• Tidak ada hasil yang ditemukan

Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanan suster-suster FCIM di Indonesia - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanan suster-suster FCIM di Indonesia - USD Repository"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh : Lamria Gultom NIM : 061124036

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh : Lamria Gultom NIM : 061124036

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

Skripsi ini kupersembahkan kepada Kongregasi

(6)

v

”Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima

dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok,

(7)

vi

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak membuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 6 Desember 2010 Penulis,

(8)

vii

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:

Nama : Lamria Gultom

NIM : 061124036

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS DAN MARIASEBAGAI SUMBER PELAYANAN SUSTER - SUSTER FCJM DI INDONESIA beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan hak kepada Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain demi kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 6 Desember 2010 Hormat saya,

(9)

viii

MARIA SEBAGAI SUMBER PELAYANAN SUSTER-SUSTER FCJM DI INDONESIA. Penulis memilih judul ini dengan harapan agar para Suster FCJM semakin memahami dan mendalami Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanan mereka, dengan demikian nilai-nilai Hati Kudus Yesus dan Maria dapat dihayati dalam melaksanakan pelayanannya dengan semangat yang berkobar-kobar, taat terhadap Pimpinan Kongregasi atau sesama suster dan memiliki semangat juang yang tinggi demi pelayanan yang penuh kasih terutama bagi yatim-piatu, miskin dan terlantar.

Hati Kudus Yesus, penuh cinta kepada semua orang, merupakan ungkapan ketaatan Yesus sebagai utusan Bapa, Dia rela menanggung sengsara dan wafat di kayu salib. Pada waktu lambung-Nya ditikam, hati-Nya mengalirkan darah dan air. Lambung Yesus yang ditikam menyatakan kasih-Nya yang luar biasa kepada umat manusia. Di dalam lambung Yesus yang tertikam oleh tombak, terdapat Hati-Nya yang penuh cinta bagi umat manusia. Hati Yesus yang tertikam oleh tombak dosa manusia, menjadi tanda kasih yang begitu besar dan terus-menerus berkobar demi cinta-Nya kepada umat manusia. Maria adalah murid yang paling setia mengikuti Yesus, dengan iman yang teguh ia berdiri di bawah kaki salib-Nya. Maria setia dan penuh iman mengikuti Putranya. Maria menerima penyaliban Yesus sebagai kenyataan hidup satu-satunya, yakni jalan penebusan demi kasih-Nya yang setuntas-tuntasnya kepada umat manusia.

Para Suster FCJM menimba semangat dan kekuatan dari Hati Kudus Yesus dan Maria, serta menghormatinya secara khusus melalui doa Sembah Sujud di hadapan Sakramen Mahakudus secara terus menerus. Mereka berusaha membentuk hatinya menyerupai Hati Kudus Yesus dan Maria, sehingga mereka menjadi sumber berkat dalam setiap pelayanannya yang penuh dengan kasih.

(10)

ix

SACRED HEART OF JESUS AND MARY AS THE SOURCE OF THE MINISTRY SPIRIT FOR FCJM NUNS IN INDONESIA”. This title has been chosen with the hope that FCJM nuns better understand and deepen their knowledge on the spirituality of the Sacred Heart of Jesus and Mary as the source of their ministry spirit. Hence, the virtues and the Sacred Heart of Jesus and May can be internalized in performing their ministry service so that they will perform their service with strong spirit and full obedience to their Congregation leader or fellows sisters and that they will posses high struggling spirit in their loving service, particularly for the orphans, the poor, and the neglected.

The Sacred Heart of Jesus, full of love for all people, is an expression of Jesus’ obedience as God the Father’s messenger. He has been willing to voluntarily suffer and die on the cross. When his chest was pierced, blood and water flowed from his Heart. Jesus’ pierced chest expresses His extraordinary love for humankind. In Jesus’ pierced chest was His heart, which is full of love for humankind. Jesus’ heart, which has been pierced with the spear of human sins, is the sign of his immeasurable, continuously burning love for humankind. Mary is Jesus’ most loyal disciple, who with her strong faith stood at the bottom of His cross. Mary has been loyal and faithful in following her son. Mary has accepted the crucifixion of Jesus as the only life reality, namely as the way of human redemption for the sake of His absolute limitless love for humankind.

FCJM nuns acquire their spirit and strength from the Sacred Heart of Jesus and Mary, and worship them specifically through their continual Worship Prayer in front the sacrament of the Holy Eucharist. They seek to form their hearts to resemble Jesus’ and Mary’s hearts so that they can serve as the sources of blessings in their loving ministry service.

(11)

x

meyelesaikan skripsi yang berjudul SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS DAN MARIA SEBAGAI SUMBER PELAYANAN SUSTER-SUSTER FCJM DI INDONESIA.

Penulis Skripsi ini mengamati dan mengalami bahwa Kongregasi FCJM kurang menghayati spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanannya. Oleh karena itu penyusunan skripsi ini bertujuan untuk membantu para Suster FCJM di Indonesia memahami dan mendalami Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria, agar nilai-nilai Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria semakin dihayati dalam tugas pelayanannya dengan menggunakan katekese model Pengalaman Hidup.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan tulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. J. Darminta, S.J., selaku dosen pembimbing utama yang telah mendampingi penulis dengan penuh kesabaran, membimbing dengan penuh perhatian dan memberikan masukan-masukan serta kritikan-kritikan yang memotivasi penulis untuk menyusun skripsi ini hingga selesai.

2. Drs. L. Bambang Hendarto Y.,M. Hum., selaku dosen wali dan dosen penguji II yang terus-menerus mendampingi penulis selama perkuliahan sampai selesainya penulisan skripsi ini.

3. Bapak Y. Kristianto, SFK., M. Pd, selaku dosen penguji III yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mempelajari seluruh isi skripsi ini.

(12)

xi penulisan skripsi ini.

6. Propinsial FCJM beserta Dewannya, yang telah memberi perhatian kepada penulis berupa materi dan spiritual, memberi waktu dan kesempatan bagi penulis untuk belajar hingga menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Pastor Salvador Peruquia, SX, yang telah bersedia membaca dengan teliti mulai awal penulisan skripsi ini, memberi saran dan komentar yang sangat berguna dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini serta memberikan dukungan dan perhatian selama penulis menjalani perkuliahan.

8. Teman-teman mahasiswa khususnya angkatan 2006 yang senantiasa memberi semangat dan perhatian selama penulis belajar dan menyelesaikan skripsi ini. 9. Para Suster anggota Komunitas FCJM Yoyakarta yang telah mendukung dan

memotivasi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10.Ibu dan saudara-saudari yang selalu memberi perhatian dan dukungan berupa doa-doa selama penulis menempuh studi di Yogyakarta sampai berakhirnya penulisan skripsi ini.

11.Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah dengan tulus membantu penulis hingga berakhirnya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari keterbatasan dan pengetahuan, hingga penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh kerena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Penulis

(13)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penulisan ... 4

D. Manfaat Penulisan ... 5

E. Metode penulisan ... 5

F. Sistimatika Penulisan ... 6

BAB II. SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS ... 8

A. Pengertian Spiritualitas ... 8

B. Hati Kudus Yesus ... 11

C. Timbulnya dan Perkembangan Devosi Hati Kudus Yesus ... 17

1. Yohanes Eudes ... 17

(14)

xiii

5. Santa Margareta Maria Alacoque... 19

a. Masa Muda Margareta ... 20

b. Penampakan-penampakan ... 21

c. Usaha Margareta Maria Alacoque untuk Menyebarkan Devosi Hati Kudus ... 22

c. Isi Perwahyuan kepada Santa Margareta Maria Alacoque ... 29

d. Penyebaran Devosi Hati Kudus Yesus ... 33

1) Jen Croisset ... 33

2) Joseph Francois Galliffet ... 34

3) Pimpinan Gereja dan Pesta Hati Kudus ... 35

4) Ajakan Memahami Devosi dengan Benar dan Menyebarkannya ... 38

6. Awam ... 40

A. Hati Kudus Maria ... 41

B. Pemahaman Suster-suster FCJM di Indonesia tentang Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai Sumber Pelayanannya ... 44

BAB III. HATI KUDUS YESUS DAN MARIA DALAM KONGREGASI FCJM... 55

A. Harapan Gereja: Berangkat dari Hati Yesus dan Maria ... 53

a. Teguh dalam Iman... 55

b. Dengan doa mereka diselamatkan ... 57

c. Memajukan devosi Hati Kudus Yesus ... 61

B. Warisan Pendiri Dalam Konstitusi Awal ... 65

a. Berdoa dengan tidak henti-hentinya untuk Gereja ... 67

b. Kesulitan-kesulitan ... 69

Pendirian Kongregasi di Olpe ... 70

a. Perpindahan rumah ke Salzkotten ... 70

(15)

xiv

Kongregasi ... 74

c. Hidup seturut teladan Bunda Maria ... 77

d. Menyatukan Hidup dengan Gereja ... 79

a. Sembah Sujud ... 79

b. Memperhatikan yatim-piatu, miskin dan terlantar ... 81

C. Konstitusi Awal Diperbaharui ... 83

a. Menyatukan hidup dengan Hati Kudus Yesus dan Maria ... 83

b. Menyatukan hidup dengan Gereja ... 84

c. Melayani orang miskin ... 86

a. Pelayanan di bidang rumah tangga ... 87

b. Pelayanan di bidang pendidikan ... 88

c. Pelayanan di bidang kesehatan... 89

d. Pelayanan anak-anak Asrama Sekolah... 90

e. Pelayanan di bidang Pastoral ... 91

f. Pelayanan terhadap yatim-piatu ... 92

g. Pelayanan di bidang Sosial ... 93

D. Hati Kudus Yesus dan Maria di Zaman Sekarang ... 95

a. Hati Yesus dilihat dari segi pengampunan ... 95

b. Hati Maria dilihat dari segi Hati penuh keibuan ... 101

BAB IV. SUMBANGAN KATEKESE DALAM MENDALAMI SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS DAN MARIA SEBAGAI SUMBER PELAYANAN SUSTER-SUSTER FCJM DI INDONESIA ... 106

