15 BAB III
METODE PENELITIAN
Pada Bab III tentang metode penelitian ini, berturut-turut akan dibahas mengenai setting
penelitian, subyek penelitian, desain dalam PTK, Prosedur penilaian, teknik dan alat
pengumpulan data, teknik analisis data, indikator kinerja, prosedur penelitian, dan ruang
lingkup penelitian.
3.1.Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDMangunsari 05 dan dipinggir jalan raya.
Data siswa SD Negeri Mangunsari 05 Salatiga pada tahun ajaran 2013/2014 adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Data Siswa SD Negeri Mangunsari 05 Salatiga
No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 I 23 20 43
2 II 20 25 45
3 III 8 17 25
4 IV 28 12 40
5 V 9 18 27
6 VI 20 24 44
(Sumber : data yang diolah)
Kelas I berjumlah 43 siswa, kelas II berjumlah 45 siswa, kelas III 25 siswa, kelas IV
40 siswa, kelas V 27 siswa, dan kelas VI 44 siswa.kelas V adalah objek penelitian yang
berjumlah 27 siswa yang terdiri dari 9 laki-laki dan 18 perempuan.
Lebih rinci data personalia SD Negeri Mangunsari 05 Salatiga pada tahun pelajaran
2013/2014 disajikan pada tabel 1.5 berikut.
16
Siswa kelas V SD mangunsari 05 yang berjumlah 27 siswa.
3.2.Desain Penelitian
Bagan 3.2
DesainPenelitian (Arikunto, 2009)
Penelitian dilaksanakan dengan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas beberapa
siklus. Masing-masing dari siklus terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan
(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Tahapan-tahapan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Permintaan izin
Permintaan izin di SD Mangunsari 05 kepada Kepala Sekolah SD tersebut.
2. Observasi dan Wawancara
PERENCANAAN
SIKLUS I REFLEKSI
Pelaksanaan model pembelajaran
Discovery
PENGAMATAN AKTIVITAS guru dan siswa
PERENCANAAN
Pelaksanaan model pembelajaran
Discovery
REFLEKSI SIKLUS II
PENGAMATAN AKTIVITAS guru
17
Kegiatan observasi dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal
tentang SD Mangunsari 05 secara keseluruhan dan keadaan proses belajar mengajar mata
pelajaran IPA di kelas V.
3. Identifikasi masalah
Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kelas V di SD Mangunsari 05, pembelajaran
masih bersifat konvensional, sehingga siswa merasa jenuh dan bosan dalam proses belajar
mengajar. Siswa cenderung belajar dengan hafalan dari catatan yang diceramahkan dan
dicatat oleh guru. Dari hal ini, siswa tidak menguasai konsep yang diajarkan guru sehingga
prestasi belajarnya rendah. Dengan mengajak siswa untuk menemukan sendiri (Discovery)
diharapkan pembelajaran akan menjadi menyenangkan sehingga siswa mudah memahami
materi pembelajaran.
4. Menyusun rencana penelitian
Pada tahap ini peneliti menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh yang berupa
siklus tindakan kelas.
3.3. ProsedurPenelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas
dengan menerapkan metode Discovery yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, refleksi. Adapun tahap- tahap dari masing- masing siklus sebagai berikut:
3.4.1. Siklus I
1. pengamatan (observasi)
Pengamatan dilakukan oleh observer (guru kelas V) dengan mengamati kegiatan
pembelajaran.
2. Perencanaan
Peneliti mengidentifikasi data baik dari dokumentasi maupun dari observasi serta
wawancara dengan guru kelas V maupun kepala sekolah. Menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) dengan kompetensi ”Mendeskripsikan Hubungan Antara Sifat Bahan Dengan Bahan Penyusunnya” dengan menggunakan metode Discovery
Diantaranya adalah pada kegiatan awal guru memberikan motivasi, Mengidentifikasi
18
Pada kegiatan inti siswa diperjelas lagi tentang problema yang ada kemudian guru
menyiapkan kondisi yang mengandung masalah untuk dipecahkan, siswa akan menemukan sendiri “hubungan antara bahan dengan sifat bahan penyusunnya ”Dengan cara menganalisis sendiri dan interaksi antar siswa, sementara guru membantu merumuskan prinsip, prinsip
genreralisi atas penemuan siswa,
Pada kegiatan akhir guru dan siswa akan menyimpulkan hasil analisis siswa kemudian
dikonsolidasikan dengan pengetahuan yang ada.
3. Tindakan/ Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi kegiatan pembelajaran sesuai dengan
perencanaan tindakan. Langkah-langkah pelaksanan pembelajaran adalah sebagai berikut :
Diantaranya adalah pada kegiatan awal guru memberikan motivasi, Mengidentifikasi dan
merumuskan masalah dari seleksi masalah yang ada dengan menyusun opini siswa,
Pada kegiatan inti siswa diperjelas lagi tentang problema yang ada kemudian guru
menyiapkan kondisi yang mengandung masalah untuk dipecahkan, siswa akan menemukan sendiri “hubungan antara bahan dengan sifat bahan penyusunnya” dengan cara menganalisis sendiri dan interaksi antar siswa, sementara guru membantu merumuskan prinsip, prinsip
generalisi atas penemuan siswa,
Pada kegiatan akhir guru dan siswa akan menyimpulkan hasil analisis siswa kemudian
dikonsolidasikan dengan pengetahuan yang ada.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan untuk memahami dan memaknai segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses dan hasil yang diperoleh akibat tindakan yang dilakukan. Pada tahap
ini dilakukan analisis terhadap temuan-temuan yang berkaitan dengan peningkatan nilai
siswa.
3.4.2. Siklus II
Siklus ke dua dirancang apabila Siklus pertama belum berhasil. Kegiatan yang
dilakukan pada Siklus II merupakan penyempurnaan dari kelemahan atau kekurangan pada
Siklus sebelumnya.
Kemudian melakukan pengumpulan data berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran
pada siklus II sebagai bahan data, informasi dalam pengolahan data, analisis serta
19 3.4.2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mendapatkan data yang akan dijadikan acuan penelitian, peneliti menggunakan
tehnik :
1. Observasi, yang dilakukan peneliti tentang keadaan awal hingga penerapan metode
Discovery diterapkan.
