• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2.2 Hasil Tangkapan (kg) per Trip

Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi langsung di lapangan, hasil tangkapan total kelong tancap yang menggunakan rumpon sebesar 1086,9 kg. Hasil tangkapan terbesar diperoleh pada ulangan / trip ke 8 yakni 176,8 kg dan diikuti pada trip ke 9 yakni 116,4 kg. Kenaikan hasil tangkapan meningkat sejak trip ke 5 hingga trip 10 hal ini mungkin dikarenakan fungsi rumpon sebagai pengumpul ikan disaat siang hari telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Kondisi bulan juga sangat mempengaruhi, karena pada hari- hari tersebut fase bulan yang terjadi adalah fase gelap, dimana cahaya bulan yang masuk ke dalam air relatif tidak ada sehingga perairan menjadi gelap (Susilo, 1993) dan fungsi lampu bekerja maksimal.

Tingkah laku ikan disekitar rumpon secara umum ada 2, yang pertama adalah tingkah laku ikan untuk berlindung. Ruang-ruang pada rumpon sangat disukai oleh ikan pelagis kecil untuk berlindung dari kejaran pemangsa. Kedua, tingkah laku ikan dalam mencari makan. Ikan- ikan yang berkumpul di rumpon antara lain disebabkan oleh proses pembentukan rantai makanan lokal. Kolonisasi oleh mikroorganisme, baik mikroba maupun mikroalga akan menarik perhatian juvenil ikan, ikan berukuran kecil, sampai ikan yang berukuran besar. Proses makan dan dimakan yang terjadi disekitar rumpon akan membentuk food web dengan sendirinya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, lokasi kelong tancap ini sering dilalui ruaya ikan. Banyak nelayan beranggapan bahwa salah satu pintu masuk datangnya ikan ke perairan Kawal adalah melalui perairan disekitar pulau Nikoi, yakni pulau terdekat dengan kedua kelong tancap dioperasikan. Dengan adanya rumpon permukaan (3 unit), maka diharapkan rumpon pada kelong tancap ini dijadikan sebagai tempat persinggahan sementara ikan- ikan yang melakukan ruaya.

Rata-rata tangkapan per trip kelong tancap dengan rumpon sebesar 67,93 kg. Nilai ini menunjukkan bahwa dari 16 trip operasi penangkapan yang dilakukan kelong tancap dengan rumpon mampu memperoleh hasil tangkapan ikan rata-rata 67,93 kg setiap trip penangkapan. Hasil tangkapan total pada kelong tancap dengan rumpon tersebut mungkin dipengaruhi oleh kondisi musim yakni musim selatan yang berlangsung dari bulan Juni sampai Agustus, dimana saat ini angin bertiup semakin tenang begitu pula

dengan gelombang laut, namun kadang-kadang bertiup angin ribut dan menimbulkan gelombang besar.

Berat hasil tangkapan tiap trip pada kelong tancap dengan menggunakan rumpon dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :

Tabel 7 Berat hasil tangkapan tiap trip kelong tancap dengan rumpon

Hasil Tangkapan/trip

Ulangan Tanggal kelong tancap dengan rumpon %

(kg) 1 09 Juli 2004 35,40 3,26 2 10 Juli 2004 31,10 2,86 3 11 Juli 2004 26,30 2.42 4 12 Juli 2004 43,90 4,04 5 13 Juli 2004 88,70 8,16 6 14 Juli 2004 82,50 7,59 7 15 Juli 2004 78,70 7,24 8 16 Juli 2004 176,80 16,27 9 17 Juli 2004 116,40 10,71 10 18 Juli 2004 107,20 9,86 11 19 Juli 2004 31,50 2,90 12 21 Juli 2004 36,15 3,33 13 22 Juli 2004 34,40 3,16 14 23 Juli 2004 33,40 3,07 15 24 Juli 2004 111,20 10,23 16 26 Juli 2004 53,25 4,90 Total 1086,90 100 Rata-Rata (kg/trip) 67,93

Pada trip 4 dan 11 hasil tangkapan kelong tancap dengan rumpon lebih sedikit dibandingkan bagan kontrol karena pada trip tersebut keadaan cuaca sangat buruk, gelombang dan arus sangat kuat, pengadukan substrat dasar perairan mengakibatkan air menjadi keruh. Cahaya lampu yang digunakan sebagai pemikat utama untuk penangkapan tidak merambat secara sempurna.

