• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

B. HASIL PENELITIAN

3. Hasil Tambahan

a. Kategorisasi Data Penelitian

Berdasarkan deskripsi data penelitian dapat dilakukan pengelompokan yang mengacu pada kriteria kategorisasi. Azwar (2005) menyatakan bahwa kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor subjek penelitian terdistribusi normal. Kriterianya terbagi atas tiga kategori, yaitu: rendah, sedang, dan tinggi. Dalam penelitian ini, skor skala sikap yang rendah menunjukkan bahwa sikap terhadap

bahwa sikap terhadap early-maturation adalah netral, dan skor skala sikap yang tinggi menunjukkan bahwa sikap terhadap early-maturation adalah negatif. Tabel 12 berikut ini menunjukkan deskripsi data penelitian dukungan sosial keluarga inti.

Tabel 12. Deskripsi Data Penelitian Dukungan Sosial Keluarga Inti

Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

Dukungan sosial

keluarga inti 80 115 98.50 8.872 30 120 75 15

Berdasarkan tabel 12 diperoleh mean empirik skala dukungan sosial keluarga inti adalah 98.50 dengan standard deviasi empirik 8.872 dan mean hipotetiknya adalah 75 dengan standard deviasi hipotetik sebesar 15. Dari perbandingan mean empirik dan mean hipotetik terlihat bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik (98.50 > 75), yang berarti bahwa secara umum dukungan sosial keluarga inti subjek penelitian lebih tinggi daripada rata-rata dukungan sosial keluarga inti populasi pada umumnya.

Tabel 13. Kriteria Kategorisasi Jenjang Data Hipotetik Dukungan Sosial Keluarga

Inti dan Sikap Remaja Puber Perempuan Terhadap Early-Maturation

Variabel Kriteria Jenjang Kategori

Dukungan sosial keluarga inti X < (XH-1.0SDH) Rendah (XH-1.0SDH) ≤ X < (XH+1.0SDH) Sedang (XH+1.0SDH) ≤ X Tinggi Sikap remaja puber perempuan terhadap e arly-maturation X < (XH-1.0SDH) Rendah (Positif) (XH-1.0SDH) ≤ X < (XH+1.0SDH) Sedang (Netral) (XH+1.0SDH) ≤ X Tinggi (Negatif)

Tabel 14. Kategorisasi Data Hipotetik Dukungan Sosial Keluarga Inti

sosial keluarga inti

60 ≤ X < 90 Sedang 9 18 % 90 ≤ X Tinggi 41 82 %

Berdasarkan kategorisasi pada tabel 14 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar remaja puber perempuan di dalam penelitian ini mendapat dukungan sosial keluarga inti yang tergolong tinggi (82 %), sedangkan selebihnya mendapat dukungan sosial keluarga inti yang tergolong sedang (18 %) dan tidak ada yang tergolong rendah. Artinya, secara keseluruhan, remaja puber perempuan pada sejumlah Sekolah Dasar di kota Medan yang menjadi subjek dalam penelitian ini memiliki dukungan sosial keluarga inti yang tinggi.

Tabel 15. Deskripsi Data Penelitian Sikap Remaja Puber Perempuan Terhadap Early-Maturation

Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

Sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation

34 80 62.60 9.668 30 120 75 15

Berdasarkan tabel 15 diperoleh mean empirik skala sikap remaja puber

perempuan terhadap early-maturation adalah 62.60 dengan standard deviasi

empirik 9.668 dan mean hipotetiknya adalah 75 dengan standard deviasi hipotetik sebesar 15. Dari perbandingan mean empirik dan mean hipotetik terlihat bahwa mean empirik lebih rendah dari mean hipotetik (62.60 < 75), yang berarti bahwa

secara umum sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation pada

subjek penelitian lebih rendah daripada rata-rata sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation pada populasi umumnya.

Kriteria untuk variabel sikap remaja puber perempuan terhadap

early-maturation dengan jumlah frekuensi dan persentase individu di dalamnya dapat dilihat pada tabel 16 berikut.