2. Dokumentasi, yang ditempuh peneliti dengan cara mengambil data nilai ulangan
harian siswa kelas V semester II mata pelajaran IPA.
3. Tes, dengan cara mengadakan pre tes dan post tes untuk mengetahui keberhasilan
atau kegagalan dalam proses pembelajaran (sebagai alat ukur keberhasilan pembelajaran).
3.6. Teknik Analisis Data
Jenis data yang penulis peroleh dari penelitian tindakan kelas ini adalah data kuantitatif
yang berupa skor hasil belajar siswa dari kegiatan pembelajaran pada siklus I dan siklus II.
data tersebut diolah dengan menggunakan teknik analisis diskriptif. Selain teknik tersebut
akan dilakukan uji beda pretes dan postes untuk memperoleh signifikansi tindakan yang
dilakukan terhadap hasil belajar dengan bantuan program SPSS For Windows versi 13
3.7. Instrument Penelitian
Sebelum instrumen dibuat, maka peneliti terlebih dahulu membuat komponen dari
kedua variabel, yaitu variabel penerapan brain gym dan pembelajaran yang menyenangkan.
20
Tabel 1.6 Konsep /
Variabel
Aspek / Dimensi Indikator
Penerapan
1. Menjawab pertanyaaan apersepsi oleh
guru
2. Memberi dugaan sementara
2. Kemandirian 1. Berani melakukan percobaan sendiri
2. Berani bertanya
3. Tidak takut salah dalam melakukan
percobaan
3. Pemikiran logis dan
kritis
1. Menemukan hubungan sebab akibat
2. Memahami penjelasan guru
3. Melakukan diskusi
4. Menjelaskan dan
mengukur
1. Tenang dalam mengikuti pelajaran
2. Dapat menyampaikan informasi
3. Ketrampilan dalam penerapan
sehari-hari meningkat
1. Mendengarkan informasi dari guru
2. Mengikuti perintah guru
3. Melaksanakan latihan melalui lembar
kerja siswa
4. Dinyatakan dalam
angka, simbol
1. Nilai siswa meningkat
21
siswa
3.8. Indikator Keberhasilan
Indikator kinerja adalah harapan terjadinya kenaikan hasil belajar yang ditunjukkan
dengan adanya kenaikan nilai rata-rata kelas. Sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM )
yang ada di SD Mangunsari 05pada mata pelajaran IPA yaitu 70.00 dan batas keberhasilan
guru adalah 70 %. Maka dengan penerapan metode Discovery ini peneliti memberi target 80
% dari jumlah peserta didikyang memperoleh nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM).
3.9. Ruang LingkupPenelitian
Penelitian ini di laksanakan di kelas V, SD Negeri Mangunsari 05, Kota Salatiga,
Propinsi Jawa Tengah tahun ajaran 2013/2014 pada mata pelajaran Sains dengan
kompetensi Jumlah siswa sebanyak 27siswa yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 9
siswa laki-laki.
3.10. Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur. Sedangkan instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang
sama (Sugiyono, 2008:3).
3.11.Teknik Analisis Data
3.11.1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes evaluasi dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 =𝑠𝑒𝑘𝑜𝑟𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑠𝑒𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) dikonfirmasikan dalam tabelkriteria ketuntasan sebagai
22
Tabel 1.7
Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar
KKM Kualifikasi
≥70 Tuntas
≤70 Tidak tuntas
KKM SD Negri Mangunsari 5 / 2013-2014
(sumber : Aqib 2010)
Rata-rata kelas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
n X x
Keterangan :
x :Mean (rata-rata)
∑X :jumlah semua nilai siswa ∑n :jumlah siswa
3.11.2.Data kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa selama proses
pembelajaran.kriteria penilaian dalam lembar observasi aktivitas siswa dan keterampilan
guru.
Hasil perolehan sekor dianalisis dengan menggunakan analisis presentase.
Untuk menghitung analisis presentase menggunakan rumus :
𝑃 = 𝐹𝑁 𝑥 100%
(Arikunto. 2002)
Keterrangan :
P : presentase keaktifan siswa
F : jumlah sekor aspek yang diperoleh
N : jumlah sekor aspek maksimal
Hasil perhitungan, kemudian dikonsultasikan dengan mengguanakan tabel kriteria
deskriptif persentase yang dikelompokan dalam 5 kategori : yaitu sangat
23
Tabel 1.8
Kriteria tingkat belajar siswa dalam (%) Tingkat keberhasilan (%) Pengertian
>80 % Sangat tinggi
60-79% Tinggi
40-59% Sedang
20-39% Rendah
<20% Sangat rendah
(sumber : aqib, 2010)
HASIL UJI VALIDITAS 1. Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
24
Kisi-kisi soal tes materi Daur Air kelas V SD Negri Mangunsari 5
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Nomor Soal
Memahami perubahan
Menjelaskan pentingnya air 2,3,4,5,6,7,9,
25
penggunaan sumber daya alam
mempengaruhiny a
Menggambarkan proses daur
air dengan menggunakan diagram atau gambar
1,8,10,13,15,16,17,
20,21,22,21,
Kisi-kisi soal tes materi Daur Air kelas V SD Negri Mangunsari 5
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar indikator Nomor item
soal
Penelitian ini dilakukan dalam praktek pembelajaran dikelas V SDN Mangunsari 05
Salatiga dengan jumlah siswa 27 pada mata pelajaran IPA pokok pembahasan tentang
Pentingnya air bagi kehidupan dan Proses daur airdengan masalah kondisi alam dengan
menggunakan salah satu komponen KBM yaitu model pembelajaran kooperatif tipe
Discovery.
4.1.1 Kondisi awal
Hasil belajar IPA siswakelas V SD Negeri Mangunsari 05 sebelum diadakan tindakan
masih banyak siswa yang hasil belajarnya belum tuntas. Ketuntasan klasikal belajar siswa
kelas V pada mata pelajaran IPA hanya 26% dengan nilai rata-rata 50. Hal ini belum sesuai
26
dari ketuntasan belajar pada mata pelajaran IPA yaitu ≥ 70. Berdasarkan data hasil tes
menunjukkan sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Data ketuntasan
belajar kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.1.
1. Kemudian dengan membuat rekap hasil nilai tersebut, dan rekap nilai itu diperoleh
dengan menentukan kelas terlebih dahulu menggunakan rumus dari (Sabana dkk
2000:39) :
K = 1 + 3,3 Log n (jumlah siswa).
