• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

1. Gulungan tali pancing 2.Mata pancing

3. Pemberat 2

1

Menurut Partosuwiryo (2008), bahan pokok untuk pembuatan bubu adalah bamboo, kayu, atau rotan, tetapi ada juga yang dari kawat. Sebuah bubu yang besar memiliki ukuran panjang ± 180 cm, lebar 140 cm, tinggi 60-70 cm, dan garis tengah bagian luar untuk lubang masuknya ikan ±95 cm. pada bagian bawah bubu diberi landasan untuk mulai menempatkan batu-batu pemberat. Saat ini berkembang bubu lipat. Bingkainya terbuat dari besi dan untuk melipatnya dipasang engsel, sedangkan rongganya diberi bahan jaring polyamide atau polyethylene.

Menurut Martasuganda (2003) diacu oleh Mahulette (2004) teknologi penangkapan ikan dengan menggunakan bubu banyak dilakukan hampir diseluruh dunia mulai dari skala kecil, menengah sampai dengan skala besar. Perikanan bubu skala kecil atau menengah umumnya ditujukan untuk menangkap kepiting, udang, keong, dan ikan dasar di perairan yang tidak begitu dalam, sedangkan perikanan bubu skala menengah dan besar biasanya dilakukan dilepas pantai yang ditujukan untuk menangkap ikan dasar, kepiting, atau udang pada kedalaman 20-700 m. desain bubu terbuat dari plastik, besi, dan baja.

Alat ini dapat dibuat dari anyaman bamboo (bamboo netting), anyaman rotan (rattan netting), dan anyaman kawat (wire netting). Bentuknya bermacam0macam, ada yang seperti selinder, setengah lingkaran, empat persegi panjang, segitiga memanjang, dan sebagainya. Dalam pengoperasiannya dapat memakai umpan atau tanpa umpan (Sudirman dan Mallawa, 2000). Alat tangkap bubu dapat dilihat pada Gambar 6.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi perikanan yang besar dan beragam. Indonesai memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan 70% dari luas Indonesia adalah lautan (5,8 juta km2) Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan Laut melaporkan bahwa potensi lestari sumberdaya perikanan laut Indonesia adalah sebesar 6,4 Juta ton/tahun dengan porsi terbesar dari jenis ikan pelagis kecil yaitu sebesar 3,2 juta ton pertahun (52,54 %), jenis ikan demersal 1,8 juta ton pertahun (28,96%) dan perikanan pelagis besar 0,97 juta ton pertahun (15,81%) Potensi sumberdaya perikanan yang sangat besar tersebut sesungguhnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tapi sampai saat ini potensi tersebut belum dioptimalkan (Efendy, 2001 diacu oleh Sutanto, 2005).

Undang-Undang No. 22 tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah memeberikan kewenangan lebih besar kepada daerah dalam hal ini kabupaten/kota dan provinsi dalam memanfaatkan dan mengelola kekayaan alam yang ada dalam wilayahnya masing-masing. Hal ini menjadi penting bagi pengelolaan laut dan perikanan, karena undang-undang tersebut memberikan wilayah laut pada provinsi sejauh 12 mil dari garis pasang surut kea rah laut, serta kewenangan mengelola bagi kabupaten/kota sejauh sepertiga dari wilayah laut provinsi.

Kabupaten Asahan terbilang memiliki sumberdaya yang begitu besar, khususnya sumberdaya perikanan yang berada di Desa Bagan Asahan Kecamatan

Tanjung Balai. Desa Bagan Asahan terletak dimuara Sungai Asahan yang berhadapan langsung dengan laut Selat Malaka, letaknya yang strategis menjadikan Desa Bagan Asahan menjadi tempat potensial perikanan yang tinggi bagi para pengusaha yang bergerak dalam bidang agro bisnis perikanan. Desa Bagan Asahan dikenal sebagai desa penghasil sumberdaya perikanan. Seperti udang, ikan, kepiting, kerang dan berbagai jenis hasil laut.

