• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

3. Hasil Tambahan

a. Gambaran kecemasan akademik siswa di SMA Negeri Unggul berdasarkan jenis kelamin

Gambaran kecemasan akademik siswa di SMA Negeri Unggul berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat melalui tabel 16 berikut ini :

Tabel 16. Gambaran kecemasan akademik siswa di SMA N Unggul berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin N Maksimum Minimum Mean Std. Deviasi

Pria 48 (48%) 138 93 111,25 6,95 Wanita 52 (52%) 124 97 113,19 5,86

Berdasarkan tabel 16, dapat dilihat bahwa penggolongan kecemasan akademik pada siswa berdasarkan jenis kelamin, mean skor pria (111,25) lebih kecil dari skor mean wanita (113,19). Berdasarkan mean pada jenis kelamin pria

74

dan wanita diperoleh gambaran bahwa wanita memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini dapat dilihat dari tabel 16 yang menyatakan bahwa mean pada jenis kelamin adalah 111,25 sedangkan wanita 113,19.

b. Gambaran kecemasan akademik siswa di SMA Negeri Unggul berdasarkan tingkatan kelas

Gambaran kecemasan akademik siswa di SMA Negeri Unggul berdasarkan tingkatan kelas dapat dilihat melalui tabel 17 berikut ini :

Tabel 17. Gambaran kecemasan akademik siswa di SMA Negeri Unggul berdasarkan tingkatan kelas

Tingkatan Kelas N Maksimum Minimum Mean Std. Deviasi

Kelas 1 34 124 93 112,11 6,35

Kelas 2 36 125 101 112,36 5,52

Kelas 3 30 97 138 112,30 7,70

Berdasarkan tabel 17, dapat dilihat penggolongan gambaran kecemasan akademik pada siswa berdasarkan tingkatan kelas, maka mean skor untuk kelas 1 (112,11), mean skor kelas 2 (112,36) dan untuk mean skor kelas 3 (112,30). Berdasarkan mean pada tingkatan kelas diperoleh gambaran bahwa kelas 2 memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan kelas 1 dan 3, kemudian pada anak 3 tingkat kecemasannya sedang dan terlihat kecemasan yang rendah pada anak kelas 1. Hal ini dapat dilihat dari tabel 17 yang menyatakan bahwa mean pada kelas 2 adalah 112,36, mean pada anak kelas 3 adalah 112,30 sedangkan mean pada anak kelas 1 adalah 112,11

75

B. Pembahasan

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan secara umum gambaran kecemasan akademik pada siswa di SMA N Unggul tergolong sedang . Dari 100 orang subjek penelitian, sebanyak 15 orang merasakan kecemasan yang rendah, 68 orang merasakan kecemasan sedang dan sebanyak 17 orang merasakan kecemasan yang tinggi.

Menurut Otten (1991), Kecemasan akademik adalah masalah yang penting yang akan mempengaruhi sejumlah besar siswa. Ketika kecemasan yang dirasakan oleh siswa berlebihan maka akan berpengaruh secara negatif karena siswa mengalami tekanan psikologis sehingga siswa tersebut mendapatkan hasil belajar yang kurang baik dan lebih banyak menghindari tugas, hal ini disebabkan oleh penurunan rentang perhatian, konsentrsi dan memori pada siswa. Dalam penelitian ini hal-hal yang diukur adalah karakteristik kecamasan akademik diantaranya adalah pola-pola aktivitas yang dapat menyebabkan kecemasan mental, terganggunya perhatian, bahaya pada fisiologis dan perilaku yang tidak tepat.

Menurut Ottens (1991) Pola-pola aktivitas yang dapat menyebabkan kecemasan mental, adalah hal yang Pertama dan yang terpenting adalah khawatir. Siswa sering merasa tidak aman oleh segala sesuatu yang mereka anggap salah. Kedua, kecemasan akademik pada siswa terlibat dalam penyesuaikan diri. ketiga adalah percaya diri yang rendah. Siswa menerima keyakinan yang salah tentang isu-isu bagaimana menetapkan nilai dalam diri, cara terbaik untuk memotivasi diri sendiri, bagaimana cara mengatasi kecemasan adalah berfikir yang salah sehingga

76

kecemasan akademik itu muncul. Dari 100 orang subjek penelitian, sebanyak 18 orang merasakan tingkat kecemasan yang rendah berdasarkan karakteristik pola-pola aktivitas yang dapat menyebabkan kecemasan mental , 52 orang merasakan tingkat kecemasan yang sedang berdasarkan karakteristik pola-pola aktivitas yang dapat menyebabkan kecemasan mental dan 18 orang merasakan tingkat kecemasan yang rendah berdasarkan karakteristik pola-pola aktivitas yang dapat menyebabkan kecemasan mental.

Terganggunya perhatian siswa diharapkan dapat berkonsentrasi penuh pada tugas-tugas akademik seperti membaca buku, mengikuti ujian, atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Tetapi yang terjadi disini adalah siswa tidak perduli dan perhatian mereka menjadi teralihkan. Perhatian dapat terganggu melalui faktor eksternal (tindakan siswa lainnya, jam, suara-suara asing) atau faktor pengganggu internal (kecemasan, lamunan, dan reaksi fisik). Dari 100 orang subjek penelitian, sebanyak 24 orang merasakan tingkat kecemasan yang rendah berdasarkan karakteristik terganggunya perhatian, 54 orang merasakan tingkat kecemasan yang sedang berdasarkan karakteristik terganggunya perhatian dan 22 orang merasakan tingkat kecemasan yang rendah berdasarkan terganggunya perhatian.