K = 1 + (3,3 Log 1,43)
K = 1 + (3,3 . 1.39 )
K = 1 +(5,719 )
K = 5.719 dibulatkan menjadi 6.
Setelah perhitungan kelas didapatkan kemudian mencari Range dengan rumus :
Range = (nilai maksimum – nilai minimum) + 1
Interval = (nilai maksimum−nilai minimum)+1
𝐾
No Nilai Jumlah siswa Persentase
1 90 – 100 1 8%
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 70 keatas sebanyak
26% atau 4 siswa, yang mendapat nilai (90 – 100) sebanyak 8% atau 1 siswa, yang mendapat
nilai (80 – 89) sebanyak 10% atau 2 siswa, yang mendapat nilai (70 – 79) sebanyak 26% atau
4 siswa, yang mendapat nilai (60 – 69) sebanyak 20% atau 9 siswa, yang mendapat nilai (50–
59) sebanyak 20% atau 9 siswa dan yang mendapat nilai (40 – 49) sebanyak 16% atau 2
27 Sumber. Data yang diolah
Gambar 4.1
Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus Berdasarkan Interval Kelas
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
tuntas 4 2 1
belum tuntas 2 9 9
28
Tabel 4.2
Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Pra Siklus
No Nilai Jumlah Persentase Ketuntasan
1 ≥70 7 26% Tuntas
2 <70 20 74% BelumTuntas
Jumlah 27 100%
Sumber. Data yang diolah
Tabel 4.2 ketuntasan belajar siswa hasil tes pra siklus dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurangdari KKM sebanyak 20 siswa. Dengan demikian ada 20 siswa
yang belum mencapai ketuntasan belajar minimal (KKM). Sedangkan yang sudah mencapai
ketuntasan minimal ada 7 siswa. Perbandingan antara yang sudah tuntas dan yang belum
tuntas dapat dilihat pada diagram lingkaran seperti gambar 4.2 berikut :
Gambar 4.2. Ketuntasan belajar Pra Siklus
Apabila hasil nilai pra siklus dianalisa berdasarkan nilai tertinggi, nilai terendah, dan
nilai rata-rata akan tampak seperti pada tabel 4.3berikut.
Tabel 4.3
Nilai Tertinggi, terendah, dan nilai rata-rata
No Uraian Nilai
1 Nilai tertinggi 90
26%
74%
Tuntas
29
2 Nilai terendah 40
3 Nilai rata-rata 65
Sumber. Data yang diolah
Pada hasil tes pra siklus dapat diketahui nilai yang tertinggi berjumlah 90, dan nilai yang
terendah berjumlah 40 dan kemudian nilai rata-ratanya berjumlah 65.
4.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Praktek pembelajaran pertama dilaksanakan dengan pokok bahasan Pentingnya air
bagi kehidupan dan Proses daur air. Dalam siklus I ini dilakukan melalui dua kali pertemuan
dengan rinciannya sebagai berikut:
1. Perencanaan
Hasil evaluasi pra siklus menjadi acuan untuk mengambil tindakan yang tepat untuk
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V.Persiapan yang dilakukan peneliti untuk
melaksanakan pertemuan pertama ini adalah mempersiapkan instrumen, alat dan bahan untuk
penelitian agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
2. Pelaksanaan Tindakan 1) Pertemuan pertama
Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 11 November 2014 melalui beberapa
kegiatan sebagai berikut :
1. Kegiatan awal
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdo’a, pengkondisian kelas dan absensi. Kemudian guru melakukan apersepsi dan motivasi. Setelah kegiatan itu
guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan.
2. Kegiatan inti
Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk melihat kemampuan siswa,
kemudian guru menjelaskan materi dengan memperlihatkan gambar sumber daya alam yang
dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui, guru membagi siswa dalam 7 kelompok
heterogen yang terdiri dari 3-4 orang siswa kemudian guru membagikan nomor kepada setiap
siswa dalam kelompoknya. Dan masing-masing kelompok membaca materi yang sudah
diberikan oleh guru setelah itu siswa dalam kelompoknya berdiskusi, setelah selesai diskusi.
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
3. Kegiatan akhir
Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah
30 Observasi
Pada pertemuan pertama ini pembelajaran berjalan dengan lancar tetapi masih ada sedikit
hambatan yaitu sebagai berikut:
1. Kurangnya perhatian siswa disaat guru menyampaikan materi pembelajaran.
2. Kurangnya aktivitas siswa dalam menjawab pertanyaan diskusi kelompok.
Refleksi dan tindak lanjut.
Berdasarkan observasi siklus I pertemuan pertama perlu diadakan perbaikan pembelajaran.
Hasil pelaksanaan pembelajaran, diketahui bahwa selama guru mengajar pada
pembelajaran siklus I siswa sudah aktif akan tetapi beberapa siswa tingkat keaktifannya
masih kurang dan perhatian siswa dalam materi pembelajaran kurang serta masih banyak
siswa belajar. Hal tersebut dikarenakan interaksi guru dengan siswa belum optimal dalam
proses pembelajaran di kelas, masih terdapat beberapa anak saat mengikuti pelajaran tidak
mendengarkan penjelasan dan arahan dari guru serta semangatnya masih kurang.
Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I pertemuan pertama,
rata-rata nilai belum mencapai KKM (70) maka akan diperbaiki dalam pelaksanaan
pembelajaran siklus I pertemuan kedua agar hasil belajar siswa yang dicapai secara optimal.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki atau menindak lanjuti pembelajaran pada
siklus I berikutnya antara lain dengan cara : memotivasi siswa dengan memberi pujian ketika
siswa menjawab pertanyaan dengan benar.
2) Pertemuan Kedua
Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 21 November 2014 melalui beberapa kegiatan
sebagai berikut:
1. Kegiatan awal
Sebelum masuk pada materi guru bertanya kepada siswa tentang kegiatan/materi
pelajaran sebelumnya. Sebagai apersepsi guru bertanya ”Tahukah kamu apakah daur air itu
dan Bagaimana daur air di Bumi?”.Setelah itu guru menjelaskan kegiatan yang akan
dilakukan serta tujuannya.