A. Pokok-pokok Katekese ... 108

1. Pengertian Katekese ... 108

2. Isi Katekese ... 111

3. Tujuan Pokok Katekese ... 113

(16)

xv

c. Pendalaman pengalaman hidup ... 115

d. Rangkumanan pendalaman pengalaman hidup ... 116

e. Pembacaan dari Kitab Suci atau Tradisi Gereja ... 116

f. Pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi ... 116

g. Rangkuman pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi ... 117

h. Penerapan dalam hidup kongkret ... 117

i. Penutup ... 117

B. Peranan Katekese Dalam Membantu Mendalami Spiritualitas Hati Kudus Yesus Dan Maria Sebagai Sumber Pelayanan Suster-suster FCJM di Indonesia ... 118

C. Program Katekese ... 120

1. Pengertian Program ... 120

2. Tujuan Dasar Program Katekese ... 121

3. Pemikiran Dasar Program Katekese ... 122

4. Usulan Tema ... 123

5. Penjabaran Program ... 124

6. Contoh Persiapan Katekese Model ”Pengalaman Hidup” ... 129

a. Identitas ... 129

b. Pemikiran dasar ... 130

c. Pengembangan langkah-langkah ... 133

BAB V. PENUTUP ... 153

A. Kesimpulan ... 153

B. Saran ... 158

DAFTAR PUSTAKA ... 160 LAMPIRAN:

(17)

xvi A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/ 1985, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CT : Catechesi Trandende, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

VC : Vita Consecrata (Hidup Bakti).

C. Singkatan lain. Art : Artikel.

FCJM : Fransiscanae Filiae sanctissimae Cordis Jesus et Mariae (Suster- Suster Fransiskan Puteri-Puteri Hati Kudus Yesus dan Maria).

LAI : Lembaga Alkitab Indonesia. LBI : Lembaga Biblika Indonesia. Konst : Konstitusi.

No : Nomor.

(18)

xvii

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia. SCP : Shared Christian Praxis.

(19)

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan kenyataan pada zaman ini, perkembangan hidup membiara mengalami kemajuan. Hal itu dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi kuantitas biarawan-biarawati dan perkembangan karya. Pertama, dari segi kuantitas jelas bahwa jumlah anggota biarawan-biarawati semakin banyak. Kedua, dari segi perkembangan karya juga ditemukan bahwa ada banyak karya misioner yang ditangani dan dikembangkan oleh para biarawan-biarawati; misalnya karya di bidang pendidikan, kesehatan, rumah tangga, sosial, dan karya pastoral.

Melihat kenyataan di atas, pertanyaannya adalah bagaimana dengan situasi dan kondisi Kongregasi Suster-suster FCJM dilihat dari dua segi itu? Kalau dilihat dari dua segi tersebut, ditemukan ada kesamaan. Berdasarkan daftar anggota Kongregasi FCJM seluruh Indonesia, jumlah anggota yang masuk Kongregasi Suster-suster FCJM dari tahun ke tahun terjadi peningkatan; begitu pula dengan perkembangan karya pelayanan yang ada di Kongregasi FCJM. Ada banyak karya pelayanan yang ditangani para Suster FCJM di Indonesia; misalnya karya pendidikan, kesehatan, rumah tangga, sosial, rehabilitasi untuk anak-anak cacat fisik, asrama untuk anak-anak sekolah dan karya pastoral (Siringo-ringo, 2005: 359-381).

(20)

Spiritualitas St. Fransiskus dari Assisi, Spiritualitas pendiri Kongregasi FCJM: Muder Maria Clara Pfander, dan Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria. Yang dimaksudkan dengan Spiritualitas St. Fransiskus dari Assisi adalah persaudaraan, kemiskinan, kedinaan, dan kesederhanaan. Spiritualitas Pendiri Kongregasi FCJM: Muder Maria Clara Pfander adalah Sembah Sujud abadi di hadapan Sakramen Maha Kudus, saling mengasihi, dan berpihak kepada orang-orang miskin secara khusus bagi anak-anak yatim-piatu. Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria adalah semangat yang berkobar dalam tugas pelayanan dan ketaatan terhadap sesama anggota Kongregasi atau di antara para Suster FCJM. Mereka melayani Tuhan sendiri, dalam setiap pelayanan yang dipercayakan kepada masing-masing suster (Martin, 1860: 11).

Dari ketiga Spiritualitas yang dihayati Kongregasi FCJM itu, muncul pertanyaan: Mengapa Kongregasi FCJM memilih tiga Spiritualitas sekaligus dan mengapa tidak memilih salah satu dari tiga Spiritualitas di atas? Alasannya adalah ketiga Spiritualitas itu dapat memperkaya pengalaman rohani (iman) para Suster FCJM dalam hidup panggilan dan religiusitasnya. Selain itu, ketiga Spiritualitas tersebut menjadi suatu tantangan bagi Para Suster FCJM dalam karya pelayanan mereka, khususnya dalam hal penghayatan akan Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanannya. Dengan kata lain, bagaimana Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria, diperdalam oleh para Suster FCJM di Indonesia sebagai sumber pelayanannya?

(21)

21 sampai dengan 23 September 2009, bersama Dewan Pimpinan, mengungkapkan bahwa Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria masih kurang didalami para Suster FCJM sebagai sumber pelayanannya. Hal itu disebabkan kurangnya pemahaman akan Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria oleh para Suster FCJM. Dari situ dapatlah dikatakan bahwa para Suster FCJM di Indonesia masih kurang memahami dan menghayati secara mendalam Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria. Akibatnya, para Suster FCJM di Indonesia masih kurang menghayati nilai-nilai Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria dalam pelayanan mereka, misalnya semangat yang berkobar-kobar dalam tugas pelayanan dan ketaatan terhadap sesama anggota Kongregasi atau di antara para Suster FCJM. Kadang-kadang para Suster FCJM kurang bersemangat dalam melaksanakan karya pelayanan di bidang tertentu, kurang memiliki nilai-nilai ketaatan dalam menanggapi tugas yang diberikan oleh Pimpinan Kongregasi, dan semangat juang semakin menipis dalam pribadi sebahagian suster.

(22)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah arti Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria?

2. Seberapa besar para Suster FCJM di Indonesia memahami Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria?

3. Usaha apa yang dapat dilakukan bagi para Suster FCJM di Indonesia untuk memperdalam Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanannya?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk menguraikan arti Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria.

2. Untuk menguraikan pemahaman para Suster FCJM di Indonesia tentang Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria.

3. Untuk mengetahui usaha para Suster FCJM di Indonesia dalam mendalami Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanannya.

D. MANFAAT PENULISAN

(23)

1. Manfaat bagi Kongregasi Suster-Suster FCJM di Indonesia

Tulisan ini kiranya dapat memberikan masukan yang berguna bagi Kongregasi agar memahami arti Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria serta dapat mengadakan kegiatan-kegiatan pendalaman tentang Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria kepada para Suster FCJM di Indonesia.

2. Para Suster FCJM di Indonesia

Tulisan ini diharapkan dapat mendorong dan memacu semangat para Suster FCJM di Indonesia untuk membaca, mencari tahu serta mendalami Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria dengan lebih baik, agar Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria dapat dihayati secara baik dan benar sebagai sumber pelayanannya.

3. Para pembaca yang ingin memahami dan menghayati Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria. Penulisan ini kiranya dapat membantu bagi para pembaca dalam berdevosi kepada Hati Kudus Yesus dan Maria.

E. METODE PENULISAN

(24)

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab. Berikut akan disampaikan pokok-pokok gagasan dalam kelima bab itu.

Bab I adalah pendahuluan. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang penulisan skripsi. Latar belakang penulisan skripsi didasarkan pada permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan religius, khususnya dalam Kongregasi FCJM di Indonesia. Permasalahan ini ditemukan melalui pengalaman dan pengamatan penulis akan keprihatinan Kongregasi dan penulis sendiri tentang minimnya penghayatan terhadap Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanan para Suster FCJM di Indonesia. Dalam bab ini, penulis juga menguraikan rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II adalah Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria. Dalam bab ini penulis akan mengkaji beberapa kepustakaan yang berbicara tentang Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria. Adapun gagasan-gagasan pokok yang hendak ditemukan dapat meliputi: pengertian spiritualitas, spiritualitas Hati Kudus Yesus, perkembangan devosi Hati Kudus Yesus, Hati Kudus Maria serta pemahaman Suster-suster FCJM di Indonesia tentang Spiritualitas Hati Kudus dan Maria sebagai sumber pelayanannya.

(25)

ini berguna untuk mendalami Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria, sehingga mereka mengetahui seberapa dalam penghayatan para Suster terhadap Spiritulaitas Hati Kudus Yesus dan Maria, sehingga nilai-nlai Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria itu menjadi sumber semangat dalam tugas pelayanannya, dengan demikian mereka memiliki semangat yang berkobar-kobar dalam menerima tugas, taat terhadap Pemimpin Kongregasi dan terhadap sesama suster.

Bab IV adalah sumbangan katekese dalam usaha mendalami Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanan Suster-suster FCJM di Indonesia. Bab ini dimulai dengan pokok-pokok katekese yang meliputi: pengertian katekese, isi katekese, tujuan pokok katekese, dan pemilihan model katekese, yaitu katekese pengalaman hidup. Agar katekese ini sungguh bermanfaat bagi Kongregasi FCJM, maka pada bab ini penulis juga mengusulkan program pelaksanaan katekese yang dapat diterapkan melalui rekoleksi untuk membantu pendalaman Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanan Suster-suster FCJM di Indonesia

(26)

A. Pengertian Spiritualitas

Kata spiritualitas berasal dari bahasa Latin, yang berarti kerohanian. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa spiritualitas ialah cara orang menyadari, memikirkan, dan menghayati hidup rohaninya (Harjawiyata, 1979: 20).