Hal ini tidak saja dialami oleh kedua kelong tancap namun juga dialami bagan tancap milik nelayan lain. Bila dibandingkan antara kelong tancap dengan rumpon dan tanpa rumpon hasil tangkapan kelong tancap dengan rumpon memang lebih sedikit, hal ini mungkin dikarenakan arus yang kuat mengakibatkan ikan-ikan yang ada di sekitar rumpon tetap berada di rumpon untuk berlindung dan cenderung tidak mendekati sumber cahaya.

Pada trip 15 hasil tangkapan besar (111,2 kg) hal ini mungkin dikarenakan kondisi perairan, terutama gelombang dan angin sangat mendukung untuk kegiatan operasi penangkapan. Kondisi gelombang dan angin yang tenang biasanya tidak menimbulkan arus yang kuat, sehingga pengadukan substrat oleh arus cenderung kecil dan tidak membuat air menjadi keruh. Kondisi perairan yang tenang cenderung disukai ikan, arus yang tidak terlalu kuat sangat menentukan keefektifan rumpon karena plankton tidak hilang terbawa air.

Pada alat tangkap yang mengandalkan cahaya, kondisi perairan yang cerah sangat baik untuk menarik perhatian ikan (fototaksis positif). Cahaya yang digunakan sebagai atraktor dapat merambat secara maksimal. Jarak pandang ikan tidak terganggu oleh kekeruhan air.

Berat hasil tangkapan tiap trip pada kelong tancap tanpa rumpon dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini :

Tabel 8 Berat hasil tangkapan tiap trip kelong tancap tanpa rumpon

Hasil tangkapan/trip

Ulangan Tanggal kelong tancap tanpa rumpon %

(kg) 1 09 Juli 2004 28,70 4,29 2 10 Juli 2004 27,30 4,08 3 11 Juli 2004 23,10 3,45 4 12 Juli 2004 45,70 6,83 5 13 Juli 2004 37,80 5,65 6 14 Juli 2004 24,60 3,68 7 15 Juli 2004 37,20 5,56 8 16 Juli 2004 92,35 13,81 9 17 Juli 2004 76,60 11,45 10 18 Juli 2004 80,70 12,06 11 19 Juli 2004 33,10 4,95 12 21 Juli 2004 34,80 5,20 13 22 Juli 2004 27,20 4,07 14 23 Juli 2004 29,00 4,34 15 24 Juli 2004 33,30 4,98 16 26 Juli 2004 37,50 5,61 Total 668,95 100 Rata-Rata (kg/trip) 41,81

Seperti yang telah dijelaskan pada bab metodologi, pengertian kelong tancap kontrol adalah kelong tancap yang tidak menggunakan alat bantu rumpon. Hasil tangkapan total kelong tancap tanpa rumpon yaitu 668,95 kg, dengan rata-rata tangkapan

per trip adalah 41,81 kg. Pada Tabel 8 terlihat bahwa hasil tangkapan tiap trip lebih sedik it bila dibandingkan dengan hasil tangkapan kelong tancap dengan rumpon. Hasil tangkapan terbesar kelong tancap tanpa rumpon diperoleh pada trip ke-8 yaitu sebesar 92,35 kg dan diikuti trip ke-10 sebesar 80,7 kg.

Pada fase bulan gelap yang terjadi sekitar trip ke-5 sampai trip ke-10 hasil tangkapan kelong tancap tidak sesuai dengan yang diharapkan, sedangkan kondisi perairan pada saat itu diasumsikan sama di setiap wilayah perairan. Hal ini mungkin dikarenakan ikan disekitar kelong tancap tersebut tidak terkonsentrasi.

Pada pokok bahasan ini juga terbukti bahwa penelitian yang dilakukan Zulkarnain (2002) sama dengan penelitian yang dilakukan di daerah Kawal. Hasil tangkapan per trip pada kedua penelitian ini menunjukkan bahwa berat hasil tangkapan per trip bagan apung dan kelong tancap yang menggunakan rumpon lebih besar dari pada bagan apung dan kelong tancap yang tidak menggunakan rumpon.

