagenan muncul jika terdapat perbedaan tujuan (goals) antara agent dan
principal serta terdapat kesulitan atau membutuhkan biaya yang mahal bagi
principal untuk senantiasa memantau tindakan-tindakan yang diambil oleh
agent.
Konsep teori keagenan menyatakan bahwa praktik manajemen laba
dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik yang
timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan
18 manajer memiliki asimetri informasi terhadap pihak eksternal perusahaan,
seperti kreditor dan investor. Asimetri informasi terjadi ketika manajer
memiliki informasi internal perusahaan relatif lebih banyak dan mengetahui
informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan pihak eksternal tersebut.
Dalam kondisi demikian, manajer dapat menggunakan informasi yang
diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam usaha
memaksimalkan kemakmurannya. Pihak principal dapat membatasi
divergensi kepentingannya dengan memberikan tingkat insentif yang layak
kepada agent dan bersedia mengeluarkan biaya pengawasan untuk
mencegah kecurangan yang dilakukan oleh agent (Jensen and Meckling,
1976).
Selain itu, masalah keagenan juga akan terjadi jika antara agent dan
principal mempunyai sikap atau pandangan yang berbeda terhadap risiko.
Di dalam sebuah perusahaan terdapat tiga pihak utama (major participant)
yang memiliki kepentingan berbeda yaitu manajemen, pemegang saham
(sebagai pemilik), dan buruh atau tenaga kerja. Prinsip pengambilan
keputusan yang diambil oleh manajer adalah bahwa manajer harus memilih
tindakan tindakan yang akan memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
Atau dengan kata lain, pengambilan keputusan tidak didasarkan atas
kepentingan manajemen (agen) namun harus mengacu pada kepentingan
pemegang saham (principal).
Namun kenyataan yang terjadi di banyak perusahaan adalah manajer
kepentingan-19 nya misalnya yang dapat memaksimalkan kekayaannya daripada
menguntungkan pemegang saham. Untuk mengatasi hal itu pihak pemegang
saham sebagai principal melakukan pengendalian dengan tiga cara yaitu:
monitoring, kebijakan pemberian insentif atau hukuman dan dengan cara
menanggung secara bersama-sama atas risiko yang mungkin terjadi.
Selanjutnya dijelaskan bahwa didalam suatu organisasi cara yang paling
efektif untuk mengubah perilaku anggota organisasi agar sesuai dengan
yang diinginkan adalah dengan pemberian reward atau dengan kata lain,
dengan positif reinforcement, bukan dengan pemberian hukuman
(punishment). Pemberian reward (berupa penghargaan atau insentif) akan
berdampak baik dalam arti perilaku yang diinginkan tersebut besar
kemungkinan akan terulang lagi. Sebaliknya, bila digunakan hukuman,
pengaruh yang bisa timbul adalah munculnya rasa tertekan, tidak tenang dan
sebagainya. Adanya asimetri informasi antara manajemen dengan pemilik
memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis guna
memaksimalkan keuntungan pribadi (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
Satu-satunya informasi yang digunakan untuk mengukur kinerja
yang selanjutnya diinginkan sebagai dasar dalam pemberian reward adalah
informasi akuntansi karena informasi ini dianggap lebih objektif daripada
informasi lainnya informasi akuntansi juga digunakan oleh para principal
untuk menilai kinerja para manajer, yang selanjutnya dijadikan dasar dalam
pemberian reward (biasanya dalam bentuk bonus). Konsekuensi logis dari
20 pemberian reward tersebut adalah munculnya perilaku tidak semestinya
(dysfunctional behaviour) di kalangan manajer. Manajer cenderung
melakukan perataan (smoothing) dengan memanipulasi informasi
sedemikian rupa agar kinerjanya tampak bagus.
Teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu: (1)
manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2)
manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang
(bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk
averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai
manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat opportunistik,
yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya (Haris, 2004).
2. Stable Shareholding
Stable shareholding adalah saham yang tidak diperjualbelikan.
Saham ini dimiliki oleh internal dari perusahaan atau perusahaan induk yang
lebih besar. Hal ini dilakukan untuk membatasi kepemilikan perusahaan
oleh publik. Jika pengelolaan laba efisien maka kepemilikan publik yang
tinggi akan meningkatkan pengelolaan laba (berhubungan positif).