Kata spiritualitas sulit dirumuskan dengan arti yang tepat. Sebab, spiritualitas bukanlah sesuatu yang dirumuskan dengan ketetapan atau ajaran singkat. Namun demikian, boleh dikatakan bahwa spiritualitas adalah kebiasaan hidup suatu Ordo atau Kongregasi, dan hanya dapat dikenal dan dimengerti dari pengalaman hidup itu sendiri. Oleh karena itu, dalam konteks hidup religius, spiritualitas dimengerti sebagai semangat asli Ordo atau Kongregasi.

(27)

dalam dirinya semangat Injil dan terbuka terhadap setiap situasi sebagai tanda kehadiran Allah dalam hidup yang kongkret.

Kepekaan itu boleh disebut suatu karisma istimewa. Karisma istimewa itu terutama dikaruniakan Tuhan kepada Pendiri Ordo dan Kongregasi Kebiaraan. Setiap pendiri Ordo atau Kongregasi sungguh merasa dipanggil Allah dalam situasi kongkret, dan mereka menjawab panggilan khusus itu. Kepekaan terhadap situasi kongkret dapat diwujudkannya dalam sikap yang nyata sesuai dengan kebutuhan zaman. Dengan demikian, spiritualitas yang dihayati setiap Pendiri Ordo atau Kongregasi ialah suatu semangat yang didasari pola Injil Kristus yang senantiasa memungkinkan orang untuk menghubungkan penghayatan Injil dengan situasi kongkret dalam bentuk kehidupan nyata (Jacobs, 1980: 32-35).

(28)

Spiritualitas dapat disebut cara mengamalkan seluruh kehidupan sebagai seorang beriman yang berusaha merangsang dan menjalankan hidup ini semata-mata seperti Tuhan menghendaki-Nya. Untuk mencapainya, orang perlu semakin mempererat hubungan dengan Tuhan, antara lain dengan mendengarkan sabda-Nya dalam Injil dan dalam hatinya. Supaya hal tersebut dapat berlangsung dengan tepat, sepatutnya orang (1) memilih orang lain sebagai pendamping atau sebagai bapak/ibu rohani, dan (2) semakin menghidupkan dan meningkatkan cara berdoa.

Dalam doa, segala segi kehidupan dan iman seseorang menyatu, lalu dihantarkan kepada Tuhan. Berdoa merupakan kegiatan manusia yang paling mulia. Panggilan pribadi didengar dan dipertajam dalam doa, karena Tuhan memanggil manusia sebagai anak-Nya yang disayangi. Anak itu menyapa Tuhan dengan berterimakasih, mengeluh, memuji atau meminta, namun terutama dengan mendengarkan-Nya dalam hati. Dengan demikian, Tuhan sendirilah yang menuntun manusia melalui berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidupnya (Heuken, 2002: 12).

(29)

Namun demikian, spiritualitas sebenarnya mempunyai pengertian yang lebih luas. Spiritualitas sejati terwujud dalam kehidupan sosial budaya, ekonomi, dan politik. Spiritualitas merupakan kesadaran dan sikap hidup manusia untuk tahan uji dan tangguh dalam mewujudkan tujuan dan pengharapan. Spiritualitas dapat menjadi kekuatan dan sumber inspirasi dalam menghadapi kesulitan, penganiayaan, penindasan, dan kegagalan yang dialami oleh orang atau kelompok yang sedang mewujudkan cita-cita atau tujuan hidupnya. Dalam menjalankan tugas perutusan tertentu dibutuhkan kekuatan atau Roh untuk tahan uji, yaitu spiritualitas Kerajaan Allah dimana keadaan kekuasaan, pemerintahan, dan kehendak Allah dinyatakan dalam kehidupan manusia di tengah-tengah dunia (Banawiratma, 1990: 57-58).

B. Hati Kudus Yesus

Hati Kudus Yesus adalah lambang dan gambar yang nampak dari kasih Kristus yang tanpa batas, yang menggerakkan kita untuk saling mencintai. Oleh karena itu, pantas dan layaklah kalau kita mempersembahkan dan membaktikan diri kita kepada Hati Kudus Yesus yang Mahakudus. Dengan pembaktian ini, masing-masing orang mempersatukan diri dengan Kristus; sebab semua penghormatan, sembah bakti, dan cinta kasih yang dipersembahkan kepada Hati Kudus Yesus sesungguhnya dipersembahkan kepada Yesus sendiri (O’Donnell, 1990a: 4).

(30)

maupun mereka yang memusuhi-Nya. Perhatiaan-Nya terutama terhadap orang-orang kecil: sakit, miskin, berdosa, terlantar, kelaparan, kesepian. Di hadapan mereka, Yesus selalu membuka hati-Nya. Perhatiaan-Nya penuh cinta dan belas kasihan. Hal itu, misalnya yang digambarkan dalam Matius 9: 35-36, bahwa Yesus selalu berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit. Melihat orang banyak itu, tergeraklah Hati Yesus oleh belas kasihan sebab mereka lelah, terlantar seperti domba tanpa gembala. Melihat para pendengar-Nya yang setia mengikuti Dia terlantar dan lelah, maka Hati Yesus tergerak oleh belas kasihan terhadap mereka (Purnomo, 2000: 14-15).

(31)

tertombak karena sikap dan perilaku manusia yang penuh dengan dosa-dosa, serta manusia tiada kunjung bertobat (Purnomo, 2000: 28-30).

Dalam Buku Bacaan Khusus Untuk Kongregasi Yesus dan Maria

dijelaskan tentang Yesus yang memberikan Hati-Nya. Ia memberikan Hati-Nya kepada kita dan segala hal yang baik yang berasal dari anugerah kehidupan. Ia memberikan kepada kita jagad yang luas, penuh dengan berbagai macam hal untuk memenuhi dan menyediakan kebutuhan-kebutuhan demi kebahagiaan kita. Ia memberikan kepada kita malaikat-malaikat-Nya untuk menjadi pembela dan pengantara kita. Ia juga memberikan Bunda-Nya yang amat suci menjadi ibu kita, memberikan Gereja-Nya bersama semua sakramen dan misteri Gereja-Nya demi keselamatan serta pengudusan kita. Ia memberikan kepada kita Bapa-Nya yang menjadi Bapa yang abadi dan sejati. Ia memberikan kepada kita Roh Kudus-Nya menjadi cahaya dan pembimbing dalam kehidupan kita. Ia memberikan kepada seluruh pikiran, sabda, pekerjaan, misteri-misteri-Nya, seluruh penderitaaan-Nya, hidup-Nya sendiri yang Ia hayati serta dikurbankan bagi kita, sampai titik terakhir Darah-Nya yang sungguh Mulia ( Levesque, 1995: 144-145).

(32)

menyerahkan hati kita seutuhnya, untuk membalas cinta-Nya. Ia telah memberikan Hati-Nya yang kekal; maka kita harus menyerahkan hati kita untuk selama-lamanya kepada-Nya. Karena Ia telah memberikan Hati-Nya tanpa batas dan tidak puas dengan memberikan kepada kita Hati-Nya sendiri, maka Ia memberikan hati Bapa-Nya yang abadi, Hati Bunda-Nya yang amat Suci dan hati semua para malaikat dan Orang Kudus. Bahkan Ia memberikan kepada kita hati setiap manusia dan mereka semua diperintahkan untuk mencintai kita sebagaimana mereka mencintai diri mereka sendiri, bahkan sebagaimana Ia mencintai kita (Levesque, 1995: 144-145).

(33)

mengerikan tidak masuk ke dunia. Yesus memiliki cinta yang sangat istimewa kepada manusia yang baik maupun yang jahat, sahabat-sahabat maupun musuh-musuh-Nya. Ia mencintai mereka itu dengan begitu hebat bahkan banjir dan bandang dosa-dosa mereka yang tak terbilang tidak mampu memadamkannya, seperti terdapat dalam Kid 8: 7: Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya (Levesque, 1995: 154).

Dalam Hati Yesus, cinta Tuhan terasa menyapa kita. Dari Hati-Nya timbul tanggapan sempurna cinta manusiawi kepada Bapa. Yesus menginginkan supaya cinta-Nya yang melimpah ruah membanjiri hati umat manusia. Dengan demikian menjadikan kita berperan serta dalam cinta Tritunggal Allah yang hadir dan tampak nyata dalam Hati Kudus-Nya. Dalam Hati Kudus Yesus terungkap cinta dan kerahiman Tuhan bagi penyelamatan seluruh umat manusia. Hati Kudus Yesus mengisahkan tentang kebesaran cinta Allah kepada kita, sekaligus betapa mengharukan lubuk hati kita yang terdalam, dan bagi seluruh dunia bila cinta itu ditolak. Cinta Yesus yang menyelamatkan, ingin menyentuh dan mengubah kita agar menjadi terang dunia dan umat baru dengan hubungan-hubungan yang sehat. Mereka yang tertangkap oleh cinta Hati Yesus berdukacita atas dosa-dosa dunia yang mendambakan pemulihan (Haring, 2002: 2).

(34)

mendalam tentang rahasia Hati Yesus yang tertikam itu. Menurut ajaran para Bapa Gereja dan Orang Kudus, secara simbolis Gereja lahir dari lambung (Hati) Yesus yang tertikam itu. Air dan Darah adalah lambang kehidupan Gereja yang di peroleh dalam Permandian dan Ekaristi ( Djagom, 1989: 12-13).

