Pertumbuhan tinggi badan anak laki-laki dan anak perempuan Karawang untuk setiap persentil disajikan pada Gambar 1. Perbandingan pola pertumbuhan (yaitu median) tinggi badan antara anak laki-laki dan anak perempuan Karawang terdapat pada Gambar 2, sedangkan laju pertumbuhannya disajikan pada gambar 3.
tua, iklim, penyakit infeksi, dan sosial ekonomi (Bogin 1999; WHO 1995).
Pola pertumbuhan normal yang mengikuti potensi genetis dapat diperoleh dari probandus yang sehat dengan latar belakang sosial ekonomi yang baik sehingga dapat tumbuh secara optimal.
Probandus pada penelitian ini memiliki latar belakang sosial ekonomi yang baik. Hal ini diketahui dari hasil kuisioner, di mana 74,83% keluarga mengeluarkan Rp. 750.000,00 hingga Rp. 1.500.000,00 per bulan untuk makan. Pengeluaran keluarga untuk makan terangkum dalam Tabel 3. Tabel 3 Jumlah probandus berdasarkan
pengeluaran keluarga per bulan untuk konsumsi makanan
Jumlah Jumlah Persentase Pengeluaran Probandus (%) < Rp.500.000 21 2,95 Rp.500 000-Rp.750 000 82 11,53 Rp.750 000-Rp.1 000 000 136 19,13 Rp.1 000 000-Rp.1 500 000 202 28,41 > Rp.1 500 000 194 27,29 Lainnya* 76 10,69 Total 711 100 *) Jumlah pengeluaran tidak diketahui
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pengeluaran keluarga untuk konsumsi makanan sebanding atau lebih besar dari upah minimum regional kota dan kabupaten di wilayah Karawang. Merujuk pada Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 561/kep.1020.Bangsos/2006 tentang penetapan Upah Minimum Kabupaten atau Kota di Jawa Barat, besar upah minimum kota Karawang sebesar Rp. 854.373,00.
Prosedur Antropometri
Pengukuran probandus dilakukan satu kali pada sejumlah besar probandus yang mewakili populasi Karawang. Pengukuran berat badan menggunakan timbangan berskala 0,5 kg. Probandus berdiri tegak di tengah timbangan tanpa bantuan, tidak memakai alas kaki, santai, tidak bergerak, dan pandangan lurus ke depan. Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur yang telah dikalibrasi dan bidang vertikal sebagai tempat pengukuran. Probandus berdiri tegak, kaki merapat, lutut diluruskan, tumit, bokong, dan bahu menyentuh bidang vertikal serta bidang Frankfurt berada dalam posisi horisontal. Bidang Frankfurt merupakan garis khayal yang melintasi
meatus auditory dan puncak tulang pembentuk rongga mata bagian bawah.
Kemudian proyeksi puncak kepala ke bidang vertikal ditandai. Tanda tersebut diukur dengan alat pengukur sebagai tinggi badan (Putra 2005). Data antropometri pengukuran dicatat pada lembar pengukuran (Lampiran 2) dan disertai kuisioner data pribadi probandus dan orang tua probandus (Lampiran 3). Selanjutnya dapat diketahui Indeks Massa Tubuh (IMT) dari rasio berat badan dalam satuan kilogram terhadap kuadrat tinggi badan dalam satuan meter.
