• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan tanggapan Kultivar bawang merah terhadap hasil berat basah umbi saat terserang Fusarium oxysporum f.sp. cepae penyebab penyakit moler.

Tabel 8. Rerata Berat Basah Umbi Lapis Bawang Merah Normal dengan Berat Basah Umbi Lapis Bawang Merah yang Terserang Fusarium oxysporum f.sp. cepae

Berat Basah Umbi Lapis Bawang Merah

(kg/100 tanaman) Jenis Kultivar Rerata Selisih Pembanding (kg/100 tanaman) Tiron 4.60 a 0.10 4.70 Biru 4.77 a 0.17 4.94 Bima 4.97 a 0.17 5.14 Bauji 7.45 b 0.05 7.50 Philip 7.96 bc 0.98 8.94 Kuning 9.29 c 0.46 9.75

Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa rerata hasil berat basah umbi Kultivar Tiron merupakan hasil yang terendah yaitu 4.60kg/100 tanaman diikuti Kultivar Biru yaitu 4.77kg/100 tanaman. Kemudian Kultivar Bima yaitu 4.97kg/100 tanaman dan Kultivar Bauji yaitu 7.45kg/100 tanaman. Kultivar Philip 7.96kg/100 tanaman dan Kultivar Kuning merupakan yang tertinggi yaitu 9.29kg/100 tanaman. Pembanding merupakan data berat basah umbi lapis tanaman bawang merah yang sehat dan tidak terserang Fusarium oxysporum f.sp. cepae. Berdasarkan hasil uji Duncant untuk hasil berat basah umbi dari Kultivar Tiron 4.60kg/100 tanaman, Kultivar Biru 4.77kg/100 tanaman, dan Kultivar Bima 4.97kg/100 tanaman tidak berbeda. Kultivar Bauji 7.45kg/100 berbeda dengan tanaman yang lainnya. Kultivar Philip 7.96kg/100 tanaman dan Kultivar Kuning 9.29kg/100 masing-masing tanaman berbeda.

Ada perbedaan hasil berat basah umbi antara kultivar bawang merah yang terserang Fusarium oxysporum f.sp. cepae penyebab penyakit moler karena perbedaan kadar air yang tersimpan didalam bagian tanaman dan kecilnya umbi

akibat terserang Fusarium oxysporum f.sp. cepae. Dugaan lain adalah karena adanya perbedaan karakteristik dalam jumlah produksi dari masing-masing kultivar bawang merah.

Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan tanggapan Kultivar bawang merah terhadap hasil berat kering umbi saat terserang Fusarium oxysporum f.sp. cepae penyebab penyakit moler.

Tabel 9. Selisih Berat Kering Umbi Lapis Bawang Merah Normal dengan Berat Kering Umbi Lapis Bawang Merah yang Terserang Fusarium oxysporum f.sp. cepae

Berat Kering Umbi Lapis Bawang Merah

(kg/100 tanaman) Jenis Kultivar Rerata Selisih Pembanding (kg/100 tanaman) Tiron 2.09 a 1.20 3.29 Biru 2.61 ab 1.10 3.71 Bima 2.80 ab 1.23 4.03 Bauji 3.63 b 2.00 5.63 Philip 3.82 b 3.15 6.97 Kuning 5.23 c 2.47 7.70

Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa rerata hasil berat kering umbi Kultivar Tiron merupakan hasil yang terendah yaitu 2.09kg/100 tanaman diikuti Kultivar Biru yaitu 2.61kg/100 tanaman. Kemudian Kultivar Bima yaitu 2.80kg/100 tanaman dan Kultivar Bauji yaitu 3.63kg/100 tanaman. Kultivar Philip 3.82kg/100 tanaman dan tertinggi Kultivar Kuning yaitu 5.23kg/100 tanaman. Pembanding merupakan data berat kering umbi lapis tanaman bawang merah yang sehat dan tidak terserang Fusarium oxysporum f.sp. cepae. Berdasarkan hasil uji Duncant untuk hasil berat kering umbi dari Kultivar Tiron 2.09kg/100 tanaman berbeda dengan tanaman yang

lainnya. Kultivar Biru 2.61kg/100 tanaman dan Kultivar Bima 2.80kg/100 tanaman tidak berbeda. Kultivar Bauji 3.63kg/100 tanaman dan Kultivar Philip 3.82kg/100 tanaman tidak berbeda. Kultivar Kuning 5.23kg/100 tanaman berbeda dengan tanaman lainnya.

Ada perbedaan hasil berat kering umbi antar kultivar bawang merah yang terserang Fusarium oxysporum f.sp. cepae penyebab penyakit moler karena perbedaan kadar air yang tersimpan didalam bagian tanaman dan kecilnya umbi akibat terserang Fusarium oxysporum f.sp. cepae. Dugaan lain adalah karena adanya perbedaan karakteristik dalam jumlah produksi dari masing-masing kultivar bawang merah.

Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan tanggapan Kultivar bawang merah terhadap hasil susut bobot umbi saat terserang Fusarium oxysporum f.sp. cepae penyebab penyakit moler.

Tabel 10. Selisih Susut Bobot Umbi Lapis Bawang Merah Normal dengan Susut Bobot Umbi Lapis Bawang Merah yang Terserang Fusarium oxysporum f.sp. cepae

Susut Bobot Umbi Lapis Bawang Merah

(kg/100 tanaman) Jenis Kultivar Rerata Selisih Persentase (%) Pembanding (kg/100 tanaman) Biru 2.15 a 0.91 45.17 1.24 Bima 2.17 a 1.06 43.65 1.11 Tiron 2.50 a 1.09 54.44 1.41 Bauji 3.82 b 1.94 51.32 1.88 Kuning 3.48 b 1.33 43.70 2.15 Philip 4.14 b 2.17 52.04 1.97

Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa rerata hasil susut bobot umbi Kultivar Biru merupakan hasil yang terendah yaitu 2.15kg/100 tanaman diikuti Kultivar Bima yaitu 2.17kg/100 tanaman. Kemudian Kultivar Tiron yaitu 2.50kg/100 tanaman dan Kultivar Bauji yaitu 3.82kg/100 tanaman. Kultivar Kuning 3.48kg/100 tanaman dan tertinggi Kultivar Philip yaitu 4.14kg/100 tanaman. Pembanding merupakan data susut bobot umbi lapis tanaman bawang merah yang sehat dan tidak terserang Fusarium oxysporum f.sp. cepae. Berdasarkan hasil uji Duncant untuk hasil susut bobot umbi dari Kultivar Biru 2.15kg/100 tanaman, Kultivar Bima 2.17kg/100 tanaman, dan Kultivar Tiron 2.50kg/100 tanaman tidak berbeda. Kultivar Bauji 3.82kg/100, Kultivar Kuning 3.48kg/100, dan Kultivar Philip 4.14kg/100 tidak berbeda.

Ada perbedaan hasil susut bobot umbi antar kultivar bawang merah yang terserang Fusarium oxysporum f.sp. cepae penyebab penyakit moler karena perbedaan kadar air yang tersimpan didalam bagian tanaman dan kecilnya umbi akibat terserang Fusarium oxysporum f.sp. cepae. Dugaan lain adalah karena adanya perbedaan karakteristik dalam jumlah produksi dari masing-masing kultivar bawang merah.

V. KESIMPULAN dan SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Terjadi perbedaan tanggapan masing-masing Kultivar bawang merah terhadap serangan Fusarium oxysporum f.sp. cepae sesuai parameter periode inkubasi, intensitas penyakit, panjang tanaman, jumlah daun, dan hasil umbi.

2. Tanaman bawang merah Kultivar Bauji, Kultivar Kuning, dan Kultivar Tiron merupakan tanaman bawang merah tahan terhadap serangan Fusarium oxysporum f.sp. cepae. Kultivar Philip merupakan tanaman bawang merah agak tahan terhadap serangan Fusarium oxysporum f.sp. cepae.

3. Rerata persentase intensitas penyakit pada tiap-tiap Kultivar: Intensitas penyakit Kultivar Bauji 0.64%, intensitas penyakit Kultivar Tiron 2.17%, dan intensitas penyakit Kultivar Kuning 4.67%, sehingga tergolong kategori tidak ada serangan. Kultivar Philip persentase intensitas penyakit tertinggi 11.00%, sehingga tergolong kategori serangan sedang.

4. Periode inkubasi serangan Fusarium oxysporum f.sp. cepae terhadap tanaman bawang merah tercepat Kultivar Bima 20 Hst sedangkan terlama Kultivar Bauji 26 Hst.

5. Panjang tanaman bawang merah Kultivar Tiron terpanjang 26.90cm dan Kultivar Bima terpendek 14.10cm. Jumlah daun tanaman bawang merah Kultivar Tiron terbanyak 35.20 helai per rumpun dan Kultivar Bima tersedikit 19.84 helai per

rumpun. Hasil umbi tanaman bawang merah Kultivar Kuning lebih unggul, karena Kultivar Kuning memiliki berat kering umbi lapis terberat 5.23kg/100 tanaman. Berat kering umbi lapis Kultivar Tiron teringan 2.09kg/ 100 tanaman.

6. Cuaca / Lingkungan sangat berpengaruh terhadap tingkat serangan Fusarium oxysporum f.sp. cepae pada tanaman bawang merah dan tingkat ketahanan tanaman bawang merah terhadap serangan Fusarium oxysporum f.sp. cepae. B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menyarankan :

1. Penanaman Bawang Merah dilakukan pada kondisi lingkungan yang ideal dan menanam Kultivar yang tahan terhadap serangan Fusarium oxysporum f.sp. cepae agar intensitas serangan penyakit rendah dan hasil produksi menjadi optimal.

2. Untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal disarankan untuk menggunakan kultivar Bauji, Kuning, dan Tiron.

Dokumen terkait