Dari semua itu Gereja dapat memahami dirinya, harga dirinya dan misinya hanya berasal dari cinta Yesus Kristus, karena tugasnya yang mendasar adalah belajar mengenal dan mencintai Yesus. Dengan cara itu Gereja belajar mencintai seluruh umat dalam kesatuan dengan cinta. Untuk maksud ini, devosi sejati Hati Kudus Yesus paling sesuai dan bermanfaat. Ini merupakan tantangan bagi Gereja dan pemahaman dari dirinya sendiri karena dalam devosi agung itu, keadaan apapun di atas segalanya disentuh dan digerakkan oleh cinta Hati Kudus untuk mencintai, bersama Yesus, Bapa Surgawi dan semua orang yang ditebus(Haring, 2002: 21-22 ).

(35)

C. Timbulnya dan Perkembangan Devosi Hati Kudus Yesus 1. Yohanes Eudes

Yohanes Eudes adalah anggota Ordo Pengkotbah Yesus angkatan pertama, yang kemudian mendirikan Kongregasi Yesus dan Maria dan Suster-suster Gembala baik. Dapat dikatakan bahwa dialah yang menciptakan devosi Hati Kudus sebagai devosi umum. Ia pertama-tama menanamkan devosi ini dalam dua Kongregasi yang didirikannya. Menurut St. Yohanes Eudes ada tiga hati dalam Kristus yang patut disembah; Pertama, Hati Ilahi Kristus, yang dari kekal ada bersama Bapa. Hati itu adalah cinta kasih dan sumber Roh Kudus. Kedua, Hati rohani Kristus, yaitu kehendak jiwa suci-Nya dan kemampuan murni rohani-Nya, yang selalu diselaraskan dengan kehendak Bapa. Ketiga, Hati jasmani Kristus, yang secara hipostatis bersatu dengan pribadi Sang Sabda dan memancarkan kasih yang tak terhingga kepada manusia (O’Donnell, 1990b: 4-5).

(36)

2. Jacques Benigne Bossuet (1627-1704)

Jacques Benigne Bossuet adalah Uskup Perancis dan pengkotbah yang ulung. Dalam suatu khotbahnya di Metz pada tahun 1658, ia berbicara tentang Hati Kudus Yesus dalam hubungannya dengan Yohanes:

”Santo Yohanes, murid kekasih Tuhan Yesus, menerima anugerah berlimpah ruah dari Tuhan Yesus. Ketika ia hidup, Ia memberikan salib kepada Yohanes, ketika Ia wafat, Ia memberikan Hati-Nya, dengan menariknya dan bersandar di dada-Nya. Hati itu adalah sumber segala rahmat yang bersumber pada cinta-Nya, serta mengundang-Nya untuk tinggal dalam Hati itu. Anugerah yang paling istimewa ialah Ekaristi Kudus, yang mempersatukan Dia dengan murid-Nya secara istimewa” (O’Donnell, 1990b: 5-6).

Dengan demikian Santo Yohanes adalah pelopor yang membuka jalan kepada Hati-Nya. Hati itu tergerak hanya karena cinta. Maka kita dapat meringkaskan iman kita: ”Kita percaya akan cinta Tuhan bagi kita”. Kalau kita mempercayai itu, kita harus berbuat demikian juga, sebab di dalam hati itulah kita dipersatukan, sehingga dimana Kristus ada disitupun kita ada (O’Donnell, 1990b: 6).

3. Timotius de Raynier

(37)

karena Kristus mencintai kita semua. Oleh sebab itu kitapun dituntut untuk berpikir dan bertindak seperti Hati Kristus (O’Donnell, 1990b: 6).

4. Jean Jacques Olier (1608-1657)

Jean Jacques Olier adalah pendiri Kongregasi Saint Sulpice (St. Sulpisius). Ia menekankan penangkalan diri dan ketaatan kepada Kristus dalam spiritualitasnya. Hati Kristus adalah tempat tinggal para pilihan-Nya, dimana Tuhan mengkomunikasikan misteri Ilahi-Nya secara paling intim. Hati itulah yang paling banyak memberikan penghormatan terhadap keagungan Allah. Penghormatan dan pujian yang dipersembahkan oleh para Kudus dan seluruh Gereja berasal dari Hati Kristus. Dengan demikian dari Hati Kristus itulah rahmat yang tercurah kepada seluruh Gereja (O’Donnell, 1990b: 6-7).

5. Santa Margareta Maria Alacoque

(38)

a. Masa Muda Margareta Maria Alacoque.

Margareta Maria Alacoque adalah anak seorang pengacara notaris kerajaan di daerahTerrau, ia lahir pada 22 Juli 1647, sebagai anak bungsu dari 7 bersaudara. Pada usia kanak-kanak ayahnya sudah meninggal dan keadaan itu menjadi kesengsaraan terhadap dirinya dan ibunya. Namun dalam keadaan itu justru hidup rohaninya semakin berkembang dan sangat jijik akan dosa sekalipun itu yang paling kecil. Sesudah kematian ayahnya, ia dikirim ke asrama sekolah biara St. Urbanus di Charolles. Di sana ia menerima komuni pertama dan merasakan kerinduan yang mendalam akan keheningan dan hidup doa. Ia juga memperkembangkan kecintaannya kepada Tuhan dalam Sakramen Mahakudus. Ia hanya tinggal selama dua tahun di asrama itu, sebab ia menderita sakit yang menyebabkannya tidak bisa berjalan hampir 4 tahun. Tetapi tiba-tiba mengalami kesembuhan ketika berjanji kepada Bunda Maria untuk mengabdikan diri sebagai salah seorang saudarinya (O’Donnell, 1990b: 8-9).

(39)

makan dan minum. Menerima komuni dan menghadap Sakramen Mahakudus adalah kebahagiaan yang tiada taranya baginya. Margareta Maria Alacoque amat saleh, tetapi sebagai gadis remaja, ia lincah dan menarik, sehingga banyak pemuda yang melamarnya. Ibunya sendiri mengharapkannya untuk menikah, sebab dia adalah harapannya tetapi dalam waktu yang bersamaan, Margareta Maria Alacoque merasa tertarik kepada keindahan keutamaan ketiga kaul kebiaraan. Keadaan ini menambah penderitaan baginya (O’Donnell, 1990b: 8-9).

b. Penampakan-Penampakan

Margareta Maria Alacoque masuk Biara Visitasi, di Paray-le- Monial pada tanggal 20 Juni 1671, dan menyelesaikan masa percobaan serta mengenakan pakaian Biara pada tanggal 25 Agustus 1671. Pada masa ini ia banyak menerima anugerah Tuhan, dalam catatan menjelang profesinya, ia menulis:

”Inilah ketetapan hatiku, yang akan bertahan selama hidupku, sebab kekasihku sendiri telah memerintahkannya. Setelah kuterima Diri-Nya dalam hatiku, ia bersabda kepadaku: Pandanglah luka dilambungKu, yang akan menjadi tempat kediamanmu sejak saat ini sampai selama-lamanya. Disanalah engkau dapat memelihara jubah kesucianmu yang telah kukenakan pada jiwamu, agar mulai sekarang engkau dapat menghayati hidup Allah-manusia: hidup, tetapi seolah-olah tidak hidup lagi agar aku dapat hidup secara utuh di dalam dirimu” (O’Donnell, 1990b: 10).

Ia menulis surat penyerahan dirinya dengan darahnya sendiri:

(40)

Alacoque, yang mati terhadap dunia. Semuanya berasal dari Tuhan dan tiada satupun yang berasal dari padaku. Semuanya demi Tuhan dan tak satupun demi diriku sendiri. Semuanya bagi Tuhan dan bukan bagi diriku sendiri” (O’Donnell, 1990b: 10-11).

(41)

sehingga tiada kemungkinan keraguan lagi, juga sehubungan dengan akibat rahmat itu dalam dirinya. Menurut Margareta Maria Alacoque hal yang terjadi itu adalah sebagai berikut:

”Ia bersabda: Hati Ilahi-Ku begitu berkobar-kobar, cinta-Nya terhadap umat manusia dan khususnya kepadamu, sehinggga tidak tahan lagi memadamkan nyala cinta kasih yang berkobar-kobar. Nyala itu harus keluar dari dirimu. Maklumkanlah Hati-Ku kepada dunia, agar dapat memperkaya umat manusia dengan harta-Ku yang amat berharga. Aku mengijinkan engkau untuk melihatnya sekarang: di dalam harta itu terdapat rahmat penyelamatan dan pengudus yang diperlukan untuk mengambil kembali manusia dari tepi neraka. Engkaulah satu-satunya orang yang kupilih untuk rencana besar ini, engkau sama sekali tidak pantas dan tidak tahu. Itu akan menjadi seluruh karya-Ku. Lalu ia meminta hatiku. Aku memohon untuk mengambilnya. Ia mengambilnya, lalu meletakkan-Nya di dalam Hati Ilahi-Nya. Ia membiarkan aku memandang-Nya disana-sebuah titik kecil sekali yang terbakar seluruhnya dalam perapian yang bernyala-nyala. Kemudian, ketika diangkat kembali, hatiku sudah menjadi sebuah nyala kecil yang berbentuk hati dan Ia meletakkannya kembali ke tempat Ia mengambilnya. Aku mendengar Ia bersabda: Kekasih-Ku inilah bukti cinta-Ku kepadamu yang amat berharga, yang tersembunyi di dalam lambungmu, seberkas nyala kecil dari nyala yang paling panas. Mulai sekarang ini akan menjadi hatimu, dan akan membakarmu sampai habis, sampai nafasmu yang terakhir. Nyalanya yang berkobar-kobar tidak pernah akan berkurang. Tetapi Aku akan memasukkan bayang-bayang salib-Ku diatas darahmu, sebegitu dalam sehingga akan membuatmu menjadi lebih hina dan menderita dari pada membawa kelegaan. Itulah sebabnya Aku mendesakmu agar engkau meminta perlakuan ini dengan polos; kemudian engkau akan mengerjakan apa yang dikatakan kepadamu. Demikian pula engkau akan menemukan kepuasan dalam penumpahan darahmu di atas salib penghinaan, sebagai bukti bahwa rahmatKu yang besar dan yang telah Kuanugerahkan kepadamu bukan sebuah khayalan, tetapi dasar semua rahmat yang masih Kusimpan untukmu, maka mulai sekarang engkau Kuberi nama yang baru: Murid Kekasih Hati Kudus” (O’Donnell, 1990b: 11-13).