Aktivitas penangkapan ikan sudah sangat memprihatinkan, karena adanya aktivitas penangkapan dengan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dan adanya penambahan alat tangkap yang jika tidak dikelola dengan baik dalam jangka panjang akan mendatangkan bencana kerusakan sumberdaya di kemudian hari tetapi memberikan keuntungan kepada nelayan dan pemerintah. Menurut Latuconsina (2007) Aktivitas penangkapan ikan di Indonesia telah mendekati kondisi kritis, akibat tekanan penangkapan dan tingginya kompetisi antar alat tangkap dan telah menyebabkan menipisnya stok sumberdaya ikan. Sehingga nelayan mulai melakukan modifikasi alat tangkap untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal termasuk menggunakan teknologi penangkapan yang merusak atau tidak ramah lingkungan.

Di Desa Bagan Asahan masih belum pernah dilakukan penelitian tentang identifikasi alat tangkap ramah lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai jenis alat tangkap dan produktivitas yang di hasilkan dari masing-masing alat tangkap tersebut.

Kerangka pemikiran

Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang besar untuk dimanfaatkan. Dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan tersebut khususnya di Desa Bagan Asahan harus memperhatikan jenis alat tangkap yang digunakan, alat tangkap tersebut harus sesuai dengan kriteria alat tangkap ramah lingkungan, kriteria alat tangkap yaitu, sangat tidak ramah lingkungan, tidak ramah lingkungan, ramah lingkungan dan sangat ramah lingkungan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelestarian laut. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian Pemanfaatan

sumberdaya perikanan

Alat tangkap

Identifikasi alat tangkap

Sangat ramah lingkungan Ramah lingkungan Tidak ramah lingkungan Sangat tidak ramah lingkungan Kelestarian laut Produksi perikanan

Perumusan Masalah

Seiringnya bertambahnya jumlah penduduk nelayan akan sangat berpengaruh terhadap jenis alat tangkap yang mereka modifikasi dan semakin banyak alat tangkap yang dibuat para nelayan, sehingga dapat dapat menimbulkan masalah pada daerah penangkapan ikan dan hasil tangkapan yang berlebihan. Dapat kita simpulkan perumusan masalah dalam penelitian dapat dilihat sebagai berikut:

1. Apakah jenis hasil hasil tangkapan yang didapat oleh nelayan ?

2. Apakah jenis- jenis alat tangkap yang dipakai oleh neyan termasuk yang ramah lingkungan atau tidak?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengestimasi produktivitas berbagai jenis alat tangkap yang digunakan nelayan.

2. Mengidentifikasi jenis-jenis alat tangkap yang ramah lingkungan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, khususnya mengenai alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan.

ABSTRAK

AZNIA MARLINA SIMA. Identifikasi Alat Tangkap Ikan Ramah Lingkungan di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai. Dibimbing oleh YUNASFI dan ZULHAM APANDY HARAHAP.

Kabupaten Asahan memiliki sumberday perikanan yang besar. Hal ini

didukung dengan garis pantai Kabupaten Asahan mencapai sekitar ± 58 Km, Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai terletak di muara sungai Asahan yang berhadapan langsung dengan laut Selat Malaka. Sehingga para nelayan Desa Bagan Asahan banyak mengelola hasil perikanan di Selat Malaka dengan alat tangkap yang paling banyak digunakan oleh nelayan Bagan Asahan adalah jaring insang, jaring insang dasar, rawai, pancing dan perangkap (bubu) untuk mengindentifikasi alat tangkap termasuk ramah lingkungan atau tidak ramah lingkungan dan mengetahui hasil produksi dari alat tangkap tersebut.

Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai termasuk alat tangkap sangat ramah lingkungan dan ramah lingkungan. Hasil penelitian alat tangkap jaring insang dan pancing termasuk alat tangkap yang sangat ramah lingkungan sedangkan alat tangkap jaring insang dasar, rawai, dan perangkap (bubu) termasuk jenis alat tangkap yang ramah lingkungan. Dengan hasil produksi yang diperoleh keseluruhan tiap alat tangkap yaitu alat tangkap jaring insang dengan hasil tangkapan sebanyak 509.7 kg/bulan, alat tangkap jaring insang dasar sebanyak 1469.2 kg/bulan, alat tangkap rawai dan pancing sebanyak 404,89 kg/bulan, dan alat tangkap perangkap (bubu) sebanyak 959.6 kg/bulan.