Perbandingan hasil tangkapan pada kedua kelong tancap dijelaskan pada Gambar 9 berikut ini : 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Trip operasi yang dilakukan

Hasil tangkapan tiap trip

(Kg)

dengan rumpon tanpa rumpon Gambar 9 Perbandingan hasil tangkapan pada kedua kelong tancap

Untuk mengetahui sebaran dari populasi yang diselidiki, maka dilakukan uji kenormalan Liliefors. Dari hasil uji kenormalan, diketahui bahwa data hasil tangkapan kelong tancap kontrol dan kelong tancap perlakuan menunjukkan populasi yang tidak menyebar dengan normal. Pada uji kenormalan kelong tancap kontrol diperoleh Lmaks = 0,534 sedangkan untuk kelong tancap perlakuan diperoleh Lmaks = 0,487. Kedua nilai ini

lebih besar bila dibandingkan dengan Ltabel yakni 0,25. Hal ini berarti data hasil tangkapan kelong tancap kontrol dan kelong tancap perlakuan tidak menyebar normal, maka tahap berikutnya adalah pengujian data dengan uji statistika non parametrik, yaitu uji Wilcoxon. Pengujian kenormalan dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8.

Hipotesis yang digunakan untuk uji ini adalah penambahan rumpon pada pengoperasian kelong tancap tidak berpengaruh terhadap peningkatan hasil tangkapan ikan (sebagai Ho), dan penambahan rumpon pada pengoperasian kelong tancap berpengaruh nyata terhadap peningkatan hasil tangkapan (sebagai H1).

Berdasarkan hasil pengujian pada Lampiran 9 tentang uji peringkat bertanda Wilcoxon (pada bagian signed ranks test), terlihat bahwa dari 16 data terdapat 14 data memiliki beda nilai negatif, dan 2 data memiliki beda positif, dan tidak ada yang memiliki beda nilai sama dengan nol atau data yang memiliki nilai sama. Pada tabel tersebut T hitung yang diperoleh adalah 5. Menurut tabel Wilcoxon, untuk jumlah data 16, uji satu arah dengan selang kepercayaan ( ) = 5% T tabel yang diperoleh adalah 30. Dengan demikian T hitung (5) < T tabel (30), maka tolak Ho. Hal ini berarti perbandingan total tangkapan antara kelong tancap dengan rumpon dan kelong tancap tanpa rumpon berbeda nyata. Dengan kata lain penambahan rumpon pada kelong tancap berpengaruh nyata terhadap peningkatan hasil tangkapan ikan.

Pada Tabel Wilcoxon signed ranks test nilai z hitung adalah -3,258, sedangkan z

tabel yang dihitung dengan selang kepercayaan ( ) = 5% pada kur va normal adalah 50% - 5% = 45% atau 0,45. Pada tabel z, untuk luas 0,45 diperoleh angka z tabel sebesar – 1,645. Oleh karena nilai z hitung (-3,258) > dari z tabel (–1,645), maka tolak Ho, nilai negatif hanya menyesuaikan dengan nilai z output, dan tidak melambangkan besar kecilnya nilai yang diperoleh. Hal ini berarti bahwa perbandingan total hasil tangkapan antara kelong tancap dengan rumpon dan kelong tancap tanpa rumpon berindikasi memiliki perbedaan nyata, dengan kata lain penggunaan rumpon pada kelong tancap berpengaruh nyata terhadap peningkatan hasil tangkapan ikan.

Untuk nilai probabilitas dari tabel Wilcoxon signed ranks test, diperoleh nilai asymp.sig.(2-tailed)/asymptotic significance adalah 0,001 (uji dua arah), nilai probabilitas untuk satu arahnya dapat diperoleh dari 0,001/2 yakni 0,0005. Nilai probabilitas ini (0,0005) ternyata < 0,05 maka tolak Ho, artinya perbandingan total hasil tangkapan

antara kelong tancap dengan rumpon dan kelong tancap tanpa rumpon berindikasi memiliki perbedaan nyata, dengan kata lain penambahan rumpon pada kelong tancap berpengaruh nyata terhadap peningkatan hasil tangkapan ikan.

Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian Zulkarnain (2002), penggunaan rumpon pada bagan apung juga memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan hasil tangkapan ikan.

Dokumen terkait