(42)

”Hati Ilahi kulihat bertahta dalam nyala api, Ia lebih gemerlap dari pada matahari dan transparan laksana kristal. Nampak juga luka-lukaNya, dan hatiNya dikelilingi oleh mahkota duri, yang menandakan kepedihan yang disebabkan oleh dosa-dosa kita, dan diatasnya ada salib yang menyatakan secara tidak langsung bahwa semenjak saat pertama inkarnasi, salib itu sudah tertanam di dalamnya” (O’Donnell, 1990b: 14).

Penampakan yang ketiga juga terjadi pada tahun 1674. Inilah catatan Margareta Maria Alacoque sehubungan dengan penampakan itu:

(43)

malu Margareta Maria Alacoque. Sesudahnya, Pater Claudius de la Colombiere, dikirim Tuhan untuk menjadi pembimbingnya, sesuai dengan janji Tuhan. Margareta Maria Alacoque menumpahkan segala sesuatu kepadanya. Hal itu menambah keberanian yang mempersiapkan Margareta Maria Alacoque untuk perwahyuan agung yang terjadi pada bulan Juni 1675. Mengenai peristiwa itu ia menulis:

”Pada suatu hari, ketika aku berlutut dihadapan Sakramen Mahakudus selama oktaf Hari Raya Tubuh Kristus, aku dibanjiri oleh kebaikan Hati Tuhan yang penuh cinta, dengan rasa terdorong untuk membalasnya dan mencintaiNya demi cinta. Aku mendengar Ia bersabda: Laksanakanlah apa yang sudah sering Kuminta daripadamu. Engkau tidak dapat menunjukkan cintamu dengan cara yang lebih baik dari pada jalan itu. Sambil membuka HatiNya, Ia bersabda: Inilah Hati yang begitu mencintai manusia tanpa syarat, dan mengurbankan diri sampai habis, tetapi hanya mendapat sedikit penghargaan dari kebanyakan manusia; balasan yang Kuterima adalah balasan tidak tahu terima kasih, yang tercermin dalam sikap yang kurang sopan, dosa terhadap hal-hal yang suci (sacrilege), sikap acuh tak acuh dan penghinaan terhadap sakramen cinta kasih. Yang lebih menyakiti HatiKu adalah tingkah laku yang dijalankan oleh hati yang dipersembahkan kepadaKu. Itulah sebabnya, Aku meminta kepadamu untuk mengkhususkan hari Jumat sesudah oktaf Hari Raya Tubuh Kristus sebagai Hari Raya untuk menghormati HatiKu. Hari itu adalah hari untuk menerima DiriKu dalam komuni kudus dan melaksanakan tindakan pemulihan yang besar bagi penghinaan-penghinaan yang Kuterima dalam sakramen Mahakudus ketika ditahtakan di altar di seluruh dunia. Aku juga berjanji kepadamu, bahwa Aku akan membuka HatiKu bagi semua orang yang menghormati Aku dengan cara ini, dan mengajak orang lain untuk melaksanakannya. Mereka akan merasakan kepenuhan kekuatan kasihKu dalam segalanya (O’Donnell, 1990b: 17).

c. Usaha Margareta Maria Alacoque Untuk Menyebarkan Devosi Hati Kudus

(44)

kemudian membuat gambar Hati Kudus Yesus dengan pena pada sepucuk kertas. Tetapi hal ini mejadi keributan besar, maka ia dituduh menyebarkan devosi yang baru kepada para Novis. Akan tetapi satu tahun kemudian seluruh komunitas secara resmi merayakan Pesta Hati Kudus Yesus pada tanggal 21 Juni 1686.

Perubahan ini terjadi karena terbit empat jilid kotbah Pater de la Colombiere dan 1 jilid catatan retretnya, yang diterbitkan di Lyon, dua tahun sesudah wafatnya (1684). Dalam catatan itu ia menyebutkan adanya jiwa yang mendapat sejumlah penglihatan dan bertugas menyebarkan devosi Hati Kudus Yesus. Meskipun tidak disebut nama dan tempatnya, namun orang segera tahu siapa yang dimaksudkan. Maka jadilah Paray- le-Monial menjadi pusat devosi Hati Kudus Yesus dan cepat meluas ke Biara-biara Visitasi yang lain.

(45)

d. Isi Perwahyuan Kepada Santa Margareta Maria Alacoque

Perwahyuan pertama; Devosi untuk seluruh Gereja. Keistimewaan perwahyuan kepada Santa Margareta Maria Alacoque yakni untuk seluruh Gereja bukan untuk ia sendiri saja. Isi penampakan itulah yang membentuk wujud devosi kepada Hati Kudus, yaitu: Misa Kudus Jumat pertama, Komuni pemulihan, Jam Kudus pada hari Kamis malam untuk mengenangkan sengsara Tuhan di Taman Getsemani, liturgi Hari Raya Hati Kudus Yesus, dan penekanan khusus kepada pengudusan dan pemulihan. Persetujuan Gereja atas praktek ini, kanonisasi Margareta Maria Alacoque, dan ensiklik-ensiklik para Paus memberikan kesaksian yang istimewa bahwa Gereja percaya akan kebenaran penampakan dan pesan itu. Perwahyuan kedua; Janji-janji Hati Kudus.

Beberapa kritik dilontarkan melawan devosi ini sehubungan dengan janji Hati Kudus kepada Margareta Maria Alacoque. Tampaknya, dengan janji-janji itu dengan mudah dan otomatis orang mendapatkan kesucian dari Tuhan. Janji-janji itu diangkat dari tulisan-tulisan Santa Margareta Maria Alacoque. Meskipun janji-janji sudah ada sejak Yesus menampakkan diri kepadanya, namun penyebarluasannya, baru terjadi pada tahun 1882, ketika seorang pengusaha Amerika, Philip Kemper, menyusun daftarnya dan perumusan singkat, lalu menyebarkannya ke seluruh dunia. Pada tahun 1895 janji-janji itu sudah diterjemahkan ke dalam 138 bahasa. Janji-janji tersebut, dalam bentuk yang disebarkan oleh Philip Kemper, ialah:

(46)

2) Aku akan menciptakan damai dalam rumah mereka. 3) Aku akan menghibur mereka dalam kesusahan.

4) Aku akan menjadi tempat pengungsian yang aman selama hidup mereka dalam kesusahan.

5) Aku akan memberikan rahmat yang berlimpah atas semua usaha mereka. 6) Para pendosa akan menemukan mata air belas kasihan dan samudera belas

kasihan yang tiada batasnya.

7) Jiwa yang suam-suam kuku akan menjadi bersemangat.

8) Jiwa yang penuh semangat akan mencapai kesempurnaan yang tinggi.

9) Aku akan memberkati setiap tempat dimana dipasang dan dihormati Hati Kudus Yesus.

10) Aku akan memberikan anugerah kepada para imam untuk melembutkan hati yang keras membatu.

11) Mereka yang menyebarkan devosi ini, nama mereka akan tercatat dalam hatiKu.

(47)

Keberatan bahwa janji-janji itu tampaknya merupakan jalan pintas dan secara otomatis untuk memperoleh keselamatan, dijawab antara lain oleh Karl Rahner: Isi janji-janji itu tidak lain dari pada janji-janji Tuhan sendiri dalam Injil tentang iman yang total ( Mat 17:20; 21:21: Mrk 16:17; Yoh 14:21). Yang baru hanya lingkup perwahyuannya, yang dilekatkan pada devosi kepada Hati Kudus. Janji-janji itu hanya berlaku bagi orang yang menyerahkan diri kepada kehendak Tuhan dengan iman tanpa syarat dan tanpa mempersoalkan cinta. Harus diingat bahwa Kitab Suci Tuhan kadang-kadang memberikan janji tanpa syarat, misalnya janji mengenai Penebus (Kej 3:15), mengenai Primat Santo Petrus dan mengenai Gereja yang tidak akan musnah (Mat 16:17-19). Ada pula janji-janji yang bersyarat, misalnya: janji abadi melalui Sakramen Ekaristi. Adapun tujuan penggabungan janji-janji itu dengan devosi, kepada Hati Kudus Yesus, diutarakan oleh Paus Pius XII, yaitu: jika Kristus memberi janji dalam suatu perwahyuan pribadi, maka tujuannya adalah untuk menyemangati manusia agar dapat melaksanakan tugas-tugas mulia agama Katolik dengan penuh semangat, yakni cinta dan pertobatan; dengan demikian Ia bertindak untuk meningkatkan manfaat rohani (O’Donnell, 1990b: 21-22).