2. Kegiatan inti
Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 dan ada
yang 4 siswa. Kemudian guru membagi gambar dan LKS untuk kegiatan diskusi kelompok.
Guru meminta siswa untuk menyebutkan cara daur air. Guru membimbing siswa yang
kesulitan. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya selanjutnya
guru melakukan pemanggilan nomor secara acak dan siswa yang dipanggil nomornya
31 3. Kegiatan akhir
Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan.
Kemudian guru mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan.
Observasi
Ada beberapa siswa yang tidak mendengarkan dengan serius ketika disajikan gambar dalam
penjelasan materi pelajaran.
Refleksi dan Tindak lanjut
Berdasarkan observasi dan analisis hasil tes pada siklus I pertemuan kedua terdapat 7
siswa yang tuntas dan 20siswa yang belum tuntas belajar, sehingga perlu diadakan perbaikan
pembelajaran.Hasil pelaksanaan pembelajaran, diketahui bahwa selama guru mengajar pada
pembelajaran siklus I pertemuan kedua siswa sudah aktif akan tetapi beberapa siswa tingkat
keaktifannya masih kurang dan perhatian siswa dalam materi pembelajaran kurang serta
masih ada 74% siswa belum tuntas belajar.
Hal tersebut dikarenakan interaksi guru dengan siswa belum optimal dalam proses
pembelajaran di kelas, Keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat pada kelompok
masih kurang. Untuk menindak lanjuti dilakukan cara Memberi petunjuk pada siswa agar
berani dalam berpendapat dalam diskusi kelompok.
3.Hasil Tindakan /Penelitian
1) Data Temuan Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Temuan hasil penelitian diperoleh hasil perbaikan pembelajaran yang telah
dilaksanakan pada pembelajaran siklus I. Hasil analisis pengamatan tes pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I yang telah dilakukan diperoleh hasil yang tersaji pada tebel 4.4
di bawah ini :
Tabel 4.4 Nilai Tes Siklus I
No Nilai Jumlah siswa Persentase
1 90-98 3 11%
2 81-89 7 26%
3 72-80 8 30%
4 63-71 4 15%
5 54-62 3 11%
6 45-53 2 7%
32
Sumber. Data yang diolah
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapatnilai 70 keatas sebanyak 30% atau 18 siswa, yang mendapat nilai (90 – 98) sebanyak 11% atau 3 siswa, yang
mendapat nilai (81 – 89) sebanyak 26% atau 7 siswa, yang mendapat nilai (72 – 80) sebanyak
30% atau 8 siswa, yang mendapat nilai (63 – 71) sebanyak 15% atau 4 siswa, dan yang
mendapat nilai (54 – 62) sebanyak 11% atau3 siswa, yang mendapat nilai (45 – 53) sebanyak
7% atau 2 siswa.
Sumber. Data yang diolah
Gambar 4.3 Ketuntasan Belajar Siklus I Berdasarkan Interval Kelas
Tabel 4.5
Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus I
No Nilai Jumlah Persentase Ketuntasan
1 ≥70 18 67% Tuntas
2 <70 9 33% BelumTuntas
Jumlah 27 100%
Sumber. Data yang diolah
Tabel 4.5 Menunjukkan ketuntasan belajar siswa hasil tes siklus I dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM 70 sebanyak 9 siswa. Dengan demikian
ada 9 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimal (KKM). Sedangkan yang
sudah mencapai ketuntasan minimal ada 18 siswa.Perbandingan antara yang sudah tuntas dan
yang belum tuntas dapat dilihat pada diagram lingkaran seperti gambar 4.4 sebagai berikut.
45-53 54-62 63-71 72-80 81-89 90-98
belum tuntas 2 3 4
tuntas 8 7 3
33
Sumber. Data yang diolah
Gambar 4.4
Ketuntasan Belajar Siklus I
Apabila hasil nilai pra siklus dianalisa berdasarkan nilai tertinggi, nilai terendah, dan
nilai rata-rata akan tampak seperti pada tabel 4.6 Tabel 4.6
Nilai Tertinggi, terendah, dan nilai rata-rata
No Uraian Nilai
1 Nilai tertinggi 95
2 Nilai terendah 50
3 Nilai rata-rata 73
Sumber. Data yang diolah
Pada hasil tes siklus I dapat diketahui nilai yang tertinggi berjumlah 95, dan nilai yang
terendah berjumlah 50 dan kemudian nilai rata-ratanya berjumlah 73.
Siswa yang tuntas pada siklus I mencapai 67% atau 18 siswa, sedangkan siswa yang
belum tuntas hasil belajarnya 33% atau 9 siswa meningkat dibandingkan hasil belajar pra
siklus.Menurut Hilgrad dan Brower sebagaimana yang dikutip oleh Oemar Hamalik
(2008:45) dalam bukunya psikologi pendidikan mereka mendefinisikan belajar sebagai
perubahan dalam perubahan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman.
Namun demikian hasil yang diperoleh pada siklus I belum mencapai standar
yangtelah ditetapkan pada indikator kinerja pada penelitian ini. Indikator keberhasilan
penelitian ini dianggap berhasil apabila 18 nilainya tuntas dalam kelas atau ketuntasan
klasikal 70% .Dari data dapat diperoleh informasi bahwa siswa yang telah tuntas pada siklus I
mencapai 67% (18 siswa), oleh karena itu penelitian dilanjutkan dengan mempersiapkan
siklus 2.Berikut gambar diagram batang persentase perbandingan hasil belajar pra siklus
dengan siklus 1.
67%
33% Tuntas
34
Sumber. Data yang diolah
Gambar 4.5
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA siswa Antara Pra Siklus Dengan Siklus 1
4) Hasil Observasi
Pada pertemuan pertama siklus I kegiatan guru dalam pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran tipe Discovery diamati oleh observer. Pengamatan yang
dilakukan dengan lembar observasi kegiatan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.
Adapun pengamatan yang difokuskan pada kegiatan guru dalam menerapkan model
Discovery pada mata pelajaran IPA.