Analisis Data
Analisis data antropometri menggunakan program R (R Development Core Team 2004) dan prosedur additivity and variance stabilization (AVAS) (Tibshirani 1988, Tango 1998), untuk menentukan nilai-nilai distribusi frekuensi tinggi badan, berat badan, dan indeks massa tubuh untuk setiap kelompok usia. Distribusi frekuensi dinyatakan dalam persentil yang merupakan nilai-nilai yang membagi segugus pengamatan menjadi 100 bagian yang sama (Walpole 1992). Misalnya, dari keseluruhan penelitian ini, median atau nilai persentil 50 (P50) menunjukkan bahwa 50% dari seluruh data terletak di bawah nilai P50 dan 50% (yaitu 100% - 50%) terletak di atas nilai P50. Pola pertumbuhan merupakan gambaran rata-rata pertumbuhan yang terjadi di suatu populasi, karena itu pola ini dapat diperoleh dengan cara menghubungkan nilai median ini dari tahun ke tahun. Nilai-nilai persentil yang digunakan dalam analisis ini disesuaikan dengan ketentuan NHANES III (1988) yang digunakan dalam penelitian-penelitian di dunia, termasuk Kuczmarski et al. (2000), sehingga dapat memudahkan dalam perbandingan dengan populasi lain di seluruh dunia. Persentil ekstrim menunjukkan individu-individu yang jarang terdapat di populasi dan dapat digunakan untuk menilai status gizi yang bersangkutan.
Analisis data dilakukan di Laboratorium Zoologi, Departemen Biologi, FMIPA, IPB.
HASIL
Tinggi BadanPertumbuhan tinggi badan anak laki-laki dan anak perempuan Karawang untuk setiap persentil disajikan pada Gambar 1. Perbandingan pola pertumbuhan (yaitu median) tinggi badan antara anak laki-laki dan anak perempuan Karawang terdapat pada Gambar 2, sedangkan laju pertumbuhannya disajikan pada gambar 3.
Gambar 2 Perbandingan pola pertumbuhan tinggi badan antara anak laki-laki dan anak perempuan usia 4 sampai dengan 13 tahun di Karawang
Gam ar 1 Pertumbuhan tinggi badan anak laki-laki dan anak perempuan usia 4 sampai dengan 13 tahun di Karawang
b
Rata-rata tinggi badan anak laki-laki lebih besar daripada tinggi badan anak perempuan sejak usia 4 tahun (1,047 m berbanding 1,029 m) hingga 7 tahun (1,182 m berbanding 1,178 m), berhimpit di usia 7 hingga 8 tahun (1,230 m berbanding 1,232 m), dan menjadi lebih kecil di usia 8 hingga 11 tahun (1,394 berbanding 1,402 m). Namun tinggi badan anak laki-laki kembali menjadi lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan pada usia 12 hingga 13 tahun (1,539 m berbanding 1,528 m). Lonjakan pertumbuhan tinggi badan anak laki-laki terjadi pada usia 10 hingga 13 tahun.
Data lengkap nilai persentil tinggi badan anak laki-laki dan anak perempuan Karawang terangkum pada Lampiran 4.
Berat Badan
Pertumbuhan berat badan anak laki-laki dan anak perempuan Karawang untuk berbagai persentil disajikan pada Gambar 4. Perbandingan pola pertumbuhan berat badan
antara anak laki-laki dan anak perempuan Karawang terdapat pada Gambar 5, sedangkan laju pertumbuhannya disajikan pada Gambar 6. Berat badan anak laki-laki lebih besar daripada berat badan anak perempuan di usia 4 tahun (17,49 kg berbanding 15,03 kg) hingga 7 tahun (20,48 kg berbanding 19,94 kg), kemudian berhimpit menjelang usia 8 tahun (22,21 kg berbanding 21,95 kg) hingga 9 tahun (24,19 kg berbanding 24,70 kg), dan menjadi lebih kecil sejak usia 9 sebelum meningkat kembali pada usia 13 tahun (43,94 kg berbanding 43,83 kg). Lonjakan pertumbuhan berat badan anak perempuan berlangsung lebih awal yaitu di usia 9 tahun, sedangkan anak laki-laki terjadi di usia 10 tahun. Laju pertumbuhan berat badan anak perempuan menurun pada usia 12 hingga 13 tahun, sebaliknya anak laki-laki mengalami lonjakan pertumbuhan di usia 12 hingga 13 tahun.
Data lengkap nilai persentil berat badan anak laki-laki dan anak perempuan Karawang terangkum pada Lampiran 5.