ABSTRACT

AZNIA MARLINA SIMA. Identification of environmentally fishing gear in Bagan Asahan Village, sub-district Tanjung Balai. This research was suvervised YUNASFI AND ZULHAM.

District Asahan has a large fishery resources. This issupported by the District Asahan horeline reach to ± 58 km. Bagan Asahan Village sub-district of Tanjung Balai is locatd at the mouth of the Asahan river directly opposite with the Strait of Malacca. Fisherman from Bagan Asahan Village catching fish by using gears. The most widely used fishing gears were gill net, ground gill net, longline, fishing rod, and traps (bubu). The purpose of this research was to identify fishing gear, included in the category ofeco-friendly or not and to find out the production of the fishing gear.

Fishing gear that used by fisherman of Bagan Asahan Village included into very environmentally friendly fishing gear and environmentally friendly. The result showed gill net and fishing grod was categorized into a very friendly environment, while the ground gill net, longline and traps was categorized into types of environmentally friendly fishing gear. Overall yield obtained for eachgear was. Gill net yield was 509.7 kg/month, ground gill net was 1469.2 kg/month, longline and fishing grod was 404.89 kg/month and traps (bubu) was 959.6 kg/month.

ABSTRAK

AZNIA MARLINA SIMA. Identifikasi Alat Tangkap Ikan Ramah Lingkungan di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai. Dibimbing oleh YUNASFI dan ZULHAM APANDY HARAHAP.

Kabupaten Asahan memiliki sumberday perikanan yang besar. Hal ini

didukung dengan garis pantai Kabupaten Asahan mencapai sekitar ± 58 Km, Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai terletak di muara sungai Asahan yang berhadapan langsung dengan laut Selat Malaka. Sehingga para nelayan Desa Bagan Asahan banyak mengelola hasil perikanan di Selat Malaka dengan alat tangkap yang paling banyak digunakan oleh nelayan Bagan Asahan adalah jaring insang, jaring insang dasar, rawai, pancing dan perangkap (bubu) untuk mengindentifikasi alat tangkap termasuk ramah lingkungan atau tidak ramah lingkungan dan mengetahui hasil produksi dari alat tangkap tersebut.

Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai termasuk alat tangkap sangat ramah lingkungan dan ramah lingkungan. Hasil penelitian alat tangkap jaring insang dan pancing termasuk alat tangkap yang sangat ramah lingkungan sedangkan alat tangkap jaring insang dasar, rawai, dan perangkap (bubu) termasuk jenis alat tangkap yang ramah lingkungan. Dengan hasil produksi yang diperoleh keseluruhan tiap alat tangkap yaitu alat tangkap jaring insang dengan hasil tangkapan sebanyak 509.7 kg/bulan, alat tangkap jaring insang dasar sebanyak 1469.2 kg/bulan, alat tangkap rawai dan pancing sebanyak 404,89 kg/bulan, dan alat tangkap perangkap (bubu) sebanyak 959.6 kg/bulan.

ABSTRACT

AZNIA MARLINA SIMA. Identification of environmentally fishing gear in Bagan Asahan Village, sub-district Tanjung Balai. This research was suvervised YUNASFI AND ZULHAM.

District Asahan has a large fishery resources. This issupported by the District Asahan horeline reach to ± 58 km. Bagan Asahan Village sub-district of Tanjung Balai is locatd at the mouth of the Asahan river directly opposite with the Strait of Malacca. Fisherman from Bagan Asahan Village catching fish by using gears. The most widely used fishing gears were gill net, ground gill net, longline, fishing rod, and traps (bubu). The purpose of this research was to identify fishing gear, included in the category ofeco-friendly or not and to find out the production of the fishing gear.

Fishing gear that used by fisherman of Bagan Asahan Village included into very environmentally friendly fishing gear and environmentally friendly. The result showed gill net and fishing grod was categorized into a very friendly environment, while the ground gill net, longline and traps was categorized into types of environmentally friendly fishing gear. Overall yield obtained for eachgear was. Gill net yield was 509.7 kg/month, ground gill net was 1469.2 kg/month, longline and fishing grod was 404.89 kg/month and traps (bubu) was 959.6 kg/month.

IDENTIFIKASI ALAT TANGKAP IKAN RAMAH

Dokumen terkait