4.1.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
Praktek pembelajaran pertama dilaksanakan dengan pokok bahasan daur air sub
pokok bahasan Pentingnya air bagi kehidupan dan Proses daur air. Dalam siklus II ini
dilakukan melalui dua kali pertemuan dengan rinciannya sebagai berikut:
1. Perencanaan
Hasil evaluasi siklus I menjadi acuan untuk mengambil tindakan yang tepat untuk
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V.Persiapan yang dilakukan peneliti untuk
melaksanakan pertemuan pertama ini adalah mempersiapkan instrumen, alat dan bahan untuk
penelitian agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
35 2. Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan Pertama
Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 25 November 2014 melalui beberapa kegiatan
sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdo’a, pengkondisian
kelas dan absensi. Kemudian guru melakukan apersepsi dan motivasi. Setelah kegiatan itu
guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan.
2. Kegiatan Inti
Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk melihat kemampuan siswa,
kemudian guru menjelaskan materi dengan memperlihatkan satu video tentang cara proses
daur air, guru membagi siswa dalam 7 kelompok heterogen yang terdiri dari 3-4 orang siswa
kemudian guru membagikan materi pada setiap kelompok. Dan masing-masing kelompok
membaca materi yang sudah diberikan oleh guru setelah itu siswa dalam kelompoknya
berdiskusi, setelah selesai diskusi. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya.
3. Kegiatan Akhir
Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan. Kemudian guru mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan.
Observasi
Pada pertemuan pertama ini pembelajaran berjalan dengan lancar tetapi masih ada sedikit
hambatan yaitu sebagai berikut:
1. Siswa dalam pembelajaran masih ada yang yang tidak memperhatikan
2. Kurangnya aktivitas siswa dalam menjawab pertanyaan diskusi kelompok.
Refleksi dan tindak lanjut.
Berdasarkan observasi siklus II pertemuan pertama perlu diadakan perbaikan pembelajaran.
Hasil dari pelaksanaan pembelajaran, diketahui bahwa selama guru mengajar pada
pembelajaran siklus II siswa sudah aktif akan tetapi beberapa siswa tingkat keaktifannya
masih kurang dan perhatian siswa dalam materi pembelajaran kurang serta masih ada siswa
yang bermain.
36
Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 28 November 2014 melalui beberapa kegiatan
sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal
Sebelum masuk pada materi guru bertanya kepada siswa tentang kegiatan/materi
pelajaran sebelumnya. Sebagai apersepsi guru bertanya ”Tahukah kamu apakah daur air itu,
Bagaimana daur air di Bumi”?.Setelah itu guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
serta tujuannya.
2. Kegiatan Inti
Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok, setiap kelompok terdiri dari3-4 siswa.
Kemudian guru membagi gambar dan LKS untuk kegiatan diskusi kelompok. Guru meminta
siswa untuk menyebutkan cara daur air. Guru membimbing siswa yang kesulitan.
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
3. Kegiatan Akhir
Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan. Kemudian guru mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan.
Observasi
Semua siswa sudah mendengarkan dengan serius ketika disajikan gambar dalam penjelasan materi pelajaran.
Refleksi dan Tindak lanjut
Berdasarkan observasi dan analisis hasil tes pada siklus II pertemuan kedua dari 27
siswa sudah tuntas hasil belajarnya, diketahui bahwa selama guru mengajar pada
pembelajaran siklus II pertemuan kedua siswa sudah aktif dan mau mendengarkan, dan
perhatian siswa dalam materi pembelajaran sudah meningkat 100% siswa dalam ketuntasan
belajar.
Hal tersebut dikarenakan interaksi guru dengan siswa sudah optimal dalam proses
pembelajaran di kelas, Keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat pada kelompok
sudah bagus.
3. Hasil Tindakan/Penelitian
37
Temuan dai hasil penelitian diperoleh hasil perbaikan pembelajaran yang telah
dilaksanakan pada pembelajaran siklus II. Hasil analisis pengamatan tes pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II yang telah dilakukan diperoleh hasil yang tersaji pada tabel 4.7
di bawah ini :
Tabel 4.7 Nilai Tes Siklus II
No Nilai Jumlah siswa Persentase
1 95-100 3 11%
2 90-94 3 11%
3
85-89 7 26%
4
80-84 7 26%
5
75-79 4 11%
6
70-74 3 15%
Jumlah 27 100%
Sumber. Data yang diolah
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 70 keatas sebanyak 85% atau 24 siswa, dan yang mendapat nilai (95 – 100) sebanyak 11% atau 3 siswa. Siawa
yang mendapat nilai (90-94) sebanyak 11% atau 3 siswa.siswa yang mendapat nilai (85-89)
sebanyak 26% atau 7 siswa.siswa yang mendapat nilai (80-84) sebanyak 26% atau 7 siswa.
siswa yang mendapat nilai (75-79) sebanyak 11% atau 4 siswa.siawa yang mendapat nilai
(70-74) sebanyak 15% atau 3 siswa. Berdasarkan data hasil tes menunjukkan sebagian besar
siswa sudah mencapai ketuntasan belajar. Data ketuntasan belajar kondisi awal dapat dilihat
38
Sumber. Data yang diolah
Gambar 4.6
Ketuntasan Belajar Siklus II Berdasarkan Interval Kelas
Tabel 4.8
Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus II
No Nilai Jumlah Persentase Ketuntasan
1 ≥70 27 100% Tuntas
2 <70 - - BelumTuntas
Jumlah 27 100%
Sumber. Data yang diolah
Tabel 4.8 ketuntasan belajar siswa hasil tes siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai diatas dari KKM 70 sebanyak 27 siswa. Dengan demikian yang sudah
mencapai ketuntasan belajar minimal (KKM) sebanyak 27 siswa. Untuk memperjelasnya
dapat dilihat pada diagram lingkaran seperti gambar 4.7 3
4
7 7
3 3
0 1 2 3 4 5 6 7 8
70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95-100
belum tuntas tuntas
100% 0
39
Sumber. Data yang diolah
Gambar 4.7
Ketuntasan Belajar Siklus II
Apabila hasil nilai pra siklus dianalisa berdasarkan nilai tertinggi, nilai terendah, dan
nilai rata-rata akan tampak seperti pada tabel 4.9 Tabel 4.9
Nilai Tertinggi, Terendah, Dan Nilai Rata-Rata
No Uraian Nilai
1 Nilai tertinggi 100
2 Nilai terendah 70
3 Nilai rata-rata 85
Sumber. Data yang diolah
Pada hasil tes siklus II dapat diketahui nilai yang tertinggi berjumlah 100, dan nilai yang
terendah berjumlah 70 dan kemudian nilai rata-ratanya berjumlah 85. Siswa yang tuntas pada
siklus II mencapai 100% atau 27 siswa. Siswa yang mendapat nilai 70 keatas sebanyak 85%
(24 siswa).
