• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Hasil Tindakan/Penelitian

4.1.5 Hasil Tindakan

Perbandingan hasil tes siklus I dan siklus IIterlihat ada peningkatan yang cukup signifikan, baik dilihat dari ketuntasan belajar maupun hasil perolehan nilai rata-rata kelas.Sejumlah 27 siswa sangat baik dilihat pada Kriteria Ketuntasan Minimalnya (KKM) hampir keseluruhannya sudah mencapai diatas 70.

Secara umum dari hasil pengamatan dan tes kondisi awal hingga siklus II, dapat disimpulkan bahwa melalui Penerapan Model Pembelajaran Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang daur air di kelas V SD Negeri Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti KotaSalatiga semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.

4.1.5 Hasil Tindakan

Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui melalui Penerapan Model Pembelajaran tipe Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang materi daur air di kelas V SD Negeri Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti KotaSalatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Peningkatan nilai rata-rata yaitu 65 pada kondisi awal menjadi 73 pada siklus I dan menjadi 85 pada siklus II. nilai rata-rata siklus I meningkat 8% dari kondisi awal, dan nilai rata-rata siklus II meningkat 12% dari siklus 1. Secara keseluruhan dari kondisi awal sampai akhir tindakan siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 20%. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus 1 ada peningkatan sebesar 41% dari kondisi awal, dan siklus II meningkat 9% dari siklus 1. Secara keseluruhan dari kondisi awal sampai akhir siklus II ketuntasan belajar meningkat sebesar 70% dari kondisi awal.

Hasil belajar siswa dari kondisi awal sampai dengan siklus II dapat ditunjukkan pada

tabel 4.12 berikut ini.

Tabel 4.12 Hasil Belajar Siswa

Pada Kondisi Awal Siklus I dan Siklus II

No Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

45

2 Nilai Terendah 40 50 70

3 Nilai Rata-Rata 65 73 85

4 Ketuntasan Belajar 26% 67% 100%

Sumber. Data yang diollah

Peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal sampai dengan siklus II dapat ditunjukkan pada tabel 4.13 berikut ini.

Tabel 4.13

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dari Kondisi Awal sampai Kondisi Akhir

No

Hasil Belajar Siswa

Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Kondisi pra siklus ke siklusI Siklus I ke Siklus II Kondisi pra siklus ke siklus II 1. Nilai rata-rata 8% 12% 20% 2. Ketuntasan belajar 26% 67% 100%

Sumber. Data yang diolah

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran terdapat perubahan positif pada siswa terutama aktifitas dalam mengikuti pembelajaran dan keberanian menyampaikan kesulitannya.

Berdasarkan pengamatan terhadap hasil belajar dan pengamatan terhadap proses pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan Penerapan Model Pembelajaran Tipe Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang materi Daur air di kelas V SD Negeri Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti KotaSalatiga semester II tahun pelajaran 2013/2014.

4.1.6 Pembahasan

Berdasarkan analisis data hasil belajar terhadap siswa kelas V SDN Mangunsari 05 pada mata pelajaran IPA, dapat diketahui juga adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Discovery. Berdasarkan pada teori tersebut maka penulis dapat menerapkan metode pembelajaran discovery dalam

46

meningkatkan kompetensi belajar siswa kelas V SDN Mangunsari 05 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran IPA. Sesuai dengan karakteristik metode discovery dalam pembelajaran sains yang menuntut pola pembelajaran aktif, kreaktif, dan komperhensif, karena dapat melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri kebutuhan belajarnya serta menanamkan kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup.dengan asas pembelajaran aktif yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa secara optimal sehngga siswa mampu menguasai pengetahuan dan ketermpilan yang lebih efektif dan efisien. peningkatan hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat dari hasil nilai siklus I dan siklus II. Pada pra siklus diketahui siswa yang mendapat nilai diatas Kategori Ketuntasan Minimal (KKM ≥70) atau dikatakan tuntas adalah 7 siswa (26%) kemudian meningkat pada siklus I menjadi 18 siswa (67%) dan kemudian meniingkat lagi pada siklus II menjadi 27 siswa (100%). Pada pra siklus diketahui siswa yang mendapat nilai dibawah Kategori Ketuntasan Minimal (KKM ≥70) atau dikatakan tidak tuntas adalah 20 siswa (74%). Kemudian menurun pada siklus I menjadi 9 siswa (33%). Pada siklus I siswa tuntas belajar adalah 18 siswa (67%) lebih rendah dari indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% siswa tuntas beajar. Jadi pada siklus I hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, berdasarkan hasil refleksi pada saat pembelajarran siklus I hal ini dapat disebabkan karena guru belum mengelola waktu pembelajaran dengan baik terutama pada saaat membimbing siswa dalam melakukan sharing. Pembelajaran siklus I belum mecapai indikator keberhasilan sehingga diberikan tindakan pada siklus II. Pada siklus II siswa tuntas belajar adalah 27 siswa (100%) lebih tinggi dari indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% siswa tuntas belajar. Jadi pada siklus II hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yang berarti melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe discovery dapat mmeningkatkan hasil belajar siswa. Hasil ini mengindikasikan bahwa model pembelajaran,terutama pembelajaran IPA. Metode pembelajaran ini cocok diterapkan, dalam metode ini karena memicu siswa untuk lebih mudah memahami materi pembelajaran.

