• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Discovery Di SDN Mangunsari 05 Kec Sidomukti Salatiga Tahun 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Discovery Di SDN Mangunsari 05 Kec Sidomukti Salatiga Tahun 2013/2014"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

15 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada Bab III tentang metode penelitian ini, berturut-turut akan dibahas mengenai setting

penelitian, subyek penelitian, desain dalam PTK, Prosedur penilaian, teknik dan alat

pengumpulan data, teknik analisis data, indikator kinerja, prosedur penelitian, dan ruang

lingkup penelitian.

3.1.Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDMangunsari 05 dan dipinggir jalan raya.

Data siswa SD Negeri Mangunsari 05 Salatiga pada tahun ajaran 2013/2014 adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.1

Data Siswa SD Negeri Mangunsari 05 Salatiga

No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 I 23 20 43

2 II 20 25 45

3 III 8 17 25

4 IV 28 12 40

5 V 9 18 27

6 VI 20 24 44

(Sumber : data yang diolah)

Kelas I berjumlah 43 siswa, kelas II berjumlah 45 siswa, kelas III 25 siswa, kelas IV

40 siswa, kelas V 27 siswa, dan kelas VI 44 siswa.kelas V adalah objek penelitian yang

berjumlah 27 siswa yang terdiri dari 9 laki-laki dan 18 perempuan.

Lebih rinci data personalia SD Negeri Mangunsari 05 Salatiga pada tahun pelajaran

2013/2014 disajikan pada tabel 1.5 berikut.

(2)

16

Siswa kelas V SD mangunsari 05 yang berjumlah 27 siswa.

3.2.Desain Penelitian

Bagan 3.2

DesainPenelitian (Arikunto, 2009)

Penelitian dilaksanakan dengan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas beberapa

siklus. Masing-masing dari siklus terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan

(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Tahapan-tahapan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Permintaan izin

Permintaan izin di SD Mangunsari 05 kepada Kepala Sekolah SD tersebut.

2. Observasi dan Wawancara

PERENCANAAN

SIKLUS I REFLEKSI

Pelaksanaan model pembelajaran

Discovery

PENGAMATAN AKTIVITAS guru dan siswa

PERENCANAAN

Pelaksanaan model pembelajaran

Discovery

REFLEKSI SIKLUS II

PENGAMATAN AKTIVITAS guru

(3)

17

Kegiatan observasi dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal

tentang SD Mangunsari 05 secara keseluruhan dan keadaan proses belajar mengajar mata

pelajaran IPA di kelas V.

3. Identifikasi masalah

Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kelas V di SD Mangunsari 05, pembelajaran

masih bersifat konvensional, sehingga siswa merasa jenuh dan bosan dalam proses belajar

mengajar. Siswa cenderung belajar dengan hafalan dari catatan yang diceramahkan dan

dicatat oleh guru. Dari hal ini, siswa tidak menguasai konsep yang diajarkan guru sehingga

prestasi belajarnya rendah. Dengan mengajak siswa untuk menemukan sendiri (Discovery)

diharapkan pembelajaran akan menjadi menyenangkan sehingga siswa mudah memahami

materi pembelajaran.

4. Menyusun rencana penelitian

Pada tahap ini peneliti menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh yang berupa

siklus tindakan kelas.

3.3. ProsedurPenelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas

dengan menerapkan metode Discovery yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,

pengamatan, refleksi. Adapun tahap- tahap dari masing- masing siklus sebagai berikut:

3.4.1. Siklus I

1. pengamatan (observasi)

Pengamatan dilakukan oleh observer (guru kelas V) dengan mengamati kegiatan

pembelajaran.

2. Perencanaan

Peneliti mengidentifikasi data baik dari dokumentasi maupun dari observasi serta

wawancara dengan guru kelas V maupun kepala sekolah. Menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) dengan kompetensi ”Mendeskripsikan Hubungan Antara Sifat Bahan Dengan Bahan Penyusunnya” dengan menggunakan metode Discovery

Diantaranya adalah pada kegiatan awal guru memberikan motivasi, Mengidentifikasi

(4)

18

Pada kegiatan inti siswa diperjelas lagi tentang problema yang ada kemudian guru

menyiapkan kondisi yang mengandung masalah untuk dipecahkan, siswa akan menemukan sendiri “hubungan antara bahan dengan sifat bahan penyusunnya ”Dengan cara menganalisis sendiri dan interaksi antar siswa, sementara guru membantu merumuskan prinsip, prinsip

genreralisi atas penemuan siswa,

Pada kegiatan akhir guru dan siswa akan menyimpulkan hasil analisis siswa kemudian

dikonsolidasikan dengan pengetahuan yang ada.

3. Tindakan/ Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi kegiatan pembelajaran sesuai dengan

perencanaan tindakan. Langkah-langkah pelaksanan pembelajaran adalah sebagai berikut :

Diantaranya adalah pada kegiatan awal guru memberikan motivasi, Mengidentifikasi dan

merumuskan masalah dari seleksi masalah yang ada dengan menyusun opini siswa,

Pada kegiatan inti siswa diperjelas lagi tentang problema yang ada kemudian guru

menyiapkan kondisi yang mengandung masalah untuk dipecahkan, siswa akan menemukan sendiri “hubungan antara bahan dengan sifat bahan penyusunnya” dengan cara menganalisis sendiri dan interaksi antar siswa, sementara guru membantu merumuskan prinsip, prinsip

generalisi atas penemuan siswa,

Pada kegiatan akhir guru dan siswa akan menyimpulkan hasil analisis siswa kemudian

dikonsolidasikan dengan pengetahuan yang ada.

4. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan untuk memahami dan memaknai segala sesuatu yang

berkaitan dengan proses dan hasil yang diperoleh akibat tindakan yang dilakukan. Pada tahap

ini dilakukan analisis terhadap temuan-temuan yang berkaitan dengan peningkatan nilai

siswa.

3.4.2. Siklus II

Siklus ke dua dirancang apabila Siklus pertama belum berhasil. Kegiatan yang

dilakukan pada Siklus II merupakan penyempurnaan dari kelemahan atau kekurangan pada

Siklus sebelumnya.

Kemudian melakukan pengumpulan data berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran

pada siklus II sebagai bahan data, informasi dalam pengolahan data, analisis serta

(5)

19 3.4.2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mendapatkan data yang akan dijadikan acuan penelitian, peneliti menggunakan

tehnik :

1. Observasi, yang dilakukan peneliti tentang keadaan awal hingga penerapan metode

Discovery diterapkan.