Sumber. Data yang diolah
Gambar 4.8
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Antara Pra Siklus Dengan Siklus 1 dan Siklus II
4.1.4 Pembahasan Hasil Penelitian 0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
40
Berdasarkan hasil penelitian dan tindakan yang sudah dilakukan dapat dinyatakan
bahwa pembelajaran dengan Model Discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA
khususnya pada pokok bahasan Daur air kelas V semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 pada
SD Negeri Mangunsari 05. Hal tersebut dapat dianalisis dan dibahas sebagai berikut :
1. Pembahasan Pra Siklus
a) Hasil Belajar
Pada awalnya siswa kelas V, ketuntasan dalam pelajaran IPA rendah. Hal ini
disebabkan karena guru dalam mengajar masih menggunakan metode konvensional, sehingga
anak hanya berangan-angan. Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 27 siswa
baru 7 siswa atau 26% yang mencapai ketuntasan belajar dengan nilai standar Kriteria
Ketuntasan Minimal. Sedangkan 20 siswa atau 74% belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal yang telah ditentukan yaitu sebesar 70. Sedangkan nilai tertinggi pra siklus adalah
90, dan nilai terendah 40, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 65.
b) Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada pra siklus menunjukkan bahwa siswa merasa bosan dan
aktifitas siswa dalam mengikuti pelajaran masih pasifkarena guru hanya menggunakan
metode ceramah saja. Siswa masih bekerja secara indvidual, tidak tampak kreatifitas siswa
maupun gagasan yang muncul. Siswa terlihat jenuh dan kurang semangat karena
pembelajaran selalu monoton.
2. Pembahasan Siklus I
Hasil Tindakan pembelajaran pada siklus I, berupa hasil tes dan non tes. Berdasarkan
hasil observasi yang telah dilakukan terhadap pelaksanaan siklus I diperoleh keterangan
sebagai berikut:
a) Hasil Belajar
Hasil tes dari siklus I, menunjukkan hasil siswa yang mencapai nilai 70
keatassebanyak 66% atau 18 siswa, yang mendapat nilai (90-98) sebanyak 11% atau 3 siswa,
yang mendapat nilai (81-89) sebanyak 26% atau 7 siswa, yang mendapat nilai (72-80)
sebanyak 30% atau 8 siswa, yang mendapat nilai (63-71) sebanyak 15% atau 4 siswa, dan
yang mendapat nilai (54-62) sebanyak 11% atau3 siswa, dan yang mendapat nilai (45-53)
sebanyak 7% atau2 siswa.
Berdasarkan data hasil tes siklus I masih menunjukkan ada 9 siswa belum mencapai
ketuntasan belajar. Adapun dari Hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai
tertinggi adalah 95, niali terendah 50, dengan niali rata-rata kelas sebesar 73.
41
Proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya perubahan, meskipun
belum semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan kegiatan
yang bersifat kelompok ada anggapan bahwa hasil belajar yang di dapat secara kelompok
pasti sama. Dari hasil pengamatan telah terjadi peningkatan semangat dan keaktifan siswa
dalam belajar, karena ada persaingan untuk menjadi kelompok yang terbaik. Ada interaksi
antar siswa dalam kelompok.
Masing-masing siswa ada peningkatan berani bertanya dan minta penjelasan kepada
guru maupun temannya sendiri, sehingga terlatih ketrampilan bertanya jawab. Terjalin
kerjasama antar siswa. Ada persaingan positif antar kelompok mereka saling berkompetisi
untuk memperoleh penghargaan dan menunjukkan untuk jati diri pada siswa.
Hasil antara kondisi awal dengan siklus 1 menunjukkan adanya perubahan walau
belum bisa optimal. Perbandingan antara kondisi awal dan siklus I dapat disajikan pada tabel
4.10
Tabel 4.10
Perbandingan Kegiatan dan Hasil Belajar Kondisi Awal dan Siklus 1
NO Pra Siklus Siklus 1
1 Tindakan Tindakan
Pembelajaran konvensional, mengutamakan metode ceramah.
Ketuntasan belajar meningkat 41 % 67 % - 26% = 41 %
Nilai Tertinggi : 95 Nilai erendah : 50 Nilai rata- rata : 73 Nilai rata- rata meningkat8 % 10 / 100 x 100 % =8%
42
- Proses pembelajaran pasif
- Siswa tidak berani bertanya kesulitannya - Siswa hanya mendengarkan, dan diam
meskipun tidak bisa
- Belum memanfaatkan media pembelajaran yang tepat
- Belum tumbuh kreatifitas dan kerjasama antar teman
- Proses pembelajaran ada perubahan, siswa mulai aktif
- Siswa mulai berani bertanya - Siswa mendengarkan, bertanya,
berdiskusi.
- Sudah menerapkan Discovery dengan langkah-langkah Mengidentifikasi, - Interaksi antara guru dan siswa, dan
antara siswa dengan siswa sudah nampak.
Hasil refleksi dari siklus I dapat disimpulkan bahwa melalui Penerapan Model
Discovery ketuntasan belajar yang awalnya ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 26%
menjadi 67% sehingga terjadi peningkatan sebesar 41%. Sedangkan nilai rata-rata kelas ada
kenaikan8%. Pada siklus I ini belum semua siswa mencapai ketuntasan karena masih ada
sebagian siswa yang masih belum jelas tentang langkah-langkah Penerapan Model
Pembelajaran tipe Discovery untuk pembelajaran.