Shuto (2014) mengungkapkan bahwa dari perspektif manajerial,
diperkirakan bahwa manajer perusahaan dengan stable shareholding lebih
mungkin untuk melaporkan pendapatan yang stabil, sehingga memberikan
informasi yang kredibel tentang diri mereka kepada pemegang saham
21 mungkin mendorong manajer untuk mengejar perilaku oportunistik untuk
meningkatkan manfaat pribadi mereka, dan dengan demikian, akan terjadi
kerusakan nilai perusahaan dalam jangka panjang.
Manajer perusahaan mungkin juga bertindak untuk meningkatkan
manfaat pribadi mereka dan dengan demikian merusak nilai perusahaan
dalam jangka panjang. Tentu saja, stable shareholding tidak memungkinkan
manajer untuk melakukan perilaku oportunistik dengan tanpa batasan.
(Shuto, 2014)
Pengelolaan laba dapat bersifat efisien, tidak selalu oportunis. Jika
pengelolaan laba efisien maka kepemilikan publik yang tinggi akan
meningkatkan pengelolaan laba (berhubungan positif). Semakin tinggi
kepemilikan publik dalam struktur kepemilikan perusahaan, maka
perusahaan cenderung melakukan perataan laba agar menghasilkan
variabilitas laba yang rendah yang mengindikasikan risiko yang rendah.
Risiko yang rendah ini lah yang direspon positif oleh investor.
3. Profitabilitas
Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007), profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit atau laba selama satu
tahun. Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para
investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan
22 rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Profitabilitas
sendiri menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh
keuntungan dan dinyatakan dalam persentase yang digunakan untuk menilai
sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba serta
merupakan salah satu aspek yang penting sebagai pertimbangan oleh
investor atau pemilik dalam menilai kinerja suatu perushaan.
Perusahaan pada umumnya lebih mementingkan masalah
profitabilitas daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belum tentu
merupakan ukuran bahwa perusahaan telah bekerja secara efektif dan
efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang
diperoleh tersebut dengan kekayaan atau modal yang digunakan untuk
menghasikan laba tersebut. Perusahaan sebaiknya tidak hanya lebih
memperhatikan masalah bagaimana usaha untuk memperbesar labanya saja,
tetapi juga yang lebih penting adalah bagaimana usaha untuk meningkatkan
profitabilitasnya sehingga perusahaan biasanya lebih diarahkan untuk
mendapatkan titik profitabilitas maksimal dan bukan laba maksimal.
Menurut Suwito dan Herawaty (2005), profitabilitas sebagai
indikator untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan dan dapat
mempengaruhi keputusan investor dalam mengambil keputusan.
Profitabilitas diketahui dengan membandingkan laba bersih dengan total
aset perusahaan. Rasio profitabilitas dapat ditunjukkan dengan beberapa
23 Macam-macam rasio profitabilitas, diantaranya sebagai berikut:
1. Margin laba atas penjualan (Profit Margin on Sale)
Profit margin menghitung tingkat kemampuan suatu
perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan
tertentu. Rasio ini dapat diinterpretasikan sebagai kemampuan
perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) pada
periode tertentu (Hanafi dan Halim, 2009:83). Rasio ini
dirumuskan sebagai berikut:
NPM =� ℎ ℎ �
� ×100%
Profit margin yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan
mampu menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan
tertentu. Margin laba yang rendah akan mengindikasikan
adanya masalah operasional, perusahaan dengan margin laba
yang rendah mungkin akan mendapatkan tingkat pengembalian
yang tinggi atas investasi pemegang sahamnya karena
penggunaan leverage keuangan (Brigham dan Houston,
2006:107).
2. Pengembalian atas total aset (Return on Asset)
Return on Asset (ROA) menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat
aset tertentu. Menurut Hanafi dan Halim (2009:84) Return on
24 (ROI). Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih setelah
pajak dibagi dengan total aset.
ROA=� ℎ ℎ � × %
ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset.
ROA yang rendah disebabkan oleh:
a. kemampuan untuk menghasilkan laba perusahaan yang
rendah ditambah,
b.biaya bunga yang tinggi yang dikarenakan oleh
penggunaan utangnya di atas rata-rata, dimana keduanya
menyebabkan laba bersih menjadi relatif rendah
(Brigham dan Houston, 2006:109).