2. Dokumentasi, yang ditempuh peneliti dengan cara mengambil data nilai ulangan

harian siswa kelas V semester II mata pelajaran IPA.

3. Tes, dengan cara mengadakan pre tes dan post tes untuk mengetahui keberhasilan

atau kegagalan dalam proses pembelajaran (sebagai alat ukur keberhasilan pembelajaran).

3.6. Teknik Analisis Data

Jenis data yang penulis peroleh dari penelitian tindakan kelas ini adalah data kuantitatif

yang berupa skor hasil belajar siswa dari kegiatan pembelajaran pada siklus I dan siklus II.

data tersebut diolah dengan menggunakan teknik analisis diskriptif. Selain teknik tersebut

akan dilakukan uji beda pretes dan postes untuk memperoleh signifikansi tindakan yang

dilakukan terhadap hasil belajar dengan bantuan program SPSS For Windows versi 13

3.7. Instrument Penelitian

Sebelum instrumen dibuat, maka peneliti terlebih dahulu membuat komponen dari

kedua variabel, yaitu variabel penerapan brain gym dan pembelajaran yang menyenangkan.

(6)

20

Tabel 1.6 Konsep /

Variabel

Aspek / Dimensi Indikator

Penerapan

1. Menjawab pertanyaaan apersepsi oleh

guru

2. Memberi dugaan sementara

2. Kemandirian 1. Berani melakukan percobaan sendiri

2. Berani bertanya

3. Tidak takut salah dalam melakukan

percobaan

3. Pemikiran logis dan

kritis

1. Menemukan hubungan sebab akibat

2. Memahami penjelasan guru

3. Melakukan diskusi

4. Menjelaskan dan

mengukur

1. Tenang dalam mengikuti pelajaran

2. Dapat menyampaikan informasi

3. Ketrampilan dalam penerapan

sehari-hari meningkat

1. Mendengarkan informasi dari guru

2. Mengikuti perintah guru

3. Melaksanakan latihan melalui lembar

kerja siswa

4. Dinyatakan dalam

angka, simbol

1. Nilai siswa meningkat

(7)

21

siswa

3.8. Indikator Keberhasilan

Indikator kinerja adalah harapan terjadinya kenaikan hasil belajar yang ditunjukkan

dengan adanya kenaikan nilai rata-rata kelas. Sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM )

yang ada di SD Mangunsari 05pada mata pelajaran IPA yaitu 70.00 dan batas keberhasilan

guru adalah 70 %. Maka dengan penerapan metode Discovery ini peneliti memberi target 80

% dari jumlah peserta didikyang memperoleh nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM).

3.9. Ruang LingkupPenelitian

Penelitian ini di laksanakan di kelas V, SD Negeri Mangunsari 05, Kota Salatiga,

Propinsi Jawa Tengah tahun ajaran 2013/2014 pada mata pelajaran Sains dengan

kompetensi Jumlah siswa sebanyak 27siswa yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 9

siswa laki-laki.

3.10. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data

(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa

yang seharusnya diukur. Sedangkan instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila

digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang

sama (Sugiyono, 2008:3).

3.11.Teknik Analisis Data

3.11.1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes evaluasi dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 =𝑠𝑒𝑘𝑜𝑟𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑠𝑒𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) dikonfirmasikan dalam tabelkriteria ketuntasan sebagai

(8)

22

Tabel 1.7

Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar

KKM Kualifikasi

≥70 Tuntas

≤70 Tidak tuntas

KKM SD Negri Mangunsari 5 / 2013-2014

(sumber : Aqib 2010)

Rata-rata kelas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

n X x

Keterangan :

x :Mean (rata-rata)

∑X :jumlah semua nilai siswa ∑n :jumlah siswa

3.11.2.Data kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa selama proses

pembelajaran.kriteria penilaian dalam lembar observasi aktivitas siswa dan keterampilan

guru.

Hasil perolehan sekor dianalisis dengan menggunakan analisis presentase.

Untuk menghitung analisis presentase menggunakan rumus :

𝑃 = 𝐹𝑁 𝑥 100%

(Arikunto. 2002)

Keterrangan :

P : presentase keaktifan siswa

F : jumlah sekor aspek yang diperoleh

N : jumlah sekor aspek maksimal

Hasil perhitungan, kemudian dikonsultasikan dengan mengguanakan tabel kriteria

deskriptif persentase yang dikelompokan dalam 5 kategori : yaitu sangat

(9)

23

Tabel 1.8

Kriteria tingkat belajar siswa dalam (%) Tingkat keberhasilan (%) Pengertian

>80 % Sangat tinggi

60-79% Tinggi

40-59% Sedang

20-39% Rendah

<20% Sangat rendah

(sumber : aqib, 2010)

HASIL UJI VALIDITAS 1. Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(10)

24

Kisi-kisi soal tes materi Daur Air kelas V SD Negri Mangunsari 5

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Nomor Soal

Memahami perubahan

Menjelaskan pentingnya air 2,3,4,5,6,7,9,

(11)

25

penggunaan sumber daya alam

mempengaruhiny a

Menggambarkan proses daur

air dengan menggunakan diagram atau gambar

1,8,10,13,15,16,17,

20,21,22,21,

Kisi-kisi soal tes materi Daur Air kelas V SD Negri Mangunsari 5

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar indikator Nomor item

soal

Penelitian ini dilakukan dalam praktek pembelajaran dikelas V SDN Mangunsari 05

Salatiga dengan jumlah siswa 27 pada mata pelajaran IPA pokok pembahasan tentang

Pentingnya air bagi kehidupan dan Proses daur airdengan masalah kondisi alam dengan

menggunakan salah satu komponen KBM yaitu model pembelajaran kooperatif tipe

Discovery.

4.1.1 Kondisi awal

Hasil belajar IPA siswakelas V SD Negeri Mangunsari 05 sebelum diadakan tindakan

masih banyak siswa yang hasil belajarnya belum tuntas. Ketuntasan klasikal belajar siswa

kelas V pada mata pelajaran IPA hanya 26% dengan nilai rata-rata 50. Hal ini belum sesuai

(12)

26

dari ketuntasan belajar pada mata pelajaran IPA yaitu ≥ 70. Berdasarkan data hasil tes

menunjukkan sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Data ketuntasan

belajar kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.1.

1. Kemudian dengan membuat rekap hasil nilai tersebut, dan rekap nilai itu diperoleh

dengan menentukan kelas terlebih dahulu menggunakan rumus dari (Sabana dkk

2000:39) :

K = 1 + 3,3 Log n (jumlah siswa).