(48)

Alacoque yang diterbitkan pada tanggal 18 September 1864, Paus Pius IX menulis:

Ketika Margareta sedang berdoa dengan penuh semangat di depan Sakramen Mahakudus yang penuh kebesaran itu, Tuhan Yesus mengisyaratkan kepadanya bahwa akan menjadi kesukaanNya; jika dipermaklumkan penghormatan kepada Hati KudusNya yang terbakar oleh cinta kasih kepada umat manusia, dan bahwa Ia ingin menyerahkan tugas itu kepadanya. Kerendahan hamba Tuhan ini tergoncang karena ia merasakan dirinya tak pantas untuk menerima tugas seperti itu. Akhirnya supaya ia dapat menuruti kehendak surgawi dan memuaskan keinginanNya untuk menyalakan cinta Ilahi dalam hati setiap manusia, maka ia sungguh-sungguh mengusahakan diri, baik di antara para biarawati di biaranya sendiri maupun semua manusia pada umumnya, sejauh ia dapat menunjukkan segala tanda hormat, sembah bakti dan takzim kepada Hati Yesus yang Mahakudus, tahta cinta kasih Ilahi (O’Donnell, 1990b: 23).

Paus Leo XIII dalam Ensiklik Annum Sacrum (25 Mei 1899) mengutip pengutusan yang diterima Beata Margareta Maria Alacoque dari surga tentang penyebarluasan kebaktian kepada Hati Ilahi. Demikian Paus Benedictus XV dalam surat kanonisasi Margareta Maria Alacoque (13 Mei 1920) menyebutkan penampakan Tuhan kepada Margareta Maria Alacoque itu bersama dengan pesan-pesan yang disampaikan-Nya. Paus Pius XI dalam Ensiklik Miserentissimus

Redemptor (8 Mei 1928) menyatakan bahwa kita semua mempunyai kewajiban

(49)

kharisma-kharisma khusus yang diberikan oleh Roh Kudus kepada berbagai lapisan anggota Gereja, yang membuat mereka siap dan terampil untuk menerima berbagai tugas dan karya yang berguna bagi pembaharuan dan pembangunan Gereja. Anugerah yang diterima oleh Margareta Maria Alacoque kiranya termasuk dalam kategori tersebut.

Kepercayaan itu nampak juga karena Gereja mengabulkan permintaan Tuhan lewat Santa Margareta Maria Alacoque, yakni: Hari Raya Hati Kudus pada Hari Jumat sesudah oktaf Hari Raya Kristus, ijin Misa Hati Kudus pada Hari Jumat Pertama, dan penyebarluasan devosi kepada Hati Kudus menurut gaya Santa Margareta Maria Alacoque, termasuk Jam Kudus dan Komuni pada Jumat Pertama. Penampakan ini bukan ilusi atau halusinasi, diperkuat juga oleh fakta bahwa Margareta Maria Alacoque selalu taat kepada pembesarnya, rendah hati, berhati-hati, dan telah diteliti beberapa teolog dan pembimbing rohaninya.

Devosi ini ternyata tersebar luas setelah ia wafat dan memberikan buah-buah melimpah kepada mereka yang mempraktekkannya seperti semangat kerasulan, pengurbanan dan pertumbuhan ke arah kesucian, peneguh otentisitas penampakan-penampakan itu. Devosi Hati Kudus sebagaimana dipahami oleh Santa Margareta Maria Alacoque bersatu erat dengan ajaran Kristen yang paling esensial, yakni kasih penebus Tuhan yang dinyatakan dalam diri Kristus. Paus Pius XII memberikan penghormatan yang tinggi kepada Santa Margareta Maria Alacoque. Dalam Ensiklik Haurietis Aqua, beliau menulis:

(50)

Margareta Maria terbakar dengan suatu semangat yang istimewa untuk devosi ini yang telah berkembang sedemikan luas dan memberi manfaat rohani yag besar kepada kaum beriman harus ditegakkan dan dibedakan dari bentuk-bentuk kesalehan Kristiani yang lain karena sifat-sifatnya yang khas, yakni cinta dan pemulihan. Cukuplah mengingat kembali catatan-catatan (di atas) mengenai waktu devosi Hati Kudus mulai berkembang, untuk mengerti dengan jelas bahwa perkembangan yang mengagungkan berasal dari kenyataan bahwa devosi ini seluruhnya sesuai dengan sifat dasar kesalehan Kristiani, sebab devosi ini adalah devosi cinta” (O’Donnell, 1990b: 25-26).

(51)

e. Penyebaran Devosi Hati Kudus 1) Jean Croisset

Sehubungan awal penyebaran devosi Hati Kudus akibat penampakan kepada Santa Margareta Maria Alacoque ada dua orang yang patut disebut yakni, Jean Croisset dan Joseph Francois Galliffe. Jean Croisset adalah anak rohani Claude de la Colombiere dan membantu Margareta Maria Alacoque sesudah Claude de la Colombiere wafat. Ia kemudian menjadi pembimbing rohaninya, sampai Margareta Maria Alacoque wafat. Atas permintaan Margareta Maria Alacoque, ia menulis buku kecil pada tahun 1689 tentang penampakan di Paray-le-Monial. Di dalamnya juga terdapat sebagian catatan retret Claude de la Colombiere. Sesudah Margareta Maria Alacoque wafat, ia menerbitkan sebuah karya besar yang berjudul la Devation au sacre-Coeur de Notre Seigneur Jesus-Christ (1691). Di dalam ia menambahkan hidup Margareta Maria Alacoque dan penampakannya.

Buku ini segera dicetak berulang kali. Tetapi Croisset banyak menderita, sebab banyak orang yang menentang devosi ini, bahkan Propinsialnya yang baru, segera membentuk komisi teologis untuk menyelidiki devosi ini. Ia akhirnya dipecat sebagai dosen di Lyon dan dari kolose Yesuit agar ia tidak mempengaruhi Yesuit muda. Tetapi ia tetap tabah dan taat kepada pembesarnya serta tetap cinta kepada devosi Hati Kudus Yesus (O’Donnell, 1990b: 27).

2) Joseph Francois Galliffet

(52)

adalah bapak rohaninya. Ketika ia bekerja di rumah sakit, ia sakit parah sekali dan dokter putus harapan akan kesembuhannya. Croisset berjanji atas nama Galliffet, bila Galliffet sembuh akan mengabdikan diri demi perkembangan devosi Hati Kudus Yesus. Ia menjadi sembuh dan menerima janji yang mengikat. Ia lalu berusaha untuk menyebarluaskan devosi Hati Kudus Yesus. Ia berpengaruh besar dalam Serikatnya, ketika ia menjadi pembesar di Besancon, dan kemudian Propinsial.

Pada tahun 1723 ia menjadi pembantu Jenderal di Roma. Di sana ia berusaha keras untuk menyebarkan devosi tersebut, khususnya sebagai postulator

Pesta Hati Kudus di Konggregasi Ibadat. Pada tahun itu pula terbitnya buku De Cultu Sacrosacti Cordis Dei ac Domini Nostri Jesu Christi. Sebenarnya buku ini karya yang cemerlang, tetapi sayangnya ia terlalu menekankan jasmani sebagai pusat dan sumber perasaan seseorang, sehingga dari segi itulah banyak diserang oleh lawannya terutama para Yasenis.

(53)

3) Pimpinan Gereja dan Pesta Hati Kudus

Keberatan Gereja untuk mengijinkan Pesta Hati Kudus disebabkan karena: Gereja belum yakin akan sifat ilahi dari Margareta Maria Alacoque kemudian ada masalah-masalah serius yang berhubungan dengan cara-cara penyajian devosi ini. Akan tetapi sikap berhati-hati itu tidak berarti bahwa Gereja menolak devosi itu sendiri (O’Donnell, 1990b: 29).

Devosi kepada Hati Kudus Yesus mulai berkembang sejak Santo Bonaventura sampai Yohanes Eudes yang pertama sekali menyusun liturgi untuk menghormati Hati Kudus Yesus. Perayaan yang pertama kali terjadi pada tanggal 20 Oktober 1672. Di antara mereka yang menyebarluaskan devosi Hati Kudus ini, Santa Margareta Maria Alacoque mempunyai tempat istimewa. Ia adalah rasul Hati Kudus Yesus. Dengan cintanya yang bernyala-nyala dan berkat bimbingan bapak rohaninya, Beato Claudius de la Colombiere, Margareta Maria Alacoque berhasil menempatkan devosi ini dalam Gereja, dengan kekhususannya, yaitu kasih dan pemulihannya. Dari sejarah ringkas ini nampaklah bahwa devosi Hati Kudus Yesus sangat sesuai dengan Agama Kristiani yang intinya adalah cinta, sebab devosi Hati Kudus Yesus adalah devosi cinta dan kasih (O’Donnell, 1990a: 34).

(54)

perwahyuan itu adalah Kristus Tuhan kita, sambil menunjukkan Hati-Nya yang Mahakudus, menginginkan cara yang istimewa dalam merenungkan dan memuliakan misteri cinta dan belas kasihan Allah yang amat besar bagi manusia, dan Kristus menyatakan bahwa Hati-Nya adalah lambang cinta-Nya dan janji belaskasihan-Nya serta rahmat-Nya bagi manusia zaman ini (O’Donnell, 1990a: 34-35).

Devosi Hati Kudus Yesus berakar dalam kebenaran Katolik hal ini terbukti dengan persetujuan Tahta Suci untuk merayakan Pesta Hati Kudus Yesus, pertama untuk para Uskup di Polandia dan Persekutuan Hati Kudus di Roma: dan izin itu diberikan sebelum Pimpinan Gereja menyatakan persetujuannya terhadap tulisan-tulisan Margareta Maria Alacoque, maka Pesta itu jelas berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi umum, bukan penampakan kepada Margareta Maria Alacoque. Pada mulanya, Pesta Hati Kudus itu hanya terbatas untuk daerah-daerah tertentu, tetapi setelah satu abad kemudian, Paus Pius ke IX, pada tanggal 25 Agustus 1856 memperluasnya untuk seluruh Gereja (O’Donnell, 1990a: 35).

(55)

jelas bahwa Allah merangkul semuanya dan itu berarti kepenuhan belaskasihan-Nya kepada umat beriman (O’Donnell, 1990a: 35).