3. Pengembalian atas ekuitas saham biasa (Return on Equity)
Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa mengukur
pengembalian atas ekuitas saham biasa atau tingkat
pengembalian atas investasi pemegang saham (Brigham dan
Houston, 2001:91). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
ROE=� ℎ ℎ �
� ℎ × %
Profitabilitas perusahaan dalam penelitian ini yang
diproksikan dengan Return on Equity (ROE). Hanafi (2009)
menyebutkan bahwa Return on Equity (ROE) digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
25 profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham diduga
mempengaruhi tindakan perataan laba. ROE sering kali menjadi
rasio pertimbangan investor dalam memilih beberapa pilihan
untuk berinvestasi. ROE ini merupakan bagian dari keuntungan
(return) dalam berinvestasi. Profitabilitas dalam penelitian ini
yang diduga mempengaruhi perataan laba diproksikan dengan
Return on Equity (ROE). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Li-Jung dan Chien-Wen (2007) yang
menyatakan bahwa profitabilitas perusahaan yang yang
diproksikan dengan Return on Equity (ROE) dapat
mempengaruhi kecenderungan perusahaan melakukan praktik
perataan laba.
Dalam penelitian ini, proksi yang digunakan untuk mengukur
profitabilitas yaitu Return On Asset (ROA). Perusahaan yang memiliki
tingkat ROA yang tinggi lebih memungkinkan untuk melakukan tindakan
perataan laba karena manajemen mengetahui kemampuan dalam
mendapatkan laba di masa mendatang, sehingga memudahkan manajemen
untuk mempercepat laba (Budiasih, 2009).
Tingkat profitabilitas perusahaan merupakan faktor yang
mempengaruhi tindakan pengelolaan laba yang dilakukan oleh manajemen
karena sesuai dengan hipotesis biaya politik bahwa profitabilitas yang
semakin tinggi dalam perusahaan akan mengakibatkan tingginya harapan
26 memberikan kompensasi kepada mereka berupa pembayaran pajak kepada
regulator dan program sosial kepada masyarakat.
Untuk menarik minat investor dalam berinvestasi, manajemen akan
berusaha untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Profitabilitas
perusahaan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan laba pada setiap
periodenya. Akan tetapi jika laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang
diharapkan akan memicu tindakan oportunistik yang dilakukan manajemen
agar laba yang dihasilkan sesuai yang diharapkan. Profitabilitas dijadikan
alat untuk mengevaluasi kinerja manajemen, apakah mereka telah bekerja
secara efektif atau tidak. Manajemen yang tidak efektif akan menghasilkan
profitabilitas yang rendah, sehingga dianggap gagal dalam mencapai tujuan
perusahaan. Manajemen yang tidak ingin dianggap gagal, akan berusaha
meningkatkan laba perusahaan dan stabilitas labanya (Belkaoui, 2005:57).
4. Tingkat Hutang (Financial Leverage)
Financial leverage merupakan hal penting dalam penentuan struktur
modal perusahaan. Menurut Weston (2009) menyebutkan financial
leverage atau disebut juga leverage factor adalah rasio nilai buku seluruh
hutang terhadap total aset. Menurut Hanafi (2004;332) leverage keuangan
bisa diartikan sebagai besarnya beban tetap keuangan yang digunakan oleh
perusahaan. Lebih umum leverage juga diartikan sebagai alat untuk
mengukur sejauh mana aset perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan
27 menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial leverage)
atau efek yang positif jika pendapatan yang diterima dari penggunaan dana
tersebut lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana itu.
Sutrisno (2000) mendefinisikan leverage sebagai penggunaan aktiva
tetap atau sumber dana dimana atas penggunaan dana tersebut, perusahaan
harus menanggung biaya tetap atau membayar beban tetap. Financial
leverage menunjukkan seberapa efisien perusahaan memanfaatkan ekuitas
pemilik dalam rangka mengantisipasi hutang jangka panjang dan jangka
pendek perusahaan. Hutang yang besar berarti rasio financial leverage yang
besar. Hutang yang besar mengakibatkan risiko semakin meningkat.