K = 1 + (3,3 Log 1,43)

K = 1 + (3,3 . 1.39 )

K = 1 +(5,719 )

K = 5.719 dibulatkan menjadi 6.

Setelah perhitungan kelas didapatkan kemudian mencari Range dengan rumus :

Range = (nilai maksimum – nilai minimum) + 1

Interval = (nilai maksimum−nilai minimum)+1

𝐾

No Nilai Jumlah siswa Persentase

1 90 – 100 1 8%

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 70 keatas sebanyak

26% atau 4 siswa, yang mendapat nilai (90 – 100) sebanyak 8% atau 1 siswa, yang mendapat

nilai (80 – 89) sebanyak 10% atau 2 siswa, yang mendapat nilai (70 – 79) sebanyak 26% atau

4 siswa, yang mendapat nilai (60 – 69) sebanyak 20% atau 9 siswa, yang mendapat nilai (50–

59) sebanyak 20% atau 9 siswa dan yang mendapat nilai (40 – 49) sebanyak 16% atau 2

(13)

27 Sumber. Data yang diolah

Gambar 4.1

Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus Berdasarkan Interval Kelas

40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100

tuntas 4 2 1

belum tuntas 2 9 9

(14)

28

Tabel 4.2

Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Pra Siklus

No Nilai Jumlah Persentase Ketuntasan

1 ≥70 7 26% Tuntas

2 <70 20 74% BelumTuntas

Jumlah 27 100%

Sumber. Data yang diolah

Tabel 4.2 ketuntasan belajar siswa hasil tes pra siklus dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurangdari KKM sebanyak 20 siswa. Dengan demikian ada 20 siswa

yang belum mencapai ketuntasan belajar minimal (KKM). Sedangkan yang sudah mencapai

ketuntasan minimal ada 7 siswa. Perbandingan antara yang sudah tuntas dan yang belum

tuntas dapat dilihat pada diagram lingkaran seperti gambar 4.2 berikut :

Gambar 4.2. Ketuntasan belajar Pra Siklus

Apabila hasil nilai pra siklus dianalisa berdasarkan nilai tertinggi, nilai terendah, dan

nilai rata-rata akan tampak seperti pada tabel 4.3berikut.

Tabel 4.3

Nilai Tertinggi, terendah, dan nilai rata-rata

No Uraian Nilai

1 Nilai tertinggi 90

26%

74%

Tuntas

(15)

29

2 Nilai terendah 40

3 Nilai rata-rata 65

Sumber. Data yang diolah

Pada hasil tes pra siklus dapat diketahui nilai yang tertinggi berjumlah 90, dan nilai yang

terendah berjumlah 40 dan kemudian nilai rata-ratanya berjumlah 65.

4.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Praktek pembelajaran pertama dilaksanakan dengan pokok bahasan Pentingnya air

bagi kehidupan dan Proses daur air. Dalam siklus I ini dilakukan melalui dua kali pertemuan

dengan rinciannya sebagai berikut:

1. Perencanaan

Hasil evaluasi pra siklus menjadi acuan untuk mengambil tindakan yang tepat untuk

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V.Persiapan yang dilakukan peneliti untuk

melaksanakan pertemuan pertama ini adalah mempersiapkan instrumen, alat dan bahan untuk

penelitian agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

2. Pelaksanaan Tindakan 1) Pertemuan pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 11 November 2014 melalui beberapa

kegiatan sebagai berikut :

1. Kegiatan awal

Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdo’a, pengkondisian kelas dan absensi. Kemudian guru melakukan apersepsi dan motivasi. Setelah kegiatan itu

guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan.

2. Kegiatan inti

Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk melihat kemampuan siswa,

kemudian guru menjelaskan materi dengan memperlihatkan gambar sumber daya alam yang

dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui, guru membagi siswa dalam 7 kelompok

heterogen yang terdiri dari 3-4 orang siswa kemudian guru membagikan nomor kepada setiap

siswa dalam kelompoknya. Dan masing-masing kelompok membaca materi yang sudah

diberikan oleh guru setelah itu siswa dalam kelompoknya berdiskusi, setelah selesai diskusi.

Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

3. Kegiatan akhir

Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah

(16)

30 Observasi

Pada pertemuan pertama ini pembelajaran berjalan dengan lancar tetapi masih ada sedikit

hambatan yaitu sebagai berikut:

1. Kurangnya perhatian siswa disaat guru menyampaikan materi pembelajaran.

2. Kurangnya aktivitas siswa dalam menjawab pertanyaan diskusi kelompok.

Refleksi dan tindak lanjut.

Berdasarkan observasi siklus I pertemuan pertama perlu diadakan perbaikan pembelajaran.

Hasil pelaksanaan pembelajaran, diketahui bahwa selama guru mengajar pada

pembelajaran siklus I siswa sudah aktif akan tetapi beberapa siswa tingkat keaktifannya

masih kurang dan perhatian siswa dalam materi pembelajaran kurang serta masih banyak

siswa belajar. Hal tersebut dikarenakan interaksi guru dengan siswa belum optimal dalam

proses pembelajaran di kelas, masih terdapat beberapa anak saat mengikuti pelajaran tidak

mendengarkan penjelasan dan arahan dari guru serta semangatnya masih kurang.

Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I pertemuan pertama,

rata-rata nilai belum mencapai KKM (70) maka akan diperbaiki dalam pelaksanaan

pembelajaran siklus I pertemuan kedua agar hasil belajar siswa yang dicapai secara optimal.

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki atau menindak lanjuti pembelajaran pada

siklus I berikutnya antara lain dengan cara : memotivasi siswa dengan memberi pujian ketika

siswa menjawab pertanyaan dengan benar.

2) Pertemuan Kedua

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 21 November 2014 melalui beberapa kegiatan

sebagai berikut:

1. Kegiatan awal

Sebelum masuk pada materi guru bertanya kepada siswa tentang kegiatan/materi

pelajaran sebelumnya. Sebagai apersepsi guru bertanya ”Tahukah kamu apakah daur air itu

dan Bagaimana daur air di Bumi?”.Setelah itu guru menjelaskan kegiatan yang akan

dilakukan serta tujuannya.

2. Kegiatan inti

Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 dan ada

yang 4 siswa. Kemudian guru membagi gambar dan LKS untuk kegiatan diskusi kelompok.

Guru meminta siswa untuk menyebutkan cara daur air. Guru membimbing siswa yang

kesulitan. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya selanjutnya

guru melakukan pemanggilan nomor secara acak dan siswa yang dipanggil nomornya

(17)

31 3. Kegiatan akhir

Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan.