3. Pembahasan Siklus II
Hasil tindakan pembelajaran pada siklus II berupa hasil tes dan non tes, Berdasarkan
hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti terhadap pelaksanaan siklus II diperoleh
keterangan sebagai berikut:
a) Hasil Belajar
Ketuntasan belajar siswa hasil tes siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang
memiliki nilai diatas dari KKM 70 sebanyak 27 siswa. Dengan demikian yang sudah
mencapai ketuntasan belajar minimal (KKM) sebanyak 27 siswa. Berdasarkan ketuntasan
belajar siswa, dari sejumlah 27 siswa terdapat 27 siswa atau 100% yang sudah mencapai
ketuntasan belajar. Adapun dari hasil Nilai siklus II dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai
tertinggi adalah 100, nilai terendah 70, dan dengan nilai rata-rata kelas sebesar 85.
b) Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan adanya perubahan, semua
siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan ketertarikan siswa
untuk menemukan sesuatu hal yang baru melalui Penerapan Model Pembelajaran kooperatif
tipe Discovery. Hasil pengamatan telah terjadi peningkatan semangat dan keaktifan siswa
43
peningkatan berani bertanya dan minta penjelasan kepada guru maupun temannya. Siswa
yang telah menguasai materi yang diberikan. Mereka saling berkompetisi untuk memperoleh
penghargaan dan menunjukkan kemampuannya.
Hasil antara siklus I dengan siklus II ada perubahan secara signifikan, hal ini ditandai
dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Dari hasil tes akhir
siklus II ternyata lebih baik dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar siswa pada siklus
I. Peningkatan hasil belajar maupun ketuntasan tersebut dapat disajikan pada tabel 4.11 Tabel 4.11
Perbandingan Kegiatan dan Hasil Belajar Pada Siklus I dan Siklus II
NO Siklus 1 Siklus 2
1 Tindakan Tindakan
Pembelajaran dengan Penerapan Model Discovery. Media pembelajaran menggunakan gambar tentang daur air
Pembelajaran dengan
PenerapanModel Discovery. Media pembelajaran menggunakan gambar daur air. Ditambah LCD/ power point dan Video pembelajaran tentang daur air.
2 Hasil Belajar Hasil Belajar
Ketuntasan Ketuntasanbelajar siswa meningkat
33 %
( 100% - 67% = 33% ) Nilai Tertinggi : 100 Nilai terendah : 70 Nilai rata- rata : 85 Nilai rata- rata meningkat12% 12/100x100 % = 12%
3 Proses belajar Proses belajar
- Proses pembelajaran ada perubahan, siswa mulai aktif. - Siswa terlibat langsung dalam
proses pembelajaran. - Kreatifitas, kerjasama,
tanggung jawab mulai tampak.
- Proses pembelajaran siswa aktif dan kreatif serta cekatan. - Siswa terlibat langsung dalam
44
Perbandingan hasil tes siklus I dan siklus IIterlihat ada peningkatan yang cukup
signifikan, baik dilihat dari ketuntasan belajar maupun hasil perolehan nilai rata-rata
kelas.Sejumlah 27 siswa sangat baik dilihat pada Kriteria Ketuntasan Minimalnya (KKM)
hampir keseluruhannya sudah mencapai diatas 70.
Secara umum dari hasil pengamatan dan tes kondisi awal hingga siklus II, dapat
disimpulkan bahwa melalui Penerapan Model Pembelajaran Discovery dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang daur air di kelas V SD Negeri
Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti KotaSalatiga semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.
4.1.5 Hasil Tindakan
Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui melalui Penerapan Model Pembelajaran
tipe Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang
materi daur air di kelas V SD Negeri Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti KotaSalatiga
Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Peningkatan nilai rata-rata yaitu 65 pada kondisi
awal menjadi 73 pada siklus I dan menjadi 85 pada siklus II. nilai rata-rata siklus I meningkat
8% dari kondisi awal, dan nilai rata-rata siklus II meningkat 12% dari siklus 1. Secara
keseluruhan dari kondisi awal sampai akhir tindakan siklus II terjadi peningkatan nilai
rata-rata kelas sebesar 20%. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus 1 ada peningkatan sebesar
41% dari kondisi awal, dan siklus II meningkat 9% dari siklus 1. Secara keseluruhan dari
kondisi awal sampai akhir siklus II ketuntasan belajar meningkat sebesar 70% dari kondisi
awal.
Hasil belajar siswa dari kondisi awal sampai dengan siklus II dapat ditunjukkan pada
tabel 4.12 berikut ini.
Tabel 4.12 Hasil Belajar Siswa
Pada Kondisi Awal Siklus I dan Siklus II
No Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2
45
2 Nilai Terendah 40 50 70
3 Nilai Rata-Rata 65 73 85
4 Ketuntasan Belajar 26% 67% 100%
Sumber. Data yang diollah
Peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal sampai dengan siklus II dapat ditunjukkan
pada tabel 4.13 berikut ini.
Tabel 4.13
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dari Kondisi Awal sampai Kondisi Akhir
No
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran terdapat perubahan
positif pada siswa terutama aktifitas dalam mengikuti pembelajaran dan keberanian
menyampaikan kesulitannya.
Berdasarkan pengamatan terhadap hasil belajar dan pengamatan terhadap proses
pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan Penerapan Model Pembelajaran
Tipe Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang
materi Daur air di kelas V SD Negeri Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti KotaSalatiga
semester II tahun pelajaran 2013/2014.
4.1.6 Pembahasan
Berdasarkan analisis data hasil belajar terhadap siswa kelas V SDN Mangunsari 05 pada
mata pelajaran IPA, dapat diketahui juga adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Discovery. Berdasarkan pada teori
46
meningkatkan kompetensi belajar siswa kelas V SDN Mangunsari 05 Semester II Tahun
Pelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran IPA. Sesuai dengan karakteristik metode discovery
dalam pembelajaran sains yang menuntut pola pembelajaran aktif, kreaktif, dan
komperhensif, karena dapat melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri
kebutuhan belajarnya serta menanamkan kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur
hidup.dengan asas pembelajaran aktif yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang
menuntut keaktifan dan partisipasi siswa secara optimal sehngga siswa mampu menguasai
pengetahuan dan ketermpilan yang lebih efektif dan efisien. peningkatan hasil belajar siswa
tersebut dapat dilihat dari hasil nilai siklus I dan siklus II. Pada pra siklus diketahui siswa yang mendapat nilai diatas Kategori Ketuntasan Minimal (KKM ≥70) atau dikatakan tuntas adalah 7 siswa (26%) kemudian meningkat pada siklus I menjadi 18 siswa (67%) dan
kemudian meniingkat lagi pada siklus II menjadi 27 siswa (100%). Pada pra siklus diketahui siswa yang mendapat nilai dibawah Kategori Ketuntasan Minimal (KKM ≥70) atau dikatakan tidak tuntas adalah 20 siswa (74%). Kemudian menurun pada siklus I menjadi 9 siswa (33%).