Perusahaan yang mempunyai rasio financial leverage tinggi akibat besarnya
jumlah hutang dibandingkan dengan aset yang dimiliki perusahaan, diduga
melakukan praktik perataan laba karena perusahaan terancam default, yaitu
tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada waktunya. Hal
ini dilakukan untuk mendapatkan posisi bargaining yang relatif baik dalam
negoisasi atau penjadwalan ulang utang dari pihak kreditor.
Pihak manajemen berusaha melakukan praktik perataan laba agar
kinerjanya terlihat baik. Dengan kinerja yang baik tersebut, maka
diharapkan kreditur tetap memiliki kepercayaan teradap perusahaan, tetap
mengucurkan dana dan memperoleh kemudahan dalam proses pembayaran.
Weston dan Copeland (2009) mengemukakan bahwa penggunaan
hutang akan menentukan tingkat financial leverage perusahaan. Karena
28 maka beban tetap yang ditanggung perusahaan tinggi yang pada akhirnya
akan menyebabkan profitabilitas menurun. Penggunaan hutang akan
meningkatkan nilai perusahaan, tetapi pada suatu titik tertentu yaitu pada
struktur modal optimal, nilai perusahaan akan semakin menurun dengan
semakin besarnya proporsi hutang dalam struktur modalnya. Hal ini
disebabkan karena manfaat yang diperoleh pada penggunaan hutang
menjadi lebih kecil dibandingkan biaya yang timbul atas penggunaan
hutang tersebut.
Untuk mengatasi kekhawatiran investor manajer berusaha
menstabilkan laba perusahaan dimana pada perusahaan yang memiliki
catatan laba yang stabil, peningkatan dalam hutang lebih bisa ditoleransi
dari pada perusahaan yang memiliki laba yang tidak stabil. Hal ini yang
memicu manajer perusahaan untuk melakukan perataan laba.
Leverage mencerminkan risiko keuangan perusahaan karena dapat
menggambarkan struktur modal perusahaan dan mengetahui resiko tak
tertagihnya suatu utang. Semakin tinggi financial leverage perusahaan
maka semakin besar motivasi manajer melakukan praktik perataan laba.
Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang
lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya
keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen
& Meckling, 1976). Rasio-rasio leverage menunjukkan besarnya modal
yang berasal dari pinjaman (modal asing) yang dipergunakan untuk
29 modal asing akan meningkatkan resiko perusahaan. Oleh karena itu, makin
banyak menggunakan modal asing maka besar pula rasio leverage-nya dan
berarti semakin besar pula resiko yang dihadapi perusahaan.
Lukman Syamsudin (2004:113) mendefinisikan financial leverage
adalah kemampuan perusahaan dalam menggunakan kewajiban-kewajiban
finansial yang sifatnya tetap untuk memperbesar pengaruh perubahan EBIT
terhadap pendapatan per lembar saham biasa (earning per share/eps). R.
Agus Sartono (2001:120) menyatakan bahwa Financial leverage
menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai
investasinya atau menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi
kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang.
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004:70) menyatakan bahwa
Rasio leverage mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang.
Beberapa analis menggunakan istilah rasio solvabilitas, yang berarti
mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya.
5. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan
besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aset, log
size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Total aset yang dimiliki perusahaan
mencerminkan ukuran perusahaan. Suryandari (2012) menyebutkan
perusahaan dengan ukuran yang lebih besar dan memiliki industri yang
30 perusahaannya diketahui dan mendapat perhatian besar di mata investor,
pemerintah, dan masyarakat.
Panjaitan dan Desinta (2004) menyebutkan ukuran perusahaan
adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan
menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, penjualan, log size, nilai
pasar saham, kapitalisasi pasar, dan lain lain yang semuanya berkorelasi
tinggi. Semakin besar total aktiva, penjualan, log size, nilai pasar saham,
dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.
Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu
perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size), dan
perusahaan kecil (small firm).
Perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan besar, hal ini
dikarenakan perusahaan besar lebih mendapat tekanan yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Hal ini mendorong
manajemen untuk memenuhi harapan tersebut. Hal ini juga diperkuat dalam
teori akuntansi positif yang menyatakan bahwa perusahaan besar cenderung
untuk melakukan pengelolaan atas laba di antaranya melakukan income
decreasing saat memperoleh laba tinggi untuk menghindari munculnya
peraturan baru dari pemerintah, seperti menaikkan pajak penghasilan
perusahaan.