Tabel 16. Kategorisasi Data Hipotetik Sikap Remaja Puber Perempuan Terhadap Early-Maturation

Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase

Sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation X < 60 Rendah (Positif) 15 30 % 60 ≤ X < 90 Sedang (Netral) 35 70 % 90 ≤ X Tinggi (Negatif) 0 0 %

Kategorisasi pada tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation termasuk dalam kategorisasi sedang (70 %) dan selebihnya termasuk dalam kategorisasi rendah (30 %) dan tidak ada yang tergolong tinggi. Artinya, secara keseluruhan, remaja puber perempuan pada sejumlah Sekolah Dasar di kota Medan yang menjadi subjek dalam penelitian ini memiliki sikap yang sedang terhadap early-maturation. Untuk melihat penyebaran variabel dalam bentuk matriks kategori dapat ditunjukkan pada tabel 17.

Tabel 17. Matriks Hubungan Antar Variabel Dalam Bentuk Kategori Dukungan Sosial Keluarga Inti

Rendah Sedang Tinggi

Sikap Remaja Puber Perempuan Terhadap Early-Maturation Rendah (Positif) 0 0 % 0 0 % 15 30 % Sedang (Netral) 0 0 % 9 18 % 26 52 % Tinggi (Negatif) 0 0 % 0 0 % 0 0 % Jumlah 50 (100%)

Matriks di atas menunjukkan bahwa hubungan variabel yang memiliki persentase terbesar terlihat pada frekuensi dukungan sosial keluarga inti tinggi dan

sebanyak 26 orang (52 %). Frekuensi remaja puber perempuan yang memiliki dukungan sosial keluarga inti tinggi dan sikap terhadap early-maturation rendah sebanyak 15 orang (30 %). Hasil ini menunjukkan bahwa dukungan sosial keluarga inti berkorelasi negatif dengan sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini, yakni ada pengaruh positif antara dukungan sosial keluarga inti dengan sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation dimana semakin tinggi skor dukungan sosial keluarga inti maka akan semakin rendah skor sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation atau semakin positif sikap yang ditunjukkan. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor dukungan sosial keluarga inti maka akan

semakin tinggi skor sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation

atau semakin negatif sikap yang ditunjukkan.

Frekuensi remaja puber perempuan yang memiliki dukungan sosial keluarga inti sedang dan sikap terhadap early-maturation sedang sebanyak 9 orang (18 %). Hal ini menunjukkan bahwa selain dukungan sosial keluarga inti ada faktor-faktor

lain yang mempengaruhi sikap remaja puber perempuan terhadap

early-maturation seperti pengalaman pribadi, kebudayaan, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan serta faktor emosi dalam diri individu yang tidak diteliti dalam penelitian ini (Azwar, 1995).

Sementara frekuensi remaja puber perempuan yang memiliki skor dukungan sosial keluarga inti rendah dan skor sikap terhadap early-maturation rendah, frekuensi remaja puber perempuan yang memiliki skor dukungan sosial keluarga inti rendah dan skor sikap terhadap early-maturation sedang, frekuensi remaja puber perempuan yang memiliki skor dukungan sosial keluarga inti rendah dan

skor sikap terhadap early-maturation tinggi, frekuensi remaja puber perempuan yang memiliki skor dukungan sosial keluarga inti sedang dan skor sikap terhadap early-maturation rendah, frekuensi remaja puber perempuan yang memiliki skor dukungan sosial keluarga inti sedang dan skor sikap terhadap early-maturation tinggi, dan frekuensi remaja puber perempuan yang memiliki skor dukungan sosial keluarga inti tinggi dan skor sikap terhadap early-maturation tinggi tidak ada (0 %). Hasil ini menunjukkan bahwa dukungan sosial keluarga inti dan sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation hanya memiliki korelasi yang negatif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa ada pengaruh positif antara dukungan sosial keluarga inti pada sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation.

Dokumen terkait