Gambar 3 Laju pertumbuhan tinggi badan anak ki-laki dan anak perempuan Karawang per kelompok usia
la
Gambar 5 Perbandingan pola pertumbuhan berat badan antara anak laki-laki dan anak perempuan usia 4 sampai dengan 13 tahun di Karawang
Gambar 4 Pertumbuhan berat badan anak laki-laki dan anak perempuan usia 4 sampai dengan 13 tahun di Karawang
Gambar 6 Laju pertumbuhan berat badan anak aki-laki dan anak perempuan Karawang per kelompok usia
Gambar 9 Laju pertumbuhan indeks massa tubuh anak laki-laki dan anak perempuan
wang per kelompok usia Kara
Gam ar 8 Perbandingan pola pertumbuhan MT antara anak laki-laki dan anak
erempuan usia 4 sampai dengan 13 ahun di Karawang
b I p t
Gam ar 7 Pertumbuhan IMT anak laki-laki dan anak perempuan usia 4 sampai dengan 13 tahun di Karawang
b
Indeks Massa Tubuh
Pertumbuhan indeks massa tubuh (IMT) anak laki-laki dan anak perempuan Karawang disajikan pada Gambar 7. Perbandingan pola pertumbuhan IMT antara anak laki-laki dan anak perempuan Karawang terdapat pada Gambar 8 dan lajunya disajikan pada Gambar 9.
IMT anak laki-laki lebih besar daripada anak perempuan sejak usia 4 tahun (14,94 kg/m2 berbanding 13,95 kg/m2) hingga 9 tahun (14,91 kg/m2 berbanding 14,67 kg/m2), menjadi lebih kecil di usia 10 tahuhn (15,60 kg/m2 berbanding 15,70 kg/m2) hingga 12 tahun (17,28 kg/m2 berbanding 18,08 kg/m2), dan menyusul lagi ketika mendekati usia 13 tahun (18,27 kg/m2 berbanding 18,78 kg/m2). Pola periode usia
10 hingga 13 tahun ini, anak perempuan bertubuh lebih besar dibandingkan dengan anak laki-laki. IMT merupakan rasio antara berat badan dan kuadrat tinggi badan; karena itu pola pertumbuhan IMT di mana terdapat periode keunggulan perempuan ini dapat diterangkan oleh berat badan dan tinggi badan. Laju pertumbuhan tinggi badan dan berat badan anak laki-laki terus mengalami peningkatan. Walaupun laju pertumbuhan tinggi badan anak perempuan juga mengalami peningkatan yang konstan, namun laju pertumbuhan berat badannya pada usia 8 tahun meningkat lebih baik daripada anak laki-laki dan kemudian menurun sejak usia 12 tahun hingga 13 tahun.
Data lengkap nilai persentil indeks massa tubuh anak laki-laki dan anak perempuan Karawang terangkum pada Lampiran 6.
PEMBAHASAN
Pertumbuhan merupakan hasil interaksi faktor genetik (keturunan) dan lingkungan (Bogin 1999). Hal-hal yang berhubungan dengan lingkungan diantaranya nutrisi (NHANES III 1988), pendidikan orang tua, iklim, penyakit kronis, infeksi, ketinggian tempat, dan sosial ekonomi (Bogin 1999; WHO 1995).
Tinggi Badan
Lonjakan pertumbuhan terjadi berkaitan dengan pubertas. Lonjakan ini disebabkan oleh sekresi hormon gonadotropin yang meningkatkan produksi hormon kelamin steroid, selanjutnya meningkatkan produksi hormon pertumbuhan. Hormon pertumbuhan mengendalikan pertumbuhan tulang melalui pengaruhnya terhadap lempeng pertumbuhan dengan merangsang sel-sel bakal di lempeng itu untuk berkembangbiak. Pertumbuhan selanjutnya dikendalikan oleh IGF-1 (Insulin Growth Factor 1), di mana produksi IGF-1 di lempeng pertumbuhan ini juga dirangsang oleh hormon pertumbuhan. Selanjutnya, kedua hormon ini ditingkatkan oleh pengaruh hormon-hormon tiroid. Selain itu, hormon tiroid juga merangsang hipertrofi sel-sel kartilago (Wolpert et al.