Ukuran perusahaan akan mempengaruhi struktur pendanaan
31 dana yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Kebutuhan
akan pendanaan yang lebih besar memiliki kecenderungan bahwa
perusahaan menginginkan pertumbuhan dalam laba.
Perusahaan yang ukurannya lebih besar diperkirakan memiliki
kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba.
Berdasarkan political cost hypothesis dalam teori akuntansi positif
dikemukakan bahwa perusahaan besar cenderung untuk melakukan
pengelolaan atas laba di antaranya melakukan income decreasing
(penurunan laba) saat memperoleh laba tinggi untuk menghindari
munculnya peraturan baru dari pemerintah, contohnya menaikkan pajak
penghasilan. (Herawaty, 2005)
Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori
yaitu: perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm),
dan perusahaan kecil (small firm). Besaran perusahaan secarai umum dinilai
dari besarnya aset perusahaan. Menurut Nasseridan Herlina (2003)
beranggapan bahwa memiliki aset yang besar biasanya disebut perusahaan
besari dan akan mendapat lebih banyak perhatian dari berbagai pihak seperti
para analisis, investor maupun pemerintah. Untuk itu perusahaan besar juga
diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis, sebab
kenaikan labai yang drastis akan menyebabkan bertambahnya pajak.
Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar cenderung melakukan
32 lebih tinggi. Perusahaan besar akan selalu menciptakan suatu keadaan yang
dapat memberikan kesan kepada masyarakat bahwa kinerja perusahaan
tersebut baik dengan cara menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis.
Dengan demikian perusahaan berukuran besar diperkirakan memiliki
kecenderungan lebih besar untuk melakukan praktik perataan laba, karena
kenaikan laba yang terlalu drastis akan menyebabkan bertambahnya pajak
bagi perusahaan, dan sebaliknya apabila jika terjadi penurunan laba secara
drastis maka akan memberikan kesan terjadinya krisis di dalam perusahaan
tersebut.
6. Perataan Laba
Ahmed (2011) mendefinisikan bahwa perataan laba adalah
pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun dengan memindahkan
pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi pendapatannya ke periode-periode
yang kurang menguntungkan. Akibatnya laporan keuangan yang disajikan
kepada para pemakai laporan keuangan tidak dapat diandalkan. Dalam hal
ini perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk
mengurangi variasi abnormal laba dalam batas-batas yang diizinkan dalam
praktek akuntansi dan prinsip manajemen yang wajar.
Perataan laba (income smoothing) dapat didefinisikan sebagai usaha
untuk memperkecil jumlah laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih besar
dari laba normal, dan usaha untuk memperbesar jumlah laba yang
dilaporkan jika laba aktual lebih kecil dari laba normal. Selain itu, perataan
33 pada beberapa level laba supaya dianggap normal bagi perusahaan. (Oviani,
2014)
Praktek perataan laba dilakukan oleh manajemen perusahaan yang
dapat menyebabkan pengungkapan laba di laporan keuangan menjadi tidak
memadai, bahkan terkesan menyesatkan. Hal ini berakibat investor tidak
memiliki informasi yang akurat tentang laba, sehingga investor gagal dalam
menaksir risiko investasi mereka. Pemilihan metode akuntansi yang
menyajikan adanya laba yang rata dari tahun ke tahun merupakan salah satu
hal yang sangat disukai oleh manajemen dan para investor, karena laba yang
rata mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut kuat dan stabil (Atik,
2008).
Ada beberapa alasan yang dapat digunakan untuk menjelaskan
mengapa manajer melakukan perataan laba. Ghozali dan Chariri (2007)
menyatakan bahwa motivasi yang mendorong dilakukannya perataan laba
adalah memperbaiki hubungan dengan kreditor, investor dan karyawan,
serta meratakan siklus bisnis melalui proses psikologis. Belkaoui (2007)
mempertimbangkan dua alasan menejemen meratakan laporan laba.