Kemudian guru mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan.

Observasi

Ada beberapa siswa yang tidak mendengarkan dengan serius ketika disajikan gambar dalam

penjelasan materi pelajaran.

Refleksi dan Tindak lanjut

Berdasarkan observasi dan analisis hasil tes pada siklus I pertemuan kedua terdapat 7

siswa yang tuntas dan 20siswa yang belum tuntas belajar, sehingga perlu diadakan perbaikan

pembelajaran.Hasil pelaksanaan pembelajaran, diketahui bahwa selama guru mengajar pada

pembelajaran siklus I pertemuan kedua siswa sudah aktif akan tetapi beberapa siswa tingkat

keaktifannya masih kurang dan perhatian siswa dalam materi pembelajaran kurang serta

masih ada 74% siswa belum tuntas belajar.

Hal tersebut dikarenakan interaksi guru dengan siswa belum optimal dalam proses

pembelajaran di kelas, Keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat pada kelompok

masih kurang. Untuk menindak lanjuti dilakukan cara Memberi petunjuk pada siswa agar

berani dalam berpendapat dalam diskusi kelompok.

3.Hasil Tindakan /Penelitian

1) Data Temuan Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Temuan hasil penelitian diperoleh hasil perbaikan pembelajaran yang telah

dilaksanakan pada pembelajaran siklus I. Hasil analisis pengamatan tes pelaksanaan

pembelajaran pada siklus I yang telah dilakukan diperoleh hasil yang tersaji pada tebel 4.4

di bawah ini :

Tabel 4.4 Nilai Tes Siklus I

No Nilai Jumlah siswa Persentase

1 90-98 3 11%

2 81-89 7 26%

3 72-80 8 30%

4 63-71 4 15%

5 54-62 3 11%

6 45-53 2 7%

(18)

32

Sumber. Data yang diolah

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapatnilai 70 keatas sebanyak 30% atau 18 siswa, yang mendapat nilai (90 – 98) sebanyak 11% atau 3 siswa, yang

mendapat nilai (81 – 89) sebanyak 26% atau 7 siswa, yang mendapat nilai (72 – 80) sebanyak

30% atau 8 siswa, yang mendapat nilai (63 – 71) sebanyak 15% atau 4 siswa, dan yang

mendapat nilai (54 – 62) sebanyak 11% atau3 siswa, yang mendapat nilai (45 – 53) sebanyak

7% atau 2 siswa.

Sumber. Data yang diolah

Gambar 4.3 Ketuntasan Belajar Siklus I Berdasarkan Interval Kelas

Tabel 4.5

Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus I

No Nilai Jumlah Persentase Ketuntasan

1 ≥70 18 67% Tuntas

2 <70 9 33% BelumTuntas

Jumlah 27 100%

Sumber. Data yang diolah

Tabel 4.5 Menunjukkan ketuntasan belajar siswa hasil tes siklus I dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM 70 sebanyak 9 siswa. Dengan demikian

ada 9 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimal (KKM). Sedangkan yang

sudah mencapai ketuntasan minimal ada 18 siswa.Perbandingan antara yang sudah tuntas dan

yang belum tuntas dapat dilihat pada diagram lingkaran seperti gambar 4.4 sebagai berikut.

45-53 54-62 63-71 72-80 81-89 90-98

belum tuntas 2 3 4

tuntas 8 7 3

(19)

33

Sumber. Data yang diolah

Gambar 4.4

Ketuntasan Belajar Siklus I

Apabila hasil nilai pra siklus dianalisa berdasarkan nilai tertinggi, nilai terendah, dan

nilai rata-rata akan tampak seperti pada tabel 4.6 Tabel 4.6

Nilai Tertinggi, terendah, dan nilai rata-rata

No Uraian Nilai

1 Nilai tertinggi 95

2 Nilai terendah 50

3 Nilai rata-rata 73

Sumber. Data yang diolah

Pada hasil tes siklus I dapat diketahui nilai yang tertinggi berjumlah 95, dan nilai yang

terendah berjumlah 50 dan kemudian nilai rata-ratanya berjumlah 73.

Siswa yang tuntas pada siklus I mencapai 67% atau 18 siswa, sedangkan siswa yang

belum tuntas hasil belajarnya 33% atau 9 siswa meningkat dibandingkan hasil belajar pra

siklus.Menurut Hilgrad dan Brower sebagaimana yang dikutip oleh Oemar Hamalik

(2008:45) dalam bukunya psikologi pendidikan mereka mendefinisikan belajar sebagai

perubahan dalam perubahan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman.

Namun demikian hasil yang diperoleh pada siklus I belum mencapai standar

yangtelah ditetapkan pada indikator kinerja pada penelitian ini. Indikator keberhasilan

penelitian ini dianggap berhasil apabila 18 nilainya tuntas dalam kelas atau ketuntasan

klasikal 70% .Dari data dapat diperoleh informasi bahwa siswa yang telah tuntas pada siklus I

mencapai 67% (18 siswa), oleh karena itu penelitian dilanjutkan dengan mempersiapkan

siklus 2.Berikut gambar diagram batang persentase perbandingan hasil belajar pra siklus

dengan siklus 1.

67%

33% Tuntas

(20)

34

Sumber. Data yang diolah

Gambar 4.5

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA siswa Antara Pra Siklus Dengan Siklus 1

4) Hasil Observasi

Pada pertemuan pertama siklus I kegiatan guru dalam pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran tipe Discovery diamati oleh observer. Pengamatan yang

dilakukan dengan lembar observasi kegiatan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.

Adapun pengamatan yang difokuskan pada kegiatan guru dalam menerapkan model

Discovery pada mata pelajaran IPA.

4.1.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Praktek pembelajaran pertama dilaksanakan dengan pokok bahasan daur air sub

pokok bahasan Pentingnya air bagi kehidupan dan Proses daur air. Dalam siklus II ini

dilakukan melalui dua kali pertemuan dengan rinciannya sebagai berikut:

1. Perencanaan

Hasil evaluasi siklus I menjadi acuan untuk mengambil tindakan yang tepat untuk

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V.Persiapan yang dilakukan peneliti untuk

melaksanakan pertemuan pertama ini adalah mempersiapkan instrumen, alat dan bahan untuk

penelitian agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

(21)

35 2. Pelaksanaan Tindakan

1) Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 25 November 2014 melalui beberapa kegiatan

sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal

Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdo’a, pengkondisian

kelas dan absensi. Kemudian guru melakukan apersepsi dan motivasi. Setelah kegiatan itu

guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan.