1998).
Pola pertumbuhan tinggi badan anak laki-laki Karawang menunjukkan lonjakan sejak usia 10 tahun. Lonjakan ini mungkin berkaitan dengan pubertas seperti yang disebutkan di atas, karena pubertas dapat berlangsung pada kisaran usia 10 hingga 15 tahun. Mengingat tidak terekamnya data pubertas dan kisaran usia penelitian ini hanya mencakup usia 13 tahun, maka lonjakan ini tidak dapat dipastikan berkaitan dengan pubertas atau tidak.
Lonjakan pertumbuhan tinggi badan anak perempuan Karawang tidak terlihat jelas, walaupun terdapat sedikit lonjakan pertumbuhan tinggi badan di usia 7 tahun. Menurut Puspita (2004), ketidakjelasan ini dapat terjadi jika prosedur antropometri dilakukan secara horisontal. Dalam prosedur ini, setiap anak mengalami lonjakan pertumbuhan pada usia yang berbeda sehingga kecenderungannya tidak terlihat pada kurva yang menggabungkan perbedaan-perbedaan itu.
Berat Badan
Pada orang dewasa, massa lemak merupakan komponen penting dari berat
badan. Pertumbuhan massa otot pada anak laki-laki biasanya bersamaan dengan peningkatan densitas tulang, peningkatan fungsi kardio-pulmonari, penambahan volume darah, dan semakin meningkatnya densitas sel darah merah. Pada saat terjadinya lonjakan pertumbuhan tinggi badan, anak laki-laki kehilangan massa lemaknya dan sebaliknya massa otot mengalami peningkatan. Karena itu anak laki-laki memiliki massa otot yang lebih besar di setiap usia, sebaliknya anak perempuan memiliki lemak subkutan yang lebih banyak di setiap usia, yang meningkat saat pubertas (Bogin 1999).
Berat badan anak laki-laki Karawang lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan sebelum usia 9 tahun dan setelahnya menjadi lebih kecil hingga menjelang usia 13 tahun.
Periode keunggulan perempuan ini dapat ditafsirkan sebagai peningkatan penimbunan lemak tubuh yang pesat menjelang pubertas, sehingga menyebabkan berat badan anak perempuan lebih besar dibandingkan dengan anak laki-laki.
Indeks Massa Tubuh
Puncak pertumbuhan IMT anak perempuan Karawang terjadi pada usia 11 tahun dan menurun setelahnya. Peningkatan IMT ini juga menunjukkan periode keunggulan perempuan, di mana pada saat pubertas anak perempuan mengalami peningkatan distribusi lemak tubuh di pinggul, bokong, paha (Bogin 1999), dan payudara (Carola et al. 1990).
Menurut WHO (1995), IMT dapat digunakan untuk mengelompokkan status gizi seseorang yang mengalami kekurusan (status gizi yang kurang), kegemukan (status gizi yang melebihi normal), atau obesitas (status gizi yang beresiko penyakit). Anak-anak mengalami kekurusan jika memiliki indeks massa tubuh yang berada di bawah persentil 5. Jika IMT berada pada kisaran persentil 85 hingga 95 maka dinyatakan mengalami kegemukan. Obesitas terjadi pada anak-anak yang memiliki IMT yang berada di atas persentil 95. Obesitas terjadi akibat kelebihan penyimpanan lemak tubuh. Beberapa anak-anak Karawang dalam penelitian ini mengalami kekurusan (anak laki-laki = 1.55%, anak perempuan = 3.23%), kegemukan (anak laki-laki = 4.92%, anak perempuan = 4.08%), dan obesitas (anak laki-laki = 3.09%, anak perempuan = 3.52%). Secara statistik, angka-angka ini sesuai dengan harapan. Tampaknya anak-anak Karawang berada dalam kisaran yang cukup gizi untuk standar status gizi di dalam populasi Karawang. Tetapi angka-angka ini tidak dapat begitu saja
Gambar 11 Perbandingan pola pertumbuhan berat badan anak laki-laki dan anak perempuan Karawang, Bogor, dan Amerika Serikat
Gamb ar 10 Perbandingan pola pertumbuhan tinggi badan anak laki-la dan anak perempuan Karawang, Bogor, dan Amerika Serikat
ki digunakan untuk menilai status gizi populasi
Karawang, karena bila dibandingkan dengan Bogor dan Amerika Serikat, pola pertumbuhan Karawang lebih rendah.