Disimpulkan bahwa metode Discovery adalah cara penyajian pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi tanpa bantuan gurudengan menghadapkan siswa pada suatu masalah, untuk menemukan penyebabnya dengan melalui pelacakan data atau informasi pemikiran logis, kritis, dan sistematis dalam rangka mencapai tujuan pengajaran, denganmembuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.

47

Langkah-langkah metode Discovery menurut Gilstrap (1975) (dalam Prayitno, 2008) adalah: (a) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan penemuan, (b) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajarai, (c) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan, (d) Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan penemuan, (e) menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan, (f) Mengecek pengertian siswa tentang maslah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan, (g) Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan, (h) memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut, (i) Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum, (j) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya, walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri, (k) memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya, (l) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (m) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan, (n) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul, (o) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana, (p) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandanganan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar, (q) Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alas an dan fakta, (r) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri, (s) membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan, (t) Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya.

48

Sedangkan langkah-langkah menurut Richard Scuhman (dalamPrayitno 2008) adalah :(a) identifikasi kebutuhan siswa, (b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari, (c) Seleksi bahan, dan problema serta tugas-tugas, (d) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa, (e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan, (f) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa, (g) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, (h) Membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan oleh siswa, (i) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (j) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa, (k) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan, (l) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode Discovery menurut Walter Klinger, SEQIP (1997) (dalamWahyudi, 2008) adalah sebagai berikut

1. Motivasi, bertujuan menuntun siswa kearah materi pendidikan, untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa, antusiasme dan kesediaan belajar siswa

2. Perumusan masalah, bertujuan memfokuskan perhatian siswa agar mengenali masalah yang akan dibahas.

3. Penyusunan opini-opini, siswa berdasarkan penagalaman atau iterpretasinya sehingga dapat memberikan dasar penyampaian materi.

4. Perencanaan dan kontruksi alat, bertujuan merencanakan dan mengkontruksi suatu perangkat percobaan yang berfungsi, yang memungkinkan verifikasi atau penolakan hipotesa dan penentuan salingketerkaitan antara parameter –parameter yang relevan 5. Pelaksanaan percobaan, langkah percobaan merupakan titik perhatian pengajaran

fisika. Jawaban terhadap pertanyaan ilmiah disini akhirnya akan ditemukan melalui pengalaman percobaan menggunakan peralatan yang khusus dikembangkan untuk tujuan ini.

6. Kesimpulan, suatu generalisasi dari hasil percobaan yang akan membawa pengetahuan ilmiah yang baru

7. Abstraksi, abstraksi merupakan perumusan pengetahuan terperinci tertentu yan peroleh melalui kasus khusus dalam rangka melakukan penelitian untuk mencapai syarat-syarat umum. Abstraksi merupakan suatu idealisasi dan suatu generalisasi sejumlah pernyataan yang menggunakan istilah-istilah teknis terperinci dan konsep-konsep yang tepat.

49

8. Konsolidassi pengetahuan, bertujuan agar siswa semakin menguasai pengetahuan yang baru diperoleh, untuk memungkinkan integrasi dan internalisasi pengetahuan itu kedalam struktur pengetahuan yang sudah ada.

Ketiga macam langkah-langkah tersebut peneliti menyusun mengkombinasikan dan menyimpulkan langkah- langkah penggunaan metode Discovery adalah sebagai berikut:

1. Memotivasi siswa

2. Mengidentifikasi dan Merumuskan masalah dari seleksi masalah yang ada.

3. Menyusun opini, problema serta tugas-tugasnya

4. Komunikasi dengan siswa untuk memperjelas problema yang akan dipelajari

5. Merencanakan dan konstruksi alat

6. Menyiapkan suatu kondisi yang mengandung masalah untuk di pecahkan

7. Mengecek pengertian dan pemahaman siswa 8. Memberi kesempatan siswa untuk menemukan

9. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, daninformasi yang ada

10.Siswa melakukan analisis sendiri 11.Memberi pujian pada siswa. 12.Merangsang interaksi antar siswa

13.Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya

14.Menyimpulkan

15.Konsolidasi pengetahuan, untuk memungkinkan integrasi dan internalisasi pengetahuan itu kedalam struktur pengetahuan yang sudah ada.

Dokumen terkait