Bahaya pada fisiologis adalah perubahan yang terjadi pada tubuh yang dihubungkan dengan kecemasan seperti kekakuan pada otot, berkeringat, jantung berdetak lebih cepat, dan tangan gemetar. Selain perubahan fisik, pengalaman kecemasan emosional juga berpengaruh seperti “mempunyai perasaan kecewa”. Aspek-aspek emosional dan fisik dari kecemasan terutama yang menganggu

77

diinterpretasikan sebagai hal yang berbahaya atau menjadi fokus perhatian yang penting selama tugas akademik. Dari 100 orang subjek penelitian, sebanyak 22 orang merasakan tingkat kecemasan yang rendah berdasarkan karakteristik Bahaya pada fisiologis, 53 orang merasakan tingkat kecemasan yang sedang berdasarkan karakteristik Bahaya pada fisiologis dan 25 orang merasakan tingkat kecemasan yang rendah berdasarkan Bahaya pada fisiologis.

Perilaku yang tidak tepat adalah kecemasan akademik pada siswa terjadi karena siswa ingin memilih cara yang tepat dalam menghadpi kesulitan. Menghindar (procastination) adalah hal yang umum, seperti menghindar dari melaksanakan tugas (berbicara dengan teman pada saat belajar). Kecemasan akademik pada siswa juga terjadi ketika menjawab pertanyaaan-pertanyaan ujian secara terburu-buru. Tindakan lain yang tidak benar adalah memaksa diri ketika dalam waktu untuk bersantai. Dari 100 orang subjek penelitian, sebanyak 24 orang merasakan tingkat kecemasan yang rendah berdasarkan karakteristik Perilaku yang tidak tepat, 65 orang merasakan tingkat kecemasan yang sedang berdasarkan karakteristik Perilaku yang tidak tepat dan 11 orang merasakan tingkat kecemasan yang rendah berdasarkan Perilaku yang tidak tepat.

Pengkategorisasian kecemasan akademik adalah mengukur hasil dari proses biokimia dalam tubuh dan otak yang meningkatkan dan membutuhkan perhatian. Perubahan terjadi dalam respon terhadap situasi akademik, seperti menyelesaikan tugas-tugas di sekolah, diskusi di kelas atau ketika ujian. Ketika kecemasan meningkat, tubuh akan memberikan reaksi atau respon untuk menolak atau memperjuangkannya. Dalam penelitian ini subjek lebih banyak merasakan

78

kecemasan yang sedang artinya siswa memandang atau beranggapan bahwa kecemasan akademik berdasarkan karakteristik pengkategorisasian kecemasan sebagai suatu hal yang penting untuk menunjang motivasi siswa tetapi siswa tidak mengangap kecemasan akademik itu tinggi ataupun rendah.

Dalam penelitian ini mencantumkan analisa tambahan yaitu jenis kelamin dan tingkatan kelas. Kecemasan akademik merupakan masalah umum yang tidak bisa siswa abaikan jika mereka ingin berhasil di sekolah. Hal ini sering menyebabkan masalah berkonsentrasi selama belajar dan mengingat informasi sambil menyelesaikan tes, yang membuat siswa merasa tidak berdaya seperti kegagalan (center for learning & teaching, 2005). Sharma (1994) juga telah mengamati perempuan lebih menunjukkan mengalami kecemasan akademik dibandingkan laki-laki. Sejak masa kecil lingkungan yang berbeda disediakan untuk perempuan dan laki-laki yang mencerminkan kepibadian mereka. Laki-laki pada umumnya sudah mempunyai harga diri yang lebih baik dan tekanan bagi mereka terbatas dalam hal akademik dan masa depan, seperti anak laki-laki yang diharapkan untuk menjadi pencari nafkah. Sumber tekanan lebih rentan untuk perempuan dibandingkan laki-laki. perempuan lebih rentan untuk depresi, baik itu dari segi penampilan, perkawinan atau harga diri. Tetapi saat ini perempuan semakin terlibat dalam kompetisi yang kuat dan mengalami kecemasan dalam hal berkarier. Sumber depresi perempuan biasanya terlihat pada karier, pemilihan pasangan dan pernikahan. Semua ini membuat perempuan lebih rentan mengalami tekanan emosional dan masalah lain yang ditemukan adalah kecemasan akademik yang tinggi. Pramod (1996) yang mengatakan bahwa pada budaya india, laki-laki

79

lebih berorientasi pada masa depan dibandingkan anak perempuan dan oleh karena itu anak laki-laki memiliki kecemasan akademik yang lebih dibandingkan anak perempuan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ojha (2005) menyatakan bahwa 25% anak laki-laki memiliki kecemasan akademik yang sangat tinggi sedangkan hanya 6,7% perempuan memiliki kecemasan akademik yang tinggi. Dalam penelitian ini hasil tambahan bahwa mean siswi lebih besar dari mean siswa. Hal ini dapat dilihat dari skor mean siswi sebesar 113,19 dan skor mean siswa sebesar 111,25.

80

BAB V

Dokumen terkait