2. Kegiatan Inti

Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk melihat kemampuan siswa,

kemudian guru menjelaskan materi dengan memperlihatkan satu video tentang cara proses

daur air, guru membagi siswa dalam 7 kelompok heterogen yang terdiri dari 3-4 orang siswa

kemudian guru membagikan materi pada setiap kelompok. Dan masing-masing kelompok

membaca materi yang sudah diberikan oleh guru setelah itu siswa dalam kelompoknya

berdiskusi, setelah selesai diskusi. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya.

3. Kegiatan Akhir

Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah

dilakukan. Kemudian guru mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan.

Observasi

Pada pertemuan pertama ini pembelajaran berjalan dengan lancar tetapi masih ada sedikit

hambatan yaitu sebagai berikut:

1. Siswa dalam pembelajaran masih ada yang yang tidak memperhatikan

2. Kurangnya aktivitas siswa dalam menjawab pertanyaan diskusi kelompok.

Refleksi dan tindak lanjut.

Berdasarkan observasi siklus II pertemuan pertama perlu diadakan perbaikan pembelajaran.

Hasil dari pelaksanaan pembelajaran, diketahui bahwa selama guru mengajar pada

pembelajaran siklus II siswa sudah aktif akan tetapi beberapa siswa tingkat keaktifannya

masih kurang dan perhatian siswa dalam materi pembelajaran kurang serta masih ada siswa

yang bermain.

(22)

36

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 28 November 2014 melalui beberapa kegiatan

sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal

Sebelum masuk pada materi guru bertanya kepada siswa tentang kegiatan/materi

pelajaran sebelumnya. Sebagai apersepsi guru bertanya ”Tahukah kamu apakah daur air itu,

Bagaimana daur air di Bumi”?.Setelah itu guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan

serta tujuannya.

2. Kegiatan Inti

Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok, setiap kelompok terdiri dari3-4 siswa.

Kemudian guru membagi gambar dan LKS untuk kegiatan diskusi kelompok. Guru meminta

siswa untuk menyebutkan cara daur air. Guru membimbing siswa yang kesulitan.

Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

3. Kegiatan Akhir

Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan. Kemudian guru mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan.

Observasi

Semua siswa sudah mendengarkan dengan serius ketika disajikan gambar dalam penjelasan materi pelajaran.

Refleksi dan Tindak lanjut

Berdasarkan observasi dan analisis hasil tes pada siklus II pertemuan kedua dari 27

siswa sudah tuntas hasil belajarnya, diketahui bahwa selama guru mengajar pada

pembelajaran siklus II pertemuan kedua siswa sudah aktif dan mau mendengarkan, dan

perhatian siswa dalam materi pembelajaran sudah meningkat 100% siswa dalam ketuntasan

belajar.

Hal tersebut dikarenakan interaksi guru dengan siswa sudah optimal dalam proses

pembelajaran di kelas, Keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat pada kelompok

sudah bagus.

3. Hasil Tindakan/Penelitian

(23)

37

Temuan dai hasil penelitian diperoleh hasil perbaikan pembelajaran yang telah

dilaksanakan pada pembelajaran siklus II. Hasil analisis pengamatan tes pelaksanaan

pembelajaran pada siklus II yang telah dilakukan diperoleh hasil yang tersaji pada tabel 4.7

di bawah ini :

Tabel 4.7 Nilai Tes Siklus II

No Nilai Jumlah siswa Persentase

1 95-100 3 11%

2 90-94 3 11%

3

85-89 7 26%

4

80-84 7 26%

5

75-79 4 11%

6

70-74 3 15%

Jumlah 27 100%

Sumber. Data yang diolah

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 70 keatas sebanyak 85% atau 24 siswa, dan yang mendapat nilai (95 – 100) sebanyak 11% atau 3 siswa. Siawa

yang mendapat nilai (90-94) sebanyak 11% atau 3 siswa.siswa yang mendapat nilai (85-89)

sebanyak 26% atau 7 siswa.siswa yang mendapat nilai (80-84) sebanyak 26% atau 7 siswa.

siswa yang mendapat nilai (75-79) sebanyak 11% atau 4 siswa.siawa yang mendapat nilai

(70-74) sebanyak 15% atau 3 siswa. Berdasarkan data hasil tes menunjukkan sebagian besar

siswa sudah mencapai ketuntasan belajar. Data ketuntasan belajar kondisi awal dapat dilihat

(24)

38

Sumber. Data yang diolah

Gambar 4.6

Ketuntasan Belajar Siklus II Berdasarkan Interval Kelas

Tabel 4.8

Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus II

No Nilai Jumlah Persentase Ketuntasan

1 ≥70 27 100% Tuntas

2 <70 - - BelumTuntas

Jumlah 27 100%

Sumber. Data yang diolah

Tabel 4.8 ketuntasan belajar siswa hasil tes siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai diatas dari KKM 70 sebanyak 27 siswa. Dengan demikian yang sudah

mencapai ketuntasan belajar minimal (KKM) sebanyak 27 siswa. Untuk memperjelasnya

dapat dilihat pada diagram lingkaran seperti gambar 4.7 3

4

7 7

3 3

0 1 2 3 4 5 6 7 8

70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95-100

belum tuntas tuntas

100% 0

(25)

39

Sumber. Data yang diolah

Gambar 4.7

Ketuntasan Belajar Siklus II

Apabila hasil nilai pra siklus dianalisa berdasarkan nilai tertinggi, nilai terendah, dan

nilai rata-rata akan tampak seperti pada tabel 4.9 Tabel 4.9

Nilai Tertinggi, Terendah, Dan Nilai Rata-Rata

No Uraian Nilai

1 Nilai tertinggi 100

2 Nilai terendah 70

3 Nilai rata-rata 85

Sumber. Data yang diolah

Pada hasil tes siklus II dapat diketahui nilai yang tertinggi berjumlah 100, dan nilai yang

terendah berjumlah 70 dan kemudian nilai rata-ratanya berjumlah 85. Siswa yang tuntas pada

siklus II mencapai 100% atau 27 siswa. Siswa yang mendapat nilai 70 keatas sebanyak 85%

(24 siswa).