Pada siklus I siswa tuntas belajar adalah 18 siswa (67%) lebih rendah dari indikator
keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% siswa tuntas beajar. Jadi pada siklus I hasil belajar
siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, berdasarkan hasil refleksi
pada saat pembelajarran siklus I hal ini dapat disebabkan karena guru belum mengelola
waktu pembelajaran dengan baik terutama pada saaat membimbing siswa dalam melakukan
sharing. Pembelajaran siklus I belum mecapai indikator keberhasilan sehingga diberikan
tindakan pada siklus II. Pada siklus II siswa tuntas belajar adalah 27 siswa (100%) lebih
tinggi dari indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% siswa tuntas belajar. Jadi pada
siklus II hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yang
berarti melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe discovery dapat
mmeningkatkan hasil belajar siswa. Hasil ini mengindikasikan bahwa model
pembelajaran,terutama pembelajaran IPA. Metode pembelajaran ini cocok diterapkan, dalam
metode ini karena memicu siswa untuk lebih mudah memahami materi pembelajaran.
Disimpulkan bahwa metode Discovery adalah cara penyajian pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi tanpa bantuan
gurudengan menghadapkan siswa pada suatu masalah, untuk menemukan penyebabnya
dengan melalui pelacakan data atau informasi pemikiran logis, kritis, dan sistematis dalam
rangka mencapai tujuan pengajaran, denganmembuat dugaan, menjelaskan, mengukur,
47
Langkah-langkah metode Discovery menurut Gilstrap (1975) (dalam Prayitno, 2008)
adalah: (a) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk
menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan penemuan, (b) Seleksi
pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian
dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajarai, (c) Mengatur susunan kelas
sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar
dengan penemuan, (d) Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan
penemuan, (e) menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan,
(f) Mengecek pengertian siswa tentang maslah yang digunakan untuk merangsang belajar
dengan penemuan, (g) Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan
penemuan, (h) memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja
dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah
orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut, (i) Mempersilahkan siswa
mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga
memperoleh tilikan umum, (j) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman
belajarnya, walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri, (k) memberi jawaban dengan
cepat dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam
kelangsungan kegiatannya, (l) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan
eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (m)
Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan
siswa, misalnya latihan penyelidikan, (n) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya
merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul, (o)
Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana, (p)
Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandanganan dan tafsiran yang berbeda.
Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar, (q)
Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alas an dan fakta, (r) Memuji
siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya
kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang
mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri, (s) membantu siswa menulis atau
merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari
masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan, (t) Mengecek apakah
siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam situasi
48
Sedangkan langkah-langkah menurut Richard Scuhman (dalamPrayitno 2008) adalah :(a)
identifikasi kebutuhan siswa, (b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian,
konsep dan generalisasi yang akan dipelajari, (c) Seleksi bahan, dan problema serta
tugas-tugas, (d) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing
siswa, (e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan, (f) Mencek
pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa, (g)
Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, (h) Membantu siswa dengan
informasi, data, jika diperlukan oleh siswa, (i) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan
yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (j) Merangsang terjadinya interaksi antar
siswa dengan siswa, (k) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses
penemuan, (l) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil
penemuannya
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode Discovery menurut Walter
Klinger, SEQIP (1997) (dalamWahyudi, 2008) adalah sebagai berikut
1. Motivasi, bertujuan menuntun siswa kearah materi pendidikan, untuk membangkitkan
rasa ingin tahu siswa, antusiasme dan kesediaan belajar siswa
2. Perumusan masalah, bertujuan memfokuskan perhatian siswa agar mengenali
masalah yang akan dibahas.
3. Penyusunan opini-opini, siswa berdasarkan penagalaman atau iterpretasinya
sehingga dapat memberikan dasar penyampaian materi.
4. Perencanaan dan kontruksi alat, bertujuan merencanakan dan mengkontruksi suatu
perangkat percobaan yang berfungsi, yang memungkinkan verifikasi atau penolakan
hipotesa dan penentuan salingketerkaitan antara parameter –parameter yang relevan
5. Pelaksanaan percobaan, langkah percobaan merupakan titik perhatian pengajaran
fisika. Jawaban terhadap pertanyaan ilmiah disini akhirnya akan ditemukan melalui
pengalaman percobaan menggunakan peralatan yang khusus dikembangkan untuk
tujuan ini.
6. Kesimpulan, suatu generalisasi dari hasil percobaan yang akan membawa
pengetahuan ilmiah yang baru
7. Abstraksi, abstraksi merupakan perumusan pengetahuan terperinci tertentu yan
peroleh melalui kasus khusus dalam rangka melakukan penelitian untuk mencapai
syarat-syarat umum. Abstraksi merupakan suatu idealisasi dan suatu generalisasi
sejumlah pernyataan yang menggunakan istilah-istilah teknis terperinci dan
49
8. Konsolidassi pengetahuan, bertujuan agar siswa semakin menguasai pengetahuan
yang baru diperoleh, untuk memungkinkan integrasi dan internalisasi pengetahuan itu
kedalam struktur pengetahuan yang sudah ada.
Ketiga macam langkah-langkah tersebut peneliti menyusun
mengkombinasikan dan menyimpulkan langkah- langkah penggunaan metode
Discovery adalah sebagai berikut:
1. Memotivasi siswa
2. Mengidentifikasi dan Merumuskan masalah dari seleksi masalah
yang ada.
3. Menyusun opini, problema serta tugas-tugasnya
4. Komunikasi dengan siswa untuk memperjelas problema yang akan
dipelajari
5. Merencanakan dan konstruksi alat
6. Menyiapkan suatu kondisi yang mengandung masalah untuk di
pecahkan
7. Mengecek pengertian dan pemahaman siswa
8. Memberi kesempatan siswa untuk menemukan
9. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan
dan bekerja dengan data, daninformasi yang ada
10.Siswa melakukan analisis sendiri
11.Memberi pujian pada siswa.
12.Merangsang interaksi antar siswa
13.Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas
hasil penemuannya
14.Menyimpulkan
15.Konsolidasi pengetahuan, untuk memungkinkan integrasi dan
internalisasi pengetahuan itu kedalam struktur pengetahuan yang