Pendapat pertama berdasar pada asumsi bahwa suatu aliran laba
yang stabil dapat mendukung deviden dengan tingkat yang lebih tinggi
daripada suatu aliran laba yang variabel sehingga memberikan pengaruh
yang menguntungkan bagi nilai saham perusahaan seiring dengan turunnya
34 Argumen kedua berkenaan pada perataan kemampuan untuk
melawan hakikat laporan laba yang bersifat siklus dan kemungkinan juga
akan menurunkan korelasi antara ekspektasi pengembalian perusahaan
dengan pengembalian fortofolio pasar. Hal tersebut merupakan hasil dari
kebutuhan manajemen untuk menetralisir ketidakpastian lingkungan dan
menurunkan fluktuasi yang luas dalam kinerja operasi perusahaan terhadap
siklus waktu baik maupun waktu buruk yang berganti-ganti.
Usaha untuk mengurangi fluktuasi laba adalah suatu bentuk
manipulasi laba agar jumlah laba suatu periode tidak terlalu berbeda dengan
jumlah laba periode sebelumnya. Oleh karena itu perataan laba meliputi
penggunaan teknik-teknik tertentu untuk memperkecil atau memperbesar
jumlah laba suatu periode sama dengan jumlah laba periode sebelumnya.
Namun usaha ini bukan untuk membuat laba periode sebelumnya, karena
dalam mengurangi fluktuasi laba itu juga dipertimbangkan tingkat
pertumbuhan normal yang diharapkan pada periode tersebut. Oleh karena
itu, pihak manajemen cenderung memberikan kebijakan dalam penyusunan
laporan keuangan untuk mencapai tujuan tertentu yang biasanya bersifat
jangka pendek (Kusuma, 2003).
Dua faktor utama perusahaan melakukan praktik perataan laba
adalah:
1. skema kompensasi manajemen dihubungkan dengan kinerja perusahaan
35 setiap fluktuasi dalam laba akan berpengaruh langsung dalam
kompensasinya;
2. fluktuasi dalam kinerja manajemen akan mengakibatkan intervensi
pemilik untuk mengganti manajemen dengan cara pengambilalihan atau
penggantian manajemen secara langsung. Ancaman penggantian ini
mendorong manajemen untuk membuat laporan kinerja yang sesuai
dengan keinginan pemilik.
Manajemen laba berbeda dengan kecurangan. Manajemen laba
terjadi ketika para manajer menggunakan pertimbangan mereka dalam
pelaporan keuangan dan struktur transaksi untuk mengubah laporan
keuangan (Ahmed, 2011). Dipandang dari sisi manajemen, manajer yang
termotivasi melakukan perataan laba atau penghasilan pada dasarnya ingin
mendapatkan berbagai keuntungan ekonomi dan psikologis, antara lain;
mengurangi total pajak terutang, meningkatkan kepercayaan diri manajer
yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan
deviden yang stabil pula, meningkatkan hubungan manajer dengan
karyawan karena pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi
kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah, siklus
peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan dan gelombang
optimisme atau pesimisme dapat diperlunak.
Menurut Nasser dan Herlina (2003:292), perataan laba mempunyai
tujuan untuk mengurangi variabilitas atas laba yang dilaporkan guna
36 meningkatkan harga pasar perusahaan.Sasaran dalam melakukan perataan
laba dapat difokuskan pada aktivitas yang umumnya dilakukan oleh pihak
manajemen untuk mempengaruhi aliran dana atau informasi. Dengan kata
lain untuk menciptakan laporan keuangan yang sesuai dengan yang
diinginkan,manajer dapat memasukkan informasi yang seharusnya
dilaporkan pada periode yang telah lalu atau yang akan datang ke dalam
laporan periode ini dan sebaliknya.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007:245), Income smoothing
biasanya dilakukan dengan berbagai cara:
1. Mengatur waktu kejadian transaksi.
2. Memilih prinsip atau metode alokasi.
3. Mengatur penggolongan antara laba operasi normal dan laba
yang bukan dari operasi normal.
Dalam Ghozali dan Chariri (2007) ada beberapa proporsi berkaitan
dengan perataan laba sebagai berikut:
a. Kriteria yang dipakai oleh manajemen perusahaan dalam
memilih metode akuntansi adalah untuk memaksimumkan
kepuasan atau kesejahteraannya.
b. Kepuasan merupakan kunci pengamanan pekerjaan, level, dan
tingkat pertumbuhan gaji serta level dan tingkat pertumbuhan
dan besaran (size) perusahaan.
c. Kepuasan dari pemegang saham dan kenaikan performan