Sumber. Data yang diolah

Gambar 4.8

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Antara Pra Siklus Dengan Siklus 1 dan Siklus II

4.1.4 Pembahasan Hasil Penelitian 0

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Prasiklus Siklus 1 Siklus 2

(26)

40

Berdasarkan hasil penelitian dan tindakan yang sudah dilakukan dapat dinyatakan

bahwa pembelajaran dengan Model Discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA

khususnya pada pokok bahasan Daur air kelas V semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 pada

SD Negeri Mangunsari 05. Hal tersebut dapat dianalisis dan dibahas sebagai berikut :

1. Pembahasan Pra Siklus

a) Hasil Belajar

Pada awalnya siswa kelas V, ketuntasan dalam pelajaran IPA rendah. Hal ini

disebabkan karena guru dalam mengajar masih menggunakan metode konvensional, sehingga

anak hanya berangan-angan. Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 27 siswa

baru 7 siswa atau 26% yang mencapai ketuntasan belajar dengan nilai standar Kriteria

Ketuntasan Minimal. Sedangkan 20 siswa atau 74% belum mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal yang telah ditentukan yaitu sebesar 70. Sedangkan nilai tertinggi pra siklus adalah

90, dan nilai terendah 40, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 65.

b) Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada pra siklus menunjukkan bahwa siswa merasa bosan dan

aktifitas siswa dalam mengikuti pelajaran masih pasifkarena guru hanya menggunakan

metode ceramah saja. Siswa masih bekerja secara indvidual, tidak tampak kreatifitas siswa

maupun gagasan yang muncul. Siswa terlihat jenuh dan kurang semangat karena

pembelajaran selalu monoton.

2. Pembahasan Siklus I

Hasil Tindakan pembelajaran pada siklus I, berupa hasil tes dan non tes. Berdasarkan

hasil observasi yang telah dilakukan terhadap pelaksanaan siklus I diperoleh keterangan

sebagai berikut:

a) Hasil Belajar

Hasil tes dari siklus I, menunjukkan hasil siswa yang mencapai nilai 70

keatassebanyak 66% atau 18 siswa, yang mendapat nilai (90-98) sebanyak 11% atau 3 siswa,

yang mendapat nilai (81-89) sebanyak 26% atau 7 siswa, yang mendapat nilai (72-80)

sebanyak 30% atau 8 siswa, yang mendapat nilai (63-71) sebanyak 15% atau 4 siswa, dan

yang mendapat nilai (54-62) sebanyak 11% atau3 siswa, dan yang mendapat nilai (45-53)

sebanyak 7% atau2 siswa.

Berdasarkan data hasil tes siklus I masih menunjukkan ada 9 siswa belum mencapai

ketuntasan belajar. Adapun dari Hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai

tertinggi adalah 95, niali terendah 50, dengan niali rata-rata kelas sebesar 73.

(27)

41

Proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya perubahan, meskipun

belum semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan kegiatan

yang bersifat kelompok ada anggapan bahwa hasil belajar yang di dapat secara kelompok

pasti sama. Dari hasil pengamatan telah terjadi peningkatan semangat dan keaktifan siswa

dalam belajar, karena ada persaingan untuk menjadi kelompok yang terbaik. Ada interaksi

antar siswa dalam kelompok.

Masing-masing siswa ada peningkatan berani bertanya dan minta penjelasan kepada

guru maupun temannya sendiri, sehingga terlatih ketrampilan bertanya jawab. Terjalin

kerjasama antar siswa. Ada persaingan positif antar kelompok mereka saling berkompetisi

untuk memperoleh penghargaan dan menunjukkan untuk jati diri pada siswa.

Hasil antara kondisi awal dengan siklus 1 menunjukkan adanya perubahan walau

belum bisa optimal. Perbandingan antara kondisi awal dan siklus I dapat disajikan pada tabel

4.10

Tabel 4.10

Perbandingan Kegiatan dan Hasil Belajar Kondisi Awal dan Siklus 1

NO Pra Siklus Siklus 1

1 Tindakan Tindakan

Pembelajaran konvensional, mengutamakan metode ceramah.

Ketuntasan belajar meningkat 41 % 67 % - 26% = 41 %

Nilai Tertinggi : 95 Nilai erendah : 50 Nilai rata- rata : 73 Nilai rata- rata meningkat8 % 10 / 100 x 100 % =8%

(28)

42

- Proses pembelajaran pasif

- Siswa tidak berani bertanya kesulitannya - Siswa hanya mendengarkan, dan diam

meskipun tidak bisa

- Belum memanfaatkan media pembelajaran yang tepat

- Belum tumbuh kreatifitas dan kerjasama antar teman

- Proses pembelajaran ada perubahan, siswa mulai aktif

- Siswa mulai berani bertanya - Siswa mendengarkan, bertanya,

berdiskusi.

- Sudah menerapkan Discovery dengan langkah-langkah Mengidentifikasi, - Interaksi antara guru dan siswa, dan

antara siswa dengan siswa sudah nampak.

Hasil refleksi dari siklus I dapat disimpulkan bahwa melalui Penerapan Model

Discovery ketuntasan belajar yang awalnya ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 26%

menjadi 67% sehingga terjadi peningkatan sebesar 41%. Sedangkan nilai rata-rata kelas ada

kenaikan8%. Pada siklus I ini belum semua siswa mencapai ketuntasan karena masih ada

sebagian siswa yang masih belum jelas tentang langkah-langkah Penerapan Model

Pembelajaran tipe Discovery untuk pembelajaran.

3. Pembahasan Siklus II

Hasil tindakan pembelajaran pada siklus II berupa hasil tes dan non tes, Berdasarkan

hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti terhadap pelaksanaan siklus II diperoleh

keterangan sebagai berikut:

a) Hasil Belajar

Ketuntasan belajar siswa hasil tes siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang

memiliki nilai diatas dari KKM 70 sebanyak 27 siswa. Dengan demikian yang sudah

mencapai ketuntasan belajar minimal (KKM) sebanyak 27 siswa. Berdasarkan ketuntasan

belajar siswa, dari sejumlah 27 siswa terdapat 27 siswa atau 100% yang sudah mencapai

ketuntasan belajar. Adapun dari hasil Nilai siklus II dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai

tertinggi adalah 100, nilai terendah 70, dan dengan nilai rata-rata kelas sebesar 85.

b) Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan adanya perubahan, semua

siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan ketertarikan siswa

untuk menemukan sesuatu hal yang baru melalui Penerapan Model Pembelajaran kooperatif

tipe Discovery. Hasil pengamatan telah terjadi peningkatan semangat dan keaktifan siswa

(29)

43

peningkatan berani bertanya dan minta penjelasan kepada guru maupun temannya. Siswa

yang telah menguasai materi yang diberikan. Mereka saling berkompetisi untuk memperoleh

penghargaan dan menunjukkan kemampuannya.