Perbandingan antropometri antara anak Karawang, Bogor, dan Amerika Serikat
Perbandingan antropometri antara anak Karawang, Bogor (Puspita 2004), dan Amerika Serikat (Kuczmarski et al. 2002) dapat diketahui dengan melihat perubahan pada masing-masing kurva pertumbuhan tinggi badan, berat badan, dan IMT ketiganya (Gambar 10 - 12) dan Lampiran 7.
Tinggi badan, berat badan, dan IMT anak-anak Karawang sebelum usia 12 tahun lebih kecil daripada anak-anak Amerika Serikat dan Bogor. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan, terutama nutrisi dan status sosial ekonomi (Bogin 1999; WHO 1995).
Keluarga yang memiliki status ekonomi lebih tinggi relatif lebih mudah untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan perawatan kesehatan keluarganya dengan baik, sehingga pertumbuhannya menjadi optimal. Sebaliknya, keluarga dengan status ekonomi lebih rendah relatif lebih sukar untuk mendapatkan nutrisi dan perawatan kesehatan yang baik, sehingga lebih rentan terhadap penyakit yang selanjutnya dapat menghambat pertumbuhannya. Status sosial ekonomi masyarakat Amerika Serikat sebagai negara maju yang relatif lebih baik dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan baik dan perawatan kesehatan yang memadai, sehingga pertumbuhannya menjadi lebih optimal dibandingkan dengan Karawang dan Bogor (Indonesia).
Gambar 12 Perbandin
gan pola pertumbuhan i ks massa tubuh an aki-laki dan anak
perempua rawang, Bogor, dan Am ika Serikat
nde
ak l
n Ka
er
SIMPULAN
SIMPULAN
Tinggi badan dan berat badan anak laki-laki Karawang lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan Karawang sejak usia 4 hingga 7 tahun, berhimpit di usia 7 tahun hingga 8 tahun, menjadi lebih kecil di usia 8 hingga 11 tahun, dan kembali menjadi lebih besar di usia 12 tahun hingga 13 tahun. Pola pertumbuhan tinggi badan anak perempuan Karawang melambat di usia 12 hingga 13 tahun.
Tinggi badan dan berat badan anak laki-laki Karawang lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan Karawang sejak usia 4 hingga 7 tahun, berhimpit di usia 7 tahun hingga 8 tahun, menjadi lebih kecil di usia 8 hingga 11 tahun, dan kembali menjadi lebih besar di usia 12 tahun hingga 13 tahun. Pola pertumbuhan tinggi badan anak perempuan Karawang melambat di usia 12 hingga 13 tahun.
IMT anak laki-laki Karawang lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan sejak usia 4 hingga 9 tahun, setelahnya menjadi lebih kecil hingga usia 12 tahun, dan menyusul lagi ketika mendekati usia 13 tahun. IMT anak perempuan Karawang meningkat secara lambat di usia 4 hingga 12 tahun.
IMT anak laki-laki Karawang lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan sejak usia 4 hingga 9 tahun, setelahnya menjadi lebih kecil hingga usia 12 tahun, dan menyusul lagi ketika mendekati usia 13 tahun. IMT anak perempuan Karawang meningkat secara lambat di usia 4 hingga 12 tahun.