Sejak pertama kalinya, Gereja mengeluarkan Dekrit tentang Devosi Hati Kudus Yesus, Gereja sudah yakin bahwa sifat dasar devosi tersebut, yakni perbuatan cinta dan pemulihan, serta tidaklah diracuni oleh materialisme ataupun takhyul. Justru disinilah kita menyembah Tuhan secara benar seperti yang dimaksud oleh Yesus dalam Yoh 4: 23: ”Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah yang demikian”. Oleh karena itu salahlah kalau ada orang yang mengatakan bahwa yang merenungkan hati fisik Kristus dapat merintangi untuk mencapai cinta kasih mesra dengan Tuhan dan yang merintangi kemajuan-kemajuan jiwa untuk dapat sampai pada keutamaan-keutamaan yang paling tinggi (O’Donnell, 1990a: 36).

(56)

yaitu hati manusia Yesus melambangkan Sang Sabda dan dalam penjelmaan-Nya menghadirkan seluruh cinta ilahi. Oleh karena itu, devosi kepada Hati Kudus Yesus adalah perwujudan yang sempurna Agama Kristen. Inilah devosi cinta (O’Donnell, 1990a: 36).

4) Ajakan Memahami Devosi dengan benar dan Menyebarluaskannya

Devosi Hati Kudus membantu kita untuk sampai kepada kesempurnaan Kristiani. Menurut Santo Tomas dari Aquino, inti devosi pada umumnya adalah pemberian diri dengan rela akan hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan dengan Tuhan. Begitu juga dalam devosi Hati Kudus Yesus, kita memberikan penghormatan atas cinta-Nya, melayani dalam kepasrahan demi cinta Ilahi-Nya, maka sepantasnya jikalau kita menjungjung tinggi devosi ini. Dengan devosi ini kita melaksanakan perintah Tuhan: ”Kasihanilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu” (Mrk 12:30). Kita dibimbing bukan untuk kepentingan diri sendiri tetapi demi kemuliaan Tuhan yang kita abdi dengan cinta, hormat, puji dan syukur. Inilah sebabnya devosi Hati Kudus Yesu sangat cocok dengan Agama Kristen.

(57)

anggota Gereja belum semua mencapai itu, bahkan masih jauh dari kehendak Tuhan.

Para pendosa banyak yang belum bertobat, dunia masih penuh dengan orang-orang yang menolak Tuhan, Gereja dan wakil Kristus di bumi ini. Membeci Tuhan adalah dosa yang besar yang dengan-Nya manusia benar-benar terpisah dari kebaikan ilahi dan menolak segala yang mengarahkan kepada Tuhan, kebenaran, keutamaan, perdamaian, dan keadilan. Kini musuh-musuh semakin meningkat terus menerus: materialisme, ateisme, kelobaan akan barang-barang duniawi dan lain sebagainya. Dimanakah kita dapat menyembuhkannya selain berpaling kepada Hati Kudus Yesus? Cinta Kristus perlu ditingkatkan dan diperkembangkan melalui devosi Hati Kudus. Kalau hukum cinta kasih ini ditolak maka tidak akan ada damai sejati. Karena di mana ada kebenaran di situpun tumbuh damai sejahtera. Maka sepatutnyalah orang Kristen memperkembangkan kerajaan Kristus dengan memandang devosi Hati Kudus Yesus sebagai sumber persatuan, penyelamat dan perdamaian. Devosi Hati Kudus Yesus akan membawa manusia untuk memperkembangkan penghormatan kepada Sakramen Mahakudus dan Salib Suci. Orang tidak akan dapat mencintai Yesus yang tersalib dengan tepat jika ia belum mengerti rahasia-rahasia misteri Hati Kudus Yesus (O’Donnell, 1990a: 38-39).

(58)

Ekaristi adalah anugerah Hati Kudus Yesus yang amat besar, sebab diberikan berdasarkan cinta-Nya yang amat besar pula. Untuk membawa kembali kawanan yang tersesat pada pangkuan cinta Ilahi maka Paus Pius ke XII menegaskan bahwa devosi Hati Kudus Yesus adalah sekolah yang sangat efektif untuk cinta kasih Ilahi yang diatasnya Kerajaan Allah harus dibangun dalam hati masing-masing individu, keluarga-keluarga dan bangsa-bangsa. Dari sini haruslah timbul pelaksanaan tugas dengan setia, menghormati hak-hak tiap orang, menganggap barang-barag duniawi lebih rendah dari pada barang-barang surgawi.

Kita perlu menggabungkan devosi Hati Kudus Yesus dengan devosi Hati Kudus Maria, sebab Allah menghendaki agar Maria bersatu dengan Yesus dalam menyelamatkan manusia. Keselamatan kita mengalir dari cinta dan penderitaan Kristus yang bersama dengan penderitaan Maria. Kita pantas juga berterimakasih dan memuji Bunda Maria, maka kalau devosi dilaksanakan sesuai dengan maksud Gereja tentu akan mendatangkan buah-buah yag melimpah (O’Donnell, 1990a: 39).

6. Awam

(59)

de Neuvellars, yang mendapat penampakan Hati Kudus Yesus dan wafat tahun 1616: Marie de Velernod yang begitu indah melukiskan cintanya kepada Kristus. Hati itu adalah segalanya baginya. Ia mohon supaya diijinkan untuk tinggal, hidup dan bersatu dengan-Nya (O’Donnell, 1990b: 7).

Dengan demikian jelas bahwa devosi kepada Hati Kudus bukanlah berasal dari Margareta Maria Alacoque saja, tetapi sudah ada sebelumnya bahkan akarnya pada jaman para Bapa Gereja, yakni dalam devosi mereka kepada lambung Kristus yang tertikam sebagai sumber segala rahmat (Djagom, 1989: 12-14).

D. Hati Kudus Maria

Maria menjadi teladan, dengan fiat penyerahan hidupnya: ”Jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu” (Luk 1:38). Maria menyerahkan tubuhnya yang tak bernoda dikuasai oleh Allah, sehingga Tuhan berkenan menciptakan sesuatu yang sama sekali baru dalam penciptaan, karena kerjasama antara Tuhan dengan mahluk-Nya, dimana Tuhan pencipta Mahaagung dengan kuasa-Nya dan ”Persembahan tubuh yang hidup, yang kudus dan berkenan kepada Allah”, mengambil benih ciptaan baru, Sang Adam Kedua. Tubuh dipersembahkan bagi ibadah, dihantar oleh penguasaan diri, dijiwai oleh pengorbanan, diawali, digerakkan dan mecapai kesempurnaan akhir oleh Roh Kudus. Maria membuka tubuhnya menjadi penjelmaan Sang Putra sebagai awal penebusan.

(60)

dari Yesus yang dikorbankan di salib, Maria mendengar sabda-Nya: ”Ibu itulah Putramu” – ”Itulah ibumu” (Yoh 19:27-28), kemudian menyaksikan lambung Yesus ditikam, ”dan segera keluarlah darah dan air” (Yoh 19:34). Tubuh Yesus yang oleh Maria dilahirkan dalam keutuhan dan di salib dipersembahkan menjadi korban, dengan demikian mencapai kesempurnaan dalam korban ibadah yang sejati. Maria berdiri di bawah Salib, menerima penyaliban sebagai kenyataan hidup, satu-satunya jalan penebusan, karena Yesus, Sang Adam baru dengan hidup, sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya menunjukkan jalan kehidupan.

Di bawah salib Maria dan rombongan wanita lainnya menjadi penyalur hidup Ilahi. Melawan pandangan lumrah dan latah yang menginginkan segala kenikmatan hidup lewat badan, mereka berani menyaksikan Yesus mati, bersama Maria yang sekali memberi hidup pada tubuh penjelmaan Yesus, lewat penebusan dan penyerahan tubuh yang sama untuk dipurnakan lewat derita salib, wafat dan kebangkitan-Nya. Luka-luka dipersembahkan sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itulah ibadah mereka yang sejati dan melalui hal itu, mau menunjukkan kepada umat beriman supaya menerima teladan itu serta menghayatinya dalam karya penebusan setiap hari (Soenarja, 1987: 93-94).

(61)

memerlukan cinta kasih melebihi saat mana pun sebelumnya. Maria tahu, Yesus berjaya pada waktu Ia menyerahkan diri-Nya kepada kehendak Bapa-Nya. Maria mengajak umat beriman agar selalu berani, sebab dalam hati yang remuk redam ada daya kuasa untuk menyembuhkan, mengubah dan melahirkan cinta kasih (Cokro, 2009: 72-73).

Tugas Maria terhadap Gereja tidak bisa dipisahkan dengan persatuannya dengan Kristus. Adapun persatuannya dengan Puteranya dalam karya penyelamatan, hal itu terungkap sejak saat Kristus dikandung oleh Perawan Maria hingga saat wafat-Nya. Hubungan itu tampak terutama pada saat sengsara-Nya. Dan sesudah Yesus naik ke surga Maria menyertai Gereja melalui doa-doanya. Bersama para Rasul dan beberapa wanita Maria memohon anugerah Roh dengan doa-doanya, Roh yang sudah menaunginya pada waktu menerima kabar gembira. Maria tidak pernah terkena segala cemar dosa asal, dan sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, ia juga diangkat kesurga, badan dan jiwanya. Ia ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara penuh menyerupai Puteranya.

(62)

meninggalkan perannya untuk membawa keselamatan, melainkan dengan aneka perantaraannya ia terus-menerus memperoleh bagi umat beriman karunia-karunia yang menghantar kepada keselamatan kekal. Oleh karena itu Maria dalam Gereja disapa dengan gelar: pembantu, penolong dan pengantara. Keibuan Maria menjadi kekuatan bagi umat beriman, sebab segala pengaruhnya yang menyelamatkan manusia berasal dari Kristus (Katekismus Gereja Katolik, 1995: 250-151).