Hasil antara siklus I dengan siklus II ada perubahan secara signifikan, hal ini ditandai

dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Dari hasil tes akhir

siklus II ternyata lebih baik dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar siswa pada siklus

I. Peningkatan hasil belajar maupun ketuntasan tersebut dapat disajikan pada tabel 4.11 Tabel 4.11

Perbandingan Kegiatan dan Hasil Belajar Pada Siklus I dan Siklus II

NO Siklus 1 Siklus 2

1 Tindakan Tindakan

Pembelajaran dengan Penerapan Model Discovery. Media pembelajaran menggunakan gambar tentang daur air

Pembelajaran dengan

PenerapanModel Discovery. Media pembelajaran menggunakan gambar daur air. Ditambah LCD/ power point dan Video pembelajaran tentang daur air.

2 Hasil Belajar Hasil Belajar

Ketuntasan Ketuntasanbelajar siswa meningkat

33 %

( 100% - 67% = 33% ) Nilai Tertinggi : 100 Nilai terendah : 70 Nilai rata- rata : 85 Nilai rata- rata meningkat12% 12/100x100 % = 12%

3 Proses belajar Proses belajar

- Proses pembelajaran ada perubahan, siswa mulai aktif. - Siswa terlibat langsung dalam

proses pembelajaran. - Kreatifitas, kerjasama,

tanggung jawab mulai tampak.

- Proses pembelajaran siswa aktif dan kreatif serta cekatan. - Siswa terlibat langsung dalam

(30)

44

Perbandingan hasil tes siklus I dan siklus IIterlihat ada peningkatan yang cukup

signifikan, baik dilihat dari ketuntasan belajar maupun hasil perolehan nilai rata-rata

kelas.Sejumlah 27 siswa sangat baik dilihat pada Kriteria Ketuntasan Minimalnya (KKM)

hampir keseluruhannya sudah mencapai diatas 70.

Secara umum dari hasil pengamatan dan tes kondisi awal hingga siklus II, dapat

disimpulkan bahwa melalui Penerapan Model Pembelajaran Discovery dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang daur air di kelas V SD Negeri

Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti KotaSalatiga semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.

4.1.5 Hasil Tindakan

Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui melalui Penerapan Model Pembelajaran

tipe Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang

materi daur air di kelas V SD Negeri Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti KotaSalatiga

Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Peningkatan nilai rata-rata yaitu 65 pada kondisi

awal menjadi 73 pada siklus I dan menjadi 85 pada siklus II. nilai rata-rata siklus I meningkat

8% dari kondisi awal, dan nilai rata-rata siklus II meningkat 12% dari siklus 1. Secara

keseluruhan dari kondisi awal sampai akhir tindakan siklus II terjadi peningkatan nilai

rata-rata kelas sebesar 20%. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus 1 ada peningkatan sebesar

41% dari kondisi awal, dan siklus II meningkat 9% dari siklus 1. Secara keseluruhan dari

kondisi awal sampai akhir siklus II ketuntasan belajar meningkat sebesar 70% dari kondisi

awal.

Hasil belajar siswa dari kondisi awal sampai dengan siklus II dapat ditunjukkan pada

tabel 4.12 berikut ini.

Tabel 4.12 Hasil Belajar Siswa

Pada Kondisi Awal Siklus I dan Siklus II

No Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

(31)

45

2 Nilai Terendah 40 50 70

3 Nilai Rata-Rata 65 73 85

4 Ketuntasan Belajar 26% 67% 100%

Sumber. Data yang diollah

Peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal sampai dengan siklus II dapat ditunjukkan

pada tabel 4.13 berikut ini.

Tabel 4.13

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dari Kondisi Awal sampai Kondisi Akhir

No

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran terdapat perubahan

positif pada siswa terutama aktifitas dalam mengikuti pembelajaran dan keberanian

menyampaikan kesulitannya.

Berdasarkan pengamatan terhadap hasil belajar dan pengamatan terhadap proses

pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan Penerapan Model Pembelajaran

Tipe Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang

materi Daur air di kelas V SD Negeri Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti KotaSalatiga

semester II tahun pelajaran 2013/2014.

4.1.6 Pembahasan

Berdasarkan analisis data hasil belajar terhadap siswa kelas V SDN Mangunsari 05 pada

mata pelajaran IPA, dapat diketahui juga adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan

menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Discovery. Berdasarkan pada teori

(32)

46

meningkatkan kompetensi belajar siswa kelas V SDN Mangunsari 05 Semester II Tahun

Pelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran IPA. Sesuai dengan karakteristik metode discovery

dalam pembelajaran sains yang menuntut pola pembelajaran aktif, kreaktif, dan

komperhensif, karena dapat melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri

kebutuhan belajarnya serta menanamkan kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur

hidup.dengan asas pembelajaran aktif yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang

menuntut keaktifan dan partisipasi siswa secara optimal sehngga siswa mampu menguasai

pengetahuan dan ketermpilan yang lebih efektif dan efisien. peningkatan hasil belajar siswa

tersebut dapat dilihat dari hasil nilai siklus I dan siklus II. Pada pra siklus diketahui siswa yang mendapat nilai diatas Kategori Ketuntasan Minimal (KKM ≥70) atau dikatakan tuntas adalah 7 siswa (26%) kemudian meningkat pada siklus I menjadi 18 siswa (67%) dan

kemudian meniingkat lagi pada siklus II menjadi 27 siswa (100%). Pada pra siklus diketahui siswa yang mendapat nilai dibawah Kategori Ketuntasan Minimal (KKM ≥70) atau dikatakan tidak tuntas adalah 20 siswa (74%). Kemudian menurun pada siklus I menjadi 9 siswa (33%).

Pada siklus I siswa tuntas belajar adalah 18 siswa (67%) lebih rendah dari indikator

keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% siswa tuntas beajar. Jadi pada siklus I hasil belajar

siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, berdasarkan hasil refleksi

pada saat pembelajarran siklus I hal ini dapat disebabkan karena guru belum mengelola

waktu pembelajaran dengan baik terutama pada saaat membimbing siswa dalam melakukan

sharing. Pembelajaran siklus I belum mecapai indikator keberhasilan sehingga diberikan

tindakan pada siklus II. Pada siklus II siswa tuntas belajar adalah 27 siswa (100%) lebih

tinggi dari indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% siswa tuntas belajar. Jadi pada

siklus II hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yang

berarti melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe discovery dapat

mmeningkatkan hasil belajar siswa. Hasil ini mengindikasikan bahwa model

pembelajaran,terutama pembelajaran IPA. Metode pembelajaran ini cocok diterapkan, dalam

metode ini karena memicu siswa untuk lebih mudah memahami materi pembelajaran.

Disimpulkan bahwa metode Discovery adalah cara penyajian pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi tanpa bantuan

gurudengan menghadapkan siswa pada suatu masalah, untuk menemukan penyebabnya

dengan melalui pelacakan data atau informasi pemikiran logis, kritis, dan sistematis dalam

rangka mencapai tujuan pengajaran, denganmembuat dugaan, menjelaskan, mengukur,

(33)

47

Langkah-langkah metode Discovery menurut Gilstrap (1975) (dalam Prayitno, 2008)

adalah: (a) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk

menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan penemuan, (b) Seleksi

pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian

dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajarai, (c) Mengatur susunan kelas

sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar

dengan penemuan, (d) Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan

penemuan, (e) menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan,

(f) Mengecek pengertian siswa tentang maslah yang digunakan untuk merangsang belajar

dengan penemuan, (g) Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan

penemuan, (h) memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja

dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah

orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut, (i) Mempersilahkan siswa

mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga

memperoleh tilikan umum, (j) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman

belajarnya, walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri, (k) memberi jawaban dengan

cepat dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam

kelangsungan kegiatannya, (l) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan

eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (m)

Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan

siswa, misalnya latihan penyelidikan, (n) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya

merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul, (o)

Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana, (p)

Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandanganan dan tafsiran yang berbeda.

Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar, (q)

Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alas an dan fakta, (r) Memuji

siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya

kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang

mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri, (s) membantu siswa menulis atau

merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari

masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan, (t) Mengecek apakah

siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam situasi

(34)

48

Sedangkan langkah-langkah menurut Richard Scuhman (dalamPrayitno 2008) adalah :(a)

identifikasi kebutuhan siswa, (b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian,

konsep dan generalisasi yang akan dipelajari, (c) Seleksi bahan, dan problema serta

tugas-tugas, (d) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing

siswa, (e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan, (f) Mencek

pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa, (g)

Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, (h) Membantu siswa dengan

informasi, data, jika diperlukan oleh siswa, (i) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan

yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (j) Merangsang terjadinya interaksi antar

siswa dengan siswa, (k) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses

penemuan, (l) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil

penemuannya

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode Discovery menurut Walter

Klinger, SEQIP (1997) (dalamWahyudi, 2008) adalah sebagai berikut

1. Motivasi, bertujuan menuntun siswa kearah materi pendidikan, untuk membangkitkan

rasa ingin tahu siswa, antusiasme dan kesediaan belajar siswa

2. Perumusan masalah, bertujuan memfokuskan perhatian siswa agar mengenali

masalah yang akan dibahas.

3. Penyusunan opini-opini, siswa berdasarkan penagalaman atau iterpretasinya

sehingga dapat memberikan dasar penyampaian materi.

4. Perencanaan dan kontruksi alat, bertujuan merencanakan dan mengkontruksi suatu

perangkat percobaan yang berfungsi, yang memungkinkan verifikasi atau penolakan

hipotesa dan penentuan salingketerkaitan antara parameter –parameter yang relevan

5. Pelaksanaan percobaan, langkah percobaan merupakan titik perhatian pengajaran

fisika. Jawaban terhadap pertanyaan ilmiah disini akhirnya akan ditemukan melalui

pengalaman percobaan menggunakan peralatan yang khusus dikembangkan untuk

tujuan ini.

6. Kesimpulan, suatu generalisasi dari hasil percobaan yang akan membawa

pengetahuan ilmiah yang baru

7. Abstraksi, abstraksi merupakan perumusan pengetahuan terperinci tertentu yan

peroleh melalui kasus khusus dalam rangka melakukan penelitian untuk mencapai

syarat-syarat umum. Abstraksi merupakan suatu idealisasi dan suatu generalisasi

sejumlah pernyataan yang menggunakan istilah-istilah teknis terperinci dan

(35)

49

8. Konsolidassi pengetahuan, bertujuan agar siswa semakin menguasai pengetahuan

yang baru diperoleh, untuk memungkinkan integrasi dan internalisasi pengetahuan itu

kedalam struktur pengetahuan yang sudah ada.

Ketiga macam langkah-langkah tersebut peneliti menyusun

mengkombinasikan dan menyimpulkan langkah- langkah penggunaan metode

Discovery adalah sebagai berikut:

1. Memotivasi siswa

2. Mengidentifikasi dan Merumuskan masalah dari seleksi masalah

yang ada.

3. Menyusun opini, problema serta tugas-tugasnya

4. Komunikasi dengan siswa untuk memperjelas problema yang akan

dipelajari

5. Merencanakan dan konstruksi alat

6. Menyiapkan suatu kondisi yang mengandung masalah untuk di

pecahkan

7. Mengecek pengertian dan pemahaman siswa

8. Memberi kesempatan siswa untuk menemukan

9. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan

dan bekerja dengan data, daninformasi yang ada

10.Siswa melakukan analisis sendiri

11.Memberi pujian pada siswa.

12.Merangsang interaksi antar siswa

13.Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas

hasil penemuannya

14.Menyimpulkan

15.Konsolidasi pengetahuan, untuk memungkinkan integrasi dan

internalisasi pengetahuan itu kedalam struktur pengetahuan yang

Gambar

Tabel 3.1 Data Siswa SD Negeri Mangunsari  05 Salatiga
Tabel 1.7
Tabel 1.8
Tabel 4.1 Nilai Tes Pra Siklus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fase eksekusi ini juga sudah menghasilkan kader yang memiliki dorongan untuk berkerja, dan perlu di ingat, karena seorang kader saat ini sudah memegang peran sebagai pelaku atau

This indicated that the alternative hypothesis stating that the interactive video media increases the students’ writing scores in analytical exposition text at XI grade

14. Agus Sarifudin, S.P.d., MM Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat 15. Made Saputra, S.Pd., M.Si Dinas Pendidikan Propinsi Bali.. Cabang

Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,

Larutan natrium sulfida + larutan asam klorida encer akan timbul gas yang dapat dibuktikan dengan : bau yang spesifik, kertas saring yang dibasahi dengan larutan plumbum nitrat

Informasi produk yang frekuensinya sering dibicarakan, terkait pula dengan nilai-nilai positif dan negatif pada perusahaan atau produk tersebut, memancing orang-orang untuk

Larutan penyangga adalah larutan yang terdiri dari campuran asam atau basa konjugasinya dan basa atau asam konjugasinya yang membuat larutan tersebut data

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;.. Peraturan Menteri Pendidikan dan