E. Pemahaman Suster-Suster FCJM di Indonesia tentang Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria Sebagai Sumber Pelayanannya

Salah satu spiritualitas yang dihidupi Konggregasi FCJM (Franciscanae

Filiae Sanctissimae Cosdis Yesus et Mariae) adalah penghormatan yang

mendalam kepada Hati Kudus Yesus dan Maria yang tidak bernoda. Para Suster FCJM dengan bangga menyandang nama: ”Puteri-Puteri Hati Kudus Yesus dan Maria”. Sesuai dengan nama ini, maka para Suster FCJM harus paham akan Spiritualitas yang dihidupi sehingga dapat menjadi semangat yang tercermin di dalam sikap dan pelayanannya. Mereka menyebut diri Puteri-Puteri Hati Kudus Yesus dan Maria, untuk menunjukkan tugas mereka dan usaha khusus untuk menghormati dan sesempurna mungkin mencintai kedua Hati itu dan sekaligus menjadi sumber kekuatan dalam pelayanannya. Para Suster FCJM, mempunyai hubungan yang intim dengan Hati, yakni Hati Kudus Yesus dan Hati Maria dalam semua kehidupannya. Sebagaimana dikatakan oleh pendiri konggregasi Muder Maria Clara Pfander :

(63)

memperjuangkan kasih sempurna dan hormat kepada Hati Kudus Yesus dan Maria dan orang akan meneladani hati mereka yang bersumber dari Hati Kudus” (Martin, 1860: 12).

Hati Yesus adalah tempat suara hati; tempat kebebasan akan cinta Yesus; kebebasan untuk memutuskan dirinya sendiri tanpa paksaan; Hati Yesus adalah suara hati-Nya sendiri. Ketika kita berkontemplasi, kita merasakan Hati sebagai kebebasan untuk mencintai Tuhan, disini kita menemukan kebebasan menyeluruh. Suara hati Tuhan dalam diri manusia masuk ke dalam suara Hati Yesus dari Nazareth. Dia mengosongkan diri demi kemuliaan Allah (Yoh 17:5), dan cinta yang tak berkesudahan (Fil 5:5-8; Yoh 13: 1). Seluruh hidup-Nya tertuju kepada kematian dan kebangkitan-Nya. Sesuai dengan Injil Yohanes, dengan kematian-Nya, Yesus memberikan Roh-kematian-Nya, dan ketika salah seorang serdadu menusuk lambung-Nya dengan tombak, mengalirkan darah dan air (Yoh 19: 28-34), dan inilah ”saat” kelahiran Gereja. Hati Yesus diberikan kepada kita sebagai cinta abadi dari Tuhan, hati menjadi ruangan dan tempat hidup. Bersama Dia kita merasakan misteri kasih ibu, dan Yesus dengan umur yang masih muda tidak ragu-ragu untuk memberikan nyawa-Nya ( Siringo-ringo, 2005: 25).

(64)

para Suster FCJM akan menjadi benar memberikan hidup kepada sesama sesuai dengan sabda Yesus sendiri: ”Dari dalam hatinya akan mengalir aliran air hidup” (Yoh 7:38). Kemudian perhatian Yesus menjadi perhatian mereka sehingga persembahan hidup para Suster adalah doa yang terus-menerus dikombinasikan dengan tugas pelayanannya. Bardasarkan Hati Kudus Yesus, para Suster FCJM memberikan pelayanan dengan penuh cinta kasih terutama bagi anak yatim-piatu dan miskin (Martin, 1860: 10).

Cinta Muder Maria Clara Pfander terhadap Hati Kudus Yesus nyata dalam kehendaknya, untuk mengungkapkan cinta itu secara mendalam yakni melalui Perayaan Ekaristi (dia melihat cukup dalam hubungan antara Hati Yesus dan Ekaristi), yakni: dengan merayakan Ekaristi berarti bersyukur dan mengenang kembali pemberian diri Kristus kepada umat-Nya, kepada dunia, dan masuk ke dalam ritual pemberian diri-Nya, dengan bersembah sujud kita menghadirkan diri dihadapan Tuhan dan semua kebutuhan Gereja serta seluruh dunia. Dan melalui penghayatan Ekaristi, kita menjadi satu dengan penderitaan dan penyaliban Kristus, serta menghayati kesatuan Yesus Kristus dengan umat-Nya (Martin, 1860: 49).

(65)

oleh manusia, khususnya oleh Puteri-Puteri Hati Kudus Yesus dan Maria. Oleh sebab itu hendaklah para Suster FCJM berusaha agar mereka bukan hanya mencintai Hati Kudus Yesus dan Maria dengan cinta mesra, melainkan juga mencoba dengan segala tenaganya untuk menyebarkan penghormatan yang seperti itu kepada orang lain. Dengan tidak henti-hentinya, hendaklah mereka berusaha membentuk hatinya sesuai dengan Hati Kudus Yesus dan Hati Kudus Maria dengan mengembangkan cintanya yang mendalam kepada-Nya (Martin, 1860: 90).

(66)

Dan inilah tujuan dasar Muder Maria Clara Pfander mendirikan Kongregasi; berdoa secara terus menerus untuk Gereja, terutama melalui Sembah Sujud pada Tuhan dalam Ekaristi, mengurus anak-anak terlantar dan orang sakit, serta melaksanakan karya cinta kasih lainnya sesuai dengan kebutuhan zaman demi tujuan Kongregasi (Konst, 1980, art. 4).

Supaya doa mereka menjadi lebih kuat, menembus awan dan lebih berguna bagi Gereja Katolik yang Kudus, maka mereka harus pertama-tama berusaha dengan rendah hati dan sungguh rajin menyempurnakan diri agar akhirnya berkenan sepenuhnya kepada Allah. Sebab semakin orang sempurna dan suci, semakin berdaya guna doanya, semakin ia sanggup bukan hanya membawa hasil bagi Gereja Kudus dengan doanya, tetapi juga melaksanakan karya cinta yang memuliakan dan mengagungkan Allah serta membawa manfaat bagi sesama (Martin, 1860: 10).

(67)

Dalam sebutan itu mereka selanjutnya menunjukkan tugas mereka, yakni tetap memohonkan belaskasih dari kedua Hati itu (Hati Yesus dan Maria), sesuai dengan wujud yang di sebut pada awal. Demikian pula ditunjukkan usaha para Suster yang tekun dan rendah hati untuk mengubah hati mereka menurut contoh kedua Hati Kudus itu khususnya melatih diri dalam cinta kasih suci dengan rendah hati dan taat (Martin, 1860: 12).

Dari kedua Hati itu diharapkan para Suster FCJM (Franciscanae Filiae Sanctissimae Cosdis Yesus et Mariae) mempersatukan hidup doa dan pelayanan, sehingga pelayanan disemangati dan diteguhkan oleh doa sehingga membawa berkat bagi setiap orang yang dilayani. Perlu ditegaskan kembali bahwa setiap Minggu mereka mangadakan jam suci, yaitu malam Jumat antara jam sebelas dan dua belas untuk menghormati sengsara Yesus yang mengerikan dan sakrat mautnya di taman Zaitun. Selama ini mereka berdoa bersama-sama dengan kebaktian besar terhadap Hati Kudus Yesus yang tersembunyi dalam Sakramen Mahakudus untuk wujud-wujud yang telah ditentukan (Martin, 1860: 90).

(68)

hari Sabtu, hendaknya para Suster FCJM melipatgandakan cinta dan penghormatannya kepada Perawan Maria. Karena cinta mereka kepada Perawan Maria yang tidak bernoda Bunda Allah, maka disamping nama Biara, semua suster FCJM juga menerima nama Maria misalnya; Sr. Maria Stefania Gultom, FCJM, Sr. Maria Avelina Simbolon, FCJM, demikian juga dengan Suster-suster lainnya. Hal ini menjadi sangat jelas bahwa para Suster FCJM menimba inspirasi dan semangat dari Hati Kudus Yesus dan Maria. Diharapkan cinta mereka dengan sepenuh hati dalam pelayanan, baik itu dalam rumah tangga, pendidikan, kesehatan, karya sosial, rehabilitasi untuk anak-anak cacat fisik, maupun dalam karya pastoral semua memancarkan cinta kasih yang berkobar-kobar yang bersumber dari Hati Kudus Yesus dan Maria, maka kehadiran mereka menjadi sumber berkat bagi semua orang yang dilayani (Martin, 1860: 91).

Berkat kesatuan yang mendalam dengan Hati Kudus Yesus dan Maria maka para Suster FCJM diberi anugerah secara bebas dari Allah yakni:

1. Hati yang mencinta, hati yang memiliki kekuatan dan tidak mudah menyerah, hati yang lembut, berbelas kasih dan pengampun (Yesaya 6:2).

2. Hati yang rela berkorban untuk menjadi pemanggul salib yang benar demi cinta kepada Yesus yang tersalib agar dapat menerima palem kehidupan yang kekal.

(69)

Kesaksian hidup para Suster FCJM dalam pelayanan diarahkan pada partisipasi dalam perutusan Kristus yakni membawa dunia ini dalam kepenuhannya melalui penyelamatan Kristus. Karena itu doa, karya, dan penderitaan merupakan kerasulan mereka. Dengan pelayanan mereka melaksanakan sabda Tuhan Pencipta untuk membangun dunia ini, dalam hal itu mereka disatukan satu sama lain dengan semua orang. Pelayanan para Suster memungkinkan mereka untuk mengalami dan menyinarkan sukacita serta mengembangkan talenta yang telah dianugerahkan Allah kepada masing-masing suster. Sejauh kesanggupannya dan tenaga

Referensi

Dokumen terkait